Вы находитесь на странице: 1из 19

Pernahkah kalian memakai pakaian hitam di siang hari yang panas? Jika pernah, bagaimana rasanya?

Pasti
sangat panas, bukan? Mengapa? Ini karena warna hitam menyerap semua cahaya atau sinar yang jatuh
mengenainya sehingga benda tersebut akan menjadi panas. Inilah yang disebut radiasi benda hitam.

Pernahkah kalian melihat lampu pijar? Jika kalian perhatikan, pada bagian filamen lampu berwarna kuning
keputih-putihan padahal lampu berwarna biru. Mengapa hal ini terjadi? Ini terjadi karena suhu lampu pijar
di atas 2.000 K. Semua benda yang berada pada suhu di atas 2.000 K akan memancarkan cahaya putih.

Dalam perambatan cahaya melalui ruang hampa, cahaya dianggap sebagai gelombang, seperti pada
peristiwa interferensi dan difraksi. Adapun dalam peristiwa interaksi cahaya dengan atom maupun
molekul, cahaya dianggap sebagai partikel. Peristiwa tersebut antara lain radiasi panas, efek fotolistrik,
dan gejala compton, yang akan kalian pelajari dalam pembahasan berikut ini.

1. Pengertian Radiasi Panas

Radiasi panas adalah radiasi yang dipancarkan oleh sebuah benda sebagai akibat suhunya. Setiap benda
memancarkan radiasi panas, tetapi pada umumnya, kalian dapat melihat sebuah benda, karena benda itu
memantulkan cahaya yang datang padanya, bukan karena benda itu memancarkan radiasi panas. Benda
baru terlihat karena meradiasikan panas jika suhunya melebihi 1.000 K. Pada suhu ini benda mulai berpijar
merah seperti kumparan pemanas sebuah kompor listrik. Pada suhu di atas 2.000 K benda berpijar kuning
atau keputih-putihan, seperti pijar putih dari filamen lampu pijar. Begitu suhu benda terus ditingkatkan,
intensitas relatif dari spektrum cahaya yang dipancarkannya berubah. Hal ini menyebabkan pergeseran
warna-warna spektrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk menentukan suhu suatu benda.

Gambar 1. Filamen lampu pijar meradiasikan panas pada suhu di atas 2.000 K.
Secara umum bentuk terperinci dari spektrum radiasi panas yang dipancarkan oleh suatu benda panas
bergantung pada komposisi benda itu. Walaupun demikian, hasil eksperimen menunjukkan bahwa ada
satu kelas benda panas yang memancarkan spektra panas dengan karakter universal. Benda ini adalah
benda hitam atau black body.

Benda hitam didefinisikan sebagai sebuah benda yang menyerap semua radiasi yang datang padanya.
Dengan kata lain, tidak ada radiasi yang dipantulkan keluar dari benda hitam. Jadi, benda hitam
mempunyai harga absorptansi dan emisivitas yang besarnya sama dengan satu.

Seperti yang telah kalian ketahui, bahwa emisivitas (daya pancar) merupakan karakteristik suatu materi,
yang menunjukkan perbandingan daya yang dipancarkan per satuan luas oleh suatu permukaan terhadap
daya yang dipancarkan benda hitam pada temperatur yang sama. Sementara itu, absorptansi (daya serap)
merupakan perbandingan fluks pancaran atau fluks cahaya yang diserap oleh suatu benda terhadap fluks
yang tiba pada benda itu.

Gambar 2. Pemantulan yang terjadi pada benda hitam.


Benda hitam ideal digambarkan oleh suatu rongga hitam dengan lubang kecil. Sekali suatu cahaya
memasuki rongga itu melalui lubang tersebut, berkas itu akan dipantulkan berkali-kali di dalam rongga
tanpa sempat keluar lagi dari lubang tadi. Setiap kali dipantulkan, sinar akan diserap dinding-dinding
berwarna hitam. Benda hitam akan menyerap cahaya sekitarnya jika suhunya lebih rendah daripada suhu
sekitarnya dan akan memancarkan cahaya ke sekitarnya jika suhunya lebih tinggi daripada suhu
sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1. Benda hitam yang dipanasi sampai suhu yang cukup tinggi
akan tampak membara.

Benda hitam sempurna adalah pemancar kalor paling baik (e = 1). Contoh yang mendekati benda hitam
sempurna adalah kotak tertutup rapat yang dilubangi dengan lubang udara (ventilasi) rumah.
2. Intensitas Radiasi Benda Hitam

Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam. Radiasi
ini menjangkau seluruh daerah panjang gelombang. Distribusi energi pada daerah panjang gelombang ini
memiliki ciri khusus, yaitu suatu nilai maksimum pada panjang gelombang tertentu. Letak nilai maksimum
tergantung pada temperatur, yang akan bergeser ke arah panjang gelombang pendek seiring dengan
meningkatnya temperatur.

Pada tahun 1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan eksperimen untuk mengetahui
karakter universal dari radiasi benda hitam. Ia menemukan bahwa daya total per satuan luas yang
dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam panas (intensitas total) adalah sebanding
dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat dirumuskan:

I total = σ . T4 ....................................................... (1)

dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua frekuensi, T adalah
suhu mutlak benda, dan σ adalah tetapan Stefan-Boltzman, yang bernilai 5,67 × 10-8 Wm-2K-4.

Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi hukum yang sama, hanya diberi
tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1 sehingga:

I total = e.σ.T4 ............................................................ (2)

Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan (2) dapat ditulis sebagai:

P/A = = e. σ. T4 ...................................................... (3)

dengan:

P = daya radiasi (W)


A = luas permukaan benda (m2)
e = koefisien emisivitas
T = suhu mutlak (K)

Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik cahaya, Ludwig Boltzmann
(1844 - 1906) secara teoritis menurunkan hukum yang diungkapkan oleh Joseph Stefan (1853 - 1893) dari
gabungan termodinamika dan persamaan-persamaan Maxwell. Oleh karena itu, persamaan (2) dikenal
juga sebagai Hukum Stefan- Boltzmann, yang berbunyi:

“Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam dalam satuan waktu akan
berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur termodinamikanya”.

Contoh Soal 1 :

Lampu pijar dapat dianggap berbentuk bola. Jari-jari lampu pijar pertama 3 kali jari-jari lampu pijar kedua.
Suhu lampu pijar pertama 67 oC dan suhu lampu pijar kedua 407 oC. Tentukan perbandingan daya radiasi
lampu pertama terhadap lampu kedua!

Besaran yang diketahui:

T1 = (67 + 273) K = 340 K


T2 = (407 + 273) K = 680 K
R1 = 3 R2

Perbandingan daya radiasi lampu pertama terhadap lampu kedua:


1. Hukum Pergeseran Wien

Untuk sebuah benda hitam, berlaku suatu hubungan antara panjang gelombang dengan suhu mutlak
yang dinyatakan :

λm .T = C............................................................ (1)

dengan λm merupakan panjang gelombang yang sesuai dengan radiasi energi maksimum, T adalah
temperatur termodinamik benda, dan C adalah tetapan pergeseran Wien (2,898 × 10-3 mK). Hubungan
tersebut disebut Hukum pergeseran Wien, yang dinyatakan oleh Wilhelm Wien (1864 - 1928). (Baca juga
: Radiasi Panas)

Gambar 1. Grafik hubungan pergeseran Wien.


Gambar 1. memperlihatkan grafik hubungan antara intensitas radiasi dan panjang gelombang radiasi
benda hitam ideal pada tiga temperatur yang berbeda. Grafik ini dikenal sebagai grafik distribusi
spektrum. Intensitas merupakan daya yang dipancarkan per satuan panjang gelombang. Ini merupakan
fungsi panjang gelombang I maupun temperatur T, dan disebut distribusi spektrum.

Dari grafik terlihat bahwa puncak kurva penyebaran energi spektrum bergeser ke arah ujung spektrum
panjang gelombang pendek dengan semakin tingginya temperatur.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,T) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya
dapat dibandingkan dengan Gambar 1.
Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh- Jeans yang dinyatakan:

P (λ,T) = 8 π k T λ-4

dengan k merupakan konstanta Boltzmann.

Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh secara percobaan untuk panjang gelombang yang panjang,
tetapi tidak sama pada panjang gelombang pendek. Begitu λ mendekati nol, fungsi P (λ, T ) yang
ditentukan secara percobaan juga mendekati nol, tetapi fungsi yang dihitung mendekati tak terhingga
karena sebanding dengan λ-4. Dengan demikian, yang tak terhingga yang terkonsentrasi dalam panjang
gelombang yang sangat pendek. Hasil ini dikenal sebagai katastrof ultraviolet.
2. Hukum Radiasi Planck

Pada tahun 1900, fisikawan Jerman, Max Planck, mengumumkan bahwa dengan membuat suatu
modifikasi khusus dalam perhitungan klasik dia dapat menjabarkan fungsi P (λ,T) yang sesuai dengan data
percobaan pada seluruh panjang gelombang.

Hukum radiasi Planck menunjukkan distribusi (penyebaran) energi yang dipancarkan oleh sebuah benda
hitam. Hukum ini memperkenalkan gagasan baru dalam ilmu fisika, yaitu bahwa energi merupakan suatu
besaran yang dipancarkan oleh sebuah benda dalam bentuk paketpaket kecil terputus-putus, bukan
dalam bentuk pancaran molar. Paket-paket kecil ini disebut kuanta dan hukum ini kemudian menjadi
dasar teori kuantum.

Gambar 2. Distribusi spektrum radiasi benda hitam terhadap panjang gelombang pada T = 1.600 K.
Rumus Planck menyatakan energi per satuan waktu pada frekuensi v per satuan selang frekuensi per
satuan sudut tiga dimensi yang dipancarkan pada sebuah kerucut tak terhingga kecilnya dari sebuah
elemen permukaan benda hitam, dengan satuan luas dalam proyeksi tegak lurus terhadap sumbu kerucut.

Pernyataan untuk intensitas jenis monokromatik Iv adalah:

Iv = 2hc-2v3/(exp (hv/kT) –1) ....................................... (2)

dengan h merupakan tetapan Planck, c adalah laju cahaya, k adalah tetapan Boltzmann, dan T adalah
temperatur termodinamik benda hitam.
Intensitas juga dapat dinyatakan dalam bentuk energi yang dipancarkan pada panjang gelombang λ per
satuan selang panjang gelombang. Pernyataan ini dapat dituliskan dalam bentuk:

Rumus Planck dibatasi oleh dua hal penting berikut ini.

1. Untuk frekuensi rendah v << (kT/h), dan panjang gelombang yang panjang λ >> (hc/kT), maka akan
berlaku rumus Rayleigh-Jeans.

Iv = 2.c-2.v2.k.T

atau

Iλ = 2.c.λ-4 .k.T

Pada persamaan tersebut tidak mengandung tetapan Planck, dan dapat diturunkan secara klasik dan tidak
berlaku untuk frekuensi tinggi, seperti energi tinggi, karena sifat kuantum foton harus pula
diperhitungkan.

2. Pada frekuensi tinggi v >> (kT/h), dan pada panjang gelombang yang pendek λ << (hc/kT), maka akan
berlaku rumus Wien:

Iv = 2.h.c-2v3exp (-hv/kT)

atau

Iλ = 2.h.c2. λ−5 exp (-hv/λkT)


Max Planck menyatakan dua anggapan mengenai energi radiasi sebuah benda hitam.

1. Pancaran energi radiasi yang dihasilkan oleh getaran molekul-molekul benda dinyatakan oleh:

E = n.h.v ........................................................ (4)

dengan v adalah frekuensi, h adalah sebuah konstanta Planck yang nilainya 6,626 × 10-34 Js, dan n adalah
bilangan bulat yang menyatakan bilangan kuantum.

2. Energi radiasi diserap dan dipancarkan oleh molekul-molekul secara diskret yang disebut kuanta atau
foton. Energi radiasi ini terkuantisasi, di mana energi untuk satu foton adalah:

E = h.v ........................................................ (5)

dengan h merupakan konstanta perbandingan yang dikenal sebagai konstanta Planck. Nilai h ditentukan
oleh Planck dengan menyesuaikan fungsinya dengan data yang diperoleh secara percobaan. Nilai yang
diterima untuk konstanta ini adalah:

h = 6,626× 10-34 Js = 4,136× 10-34 eVs.

Planck belum dapat menyesuaikan konstanta h ini ke dalam fisika klasik, hingga Einstein menggunakan
gagasan serupa untuk menjelaskan efek fotolistrik.

Berapakah panjang gelombang sebuah radiasi foton yang memiliki energi 3,05 × 10-19 Js? (Diketahui
konstanta Planck, h = 6,626 × 10-34 Js dan cepat rambat cahaya, c = 3 × 108 m/s)

Penyelesaian:

Diketahui:

E = 3,05 × 10-19 Js
h = 6,626 × 10-34 Js
c = 3× 108 m/s
Ditanya: λ = ... ?

Pembahasan :

Materi Fisika :

Konstanta Planck h merupakah tetepan fundamental yang besarnya sama dengan perbandingan antara
energi E dari suatu kuantum energi terhadap frekuensinya.
1. Pengertian Efek Fotolistrik

Pada tahun 1905, Einstein menggunakan gagasan Planck tentang kuantisasi energi untuk menjelaskan
efek fotolistrik. Efek fotolistrik ditemukan oleh Hertz pada tahun 1887 dan telah dikaji oleh Lenard pada
tahun 1900. Gambar 1. menunjukkan diagram sketsa alat dasarnya. Apabila cahaya datang pada
permukaan logam katoda C yang bersih, elektron akan dipancarkan. Jika elektron menumbuk anoda A,
terdapat arus dalam rangkaian luarnya. Jumlah elektron yang dipancarkan yang dapat mencapai elektroda
dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan membuat anoda positif atau negatif terhadap katodanya.
Apabila V positif, elektron ditarik ke anoda.

Gambar 1. Sketsa alat untuk mengkaji efek elektromagnetik.


Apabila V negatif, elektron ditolak dari anoda. Hanya elektron dengan energi kinetik ½ mv2 yang lebih
besar dari eV kemudian dapat mencapai anoda. Potensial V0 disebut potensial penghenti. Potensial ini
dihubungkan dengan energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkan oleh:

(½ mv2)maks = e.V0 .................................................... (1)


Percobaan yang lebih teliti dilakukan oleh Milikan pada tahun 1923 dengan menggunakan sel fotolistrik.
Keping katoda dalam tabung ruang hampa dihubungkan dengan sumber tegangan searah. Kemudian,
pada katoda dikenai cahaya berfrekuensi tinggi. Maka akan tampak adanya arus listrik yang mengalir
karena elektron dari katoda menuju anoda. Setelah katoda disinari berkas cahaya, galvanometer ternyata
menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa ada arus listrik yang mengalir dalam rangkaian.

Gambar 2. Efek fotolistrik.


Einstein telah menjelaskan bahwa untuk mengeluarkan elektron dari permukaan logam dibutuhkan energi
ambang. Jika radiasi elektromagnet yang terdiri atas foton mempunyai enegi yang lebih besar
dibandingkan energi ambang, maka elektron akan lepas dari permukaan logam.

Akibatnya energi kinetik maksimum dari elektron dapat ditentukan dengan persamaan:

Ek = h.f – h. f0 ................................................... (2)

dengan:

f, f0 = frekuensi cahaya dan frekuensi ambang (Hz)


h = konstanta Planck (6,63 × 10-34 Js)
Ek = energi kinetik maksimum elektron ( J)
Contoh Soal 1 :

Frekuensi ambang suatu logam sebesar 8,0 × 1014 Hz dan logam tersebut disinari dengan cahaya yang
memiliki frekuensi 1015 Hz. Jika tetapan Planck 6,6 × 1014 Js, tentukan energi kinetik elekton yang terlepas
dari permukaan logam tersebut!

Penyelesaian:

Diketahui:

f0 = 8,0 × 1014 Hz
f = 1015 Hz
h = 6,6 × 10-34 Js

Ditanya: Ek = ...?

Pembahasan :

Ek = h.f – h.f0
Ek = 6,6 × 10-34 (1014 – (8,0 × 1014))
Ek = 1,32 × 10-19 J
Penerapan Efek Fotolistrik pada Sel Surya

Gambar 3. Panel Sel Suya. (Foto : inhabitat.com)

Sel surya atau sel fotovoltaik adalah memanfaatkan efek fotolistrik untuk membangkitkan arus listrik dari
cahaya matahari. Efek fotolistrik muncul ketika cahaya tampak atau radiasi ultraviolet jatuh ke permukaan
benda tertentu. Cahaya atau radiasi mendorong elektron keluar dari benda tersebut, yang jumlahnya
dapat diukur dengan meteran listrik.

Keunikan efek fotolistrik adalah ia hanya muncul ketika cahaya yang menerpa memiliki frekuensi di atas
nilai ambang tertentu. Di bawah nilai ambang tersebut, tidak ada elektron yang terpancar keluar, tidak
peduli seberapa banyak cahaya yang menerpa benda. Frekuensi minimum yang kemunculan efek
fotolistrik tergantung pada jenis bahan yang disinari.
2. Efek Compton

Gejala Compton merupakan gejala hamburan (efek) dari penembakan suatu materi dengan sinar-X. Efek
ini ditemukan oleh Arthur Holly Compton pada tahun 1923. Jika sejumlah elektron yang dipancarkan
ditembak dengan sinar-X, maka sinar-X ini akan terhambur. Hamburan sinar-X ini memiliki frekuensi yang
lebih kecil daripada frekuensi semula.

Menurut teori klasik, energi dan momentum gelombang elektromagnetik dihubungkan oleh:

E = p.c
E2 = p2.c2 + (m.c2)2 ............................................... (3)

Jika massa foton (m) dianggap nol. Gambar 3. menunjukkan geometri tumbukan antara foton dengan
panjang gelombang λ, dan elektron yang mula-mula berada dalam keadaan diam.

Gambar 4. Gejala Compton sinar-x oleh elektron.


Compton menghubungkan sudut hamburan θ terhadap yang datang dan panjang gelombang
hamburan λ1 dan λ2. p1 merupakan momentum foton yang datang dan p2 merupakan momentum foton
yang dihamburkan, serta p.c merupakan momentum elektron yang terpantul.
Kekekalan momentum dirumuskan:

p1 = p2 + pe atau pe = p1 – p2

Dengan mengambil perkalian titik setiap sisi diperoleh:

pe2 = p12 + p22 – 2p1p2cos θ .................................. (4)

Kekekalan energi memberikan:

Hasil Compton adalah:

Contoh Soal 2 :

Jika h = 6,6 × 10-34 Js, c = 3,0 × 108 m/s, dan m = 9,0 × 10-31 kg, tentukan perubahan panjang gelombang
Compton!

Penyelesaian:

Diketahui:

h = 6,6 × 10-34 Js
c = 3,0 × 108 m/s
m = 9,0 × 10-31 kg

Ditanya: Δλ = ... ?
Pembahasan :

Contoh Soal 3 :

Sebuah foton dengan panjang gelombang 0,4 nm menabrak sebuah elektron yang diam dan memantul
kembali dengan sudut 150o ke arah asalnya. Tentukan kecepatan dan panjang gelombang dari foton
setelah tumbukan!

Penyelesaian:

a. Laju foton selalu merupakan laju cahaya dalam vakum, c yaitu 3 × 108 m/s.
b. Untuk mendapatkan panjang gelombang setelah tumbukan, dengan menggunakan persamaan efek
compton:

Pembahasan :
DAFTAR PUSTAKA :
1. Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/pengertian-radiasi-benda-hitam-
radiasi-panas-rumus-contoh-soal-jawaban-intensitas-fisika-praktikum.html#ixzz2qwLqxbLg
2. Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/hukum-pergeseran-wien-hukum-
radiasi-planck-bunyi-contoh-soal-jawaban-radiasi-benda-hitam-intensitas-frekuensi-teori-
fisika.html#ixzz2qwMTvAX7
3. Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/pengertian-efek-fotolistrik-efek-
compton-rumus-contoh-soal-praktikum-jawaban-penerapan-aplikasi-radiasi-benda-hitam-
gejala-fisika.html#ixzz2qwMngjKb
4. Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/pengertian-efek-fotolistrik-efek-
compton-rumus-contoh-soal-praktikum-jawaban-penerapan-aplikasi-radiasi-benda-hitam-
gejala-fisika.html#ixzz2qwMtKOW7
5. Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/pengertian-efek-fotolistrik-efek-
compton-rumus-contoh-soal-praktikum-jawaban-penerapan-aplikasi-radiasi-benda-hitam-
gejala-fisika.html#ixzz2qwMzWEM5
RADIASI BENDA HITAM

NAMA : KRIST SETYO Y

KELAS : XII – IPA

No. : 10

SMA BRUDERAN PURWOREJO

Вам также может понравиться