Вы находитесь на странице: 1из 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Mutu

Mutu menurut ISO 9000: 2000 adalah derajat/tingkat karakteristik yang

melekat pada produk yang mencukupi persyaratan dan keinginan. Adapun area

tanggung jawab mutu adalah pasien dalam menerima asuhan keperawatan,

praktisi dalam penampilan kinerja dan profit dalam pembiayaan keperawatan.

Joint Commision telah membuat program jaminan mutu sebagai syarat

bagi pengakreditasian rumah sakit. Kebutuhan akan kegiatan jaminan mutu

keperawatan dilontarkan pada standar keperawatan nomor 12.8 dari buku panduan

pengakreditasian unit kerja tahun 1986 (Gillies, 1994); (12.8.1) Departemen

keperawatan memiliki suatu proses yang terencana dan sistematis untuk

memonitor dan mengevaluasi mutu serta kelayakan perawatan pasien serta

memecahkan masalah- masalah yang timbul; (12.8.2) Mutu dan kelayakan

perawatan pasien dimonitor dan dievaluasi di semua fungsi klinis utama dari

departemen keperawatan; (12.8.3) Monitor dan evaluasi dilakukan dengan cara

sebagai berikut pengumpulan data mengenai aspek-aspek penting dari asuhan

keperawatan dan pemeriksaan periodik oleh departemen keperawatan terhadap

data yang dilaporkan, dan mengidentifikasi masalah-masalah penting dalam

perawatan pasien serta kesempatan untuk meningkatkan mutu keperawatan;

(12.8.3) Apabila masalah penting dalam perawatan pasien dan kesempatan untuk

mengembangkan mutu keperawatan telah teridentifikasi maka segera diambil

8
Universitas Sumatera Utara
tindakan dan dievaluasi keefektifan tindakan tersebut; (12.8.4) Penemuan dan

kesimpulan dari hasil monitor, evaluasi dan kegiatan pemecahan masalah

didokumentasikan dan dilaporkan sebagaimana mestinya; (12.8.5) Tindakan-

tindakan yang diambil dalam pemecahan masalah dan efek dari tindakan tersebut

terhadap peningkatan mutu keperawatan didokumentasikan dan dilaporkan

sebagaimana mestinya.

2.2. Aspek Penilaian Mutu

Secara umum aspek penilaian meliputi E-DIA (Evaluasi, Dokumen,

Instrumen, Audit). Struktur adalah semua masukan untuk sistem pelayanan

sebuah RS yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana dan prasarana), M3 (metode

asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (marketing), dan lainnya (Nursalam, 2007).

Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lainnya

yang mengadakan interaksi profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur dalam

bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosa, rencana tindakan

keperawatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan

(Sitorus. R, 2011)

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi

lain terhadap pasien. Ada empat prinsip utama dalam manajemen mutu (Bustami,

2011):

a. Kepuasan pelanggan

Konsep mengenai kualitas dan pelanggan mengalami

perluasan.Kualitas tidak lagi bermakna kesesuaian dengan spesifikasi

Universitas Sumatera Utara


tertentu, tetapi kualitas ditentukan oleh pelanggan.Pelanggan itu sendiri

meliputi pelanggan internal, pelanggan eksternal dan

intermediate.Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam

segala aspek termasuk di dalamnya harga, kenyamanan, keamanan, dan

ketepatan waktu.

b. Penghargaan terhadap setiap orang

Dalam organisasi kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai

sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap

orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi

kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan

keputusan.

c. Manajemen berdasarkan fakta

Organisasi kelas dunia berorientasi fakta. Maksudnya bahwa setiap

keputusan selalu didasarkan pada data dan informasi, bukan sekedar

perasaan.

d. Perbaikan berkesinambungan

Agar dapat sukses, setiap organisasi perlu melakukan proses secara

sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep

yang berlaku disini adalah siklus PDCA (plan- do- check- action), yang

terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan

rencana,pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan koreksi

terhadap hasil yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara


Indikator- indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:

(1) angka infeksi nosokomial: 1-2 %, (2) angka kematian kasar: 3-4 %, (3)

kematian pasca- bedah: 1-2 %, (4) kematian ibu melahirkan : 1-2 %, (5) kematian

bayi baru lahir: 20/ 1000, (6) NDR (Net Death Rate): 2,5 %, (7) ADR (Anesthesia

Death Rate): max 1/ 5000, (8) PODR (Post- Operation Death Rate): 1%, dan (9)

POIR (Post Operative Infection Rate): 1% (Nursalam, 2007).

Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat effisiensi RS meliputi:

(1) unit cost untuk rawat jalan, (2) jumlah penderita yang mengalami dekubitus,

(3) jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur, (4) BOR: 70- 85%, (5) BTO

(Bed Turn Over): 5- 45 hari atau 40- 50 kali per satu TT/ tahun, (6) TOI (Turn

Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong, dan (7) LOS: 7- 10 hari (komplikasi,

infeksi nosokomial, gawat darurat, tingkat kontiminasi dalam darah, tingkat

kesalahan, dan kepuasan pasien) (Nursalam, 2007).

Indikator cakupan pelayanan rumah sakit terdiri atas: (1) jumlah dan

persentase kunjungan rawat inap menurut jarak RS dan asal pasien, dan (2)

jumlah pelayanan dan tindakan (Nursalam, 2007).

Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien meliputi: (1)

pasien jatuh dari tempat tidur, (2) pasien diberi obat salah, (3) tidak ada oksigen,

(4) tidak ada penyedot alat pemadam kebakaran, (5) pemakaian obat, (6)

Pemakaian air, listrik, gas, dan lain- lain (Nursalam, 2007).

2.3. Mutu Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit di mana mutu pelayanan keperawatan harus dikelola dengan sebaik

Universitas Sumatera Utara


baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap dapat

menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit.Sistem pemberian asuhan

keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam

memberikan pelayanan keperawatan kepada klien (Sitorus.R & Panjaitan.R,

2011).

Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang

berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab

perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien, tetapi juga menjadi

tanggung jawab manajer. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang

bermutu memerlukan sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen,

motivasi dan faktor eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan,

struktur organisasi, sistem penugasan dan pembinaan.

Pelayanan di ruang rawat inap bermula sejak masuknya pasien ke rumah

sakit sampai pasien pulang. Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut :

1. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien

harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien

memerlukan penanganan segera.

2. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan

bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar.

3. Penanganan para dokter dan perawat yang profesional akan

menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih

rumah sakit .

Universitas Sumatera Utara


4. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada

rumah sakit.

5. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional.

6. Lingkungan rumah sakit yang nyaman (Sitorus. R & Panjaitan. R,

2011).

Mutu pelayanan keperawatan klinik lebih berorientasi kepada pasien dan

memberikan kontribusi dalam mutu pelayanan kesehatan.Mutu sendiri merupakan

kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan pelanggan (Gillies, 1994).

Kualitas layanan keperawatan selalu menjadi kepentingan bagi

perawat.Namun perkembangan sistem untuk mengukur dan mengelola kualitas

keperawatan telah relatif berpusat pada kepuasan pasien yang sangat sulit

dipahami terhadap pelayanan keperawatan.

Kualitas pelayanan kesehatan secara umum meliputi struktur, proses dan

hasil (Donabedian, 1980 dalam Foulkes, M., 2011). Dimensi mutu pelayanan

Parasuraman et al, (1988) menemukan bahwa lima dimensi pokok mutu yaitu:

a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,

pegawai, dan saran komunikasi.

b. Kehandalan yakni kemampuan memberikan pelayanan dengan segera,

akurat, dan memuaskan.

c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

Universitas Sumatera Utara


d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,

dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari bahaya,

resiko atau keragu raguan.

e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi

yang perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Upaya untuk dapat menilai mutu dari asuhan keperawatan telah ditetapkan

indikator klinik keperawatan.Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu

peristiwa atau kondisi.Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan

satu kecendrungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan.

Berdasarkan hal tersebut indikator klinik adalah kuantitas sebagai pedoman untuk

mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap

pelayanan (Depkes RI, 2008). Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik

SP2KP meliputi (Depkes RI, 2008) :

a. Keselamatan pasien

Indikator ini meliputi pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan

pemberian obat dan cedera akibat restrain.

1. Dekubitus

Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

gangguan integritas kulit.Hal ini terjadi akibat tekanan, gesekan dan

kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya.

2. Kesalahan dalam pemberian obat

Kesalahan dalam pemberian obat oleh perawat terjadi jika perawat

melakukan kesalahan dalam prinsip 6 benar dalam pemberian obat

Universitas Sumatera Utara


yaitu benar pasien, benar obat, benar waktu pemberian, benar dosis,

benar cara pemberian dan benar dokumentasi.

3. Pasien jatuh

Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke

lantai atau tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istirahat

ataupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit

stroke, epilepsi, bahaya karena terlalu banyak aktivitas. Angka

kejadian pasien jatuh adalah persentase jumlah insidensi pasien jatuh

dari tempat tidur yang terjadi di sarana kesehatan pada periode waktu

tertentu setiap bulan.

4. Restrain

Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk mobilisasi, terutama

untuk pasien bingung atau disorientasi. Restrain hanya digunakan bila

metode lain sudah tidak efektif.

b. Perawatan diri

Perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi

agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan

perawatan diri misalnya kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih dan lain

lain.

c. Kepuasan pasien

Universitas Sumatera Utara


Tingkat kepuasan pasien berdasarkan efisiensi, efektivitas, biaya dan perilaku

terdiri dari: (1) kelengkapan dan ketepatan informasi, (2) penurunan kecemasan,

(3) perawat terampil professional, (4) pasien merasa nyaman, (5) terhindar dari

bahaya, (6) privacy terjaga, dan (7) perawat ramah dan empati.

d. Kecemasan

Cemas adalah perasaan was-was seakan terjadi sesuatu sebagai ancaman.

Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien karena dapat

menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat.

e. Kenyamanan

Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.Nyeri dapat

disebabkan oleh satu atau lebih penyebab atau bahkan tidak diketahui

penyebabnya.

f. Pengetahuan

Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang penyakitnya

dan discharge planning.Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah dalam

pemberian informasi pengetahuan pasien di ruang rawatan.

Peningkatan mutu pelayanan keperawatan dapat dilakukan sesuai

pendekatan Deming atau pendekatan sistem (Sitorus.R, 2011).

1. Pendekatan Deming

Universitas Sumatera Utara


Siklus kegiatan yang terus-menerus dari Deming dalam Wijono (1999)

mengidentifikasi empat tahapan yaitu plan, do, check, and action atau disingkat

PDCA. PDCA merupakan proses pemecahan masalah klasik.

a. Plan merupakan proses mutu pelayanan keperawatan seharusnya dimulai

dengan merencanakan secara hati-hati dan cermat langkah-langkah kegiatan

perencanaan, seperti analisa situasi, penetapan tujuan, sasaran, jenis kegiatan

dan monitoring pelayanan keperawatan. Dalam tahap ini, ditetapkan apa

tujuan, apa yang dibutuhkan, tipe penampilan yang diukur dan siapa yang

bertanggung jawab serta tolak ukur keberhasilan.

b. Do,Perencanaan yang dibuat diikuti oleh setiap orang yang bersangkutan. Di

sini termasuk pelaksanaan pelatihan, metode ilmiah, survey kebutuhan dan

keinginan pelanggan, pengumpulan dan pengolahan data.

c. Check, Memeriksa apakah kegiatan peningkatan mutu yang telah dibuat

sesuai yang direncanakan, mengamati hasilnya, efeknya yang terjadi dan

adanya perubahan.

d. Action, Kegiatan koreksi dilaksanakan berdasarkan pelajaran yang diambil

dari tahapan sebelumnya. Perubahan-perubahan seharusnya diadopsi atau

dihilangkan sesuai hasil dari tahap sebelumnya.

2. Pendekatan sistem

Pendekatan sistem dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan

memperhatikan manajemen mutu mulai dari input, proses, dan output.

a. Mutu input atau struktur

Universitas Sumatera Utara


Struktur meliputi penampilan tempat dan sumber-sumber yang ada yaitu

fasilitas, kenyamanan dan keamanan, peralatan, kelengkapan, tenaga keperawatan

dan biaya ketersediaan. Beberapa kegiatan untuk menjamin mutu asuhan

keperawatan adalah:

1) Tenaga. Tenaga yang bermutu sesuai dengan dasar pendidikan profesi

masing-masing dan senantiasa ditingkatkan dengan pendidikan dan pelatihan

yang berkelanjutan.

2) Standar dan prosedur pelayanan keperawatan. Penggunaan standar

prosedur untuk mengetahui apakah pelayanan keperawatan yang dilakukan

sesungguhnya adalah bermutu.

3) Perizinan. Izin adalah suatu pernyataan boleh melakukan sesuatu kegiatan.

Izin diberikan setelah syarat-syarat dipenuhi. Pada dasarnya izin

dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak

bertanggung jawab.

4) Sertifikasi, pemberian sertifikasi dikaitkan dengan telah berhasilnya

seseorang setelah menempuh pendidikan dan pelatihan professional.

5) Akreditasi, tenaga keperawatan diharuskan untuk memperoleh angka

kredit tertentu berkaitan dengan praktik pelayanan keperawatan. Makin

banyak memperoleh angka kredit, maka tenaga tersebut semakin bermutu.

b. Mutu proses

Menjaga mutu pelayanan keperawatan pada sisi proses berhubungan

langsung dengan praktik pelayanan, apakah telah mengacu pada standar prosedur

Universitas Sumatera Utara


yang dapat diketahui melalui observasi langsung, penilaian diri perawat dan

penilaian dokumentasi pasien.

c. Mutu output

Output menunjukkan sasaran akhir semua aktifitas pelayanan

keperawatan.Hasil yang diharapkan dapat dilihat dari angka infeksi nosokomial,

angka dekubitus, angka pasien jatuh, dan kepuasan pasien.

Upaya meningkatkan pelayanan yang berkualitas, efisien dan efektif serta

berfokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan baik internal ataupun

eksternal.Customer atau pelanggan adalah individu atau unit yang menikmati/

membeli/menerima produk/barang/jasa/pelayanan dengan harapan mendapatkan

keuntungan atau kepuasan.Customer internal adalah individu atau unit yang

melakukan jasa pelayanan di rumah sakit misalnya dokter, perawat, apoteker,

teknisi, staf administrasi.Customer eksternal adalah individu atau unit yang

menikmati jasa pelayanan, yaitu pasien yang dirawat, individu/ unit yang

berhubungan dengan rumah sakit (Sitorus.R & Panjaitan.R, 2011).

2.4. Pelayanan Keperawatan

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di

dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku (Permenkes RI, 2001). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan

profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan

pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual

yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik

Universitas Sumatera Utara


sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia untuk

mencapai derajat kesehatan yang optimal (PPNI, 2009).

Menurut Griffith dalam Sitorus.R & Panjaitan. R (2011) menyatakan

bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan

klinik antara lain:

1. Pelayanan keperawatan personal (personal nursing care), yang antara

lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk

sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosional

pada pasien, pemberian obat, dll.

2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik,

mengingat perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu

sehingga merupakan petugas yang seyogyanya paling tahu tentang

keadaan pasien.

3. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien, Komunikasi yang baik

dengan keluarga atau kerabat pasien akan membantu proses

penyembuhan pasien itu sendiri.

4. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan. Perawat

bertanggungjawab terhadap lingkungan bangsal perawatan pasien, baik

lingkungan fisik, mikrobiologik, keamanan, dan lain-lain.

5. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.

Program ini diberikan pada pasien dengan materi spesifik sesuai

dengan penyakit yang dideritannya.

Universitas Sumatera Utara


Perawat pelaksana ruang rawat adalah seorang tenaga keperawatan yang

diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan di ruang

rawat. Yang merupakan syarat bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap adalah

sebagai berikut: (1) pendidikan: berijazah pendidikan formal

keperawatan/kebidanan dari semua jenjang pendidikan yang disahkan oleh

pemerintah/yang berwenang, (2) kursus/pelatihan: tidak ada, (3) pengalaman

kerja: tidak ada, dan (4) kondisi fisik: sehat fisik dan rohani (DepKes, 1999).

Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat

bertanggung jawab kepada kepala ruangan dan kepala instalasi tehadap hal- hal

sebagai berikut: (1) kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai standar, (2) kebenaran dan ketepatan dalam

mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan (DepKes, 1999).

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat

mempunyai wewenang sebagi berikut: (1) meminta informasi dan petunjuk

kepada atasan, (2) memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/ keluarga

pasien sesuai kemampuan dan batasan kewenangan (DepKes, 1999).

Adapun uraian tugas yang harus dilaksanakan perawat di ruang rawat inap

adalah: (1) memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya, (2) menerima

pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan berlaku, (3) memelihara peralatan

keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap pakai, (4) melakukan

pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan sesuai batas

kemampuannya, (5) menyusun rencana keperawatan sesuai batas kemampuannya,

(6) melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas

Universitas Sumatera Utara


kemampuannya antara lain melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program

pengobatan, memberikan penyuluhan kesehatan kepada psien sesuai penyakitnya,

melatih dan membantu pasien untuk melakukan latihan gerak, melakukan

tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas tinggi, kolaps, pendarahan,

keracunan, henti nafas, dan henti jantung) sesuai protap yang berlaku dan

selanjutnya melaporkan kepada dokter ruang rawat atau dokter jaga, (7)

melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya, (8)

mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat

berdarkan hasi observasi, (9) berperanserta dengan anggota tim kesehatan dalam

membahas kasus dan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, (10)

melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai jadwal

dinas, (11) mengikuti pertemuan berkala yang diadakan kepala ruang rawat, (12)

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan, antara lain

melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas izin/persetujuan atasan, (13)

melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat

dan benar sesuai standar asuhan keperawatan, (14) melaksanakan serah terima

tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian

dinas, (15) memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya dengan

keadaan dan kebutuhan pasien mengenai program diet, pengobatan yang perlu

dilanjutkan dan cara penggunaannya, pentingnya pemeriksaan ulang di rumah

sakit, puskesmas, atau institusi kesehatan, cara hidup sehat sepertipengaturan

istirahat, makanan yang bergizi, atau bahan pengganti sesuai keadaan sosial

ekonomi, (16) melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan seperti

Universitas Sumatera Utara


rollstorl, tongkat penyangga, protesa (17) melatih pasien untuk melaksanakan

tindakan keperawatan di rumah misalnya merawat luka dan melatih anggota gerak

dan (18) menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi menyediakan formulir

untuk penyelesaian administrasi, seperti: surat izin pulang, surat keterangan

istirahat sakit, petunjuk diet, resep obat untuk di rumah, surat rujukan atau

pemeriksaan ulang, dan lain-lain (DepKes, 1999).

2.5. Konsep Kinerja Perawat

Kinerja adalah suatu proses dan hasil yang dicapai oleh seseorang menurut

ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja perawat adalah

tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar

hukum, aturan serta sesuai dengan moral dan etika, dimana kinerja yang baik

dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa (Carthon et al, 2011).

Penekanannya akan lebih banyak kepada sasaran dalam bentuk target yang

terukur daripada kompetensi. Kinerja mereka akan diukur berdasarkan apa yang

telah dilakukan untuk mencapai hasil sehingga mereka melakukannya akan

menjadi kurang penting. Kinerja manajer, ketua tim, dan staf profesional

umumnya juga akan diukur dengan mengacu kepada defenisi akuntabilitas

utamanya. Pencapaian target secara kuantitatif masih penting bagi aspek-aspek

tertentu dari pekerjaan tersebut yang mungkin tidak dapat diukur dan

dipergunakan.

Universitas Sumatera Utara


Pada pekerjaan administratif dan pendukung, ukuran kinerja akan

dihubungkan dengan defenisi dari tugas-tugas utama atau aktifitas kunci terhadap

standar kinerja yang berkesinambungan akan disertakan untuk mengukur kinerja.

Persyaratan atribut dan kompetensi yang sesuai dengan tingkat pekerjaan akan

tetap penting. Pada beberapa pekerjaan, kinerja akan diukur dengan mengacu

kepada standar output ataupun lama waktu yang dipakai.

Attribute menurut kamus Oxford adalah kualitas yang melekat pada diri

seseorang atau sesuatu. Atribut mengacu pada apa yang perlu diketahui dan dapat

dilakukan oleh seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara efektif.

Karenanya atribut terdiri sari pengetahuan dan keahlian (Dharma, 2005).

Kompetensi mengacu kepada dimensi perilaku dari suatu peran-perilaku

yang diperlukan seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara

memuaskan. Daftar kompetensi yang digunakan dalam Standard chartered

(Amstrong, 1994) adalah pengetahuan kerja dan profesional, kesadaran organisasi

dan konsumen, komunikasi, keahlian interpersonal, kerja sama tim, inisiatif/

kemampuan beradaptasi, kreatifitas, keahlian analitis dan pengambilan keputusan

(Dharma, 2005).

Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku

kerja dan kinerja yaitu variabel individu, variabel organisasi, dan variabel

psikologis. Ketiga kelompok ini mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya

berpengaruh pada kinerja personal. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja

Universitas Sumatera Utara


adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan

untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas (Ilyas, 2002).

Gibson dalam Ilyas(2012) menyampaikan model teori kinerja adalah

analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja

individu. Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan

keterampilan, latar belakang dan demografis. Variabel demografis mempunyai

efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.Variabel psikologis terdiri

dari subvariabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel

psikologis seperti ini adalah hal yang kompleks dan sulit diukur.Variabel

organisasi digolongkan dalam subvariabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

struktur, dan desain pekerjaan.

Perilaku individu dilihat dari respon terhadap stimulus dibagi menjadi dua

bagian yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka dalam bentuk praktek atau

tindakan yang diamati. Jadi kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya

dari perawat dalam bentuk tindakan atau praktek yang diamati atau dinilai.

Kinerja perawat mencerminkan kemampuan perawat untuk mengimplementasikan

proses asuhan keperawatan (PPNI, 2010). Praktek keperawatan merupakan

tindakan mandiri atau kolaborasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang

terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi (Gillies, 1994).

1. Standar I: Pengkajian Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Rasional

pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses keperawatan

bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan

dalam merumuskan masalah klien dan rencana tindakan.

Kriteria struktur pengkajian keperawatan yaitu: (1) metode pengumpulan

data yang digunakan dapat menjamin, (2) pengumpulan data yang sistematis dan

lengkap, (3) diperbaharui data dalam pencatatan yang ada, (4) kemudahan

memperolah data, (5) terjaganya kerahasiaan, (6) tatanan praktek mempunyai

sistem pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari

suatu sistem pencatatan pengumpulan data klien, (7) sistem pencatatan

berdasarkan proses keperawatan, singkat, menyeluruh, akurat dan

berkesinambungan, (8) praktek mempunyai sistem pengumpulan data

keperawatan yang menjadi bagian dari sistem pencatatan kesehatan klien, (9) di

tatanan praktek tersedia sistem pengumpulan data yang dapat memungkinkan

diperoleh kembali bila diperlukan, dan (10) tersedianya sarana dan lingkungan

yang mendukung.

Kriteria proses yaitu: (1) pengumpulan data dilakukan dengan cara

wawancara, observasi, dan mempelajari data penunjang, serta mempelajari data

lain, (2) sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan,

rekam medis, serta catatan lain, (3) klien berpartisipasi dalam proses

pengumpulan data, dan (4) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk

mengidentifikasi status kesehatan klien saat ini, status kesehatan klien masa lalu,

Universitas Sumatera Utara


status biologis (fisiologis), status psikologis (pola koping), status spiritual, status

sosial kultural, respon terhadap terapi, harapan tentang tingkat kesehatan optimal,

resiko masalah potensial.

Kriteria hasil adalah data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format

yang ada, data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien

(PPNI, 2010).

2. Standar II: Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa

keperawatan. Rasional diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan

rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan,

dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien.

Kriteria struktur yaitu:(1) tatanan praktek memberi kesempatan kepada

teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosa keperawatan, (2) adanya

mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan

diagnosa keperawatan yang tepat, dan (3) untuk mengakses sumber-sumber dan

program pengembangan prfesional yang terkait.

Kriteria proses meliputi:(1) proses diagnosis terdiri dari analisis,

interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa

keperawatan, (2) komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P),

penyebab (E), gejala/ tanda (S) atau terdiri dari masalah dari penyebab (PE), (3)

bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk

menvalidasi diagnosa keperawatan, dan (4) melakukan kaji ulang dan revisi

diagnosa berdasarkan data terbaru.

Universitas Sumatera Utara


Kriteria hasil meliputi:(1) diagnosa keperawatan divalidasi oleh klien bila

memungkinkan, (2) diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman

sejawat sebagai diagnosisi yang relevan dan signifikan, dan (3) diagnosis

didokumentasikan untuk mempermudah perencanaan, implementasi, evaluasi, dan

penelitian (PPNI, 2010).

3. Standar III: PerencanaanKeperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Rasionalnya perencanaan

dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.

Kriteria stuktur yaitu: (1) tatanan praktek menyediakan sarana yang

dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan, dan (2) adanya mekanisme

pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan.

Kriteria proses yaitu: (1) perencanaan terdiri dari penetapan prioritas

masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan, (2) bekerja sama dengan

klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, (3) perencanaan bersifat

individual sesuai kondisi dan kebutuhan klien, dan (4) mendokumentasikan

rencana keperawatan.

Kriteria hasil meliputi:(1) tersusun suatu rencana asuhan keperawatan

klien, (2) perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis

keperawatan, (3) perencanaan tertulis dengan format yang singkat dan mudah

Universitas Sumatera Utara


didapat, (4) perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan

(PPNI, 2010).

4. Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

rencana asuhan keperawatan. Rasional perawat mengimplementasikan rencana

asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi

klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan.

Kriteria struktur meliputi: tatanan praktek menyediakan (1) sumber daya

untuk pelaksanaan kegiatan, (2) pola ketenagaan yang sesuai dengan kebutuhan,

(3) ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik,

(4) pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan, dan (5) sistem

konsultasi keperawatan.

Kriteria proses meliputi:(1) bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan, (2) kolaborasi dengan profesi lain untuk meningkatkan

status kesehatan klien, (3) melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah kesehatan klien, (4) melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana

keperawatan di bawah tanggung jawabnya, (5) menjadi koordinator pelayanan dan

advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan, dan (6)

menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas

kesehatan yang ada, memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai

konsep dan keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi

lingkungan yang digunakannya, mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan

tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.

Universitas Sumatera Utara


Kriteria hasil meliputi:(1) terdokumentasi tindakan keperawatan dan

respon klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali, (2) tindakan

keperawatan dapat diterima klien, dan (3) ada bukti-bukti terukur tentang

pencapaian tujuan (PPNI, 2010).

5. Standar V: Evaluasi keperawatan

Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan

dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data

dasar dan perencanaan. Rasional: praktek keperawatan merupakan suatu proses

dinamis yang mencakup berbagai perubahan data diagnosa, atau perencanaan

yang telah dibuat sebelumnya. Efektifitas asuhan keperawatan tergantung pada

pengkajian yang berulang-ulang.

Kriteria struktur meliputi:(1) tatanan praktek menyediakan sarana dan

lingkungan yang mendukung terlaksananya proses evaluasi, (2) adanya akses

informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan, dan

(3) adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat dalam evaluasi

secara efektif dan mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat.

Kriteria proses yaitu:(1) menyusun rencana evaluasi hasil tindakan secara

komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus, (2) menggunakan data dasar dan

respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan, (3)

memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien, (4) bekerja

sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan, (5)

Universitas Sumatera Utara


mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan, dan (6)

melakukan supervisi dan konsultasi klinik.

Kriteria hasil dinilai dengan:(1) adanya hasil revisi data, diagnosis,

rencana tindakan berdasarkan evaluasi, (2) klien berpartisipasi dalam proses

evaluasi dan revisi rencana tindakan, (3) hasil evaluasi digunakan untuk

mengambil keputusan, dan (4) evaluasi tindakan terdokumentasi sedemikian rupa

yang menunjukkan kontribusi terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan

penelitian (PPNI ,2010).

2.6. Landasan Teoritis

Kinerja perawat merupakan hasil dari apa yang dikerjakannya berdasarkan

wewenang, tanggung jawab dan tugas yang harus dipenuhinya. Perilaku kerja dan

kinerja dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu variabel individu, organisasi dan

psikologis. Kinerja perawat akan semakin baik apabila disertai dengan metode

monitoring dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil kerja sudah

sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan, sasaran serta standar kinerja,

ukuran serta indikator kinerja, persyaratan dan nilai dasar perusahaan. Mutu

adalah terpenuhinya standar profesi dalam layanan dan terwujudnya hasil akhir

sesuai dengan yang diharapkan. Pelayanan yang bermutu akan menghasilkan

pelanggan.

Upaya meningkatkan pelayanan yang berkualitas, efisien dan efektif serta

berfokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan baik internal ataupun

eksternal.Customer atau pelanggan adalah individu atau unit yang menikmati/

membeli/menerima produk/barang/jasa/pelayanan dengan harapan mendapatkan

Universitas Sumatera Utara


keuntungan atau kepuasan.Customer internal adalah individu atau unit yang

melakukan jasa pelayanan di rumah sakit dan customer eksternal adalah individu

atau unit yang menikmati jasa pelayanan.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui kinerja perawat, mutu

pelayanan keperawatan berdasarkan penilaian pasien sebagai konsumen eksternal

dan perawat sebagai konsumen internal. Selanjutnya untuk mengetahui apakah

ada hubungan kinerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di RSUD

Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai berdasarkan konsumen internal dan

konsumen eksternal dengan 5 dimensi mutu (bukti nyata, kehandalan, daya

tanggap, jaminan dan empati) akan menjadi indikator mutu seperti terlihat pada

gambar 2.1.

Daur manajemen kinerja (Amstrong, 1994


Teori perilaku & kinerja dalam Dharma, 2005)
(Gibson, 1987 dalam Ilyas,
Penilaian kinerja
2002):
1. Variabel individu
2. Variabel psikologis Kesepakatan kinerja
3. Variabel Organisasi

Rencana, sasaran dan


tujuan perusahaan,
departemen dan tim
Perilaku individu

(apa yang dikerjakan) Mutu

Kinerja(hasil yang diharapkan)


Konsumen:
1. Internal (perawat)
2. Eksternal (pasien)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1. Landasan Teoritis
2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah melihat hubungan variabel bebas (kinerja

perawat) dengan variabel terikat (mutu pelayanan keperawatan) seperti gambar

2.2.

Variabel bebas Variabel terikat

Kinerja perawat: Mutu pelayanan keperawatan:

1. Konsumen internal 1. Konsumen internal


(perawat) (perawat)
2. Konsumen eksternal 2. Konsumen eksternal
(pasien) (pasien)

Keterangan :

: berhubungan

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.10. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis

penelitiankorelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectionalyaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dan terikat

dengan pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(Point time approach ).

Universitas Sumatera Utara


3.11. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.11.1. Lokasi Penelitian

Telah dilaksanakan di RSUD Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai.

Alasan peneliti memilih RSUD Sultan Sulaiman adalah karena di rumah sakit ini

ditemukan masalah pencapaian mutu RSUD Sultan Sulaiman berdasarkan

indikator DepKes, 2008 yang masih jauh dari standar yang diperoleh dari data

produktifitas rawat inap bulan September 2012 dan belum pernah dilakukan

penilaian kinerja perawat sehingga pihak manajemen belum mengetahui secara

spesifik kinerja perawat selama ini.

3.2.1. Waktu Penelitian

Telah dilaksanakan Mei-Juni 2013. Kegiatan penelitian ini diawali dengan

pengajuan judul, pengajuan dosen pembimbing, studi pendahuluan, review

pustaka terkait variabel penelitian, penyusunan proposal dan pelaksanaan

penelitian, pengolahan data dan penulisan tesis.

3.3. Populasi dan Sampel


33

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Arikunto, 2007). Populasi pada

penelitan ini yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Populasi pertama adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap

RSU Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai sebanyak 70 orang.

2. Populasi kedua adalah seluruh pasien rawat inap RSU Sultan Sulaiman.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan untuk populasi pertama adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Peneliti

mengharapkan generalisasi dengan kesalahan yang kecil. Untuk populasi kedua

digunakan purposive samplingdengan cara memilih sampel diantara populasi

sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat

mewakili karakteristik populasi yang ada dengan kriteria inklusi yaitu pasien yang

dirawat selama 48 jam. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu:

1. Sampel pertama adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap

RSUD Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai sebanyak 70 orang.

2. Sampel kedua adalah pasien rawat inap RSUD Sultan Sulaiman yang

sudah mendapat perawatan 48 jam sebanyak 40 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada

perawat dan pasien dengan jawaban sudah tersedia dan pengamatan atau observasi

terhadap dokumen ruangan rawat inap RSUD Sultan Sulaiman.

1. Data primer

Universitas Sumatera Utara


Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Data primer dari penelitian ini diperoleh dari sumbernya melalui kuesioner yang

telah disiapkan mengenai kinerja perawat berdasarkan pelaksanaan wewenang,

tanggung jawab dan tugas perawat pelaksana di ruang rawat inap menurut

DepKes berdasarkan konsumen internal (lampiran 1c ) dan kinerja perawat

berdasarkan konsumen eksternal (lampiran 1d), data mutu pelayanan keperawatan

melalui pembagian kuesioner kepada perawat mengenai mutu pelayanan

keperawatan berdasarkan bukti langsung, kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan

empati berdasarkan konsumen internal (lampiran 1e) dan mutu pelayanan

keperawatan berdasarkan konsumen ekstrenal (lampiran 1f).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari

sumbernya tetapi melalui pihak kedua.Data sekunder dalam penelitian ini adalah

data Rekam Medis, laporan tahunan, data kepegawaian di RSUD Sultan Sulaiman

Kab.Serdang Bedagai yang digunakan untuk mengklarifikasi jawaban responden

(perawat).

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen disebut berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan

pemakaiannya apabila sudah terbuktivaliditas dan reliabilitasnya.Validitas dan

reliabilitas pada penelitian kuantitatif dapat diukur dengan melakukan uji coba

instrumen penelitian yang akandigunakan. Uji coba (try out) instrumen penelitian

kuesioner kinerja perawat dan mutu pelayanan keperawatan berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


konsumen internal akan dilakukanpada 20 orang perawat RSU Sari Mutiara

Lubuk Pakam, yang mempunyai karakteristik sama dengan RSU Sultan Sulaiman.

Dan uji validitas kuesioner kinerja perawat menurut pasien dan mutu pelayanan

keperawatan berdasarkan konsumen eksternal akan dilakukan pada 20 pasien

rawat inap yang telah menerima perawatan 48 jam diRSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya

pertanyaan yang sulit dimengerti atau kekurangan dari materi kuesioner itu sendiri

agar dapat digunakansebagai alat penelitian.

1. Uji validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu instrumen

pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut

menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan

maksud dilakukan pengukuran tersebut.

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas (keterhandalan) mengandung pengertiansejauh mana

responden memberikan jawaban yang konsisten terhadap kuesioner yang

diberikan. Jawaban respondenterhadap pertanyaan dikatakan reliabel jika

masing-masingpertanyaan dijawab secara konsisten, karena masing-

masingpertanyaan hendak mengukur hal yang sama. Pengukuran hanya sekali

Universitas Sumatera Utara


dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain ataumengukur

korelasi atau jawaban pertanyaan.Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

ujistatistik Alpha Cronbach.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika mempunyai nilai AlphaCronbach >

0,60.Data diperoleh dari jawaban responden terhadappertanyaan-pertanyaan.

Kuesioner dalam penelitian ini diadopsi dari DepKes, 1999 dan Tjiptono, 2008

yang telah dilakukan uji coba dengan hasil valid dan reliabilitas tinggi.

3.6. Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu yaitu benda, manusia, dll (Nursalam, 2003). Variabel penelitian

terdiri dari dua yaitu :

1. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi yaitu

kinerja perawat. Kinerja perawat menurut perawat adalah tindakan yang

dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai wewenang

dan tanggung jawabnya masing-masing.Menurut pasien kinerja perawat

adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan perawat dalam melayani

pasien.

2. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu

mutu pelayanan keperawatan yang terdiri dari bukti langsung, daya

tanggap, kehandalan, jaminan dan empati. Mutu pelayanan keperawatan

menurut konsumen internal adalah kemampuan pelayanan keperawatan

yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien. Mutu

Universitas Sumatera Utara


pelayanan keperawatan menurut konsumen eksternal adalah tanggapan

seseorang pasien terhadap suatu kegiatan yang diterima dari prosedur

pelayanan keperawatan.Mutu dapat dinilai dari 5 dimensi mutu yaitu:

a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik,

perlengkapan, pegawai, dan saran komunikasi.

b. Kehandalan yakni kemampuan memberikan pelayanan dengan

segera, akurat, dan memuaskan.

c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan

tanggap.

d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan,

kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf

bebas dari bahaya, resiko atau keragu raguan.

e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang perhatian pribadi dan memahami kebutuhan

para pelanggan.

3.7. Metode Pengukuran

Untuk mengukur kinerja perawat, peneliti menggunakan

kuesioner.Instrument ini dijawab oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap dan

terdiri dari 30 item pertanyaan (lampiran 4) dan oleh pasien rawat inap yang

terdiri dari 25 item pertanyaan (lampiran 5) yang berisikan pertanyaan tugas-

tugas, tanggung jawab yang telah dilakukan oleh perawat. Kuesioner

menggunakan skala likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-

Universitas Sumatera Utara


tiap item yaitu nilai 3 bila jawaban selalu, nilai 2 bila jawaban kadang-kadang,

dan nilai 1 bila jawaban tidak pernah. Lalu total skor yang didapatkan akan

dikategorikan kinerja perawat baik, sedang atau buruk.

Untuk instrumen mutu pelayanan keperawatan terdiri dari lima subvariabel

yaitu bukti nyata, daya tanggap, kehandalan, jaminan dan empati. Setiap

subvariabel mutu dijabarkan menjadi pernyataan mengenai bukti nyata pelayanan

5 penyataan (no. 1 s.d 5), daya tanggap pelayanan 5 pernyataan (no 6 s.d 10),

kehandalan pelayanan 5 pernyataan (no 11 s.d 15), jaminan pelayanan 5

pernyataan (no 16 s.d 20), dan empati dalam pelayanan 5 pernyataan (no 21 s.d

25). Instrumen ini akan dijawab oleh perawat di ruang rawat inap, dan pasien.

Instrumen mutu pelayanan keperawatan yang terdiri dari 25 pernyataan dengan

bobot jawaban nilai 3bila jawaban selalu, dan nilai 2 dengan jawaban kadang-

kadang, dan 1 bila jawaban tidak pernah, lalu total skor akan dikategorikan

menjadi mutu pelayanan keperawatan tinggi, sedang atau rendah seperti terlihat

pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Metode Pengukuran

No Variabel Alat ukur Indikator Kategori Skala

1 Kinerja perawat
a. Konsumen kuesioner selalu = 3 71-90= skala
internal (lampiran 1c) kadang-kadang=2 baik ordinal
tidak pernah= 1 51-70=
sedang
30-50=
buruk
b. Konsumen kuesioner selalu= 3 59-75= skala
eksternal (lampiran 1d) kadang-kadang=2 baik ordinal

Universitas Sumatera Utara


tidak pernah= 1 42-58=
sedang
25-41=
buruk
2 Mutu pelayanan
keperawatan:
a. Konsumen kuesioner selalu=3 59-75= skala
internal (lampiran 1e) kadang-kadang=2 baik ordinal
tidak pernah=1 42-58=
sedang
25-41=
buruk
b. Konsumen kuesioner selalu=3 59-75= skala
eksternal (lampiran 1f) kadang-kadang=2 baik ordinal
tidak pernah=1 42-58=
sedang
25-41=
buruk

3.8. Metode Analisis Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data yang

bertujuan untuk menghasilkan informasi yang benar sesuai dengan tujuan

penelitian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Editing

Dalam melakukan editing data langkah yang dilakukan adalahmenata dan

menyusun semua lembar jawaban skala yangterkumpul berdasarkan nomor skala

yang telah ditentukan.Kemudian memeriksa kembali jawaban responden satu

persatudengan maksud untuk memastikan bahwa jawaban ataupertimbangan yang

diberikan sesuai dengan perintah danpetunjuk pelaksanaan.

2. Koding

Universitas Sumatera Utara


Pengkodingan data dilakukan dengan maksud untukmemudahkan proses

pengolahan data. Pengkodingan iniadalah mengklasifikasikan jawaban responden

menurutmacamnya dengan cara menandai masing-masing jawabandengan tanda

kode tertentu.

3. Processing

Pemprosesan data atau pengolahan data pada penelitian inidimulai dengan

tabulating skor atau melakukan entry datakasar dalam bentuk tabulasi pada lembar

kertas data. Tujuannya adalah memastikan kesiapan data dengan tepatsebelum

dientry data kedalam program SPSS.

4. Cleaning data

Dalam cleaning dilakukan pengecekan kembali data yangsudah dientry

pada program SPSS dengan maksud untukmengevaluasi apakah masih ada

kesalahan atau tidak.Hal ini biasanya terlihat pada missing data atau data yang

terlewati, variasi data (kesalahan pengetikan), konsistensi data yaitu kesesuaian

data dengan tabulating skor.

5. Analisis data

Analisis inibertujuan untuk mengetahui hubungan variabel bebasterhadap

variabel terikat.Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara bertahap yaitu :

a. Univariat

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti secara

sederhana yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi responden.

Universitas Sumatera Utara


b. Bivariat

Untuk melihat hubungan kinerja perawat dengan mutu pelayanan

keperawatan digunakan uji chi- square.Uji statistic ini digunakan untuk

melihat ada tidaknya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.

Penilaian dilakukan sebagai berikut:

1. Jika p value ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Jika p value > 0,05 maka disimpulkan tidak ada hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat.

3.9.Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu

mengajukan permohonan persetujuan ke komite etik penelitian kesehatan

Sumatera Utara, kemudian memberikan penjelasan kepada responden dalam

penelitian ini yaitu perawat pelaksana di ruang rawat inap dan pasien yang dirawat

di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai

bahwa responden dilindungi dari berbagai aspek dalam penelitian ini (Polit

&Hungler, 1999) yaitu: (1) Self Determination yaitu peneliti memberi kesempatan

kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak bersedia menjadi

responden (lampiran 3), (2) Privacy yaitu peneliti meyakinkan responden bahwa

data yang terkumpul tidak akan disebarluaskan oleh peneliti (lampiran 1a), (3)

Anonimity yaitu peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan

memberikan kode pada setiap instrument (lampiran 1a), (4) Confidentality yaitu

peneliti berjanji merahasiakan informasi yang didapatkan dan data yang

Universitas Sumatera Utara

Вам также может понравиться