Вы находитесь на странице: 1из 3

Ledy Mardiana Ritonga ( 165100200111026)

Rekontruksi Jati Diri Bangsa Melalui Generasi Bangsa untuk Indonesia yang Bersatu
Sama seperti kita sedang membangun rumah demikianlah kita membangun suatu
negara. Yang pertama harus diperhatikan adalah pondasinya, pondasi yang kuat akan
membuat rumah kuat dan tidak goyah akan angin dan bencana yang menerjang. Dalam suatu
negara pondasi ini adalah generasi muda. Untuk membangun Indonesia yang sesuai harapan
adalah melalui generasi muda ini.

Sebagai rakyat di negara Indonesia ini kita patut merasa bangga karena mempunyai banyak
kekayaan, bukan hanya kekayaan alam tetapi juga kekayaan adat, suku dan bahasa serta agama
atau yang sering disebut dengan kebhinekaan. Namun tak dipungkiri juga bahwa kekayaan
itu tidak selalu membawa kebahagian. Keberagaman ini menciptakan banyak perbedaan yang
memicu perselisihan. Padahal Indonesia akan terlihat gagah dengan persatuan dan
kebhinekaannya yang mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang majemuk.
Persatuan Indonesia adalah sifat dan keadaan negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat
satu. Sifat dan keadaan negara Indonesia yang sesuai dengan hakikat satu berarti mutlak tidak
dapat dibagi – bagi, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang menempati suatu wilayah
tertentu merupakan suatu negara yang berdiri sendiri memiliki sifat dan keadaannya sendiri
yang terpisah dari negara lain di dunia ini. Persatuan dan kebhinekaan harus berjalan
berdampingan, kebhinekaan akan menjadi hal yang indah apabila persatuan dijalankan.
Namun sangat disayangkan pada era ini persatuan di Indonesia semakin terancam
persatuannya karena berbagai pemicu. Tumbuhnya kelompok-kelompok ilegal yang mampu
memprovokasi orang-orang yang kurang back up pengetahuan tentang kebangsaan akan
menjadi mangsa dan korban kelompok-kelompok apatis.

Kembali lagi ke istilah yang telah saya gambarkan diatas, yaitu pondasi yang sangat berarti
dalam membangun suatu rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, genting dan tiang
kalau pondasi tidak kita bangun dengan baik. Demikian untuk membangun Indonesia yang
bersatu kita membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh. Generasi muda adalah pondasi
untuk membangun Indonesia yang bersatu dalam kebhinekaannya.
Membangun Karakter Anak Bangga untuk Merakit Bangsa Indonesia yang
Bersatu
Karakter yang baik akan menciptakan rakyat Indonesia yang bijaksana dalam berbagai
hal saat dia dihadapkan dalam pilihan di hidupnya. Dalam membangun karakter ini peran
orang tua sangat diperlukan misalnya dalam hal-hal yang sederhana saja dirumah ketika masih
balita mengajarkan sopan santun, saling berbagi, saling menghargai,saling menolong, tidak
suka berantam dengan saudara kandungnya. Karakter ini akan menjadi modal yang yang
sangat penting ketika anak-anak bergaul dalam lingkungan yang kompleks seperti sekolah
dan lingkungan masyarakat luas. Dengan modal karakter sejak balita itu akan lebih mudah
mengajarkan tentang ajaran moral yang lebih kompleks baik dari orang tua dan guru yaitu
bagaimana cara memberikan pemahaman tentang pentingnya persatuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di tengah-tengah perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan.
orang tua dapat memberikan contoh dan menceritakan pengalaman ketika berinteraksi dan
bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda suku, agama, ras dan antargolongan.
Hendaknya juga meminta anak-anak untuk bercerita tentang pengalaman mereka berinteraksi
atau bekerja sama dengan teman yang berbeda suku, agama, ras dan antar golongan. Serta
upaya atau keinginan mereka menjaga persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan tersebut.
Dan juga hasil yang di dapat ketika kita mampu menjaga hubungan tersebut. Sebaliknya, kalau
kita tidak bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kita akan sangat mudah dipecah
belah. Diprovokasi. Bahkan dihancurkan. Terutama kepada pihak-pihak tertentu yang ingin
Negara kita pecah dan hancur. Nah, dapat kita lihat pengaruh ajaran sejak balita itu adalah
modal yang sangat penting untuk memudahkan pemahaman tentang persatuan dalam
kebhinekaan Indonesia ini. Ajaran moral ini akan berlanjut pada nasionalisme, patriotisme,
dan mempunyai semangat kebangsaan yang tinggi.Apabila ajaran tentang moral ini tidak
didapatkan sejak balita maka akan menciptakan anak yang bebal akan nasehat dan ajaran
moral. Sedini mungkin kita menanamkan nilai moral yang sesuai Pancasila sebagai dasar
Negara kita.

Perakitan Anak Bangsa Daerah 3T agar Lebih Merasa Indonesia


Salah satu motivasi saya dalam mengangkat tema ini karena saya termasuk anak
daerah 3T ( terpencil, terkecil dan terluar). Bangsa ini Indonesia adalah negara kepulauan
yang sangat luas sehingga masih banyak daerah terpencil, terluar dan terkecil. Untuk menuju
Indonesia yang bersatu hal ini menjadi hal yang sangat sensitif dan harus mendapat perhatian
pemerintah. Sedikit bicara tentang pengalaman pribadi, saya lahir di sebuah dusun bernama
Sirpang Tolu, sebuah dusun yang terletak di pelosok Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Belum
ada sekolah di dusun saya ini sampai sekarang. Untuk bersekolah di sekolah dasar (SD) harus
ke desa seberang dan melanjutkan SMP dan SMA di kota. Saya beruntung mempunyai orang
tua yang sadar betul akan pentingnya pendidikan. Namun bagaimana dengan teman-teman
saya yang tidak seberuntung saya? Sampai umur 8 tahun saya tidak tau bahwa saya itu tinggal
di sebuah negara yang bernama Indonesia. Saya tidak mengenal Indonesia apalagi ada negara
lain diluar Indonesia, dunia di pikiran saya sangat sempit. Dalam benak saya hanya ada satu
bahasa yaitu bahasa Batak, satu suku yaitu suku Batak dan satu agama yaitu agama kristen.
Saya hanya mengira bahwa semua orang di dunia ini tinggal kecamatan saya dan kota yang
paling besar itu adalah Medan. Hal yang lucu memang tapi sangat mengiris hati.

Dengan keadaan yang seperti ini tidak ada rasa persatuan dan cinta tanah air, anak
daerah 3T ini akan sangat mudah di provokasi dan perbedaan bukanlah hal yang lumrah
baginya. Dia akan risih dengan pemerintahan, pendidikan dan tabuh akan kebhinekaan.
Melihat banyaknya daerah 3T di Indonesia tidak dapat dipungkiri apabila tidak mencapat
perhatian maka hal ini akan menjadi sebuah masalah yang serius. Maka sangat diharapkan
sekali perhatian dari pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia untuk anak 3T ini. Menjamin
pendidikan yang sama dengan sarana dan prasarana yang memadai akan membuat mereka
merasa bahwa mereka memiliki negara yang menaungi mereka, Indonesia. misalnya saja guru
yang bisa memberi pemahaman dengan baik tentang Indonesia di sekolah dasar daerah 3T.
Waktu disekolah dasar saya mempunyai 6 guru saja di sekolah saya termasuk kepala sekolah,
dan hanya satu yang PNS dan lulusan sarjana pendidikan, selain itu hanya tenaga honor yang
merupakan ibu rumah tangga yang suka rela mau mengajar dengan ikhlas.

Fenomena yang sering terjadi pada daerah 3T ini adalah suku dan agama yang
homogen, menciptakan sifat cinta terhadap suku dan agama yang berlebihan. Sama halnya
dengan pengalaman saya, mempunyai wilayah yang terpencil yang homogen penduduknya
beragama kristen dan menggunakan bahasa batak sehari-hari serta sulitnya mobilisasi
kendaran membuat saya kurang tau kehidupan luar. Bahkan saat saya melihat orang
mengenakan hijab datang ke kampung saya, semua anak-anak akan bersembunyi karena
takut. Nah, anak-anak ini akan berkembang menjadi seorang remaja yang mencari jati diri,
apabila sejak kecil tidak ada arahan tentang beragamnya budaya, adat, suku dan agama di
Indonesia akan sangat mudah bagi orang yang tidak bertanggungjawab untuk merusak pola
pikir anak tersebut.

Вам также может понравиться