Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2018
Ulfa, Julaida
Universitas Sumatera Utara
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9101
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TUGAS AKHIR
OLEH:
JULAIDA ULFA
152101025
menyelesaikan Tugas Akhir ini guna memenuhi salah satu syarat akademik dalam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir penulis
terimakasih kepada kedua orang tua, Ayahanda Jalaluddin Sitorus dan yang
terkasih Ibunda Almh. Samini yang telah memberikan segenap kasih sayang, doa,
ini. Tidak lupa penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si selaku Ketua Program Studi
3. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, SP., MBA selaku Sekretaris Program Studi
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Ibu Dra.Yulinda, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
5. Bapak dan Ibu Dosen, seluruh pegawai dan staf Fakultas Ekonomi dan
6. Untuk Abang dan kakak kandungku serta keluarga yang selalu memberikan
8. Kepada teman-teman terbaikku:oya, era, icut, widya, dana, pia, sri, dina,
kak cici, kak nanda, cindi, putri, dina, danu, fika, supriadi, gita, siti, nia,
annisa, vera, nefa, liza, yazid, alfin, ansori, dan teman-teman seperjuangan
Akhirnya Penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala akan membalas
semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan balasan yang lebih
baik. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis
khususnya.
Medan, 2018
Peneliti
Julaida Ulfa
152101025
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1. LatarBelakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah........................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................. …... 4
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 4
1.5. Jadwal Kegiatan.......................................................................... 4
1.6. Sistematika Penulisan.................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 71
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
pertumbuhan kelangsungan usahanya. Hal tersebut dapat diketahui dan dilihat dari
pada periode tertentu dan dapat dijadikan dasar untuk dapat menentukan atau
tersebut. Selain itu laporan keuangan menjadi hal yang penting bagi manajemen
atas kepercayaan yang telah diberikan. Laporan keuangan terdiri atas neraca,
laporan laba rugi, laporan ekuitas pemegang saham, dan laporan arus kas.
menunjukkan jumlah aktiva, utang, dan modal perusahaan pada saat tertentu”.
Artinya, dari suatu neraca akan tergambar berapa jumlah harta, kewajiban, dan
yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba – rugi yang diperoleh oleh suatu
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dari kegiatan operasi,
bagian-bagian yang tercakup didalamnya dengan lebih jelas dan mudah dipahami.
Analisis rasio keuangan merupakan bentuk atau cara yang digunakan perusahaan
(2015:104), “Analisis rasio keuangan adalah suatu metode atau kegiatan analisis
cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan
antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
yang menjadi cikal bakal pendirian ADHI hingga akhirnya dinasionalisasikan dan
Juni 1974, ADHI berubah status menjadi Perseroan Terbatas. Hingga pada tahun
2004 ADHI telah menjadi perusahaan konstruksi pertama yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
laporan keuangan PT. Adhi Karya (Persero) karena analisis laporan keuangan
pandangan yang lebih baik lagi tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan.
yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang dilakukan adalah
“Bagaimana kondisi keuangan pada PT. Adhi Karya (Persero) berdasarkan rasio
Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas dari tahun 2015 sampai dengan 2017” ?
Karya (Persero) dari tahun 2015 sampai dengan 2017 berdasarkan rasio
kinerja perusahaan.
rasio keuangan.
Adapun penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada semester enam
Tabel 1.2.
Jadwal Kegiatan Observasi Tugas Akhir
1 Persiapan
Pengumpulan
2
Data
3 Penulisan
Sumber: Penulis (2018)
Sistematika Penulisan Laporan tugas akhir ini terdiri dari 4 bab, antara
lain:
a. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dan saran yang akan
PROFIL PERUSAHAAN
yang menjadi cikal bakal pendirian ADHI hingga akhirnya dinasionalisasikan dan
Juni 1974, ADHI berubah status menjadi Perseroan Terbatas. Hingga pada tahun
2004 ADHI telah menjadi perusahaan konstruksi pertama yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
untuk terus memberikan yang terbaik bagi setiap pemangku kepentingan pada
Perseroan untuk bergerak ke bisnis lain yang terkait dengan inti bisnis Perseroan
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
menjadi salah satu aspek penting yang senantiasa dikelola ADHI untuk
konstruksi terkemuka di Asia Tenggara melalui daya saing dan pengalaman yang
Keberhasilan usaha yang sudah diraih ADHI bukan berarti tanpa dukungan dan
peran serta masyarakat, untuk itu ADHI berperan aktif dalam mengembangkan
program CSR (Corporate Social Responsibility) serta Program Kemitraan & Bina
Lingkungan Perseroan.
Tabel 2.1
Proyek Kontruksi Saat ini oleh PT. Adhi Karya Tbk
semangat kerja karyawan, begitu juga halnya dengan PT.Adhi Karya yang
wirausaha.
korporasi.
terjadinya reworks.
2.2. Struktur Organisasi PT. Adhi Karya Tbk Wilayah Sumatera Utara.
organisasi garis yang dipimpin oleh Kepala Divisi Kontruksi dan memiliki
dan dibantu oleh manajer-manajer yang ada diperusahaan tersebut, yaitu Manajer
bidang, yaitu akuntansi dan pajak, keuangan dan penagihan, adm. Personalia,dan
STRUKTUR ORGANISASI
SEKRETARIAT DIVSI
PRODUKSI
KEUANGAN DAN PENGENDALIAN
PENAGIHAN BIAYA
ADM LAPORAN
PERSONALIA TEKNIK
Gambar 2.2
Stuktur Organisasi PT. Adhi Karya Tbk Wilayah Sumatera Utara, 2018
Masing – masing bagian memiliki tugas atau perintah dan wewenang yang
dilakukan oleh perusahan sehingga berlangsung secara lancar dan efisien dalam
Pembangunan.
bangunan.
2. Seketariat Divisi
dan kelur.
ekstern).
aktivitas kerumahtanggaan.
3. Manajer Keuangan
proyek.
divisi.
kepada Departemen.
Kadiv.
4. Manajer Produksi
kontrol dari proses manufaktur dan bertanggung jawab memastikan barang dan
jasa diproduksi secara efisien, jumlah produksi yang benar & akurat, diproduksi
sesuai dengan anggaran biaya yang tepat dan berkualitas sesuai standar
perusahaan.
perusahaan.
5. Manajer Pengendalian
aspek teknik, biaya, waktu dan pengadaan agar terjaminnya mutu proyek dalam
daya di proyek.
PEMBAHASAN
membagi satu angka dengan angka lainnya”. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
menggambarkan antara hubungan dan pos tertentu dengan pos lainnya. Rasio-
adalah :
harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa asset-aset lancer yang
jumlahnya harus lebih besar dari pada kewajibaan-kewajiban yang harus segera
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
a. Current Ratio
current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukan
Rasio Lancar=
b. Cash Ratio
kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan surat berharga
Rasio Lancar =
utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa
jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan
mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang. Rasio-rasio
a. Debt Ratio
aktiva. Sehingga ratio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi
oleh aktiva. Menurut Sawir (2009:13) debt ratio merupakan rasio yang
Rasio ini juga disebut dengan laba atas equity, rasio ini mengkaji sejauh
Tabel 3.1
Laporan Posisi Keuangan
PT. Adhi Karya Tbk
31 Desember 2015 dan 2016
6
Aset
Kas dan Setara Kas 3b,4 3.364.910.489.288 4.317.347.903.384
Pihak Ketiga
(Setelah dikurangi penyisihan Kerugian
penurunan nilai Rp.202.226.821.993,
2.410.179.583.531 1.931.710.921.979
Rp.95.980.144.267, dan
Rp.120.978.670.867 per 31 Desember
2016, 2015, dan 2014)
Piutang Retensi Pihak Berelasi 3c,3d,6,3u 672.807.468.546 635.633.508.744
Pihak Ketiga
(Setelah dikurangi penyisihan Kerugian
penurunan nilai Rp.22.283.348.300,
3c,3e,7 391.223.339.468 444.010.342.275
Rp.22.283.348.300, dan
Rp.19.158.865.029 per
31Desember2016,2015, dan2014)
Tagihan Bruto Pemberi Kerja
Pihak Berelasi
(Setelah dikurangi penyisihan
Kerugian penurunan nilai
3u 1.974.754.155.951 973.087.318.057
Rp.6.488.106.400, Rp.6.488.106.400,
dan Rp.6.488.106.400 per
31Desember2016,2015, dan2014)
PihakKetiga
(Setelah dikurangi penyisihan kerugian
penurunan nilai Rp.94.788.475.192,
3.856.302.467.023 2.120.045.609.271
Rp.83.356.068.940, dan
Rp.153.032.797.750 per
31Desember2016,2015, dan2014)
Persediaan 3g,8 131.016.052.721 162.650.778.629
Uang Muka 9 192.951.529.361 175.336.623.395
Tabel 3.2
Laporan Posisi Keuangan
PT. Adhi Karya Tbk
31 Desember 2015 dan 2016
(Lanjutan)
Tabel 3.3
Laporan Laba Rugi
PT. Adhi Karya Tbk
31 Desember 2015 dan 2016
PENGHASILAN KOMPREHENSIF
404.656.636.221 878.753.954.011
PERIODE BERJALAN
LABA YANG DAPAT
DIATRIBUSIKAN KEPADA
Pemilik Entitas Induk 42 313.451.016.555 463.685.278.990
Kepentingan Non Pengendali 35 1.656.766.580 1.340.269.016
JUMLAH 315.107.783.135 465.025.548.006
LABA KOMPREHENSIF YANGD
APAT
DIATRIBUSIKAN KEPADA
Pemilik Entitas Induk 402.999.869.641 877.408.418.344
Kepentingan Non Pengendali 1.656.766.580 1.345.535.668
JUMLAH 404.656.636.221 878.753.954.012
LABA PER SAHAM DASAR 3y,42 88,03 202,83
Sumber : PT. Adhi Karya Tbk Sumatera Utara, 2018
Tabel 3.4
Laporan Posisi Keuangan
PT. Adhi Karya Tbk
31 Desember 2016 dan 2017
Aset
Aset lancer
Kas dan setara kas 4,131,173,781,445 3,364,910,489,288
Piutang usaha
Piutang usaha pihak ketiga 826,325,518,931 1,942,776,685,070
Piutang usaha pihak berelasi 2,096,482,385,511 964,221,304,260
Piutang retensi
Piutang retensi pihak ketiga 418,418,434,516 391,223,339,468
Piutang retensi pihak berelasi 397,992,811,851 672,807,468,546
Piutang lainnya
Piutang lainnya pihak ketiga 13,080,000,000 14,616,339,101
Persediaan lancar
Persediaan aset real estat lancar 3,523,385,159,848 2,145,441,813,829
Persediaan lancar lainnya 159,759,345,188 131,016,052,721
Biaya dibayar dimuka lancar 276,734,423,671 338,921,423,028
Ekuitas
Ekuitas yang diatribusikan kepada
pemilik entitas induk
Saham biasa 356,084,937,600 356,084,937,600
Tambahan modal disetor 2,588,834,418,817 2,588,834,418,817
Cadangan revaluasi 464,551,473,229 465,072,871,745
Cadangan selisih kurs penjabaran 830,634,887 2,388,664,810
Cadangan pengukuran kembali program 3,117,842,245 ( 6,689,006,767 )
imbalan pasti
Komponen ekuitas lainnya 3,117,842,245
Tabel 3.5
Laporan Laba Rugi
PT. Adhi Karya Tbk
31 Desember 2016 dan 2017
2015 =
= 1,56
= 156%
2016 =
= 1,3
= 130%
2017 =
= 152
= 152%
membayar setiap Rp 1 hutang lancar dengan Rp 1,56 aktiva lancar. Dan pada
1,3 aktiva lancar. Sedangkan pada tahun 2017, perusahaan mampu menjamin
setiap Rp 1 hutang lancar dengan Rp 1,52 aktiva lancar. Dari tahun 2015 sampai
2016 rasio perusahaan mengalami penurunan sebesar 26%. Sedangkan pada tahun
2016 sampai 2017 rasio perusahaan mengalami kenaikan sebesar 22%. Hal ini
jaminan aktiva lancar mengalami naik turun setiap tahunnya pada tahun 2014
hingga 2016.
Rasio Kas =
2015 =
= 0,30
= 30%
2016 =
= 0,20
= 20%
2017 =
= 0,17
= 17%
Berdasarkan perhitungan rasio kas pada tahun 2015 sebesar 30% artinya
perusahaan dapat membayar Rp 1 hutang lancar dengan Rp 0.3 kas dan pada
tahun 2016 sebesar 20% artinya perusahaan dapat membayar Rp 1 hutang lancar
dengan Rp 20 kas. Sedangkan pada tahun 2017 sebesar 17% artinya perusahaan
dapat membayar Rp 1 hutang lancar dengan Rp 0,17 kas. Dari tahun 2015 sampai
2016 rasio perusahaan mengalami penurunan sebesar 10%. Sedangkan pada tahun
2016 sampai 2017 rasio perusahaan mengalami penurunan sebesar 3%. Hal ini
jaminan kas tetap liqiud atau baik meski mengalami penurunan setiap tahunnya
Tabel 3.6
Perubahan Rasio Likuiditas
26% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh hutang
lancar perusahaan yang meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 rasio
perusahaan mengalami kenaikan sebesar 22% dari tahun sebelumnya yaitu tahun
2016. Hal ini disebabakan oleh hutang lancar perusahaan yang telah menurun dan
Pada tahun 2016, rasio kas perusahaan mengalami penurunan sebesar 10%
dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015, dan pada tahun 2017 rasio kas
yaitu tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh penurunan pada jumlah kas yang
dimiliki perusahaan dan kenaikan pada kewajiban lancar yang tidak sesuai
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan
hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat
saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu
perusahaan dapat dikatakan baik atau tidaknya, ada suatu standart rasio yang
digunakan, misalnya rata-rata perusahaan untuk usaha yang sejenis atau dapat
praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar (current ratio) dengan standart
200% (2:1) yang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau
memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio yang seperti itu,
Jika rata-rata perusahaan untuk rasio kas adalah 50% maka keadaan
perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi
juga kurang baik karena ada dana yang menanggur atau belum digunakan secara
kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban masih
dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya dapat dikatakan tidak baik dan
dibayar dengan uang tunai, sehingga pelunasan utang belum terjamin. (Fahmi
2011:61).
perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan
yang digunakan oleh modal (equity). Rasio yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Debt Ratio =
2015 =
= 0,70
= 70%
2016 =
= 0,72
= 72%
2017 =
= 0,79
= 79%
Berdasarkan perhitungan debt ratio pada tahun 2015, 70% dari total aktiva
perusahaan dibiayai dengan pinjaman modal pinjaman (hutang), dan pada tahun
2016, 72% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan pinjaman modal pinjaman
(hutang) kas.
Sedangkan pada tahun 2017, 79% dari total aktiva perusahaan dibiayai
dengan pinjaman modal pinjaman (hutang). Dari tahun 2015 sampai 2016 rasio
2015 =
= 2,3
= 230%
2016 =
= 2.7
= 270%
2017 =
= 3,9
= 390%
230% hutang jangka panjang dijamin dengan Rp 1 modal sendiri. Pada tahun
Sedangkan pada tahun 2017, 390% hutang jangka panjang dijamin dengan
Rp 1 modal sendiri. Dilihat dari persentase Debt Ratio dan Total Equity Ratio
bahwa komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri
(ekuitas)baik dan menunjukkan angka yang semakin meningkat tiap tahunnya dari
Tabel 3.7
Perubahan Rasio Leverage
Pada tahun 2015, 2016, dan 2017, debt ratio perusahaan terus mengalami
meningkatnya total aset perusahaan dari tahun ke tahun, yang diikuti dengan
Pada tahun 2015, 2016, dan 2017, debt to equity ratio perusahaan juga
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya total hutang dan meningkat pula total ekuitas dari tahun ke tahun.
Jika rata-rata perusahaan 35%, debt ratio perusahaan masih dibawa rata-
rata perusahaan sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman.
Jika rasio rata-rata perusahaan untuk debt to equity ratio sebesar 80%,
perusahaan masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata standart
perusahaan.
hutang dengan jumlah aktiva dapat dikatakan baik. Secara kuantitatif rasio hutang
2015 =
= 0,028
= 2,8%
2016 =
= 0.016
= 1,6%
2017 =
= 0,019
= 1,9%
2,8%. dalam hal ini setiap Rp 100 investasi yang ditanamkan dalam perusahaan
akan menghasilkan laba keuntungan sebelum pajak sebesar Rp 2,8 . Dan pada
tahun 2016return on investment sebesar 1,6% artinya setiap Rp 100 investasi yang
b. Retun On Equity =
2015 =
= 0,09
= 9%
2016 =
= 0.06
= 6%
2017 =
= 0,088
= 8,8%
ekuitasnya untuk menghasilkan laba. Hal ini dapat dilihat dari tahun 2015,
menunjukkan bahwa tingkat return yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal
yang diinvestasikan adalah sebesar 9%. Pada tahun 2016 menunjukkan bahwa
tingkat return yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan
adalah sebesar 6%. Dan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa tingkat return yang
8,8%.
Tabel 3.8
Perubahan Ratio Profitabilitas
Pada tahun 2016 nilai ROI mengalami penurunan dari tahun sebelumnya,
yaitu tahun 2015. Hal ini dikarenakan oleh laba setelah pajak perusahaan yang
Hal ini dikarenakan laba setelah pajak perusahaan meningkat dari tahun
meningkat.
Pada tahun 2016 nilai ROE mengalami penurunan dari tahun sebelumnya,
yaitu tahun 2015. Hal ini dikarenakan oleh laba setelah pajak perusahaan yang
Hal ini dikarenakan laba setelah pajak perusahaan meningkat dari tahun
meningkat.
Standar industri rasio ini menurut Kasmir (2009:208) adalah sebesar 30%
dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin baik pula kinerja perusahaan
terutama dalam pengembaliam investasi yang didapatnya. Pada tahun 2015, 2016
dan 2017 nilai ROI berada jauh di bawah standar industri yang menunjukkan
perusahaan.
Rasio ini jika semakin tinggi maka akan menunjukkan semakin baik
untuk ROE adalah sebesar 40%. Dapat dilihat bahwa besarnya ROE “Riam
Remo” pada tahun 2015, 2016 dan 2017 berada jauh di bawah standar industri.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan laba secara
maksimal dari dana yang telah diberikan oleh pemegang saham yang berarti
3.3. Analisis Rasio Keuangan PT. Wijaya Karya Beton Tahun 2015-2017
Co. atau NV Vis en Co. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5
Karja. Kegiatan usaha WIKA pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik dan
pipa air. Pada awal dasawarsa 1960-an, WIKA turut berperan serta dalam proyek
Games of the New Emerging Forces (GANEFO) dan Asian Games ke-4 di Jakarta.
untuk terus tumbuh serta menjadi bagian dari pengabdian WIKA bagi
pada saat itu nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi
jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur. Adapun Visi dan Misi
keuangan dan laporan laba rugi perusahaan. Berikut adalah laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi PT. Wijaya Karya tahun 2015-2017.
Tabel 3.9
Laporan Posisi Keuangan
PT. Wijaya Karya Tbk
31 Desember 2016 dan 2017
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2017 2016
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas 9,269,999,584 2,560,120,483
Piutang Usaha
(setelah dikurangi akumulasi
penurunan nilai piutang sebesar
Rp196.573.572 dan Rp170.242.281
per 31 Desember 2017 dan 2016)
Pihak Ketiga 1,553,025,502 1,844,445,009
Pihak Berelasi 1,177,259,537 937,535,147
Piutang Retensi
(setelah dikurangi akumulasi
penurunan nilai piutang sebesar
Rp8.162.524 dan Rp2.620.593 per 31
Desember 2017 dan 2016)
Pihak Ketiga 613,585,364 457,531,585
Pihak Berelasi 218,675,368 205,416,970
Tagihan Bruto Pemberi Kerja
Pihak Ketiga 2,207,768,831 1,733,563,354
Pihak Berelasi 1,763,089,366 1,510,834,434
Pendapatan Yang Akan Diterima 384,204,648 251,510,864
Piutang Lain-Lain
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2017 2016
(setelah dikurangi akumulasi
penurunan nilai piutang sebesar Rp
18.247.613 dan Rp15.449.931 per 31
Desember 2017 dan 2016)
Pihak Ketiga 77,931,227 76,695,192
Pihak Berelasi 330,861,256 314,575,526
Persediaan 1,247,710,293 1,031,277,931
Uang Muka 544,324,318 439,641,163
Pajak Dibayar Dimuka 757,785,883 529,036,987
Biaya Dibayar Dimuka 595,314,817 465,274,857
Jaminan Usaha 212,396,373 22,643,681
Aset Real Estate 488,416,640 70,033,233
Bagian lancar dari Piutang Sewa
Jangka Panjang 110,148,921 110,148,921
Jumlah Aset Lancar 21,552,497,929 12,560,285,337
Tabel 3.10
Laporan Posisi Keuangan
PT. Wijaya Karya Tbk
31 Desember 2016 dan 2017
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2017 2016
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pinjaman Jangka Pendek
Pihak Ketiga 2,752,415,707 618,502,788
Pihak Berelasi 1,959,410,812 603,319,568
Utang Usaha
Pihak Ketiga 4,639,771,929 4,287,019,827
Pihak Berelasi 40,471,632 36,378,547
Utang Lain-lain 236,196,353 96,482,974
Kewajiban Bruto Pemberi Kerja - 13,224,506
Utang Pajak 188,857,241 177,085,029
Uang Muka Dari Pelanggan 719,322,819 477,381,896
Biaya Yang Masih Harus Dibayar 3,249,414,450 3,285,172,048
Pendapatan Yang Diterima
Dimuka 125,127,131 406,959,558
Bag.jangka pendek dari jangka
panjang:
Pinjaman Jangka Menengah 250,000,000 249,000,000
Pinjaman Jangka Panjang 426,401,179 324,706,736
Utang Sewa Pembiayaan 18,772,830 22,300,954
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 14,606,162,083 10,597,534,431
LIABILITAS JANGKA
PANJANG 243,072,993 200,490,168
Liabilitas Imbalan Pasca Kerja 31,490,610 11,170,726
Liabilitas Pajak Tangguhan 2,376,225,829 1,662,677,044
Uang Muka Proyek Jangka Panjang
Bagian jangka panjang setelah
dikurangi bagian jangka pendek 975,000,000 975,000,000
Pinjaman Jangka Menengah 313,807,933 671,067,024
Pinjaman Jangka Panjang 52,064,738 46,365,276
Utang Sewa Pembiayaan 3,991,662,103 3,566,770,238
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 18,597,824,186 14,164,304,669
JUMLAH LIABILITAS
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2017 2016
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk
Modal Saham
Modal Dasar 16.000.000.000
saham, nilai nominal Rp100 (Rupiah
penuh) per saham.
Modal ditempatkan dan disetor
sejumlah 8.969.951.370 dan
6.149.225.000 saham, per 31 896,995,137 614,922,500
Desember 2017 dan 2016 (10,272,110) (10,272,110)
Modal Saham diperoleh kembali 6,541,965,120 715,858,789
Tambahan Modal Disetor
Perubahan ekuitas pada 1,399,403,884 1,127,249,357
Entitas Anak
Komponen ekuitas lainnya 14,626,146 14,626,146
Selisih Penilaian Aset (118,719,949) (100,444,293)
Pengukuran kembali Imbalan Pasti 2,627,883,218 2,013,224,280
Saldo Laba 11,351,881,446 4,375,164,669
Sub Jumlah 1,146,833,858 1,062,936,696
Kepentingan Non Pengendali 12,498,715,304 5,438,101,365
Total Ekuitas 31,096,539,490 19,602,406,034
JUMLAH LIABILITAS DAN
EKUITAS
Sumber : www.wika.co.id, 2018
Tabel 3.11
Laporan Laba Rugi
PT. Wijaya Karya Tbk
31 Desember 2016 dan 2017
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2017 2016
PENJUALAN BERSIH 15,668,832,513 13,620,101,419
BEBAN POKOK PENJUALAN (13,441,729,089) (11,965,441,022)
LABA KOTOR 2,227,103,424 1,654,660,397
LABA (RUGI) PADA VENTURA 378,836,006 288,402,591
BERSAMA
LABA KOTOR SETELAH 2,605,939,430 1,943,062,988
VENTURA BERSAM
BEBAN USAHA
Beban Penjualan (9,094,812) (7,695,193)
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2017 2016
PENDAPATAN
KOMPREHENSIF LAIN
SETELAH PAJAK
Pendapatan (beban) komprehensif
lainnya yang tidak direklasifikasi ke
laba rugi :
Selisih Penilaian Aset Keuntungan
(Kerugian) aktuarial Atas Program (18,275,656) 6,306,290
Imbal kerja Pasti
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2017 2016
KOMPREHENSIF YANG
DAPAT DIATRIBUSIKAN
KEPADA : 993,552,062 631,350,290
- PEMILIK ENTITAS INDUK 135,317,204 77,961,054
- KEPENTINGAN NON
PENGENDALI 1,128,869,266 709,311,344
JUMLAH
158.64 101.81
Laba Bersih Per Saham Dasar
(Rupiah penuh)
Sumber : www.wika.co.id, 2018
Tabel 3.12
Laporan Posisi Keuangan
PT. Wijaya Karya Tbk
31 Desember 2015 dan 2016
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2016 2015
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas 2.560.120.483 2.300.892.182
Piutang Usaha
(setelah dikurangi akumulasi
penurunan nilai piutang sebesar
Rp170.242.281, Rp168.866.816 per
31 Desember 2016, 31 Desember
2015)
Pihak Ketiga 1.910.721.466 1.271.025.540
Pihak Berelasi 871.258.690 691.807.092
Piutang Retensi
(setelah dikurangi akumulasi
penurunan nilai piutang sebesar
Rp2.620.593, Rp2.025.563 per
31Desember 2016, 31 Desember
2015) 662.948.555 567.875.358
Tagihan Bruto Pemberi Kerja 3.244.397.788 2.369.859.861
Pendapatan Yang Akan Diterima 251.510.864 82.846.239
Piutang Lain-Lain
(setelah dikurangi akumulasi
penurunan nilai piutang sebesar
Rp15.449.931 , Rp32.409.759, dan
per 31 Desember 2016, 31 Desember 391.270.718 108.655.649
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2016 2015
2015) 1.031.277.931 817.307.342
Persediaan 439.641.163 384.431.063
Uang Muka 529.036.987 425.794.117
Pajak Dibayar Dimuka 465.274.857 241.370.431
Biaya Dibayar Dimuka 22.643.681 18.760.917
Jaminan Usaha 70.033.233 90.434.701
Aset Real Estate
Bagian lancar dari Piutang Sewa 110.148.921 110.148.921
Jangka Panjang 12.560.285.337 9.481.209.413
Jumlah Aset Lancar
Tabel 3.13
Laporan Posisi Keuangan
PT. Wijaya Karya Tbk
31 Desember 2015 dan 2016
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2016 2015
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pinjaman Jangka Pendek 1.221.822.355 928.515.444
Utang Usaha
Pihak Ketiga 4.287.019.827 3.842.802.356
Pihak Berelasi 36.378.547 60.004.589
Utang Lain-lain 96.482.975 71.112.786
Kewajiban Bruto Pemberi Kerja 13.224.506 9.641.161
Utang Pajak 177.085.029 168.940.523
Uang Muka Dari Pelanggan 477.381.896 316.364.321
Biaya Yang Masih Harus Dibayar 3.285.172.048 2.120.553.384
Pendapatan Yang Diterima
Dimuka 406.959.558 178.593.992
Bagian jangka pendek dari jangka
panjang:
Pinjaman Jangka Menengah 249.000.000 541.000.000
Pinjaman Jangka Panjang 324.706.736 221.620.359
Utang Sewa Pembiayaan 22.300.954 16.893.554
Jumlah Liabilitas Jangka
Pendek 10.597.534.431 8.476.042.469
LIABILITAS JANGKA
PANJANG 200.490.168 181.284.262
Liabilitas Imbalan Pasca Kerja 11.170.726 2.162.275
Liabilitas Pajak Tangguhan
Uang Muka Proyek Jangka 1.662.677.044 1.049.416.204
Panjang
Bagian jangka panjang setelah
dikurangi
bagian jangka pendek 975.000.000 800.000.000
Pinjaman Jangka Menengah 671.067.024 475.104.845
Pinjaman Jangka Panjang 46.365.276 48.454.961
Utang Sewa Pembiayaan
Jumlah Liabilitas Jangka Total 3.566.770.238 2.556.422.547
Panjang 14.164.304.669 11.032.465.016
JUMLAH LIABILITAS
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusi-kan
kepada pemilik entitas induk
Modal Saham Modal Dasar
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2016 2015
Rp16.000.000.000 saham, nilai
nominal Rp100 (Rupiah penuh) per
saham. Modal ditempatkan dan
disetor sejumlah 6.149.225.000
saham, per 31 Desember 2016 dan 614.922.500 614.922.500
31 Desember 2015. (10.272.110) (10.272.110)
Modal Saham yang diperoleh 715.858.789 715.858.789
kembali
Tambahan Modal Disetor 1.127.249.357 1.127.249.357
Perubahan ekuitas pada (85.818.147) (83.224.401)
Entitas Anak 2.013.224.280 1.523.052.638
Komponen ekuitas lainnya 4.375.164.669 3.887.586.773
Saldo Laba 1.062.936.696 989.167.968
Sub Jumlah 5.438.101.365 4.876.754.741
Kepentingan Non Pengendali
Total Ekuitas 19.602.406.034 15.909.219.757
JUMLAH LIABILITAS DAN
EKUITAS
Sumber : www.wika.co.id, 2018
Tabel 3.14
Laporan Laba Rugi
PT. Wijaya Karya Tbk
31 Desember 2015 dan 2016
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2016 2015
PENJUALAN BERSIH 13.620.101.419 12.463.216.288
BEBAN POKOK PENJUALAN (11.965.441.022) (11.038.646.789)
LABA KOTOR 1.654.660.397 1.424.569.499
LABA (RUGI) PADA VENTURA 288.402.591 369.757.130
BERSAMA
LABA KOTOR SETELAH
VENTURA BERSAMA 1.943.062.988 1.794.326.629
BEBAN USAHA
Beban Penjualan (7.695.193) (6.838.756)
Beban Umum dan Administrasi (421.462.453) (386.009.513)
Jumlah Beban Usaha (429.157.646) (392.848.269)
LABA USAHA 1.513.905.342 1.401.478.361
PENDAPATAN
KOMPREHENSIF LAIN
SETELAH PAJAK
Pendapatan (beban) komprehensif
lainnya yang tidak direklasifikasi ke
laba rugi : Keuntungan (Kerugian) 6.306.290 (7.616.608)
aktuarial Atas Program Imbal kerja
Pasti 709.311.344 736.152.495
JUMLAH PENDAPATAN
KOMPREHENSIF PERIODE
31 DESEMBER 31 DESEMBER
URAIAN
2016 2015
BERJALAN
LABA YANG DAPAT 625.043.905 608.154.698
DIATRIBUSIKAN KE : 77.961.149 135.614.405
- PEMILIK ENTITAS INDUK
- KEPENTINGAN NON 703.005.054 743.769.103
PENGENDALI
JUMLAH
2015 =
= 1,11
= 111%
2016 =
= 1,18
= 118%
2017 =
= 1,47
= 147%
membayar setiap Rp 1 hutang lancar dengan Rp 1,11 aktiva lancar. Dan pada
1,18 aktiva lancar. Sedangkan pada tahun 2017, perusahaan mampu menjamin
setiap Rp 1 hutang lancar dengan Rp 1,47 aktiva lancar. Dari tahun 2015 sampai
sebesar 29%..
Rasio Kas =
2015 =
= 0,24
= 24%
2016 =
= 0,20
= 20%
2017 =
= 0,43
= 43%
Berdasarkan perhitungan rasio kas pada tahun 2015 sebesar 24% artinya
perusahaan dapat membayar Rp 1 hutang lancar dengan Rp 0.24 kas dan pada
tahun 2016 sebesar 20% artinya perusahaan dapat membayar Rp 1 hutang lancar
dengan Rp 20 kas. Sedangkan pada tahun 2017 sebesar 43% artinya perusahaan
dapat membayar Rp 1 hutang lancar dengan Rp 0,43 kas. Dari tahun 2015 sampai
2016 rasio perusahaan mengalami penurunan sebesar 4%. Sedangkan pada tahun
Tabel 3.15
Perubahan Rasio Likuiditas
17% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh aktiva
lancar perusahaan yang meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 rasio
yaitu tahun 2016. Hal ini disebabakan oleh hutang lancar perusahaan yang telah
dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015, dan pada tahun 2017 rasio kas
tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pada jumlah kas yang dimiliki
perusahaan dan kenaikan pada kewajiban lancar yang tidak sesuai sehingga
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan
hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat
saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu
perusahaan dapat dikatakan baik atau tidaknya, ada suatu standart rasio yang
digunakan, misalnya rata-rata perusahaan untuk usaha yang sejenis atau dapat
praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar (current ratio) dengan standart
200% (2:1) yang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau
memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio yang seperti itu,
Jika rata-rata perusahaan untuk rasio kas adalah 50% maka keadaan
perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi
juga kurang baik karena ada dana yang menanggur atau belum digunakan secara
kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban masih
dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya dapat dikatakan tidak baik dan
dibayar dengan uang tunai, sehingga pelunasan utang belum terjamin. (Fahmi
2011:61).
perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan
yang digunakan oleh modal (equity). Rasio yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Debt Ratio =
2015 =
= 0,69
= 69%
2016 =
= 0,72
= 72%
2017 =
= 0,59
= 59%
Berdasarkan perhitungan debt ratio pada tahun 2015, 69% dari total aktiva
perusahaan dibiayai dengan pinjaman modal pinjaman (hutang), dan pada tahun
2016, 72% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan pinjaman modal pinjaman
(hutang) kas.
Sedangkan pada tahun 2017, 59% dari total aktiva perusahaan dibiayai
dengan pinjaman modal pinjaman (hutang). Dari tahun 2015 sampai 2016 rasio
2015 =
= 2,26
= 226%
2016 =
= 2.6
= 260%
2017 =
= 1,48
= 148%
226% hutang jangka panjang dijamin dengan Rp 1 modal sendiri. Pada tahun
Sedangkan pada tahun 2017, 148% hutang jangka panjang dijamin dengan
Rp 1 modal sendiri. Dilihat dari persentase debt to equity ratio bahwa ditahun
Tabel 3.16
Perubahan Rasio Leverage
sebesar 3%. Meningkatnya nilai debt rasio dikarenakan meningkatnya total aset
perusahaan , yang diikuti dengan meningkatnya pula total hutangnya pada tahun
sebesar 13%. Hal ini dikarenakan total hutang yang meningkat dengan diikuti
peningkatan sebesar 34%.. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya total hutang dan
meningkat pula total ekuitas pada tahun tersebut. Pada tahun 2017, rasio
perusahaan mengalami penurunan yang sangat drastis dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 112%. Hal ini dikarenakan meningkatnya total hutang dan diikuti
Jika rata-rata perusahaan 35%, debt ratio perusahaan masih dibawa rata-
rata perusahaan sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman.
Jika rasio rata-rata perusahaan untuk debt to equity ratio sebesar 80%,
perusahaan masih dianggap kurang baik karena berada diatas rata-rata standart
perusahaan.
hutang dengan jumlah aktiva dapat dikatakan baik. Secara kuantitatif rasio hutang
2015 =
= 0,046
= 4,6%
2016 =
= 0.035
= 3,5%
2017 =
= 0,036
= 3,6%
4,6%. dalam hal ini setiap Rp 100 investasi yang ditanamkan dalam perusahaan
akan menghasilkan laba keuntungan sebelum pajak sebesar Rp 4,6. Dan pada
tahun 2016 return on investment sebesar 3,5% artinya setiap Rp 100 investasi
b. Retun On Equity =
2015 =
= 0,191
= 19,1%
2016 =
= 0.16
= 16%
2017 =
= 0,10
= 10%
ekuitasnya untuk menghasilkan laba. Hal ini dapat dilihat dari tahun 2015,
menunjukkan bahwa tingkat return yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal
yang diinvestasikan adalah sebesar 19,1%. Pada tahun 2016 menunjukkan bahwa
tingkat return yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan
adalah sebesar 16%. Dan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa tingkat return
yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar
10%.
Tabel 3.17
Perubahan Ratio Profitabilitas
Pada tahun 2016 nilai ROI mengalami penurunan dari tahun sebelumnya,
yaitu tahun 2015. Hal ini dikarenakan oleh laba setelah pajak perusahaan yang
Hal ini dikarenakan laba setelah pajak perusahaan meningkat dari tahun
meningkat.
Pada tahun 2015, 2016 dan 2017 nilai ROE terus mengalami penurunan.
Hal ini dikarenakan oleh laba setelah pajak perusahaan yang menurun sehingga
Standar industri rasio ini menurut Kasmir (2009:208) adalah sebesar 30%
dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin baik pula kinerja perusahaan
terutama dalam pengembaliam investasi yang didapatnya. Pada tahun 2015, 2016
dan 2017 nilai ROI berada jauh di bawah standar industri yang menunjukkan
perusahaan.
Rasio ini jika semakin tinggi maka akan menunjukkan semakin baik
untuk ROE adalah sebesar 40%. Dapat dilihat bahwa besarnya ROE “Riam
Remo” pada tahun 2015, 2016 dan 2017 berada jauh di bawah standar industri.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan laba secara
maksimal dari dana yang telah diberikan oleh pemegang saham yang berarti
3.11. Hasil Analisis Data Perbandingan Rasio Keuangan PT. Adhi Karya
(Persero) Tbk dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Tabel 3.18
Rasio Keuangan
PT. Adhi Karya (Persero) Tbk
2015-2017
Dari Tabel 3.11 Rasio Keuangan diatas dapat dilihat bahwa, rasio lancar
perusahaan dalam keadaan kurang likuid atau kurang baik, karena perusahaan
kurang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan rasio diatas 200%
disetiap tahun. Debt Ratio perusahaan juga dalam keadaan baik karena sebagian
besar aset perusahaan dibiayai oleh ekuitas bukan hutang. Rasio profitabilitas
perusahaan masih dalam keadaan belum efektif dan belum mampu dengan baik
Tabel 3.19
Rasio Keuangan
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk
2015-2017
Dari Tabel 3.12 Rasio Keuangan diatas dapat dilihat bahwa, rasio lancar
perusahaan belum dalam keadaan likuid atau belum baik, karena perusahaan
belum mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik, hal ini
ditunjukkan dengan rasio lancar perusahaan kurang dari 200%. Debt Ratio yang
belum dalam keadaan baik karena tidak mampu menghasilkan pendapatan yang
maksimal dari perputaran total aset dalam satu periode serta sebagian aset
perusahaan juga masih dibiayai oleh hutang bukan ekuitas. Dan jika dilihat dari
dikatakan bahwa:
1. Kondisi keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk dalam keadaan tidak likuid
kewajiban jangka pendeknya dengan baik dan tepat waktu hal ini di
kondisi keuangan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk tidak dalam keadaan likuid
atau baik karena perusahaan tidak mampu menjamin setiap hutang lancarnya
dengan baik hal ini di tunjukkan oleh Rasio Lancar Perusahaan tidak
mencapai 200%. Akan tetapi, rasio lancar PT. Adhi Karya (Persero) Tbk lebih
unggul dibandingkan PT. Wijaya Karya (Persero), maka dari itu PT. Adhi
Karya lebih baik dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk dalam hal rasio
lancarnya.
2. Jika dilihat dari Rasio Hutang (Debt Ratio), PT Adhi Karya (Persero) Tbk
lebih baik dari pada PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, karena sebagian besar
3. Kemampuan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk dalam memperoleh laba dari
investasi yang dilakukan perusahaan lebih baik dari pada PT. Adhi karya
(Persero) Tbk. Hal ini di tunjukkan oleh rasio profitabilitas PT. Ace Hardware
Indonesia lebih besar dari pada rasio profitabilitas PT. Mitra Adiperkasa Tbk.
dan didalam rasio profitabilitas apabila semakin tinggi rasio perusahaan maka
4.1. Kesimpulan
keuangan PT. Adhi Karya Tbk berada pada posisi yang baik. Hal ini dapat dilihat
perusahaan. Jika dilihat dari leverage, dapat dikatakn ,bahwa perusahaan mampu
mendanai hutang perusahaan, hal ini dikarenakan aktiva perusahaan masih cukup
tingkat return yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan.
4.2. Saran
Current ratio yang terlalu tinggi juga kurang baik bagi perusahaan karena
sistem manajemen modal kerja yang efektif, sehingga modal kerja yang
tertanam tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil namun dapat memenuhi
ini juga dapat diatasi dengan cara mengurangi aktiva lancar sesuai
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri, 2013. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan Edisi 11,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.