Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Vita
17014101
Masa KKM : 21 Januari 2019 – 17 Februari 2019
Pembimbing :
dr.
Oleh:
Vita
17014101
Masa KKM : 21 Januari 2019 – 17 Februari 2019
Pembimbing :
dr.
DAFTAR ISI
A. Skizofrenia .......................................................................................... 4
1. Definisi ......................................................................................... 4
2. Etiologi ......................................................................................... 4
5. Patofisiologi .................................................................................. 8
6. Diagnosis ...................................................................................... 9
7. Penatalaksanaan ............................................................................ 13
i
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa atau juga disebut skizofrenia yaitu kumpulan dari beberapa
perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi. Gangguan jiwa adalah suatu
kondisi dimana mental dan fisiologiknya tidak berfungsi dengan baik sehingga
Hasil survei data World Health Organization tahun 2012 (WHO) sekitar 450
juta penduduk di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa dan sebanyak 8 dari
dari data tersebut dapat dianggap menjadi masalah yang serius. 1,2
Istilah kebijakan berasal dari bahasa Inggris yakni Policy atau dalam bahasa
Belanda Politiek yang secara umum dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip umum
yang berfungsi untuk mengarahkan pemerintah (dalam arti luas termasuk pula
dengan tata atau ketertiban yang dikehendaki oleh hukum atau dengan kata lain
menghambat terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat yang baik dan adil.
1
Dapat pula dikatakan bahwa perbuatan-perbuatan pidana itu bersifat merugikan
masyarakat. 2,3
terpidana sebagai manusia. Sistem Peradilan Pidana yang dianut oleh KUHAP
Saat ini dapat kita lihat semakin maraknya kasus-kasus yang melibatkan
orang-orang yang dianggap memiliki gangguan jiwa. Adapun tindak pidana yang
penanganan yang tepat bagi para pelaku tindak pidana yang memiliki gangguan
jiwa.3,4
Skizofrenia adalah gangguan psikotik berat yang ditandai distorsi berat atas
realitas, menarik diri dari interaksi sosial, disorganisasi dan fragmentasi persepsi,
2
pikiran dan emosi.1 Skizofrenia tipe paranoid mempunyai ciri-ciri seperti,
memiliki riwayat sikap curiga yang semakin meningkat dan mengalami kesulitan
serius menjalin hubungan antar pribadi. Tipe ini mengalami delusi- delusi yang
absurd atau tidak logis, khususnya delusi persekusi yakni sangat curiga terhadap
orang lain, merasa selalu diawasi, diikuti, dibicarakan, akan dicelakakan, dan
merasa diri hebat, reinkarnasi dari tokoh-tokoh besar sejarah, atau keturunan dari
mendengar perintah langsung dari tuhan, akibat dari delusi dan halusinasinya,
sendiri maupun orang lain, namun penderita tipe ini tidak terlalu menarik diri
Kesehatan Jiwa menyatakan bahwa “pasien dengan gangguan jiwa yang terlantar
serta minimnya pelayanan kesehatan jiwa yang dapat diakses dan terjangkau
menyebabkan hak ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) dan ODGJ (Orang
Dengan Gangguan Jiwa) sering terabaikan secara sosial. Konflik didalam keluarga
itu sendiri, adanya diskriminasi yang dialaminya ketika berada didalam lingkup
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Skizofrenia
1. Definisi
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi
atau terpecah dan phrenia yang berarti pikiran. Skizofrenia merupakan suatu
laku pada penderitanya. Hal ini dikarenakan pada bagian otak pasien skizofrenia
2. Etiologi
kembar satu telur angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8%, bagi saudara
kandung 7- 15%, anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7-
4
16%. Apabila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-60%, kembar dua
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu
b) Stress Lingkungan
c) Sumber Koping
3. Jenis-jenis Skizofrenia
5
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbul secara perlahan. Pada
menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia semakin mundur dalam kerjaan
atau pelajaran dan pada akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada
masa remaja atau antara 15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah
juga katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan
biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi
6
d. Skizofrenia Paranoid Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam
e. Episode skizofrenia akut Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali dan
keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri
Prognosisnya baik dalam waktu beberapa minggu atau biasanya kurang dari
skizofrenia. 5,6
gejala depresi atau gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi
sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan. 5,6
7
1) Gejala primer. Gejala primer terdiri dari gangguan proses berpikir,
Menurut Stuart & Laraia, gejala skizofrenia memiliki dua kategori yaitu: 7,8
gerakan orang lain yang diamati klien) asosiasi longgar (pikiran atau
2) Gejala negatif (gejala samar) seperti afek datar, avolisi (malas melakukan
psikologis)
5. Patofisiologi
merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan
Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu: (1) kebanyakan obat-obat
8
dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor dopamine langsung), baik
yang dapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien; (3)
skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4) positron
dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita
skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti
sistem limbik dan korteks serebral. Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi
6. Diagnosis
a. Terdapat dua atau lebih gejala berikut ini, dimana masing-masing gejala terjadi
dalam porsi waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika
berhasil diobati). Setidaknya ada satu gejala nomor (1), (2), (3) :
1. Delusi.
2. Halusinasi.
9
3 Bicara tidak teratur (inkoheren).
c. Gangguan schizoafektif dan gangguan depresi atau bipolar dengan ciri psikotik
telah disingkirkan. Baik 1) Tidak ada depresi atau episode manik yang terjadi
secara bersamaan dengan gejala fase aktif, atau 2) Jika episode gangguan
mood terjadi selama gejala fase aktif, episode tersebut telah muncul pada
sebagian kecil dari total durasi dari periode fase aktif dan residual dari
penyakit.
lainnya.
Tentukan jika :
dari gejala berikut: timbulnya gejala psikotik yang menonjol dalam 4 minggu
dengan perubahan nyata yang pertama kali terlihat pada perubahan perilaku
sehari - hari atau fungsi, perilaku kebingungan: fungsi sosial dan pekerjaan
Tanpa prognosis yang baik : kelompok ini diterapkan jika dua atau lebih dari
Tentukan jika :
10
Dengan katatonia (lihat kriteria katatonia terkait dengan gangguan mental lain,
katatonia.
Tingkat keparahan dinilai secara kuantitatif dari gejala utama psikosis, termasuk
delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, perilaku psikomotor yang abnormal, dan
gejala negatif. Masing - masing gejala ini dapat dinilai untuk keparahan saat ini
(yang paling parah dalam 7 hari terakhir) dari 5 poin skala mulai dari 0 (tidak ada)
sampai 4 (saat ini masih bergejala dan berat). (Lihat Bagian Dimensi Derajat
banding, dan komorbiditas, lihat bagian yang sesuai pada bab skizofrenia.
Diagnosis
total durasi penyakit, termasuk prodromal, fase aktif, dan residual, setidaknya 1
bulan tapi kurang dari 6 bulan (Kriteria B). Syarat durasi gangguan
11
lebih dari 1 hari dan sembuh dalam 1 bulan, dan skizofrenia yang berlangsung
individu telah pulih, dan 2) Ketika seorang individu dengan gejala kurang dari 6
bulan tetapi belum pulih. Dalam hal ini, diagnosis harus dicatat sebagai
akan pulih dari gangguan dalam waktu 6 bulan. Jika gangguan menetap lebih dari
penilaian kognisi, depresi, dan gejala mania, gejala utama tersebut sangat penting
Seperti halnya dengan skizofrenia, saat ini tidak ada laboratorium atau tes
di beberapa bagian otak, namun tidak satupun dari pemeriksaan tersebut dapat
menegakkan diagnosis.7,8
12
7. Penatalaksanaan
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada skizofrenia. Hal ini
diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan dengan jangka waktu yang relatif
gangguan jiwa, baik berbasis masyarakat maupun pada tatanan kebijakan seperti
masyarakat
Hal ini karena menderita gangguan jiwa sendiri sudah dinamakan secara berbeda
dari penderita penyakit fisik lainnya. Beberapa orang percaya bahwa gangguan
jiwa merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang buruk, dalam penelitian Tyas,
Wardhani dkk dan Colucci disebutkan bahwa gangguan jiwa terjadi akibat sebab
supranatural dan ada pula yang mempercayai akibat keturunan dari orang tua atau
13
kerabat terdekatnya. Selain itu, orang dengan gangguan jiwa dipercaya sebagai
orang yang berbahaya dan tidak bisa diprediksi, kurang kompeten, tidak dapat
bekerja, harus dirawat di RSJ, dan tidak akan pernah sembuh. Stigma terhadap
penderita gangguan jiwa untuk dipasung karena tidak ada biaya untuk pengobatan
Selain itu rasa malu yang ditanggung oleh keluarga merupakan stigma yang
dibuat sendiri oleh keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita gangguan
jiwa. Sehingga bantuan dari lingkungan sekitar untuk mengobati penderita tidak
jiwa menutup diri dari lingkungan. Stigma pada penderita gangguan jiwa berat
masalah pengetahuan dari masyarakat terkait gangguan jiwa itu sendiri. Prasangka
merupakan masalah dari sikap, baik itu dari penderita yang mengarah pada stigma
gangguan jiwa. Sedangkan diskriminasi merupakan masalah dari perilaku, baik itu
kemauan, dan perilaku psikomotorik, termasuk bicara. Ada beberapa faktor umum
14
yang membuat seseorang mengalami gangguan jiwa, diantaranya pertama, faktor
keluarga maupun dirinya sendiri. Kedua, faktor budaya, dengan adanya aturan-
aturan dalam masyarakat yang tidak sesuai dengan pola pikirnya. Ketiga, faktor
keturunan, hal ini berawal dari adanya faktor genetik dari keluarganya yang akan
bahwa setiap orang hidup sejahtera lahir dan batin serta memperoleh pelayanan
kesehatan. 9,10
Dalam hal ini sebenarnya pelaku atau terdakwa sudah memenuhi semua
unsur tindak pidana yang dirumuskan dalam peraturan hukum pidana, akan tetapi
ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan pelaku tidak dipidana, atau
kepada hakim. Berbeda halnya dengan alasan yang dapat menghapuskan tentang
pembuat tersebut hapus, karena ada ketentuan undang-undang dan hukum yang
15
Pembentuk undang-undang telah menetapkan sejumlah alasan penghapus
KUHP sendiri tidak memberikan pengertian yang jelas tentang makna dari alasan
penghapus pidana itu. Di dalam KUHP, pada buku kesatu bab III terdapat
tidak dapat dipidananya seseorang. Hal ini berdasarkan dua alasan sebagai
berikut: 11,12
diluar dari diri orang tersebut. Dari kedua alasan yang ada dalam MvT
Hal ini dipertegas lagi dalam Pasal 58 KUHP yang menyatakan bahwa
16
Alasan penghapus pidana dapat dilihat dari sudut unsur-unsur delik delik,
yaitu unsur-unsur subjektif dan unsur objektif. Dari unsur subjektif, yaitu dari
dalam diri pribadi si pelaku itu sendiri, karena alasan penghapus pidana yang
kesalahan dari si pelaku. Oleh karena hal ini menyangkut dari dalam diri pribadi
atau pelaku, maka alasan penghapus pidana ini termasuk alasan penghapus pidana
sebagai unsur subjektif. Sedangkan dari sudut unsur objektif, yaitu unsur yang
berada di luar diri pribadi pelaku yang menyangkut tentang perbuatan, yang
merupakan alasan pembenar. Dalam hal ini sifat melawan hukum perbuatan
pelaku yang dihapuskan. Oleh karena hal ini menyangkut keadaan di luar diri
pribadi pelaku, maka alasan penghapus pidana ini termasuk alasan penghapus
pemaaf dengan alasan pembenar ini juga dapat dilihat dari pandangan atau aliran
dualistis dalam hukum pidana yang berbeda dengan aliran atau pandangan
pidana (sebagai unsur objektif), lalu sesudahnya itu dibuktikan kesalahan pelaku
(sebagai unsur subjektif). Kedua hal ini sama pentingnya untuk dijadikan hakim
Agung No.103 K/Pid/2012 dan Putusan Mahkamah Agung No. 1850 K/Pid/2006.
Pada Putusan Mahkamah Agung No. 103 K/Pid/2012 Benboy Ilala Bin
17
Muara Enim, didakwa melakukan pembunuhan sesuai dengan dakwaan Pasal 338
KUHP subsider Pasal 351 ayat (1) dan Pasal 351 ayat (2) KUHP. Pada kasus ini
Benboy Ilala Bin Usmanudin telah menghilangkan nyawa Yudi Efran Bin Man
Pada kasus ini Terdakwa Benboy Ilala dituntut JPU dengan 12 (dua belas)
tahun penjara karena telah melakukan pembunuhan terhadap Yudi Efran.7 Tidak
hanya itu Benboy Ilala didakwa telah melakukan penganiayaan terhadap Zahrobi
Marta. Dalam amar putusannya berbeda jauh dengan tuntutan yang diajukan JPU.
Hakim menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana merampas nyawa orang lain. Akan tetapi perbuatan
tersebut dibedakan dan dikelompokan menjadi dua dasar yaitu pertama alasan
orangnya, khususnya mengenal sikap batin sebelum atau pada saat akan berbuat,
dan melekat pada perbuatannya atau hal-hal lain diluar batin si pembuat.15,16
a. Ketidakmampuan bertanggungjawab
c. Hal menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan itikad baik.
18
Sementara itu, yang selebihnya masuk ke dalam dasar pembenar yaitu
melawan hukum, namun karena hilang atau hapusnya kesalahan pada diri si
Contohnya orang gila memukul orang lain sampai luka berat, dia dimaafkan atas
unsur tidak pidana, tetapi karena hapusnya sifat melawan hukum pada perbuatan
Berkaitan dengan adanya alasan pembenar dan alasan pemaaf ini, maka
mengenai suatu perbuatan yang dapat dihukum, akan tetapi yang bersangkutan
tidak dihukum (dipidana). Alasan pembenar dan alasan pemaaf ini adalah
merupakan pembelaan dari pelaku terhadap tuntutan dari perbuatan pidana yang
19
Putusan Mahkamah Agung No. 1850 K/Pid/2006, Terdakwa RICI
LUSIYANI Binti SUKRI pada hari Jumat tanggal 18 November sekitar pukul
dalam kondisi sehat jasmani dan rohani. Orang yang sehat jasmani dan rohani,
Menurut hemat peneliti akan lebih tepat jika hakim memasukkan unsur
jera. Hukuman ini diharapkan efektif untuk Mungsri, sehingga di kemudian hari ia
agar ia bisa mendapatkan pendidikan dan pola asuh yang lebih baik. 17,18
20
Fletcher mengemukakan teori Pointless Punishment. Dalam teori ini ia
mengemukakan pendapatnya bahwa dalam hal pelakunya sakit jiwa, tidak ada
pelaku yang tidak menyadari dan tidak dapat mencegah perbuatan yang
dilakukannya. 17,18
jumlah tempat tidur rumah sakit jiwa, dan lebih banyak pelayanan rawat jalan. 25
Dalam peradilan di Indonesia tidak pernah ada standar yang seragam dalam
common law, tidak ada standar yang sama untuk menentukan kompetensi mental
seseorang. 17,18
21
BAB III
KESIMPULAN
penuh atau tidak bertanggung jawab sama sekali.Dalam hal ini tidak bisa dibuat
hal yang meringankan, sebagaimana penyakit fisik dianggap sebagai hal yang
22
DAFTAR PUSTAKA
3. Amir, Nurmiati, 2010, Gangguan Bipolar, dalam Buku Ajar Psikiatri, FKUI,
Jakarta.
Pelajar, Yogyakarta.
9. Hamdan, 2012, Alasan Penghapus Pidana (Teori dan Studi Kasus), Refika
Aditama, Bandung.
Jakarta.
11. Mangindaan, Lukas, 2010, Diagnosis Psikiatri, dalam Buku Ajar Psikiatri,
23
12. Maramis, 2009, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,
Surabaya.
13. Melamed, Yuval, 2010, Mentally Ill Persons Who Commit Crimes:
15. Meynen, Gerben, 2010, Free Will and Mental Disorder: Exploring the
CNS Spectrum 4 : 2.
24