Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas Keperawatan Medikal Bedah
tentang “Konsep Penyakit Flu Burung”.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang oleh karena itu kami harap kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
(Kelompok IV)
SAMPUL ..................................................................................................................
BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 19
DAFTAR REFERENSI
ii | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan di susunnya makalah ini agar pembaca mengetahui asuhan
keperawatan pada klien dengan morbus hansen.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi kusta.
2. Untuk mengetahui etiologi dari kusta.
3. Untuk mengetahui epidemiologi dari kusta.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari kusta.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari kusta.
6. Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh kusta.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kusta.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari kusta.
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae (M. Leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf
tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernafasan
bagian atas, sistem retikulum endotelia, mata, otot, tulang dan testis. Kusta
merupakan penyakit infeksi mikrobakterium yang bersifat kronik progresif,
mula-mula menyerang saraf tepi, dan kemudian terdapat manifestasi kulit.
Istilah kusta berasal dari bahasa Sansekerta, yakni kustha berarti kumpulan
gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus
Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman. Kusta adalah penyakit
yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Kusta menyerang berbagai
bagian tubuh diantaranya saraf dan kulit. Penyakit ini adalah tipe penyakit
granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas dan lesi
pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta
dapat sangat progresif menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota
gerak dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyaraka, kusta tidak
menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah seperti pada
penyakit tzaraath yang digambarkan dan sering disamakan dengan kusta (Info
Datin Kemenkes RI, 2015).
Kusta adalah penyakit granulomatosa kronis yang pada dasarnya
menyerang kulit dan sistem saraf perifer. Kusta disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae. Meski sudah membaik dalam 25 tahun terakhir,
pengetahuan tentang patogenesis, pengobatan, dan pencegahan penyakit kusta
terus berevolusi. Lesi dan kelainan kulit secara historis bertanggung jawab atas
stigma yang melekat pada kusta. Namun, bahkan dengan terapi multidrug yang
tepat (MDT), kerusakan sensorik dan motorik yang luas dapat menyebabkan
kelainan bentuk dan kecacatan yang terkait dengan penyakit kusta. (Felisa,
2016).
2.3. EPIDEMIOLOGI
Cara-cara penularan penyakit kusta samapai saat ini masih merupakan tanda
tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita,
yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan
penyakit kusta adalah:
1. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang
sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2-7 x 24 jam.
2. Kontak kulit dengan kulit. Syaratnya adalah harus dibwah umur 15 tahun,
keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya
kontak yang lama dan berulang-ulang.
- Internasional
Prevalensi kusta di seluruh dunia dilaporkan hanya kurang dari 1 kasus per
10.000 penduduk. Sebagian besar orang yang terkena dampak tinggal di
daerah tropis dan subtropis. Enam negara besar di Asia, Afrika, dan
Amerika Selatan belum mencapai tujuan eliminasi (<1 kasus per 10.000
penduduk). Sekitar 95% kasus yang dilaporkan ditemukan di 16 negara:
2.4. PATOFISIOLOGI
Kuman Mycobacterium leprae menular kepada manusia melalui kontak
langsung dengan penderita dan melalui pernapasan, kemudian kuman
membelah dalam jangka 14-21 hari dengan masa inkubasi rata-rata dua hingga
lima tahun. Setelah lima tahun, tanda-tanda seseorang menderita penyakit kusta
mulai muncul antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah, rasa kesemutan
bagian anggota tubuh hingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Info Datin
Kemenkes RI, 2015). Kusta bukan penyakit yang sangat menular. Sarana utama
2.6. KOMPLIKASI
Status reaksional terjadi pada kira-kira 20-50% pasien dan merupakan
radang kaut pada penyakit ini. Mungkin disebabkan oleh MD, stress fisik atau
mental, pubertas, persalinan, trauma, kehamilan, atau prosedur pembedahan.
Reaksi kusta harus dianggap sebagai keadaan darurat medis dan membutuhkan
2.7. PENATALAKSANAAN
Tujuan umum program pemberantasan kusta adalah menyembuhkan
pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai
10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengakajian didapat dari menulis data dengan menggunakan metode wawancara,
observasi, pencarian data medis.
3.1.1. Identitas pasien meliputi:
1) Nama (disesuaikan dengan nama pasien)
Umur (Kusta memiliki distribusi usia dengan puncak pada usia 10-14 tahun
dan 35-44 tahun. Kusta jarang terjadi pada bayi. Anak-anak tampak
paling rentan terhadap kusta dan cenderung memiliki bentuk tuberkuloid)
Jenis kelamin (Pada orang dewasa, jenis kusta tipe lepromat lebih sering
terjadi pada pria daripada pada wanita setelah pubertas, dengan rasio
laki-laki terhadap perempuan 2: 1. Pada anak-anak, bentuk kusta
tuberkuloid mendominasi dan tidak ada preferensi seks yang dilaporkan.
Wanita cenderung memiliki presentasi tertunda, yang meningkatkan
tingkat deformitas)
Suku/Bangsa/Negara (Sebagian besar orang yang terkena dampak tinggal
di daerah tropis dan subtropis, Kusta terjadi pada orang-orang dari semua
ras. Orang kulit hitam Afrika memiliki kejadian kusta tuberkuloid yang
tinggi, kusta lebih merupakan perdesaan daripada penyakit perkotaan
(Felisa, 2016).
2) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien dengan morbus hansen datang berobat dengan keluhan
adanya lesi dapat tunggal atau multipel, neuritis (nyeri tekan pada saraf)
kadang-kadang gangguan keadaan umum penderita (demam
ringan karena adanya infeksi).
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada klien dengan morbus hansen reaksinya mudah terjadi jika dalam
kondisi lemah, kehamilan, stres atau ada riwayat penyakit yang pernah
diderita pada masa lampau.
4) Riwayat kesehatan keluarga
11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
Morbus hansen merupakan penyakit menular yang menahun yang
disebabkan oleh kuman kusta ( mikobakterium leprae) yang masa
inkubasinya diperkirakan 2-5 tahun. Jadi salah satu anggota keluarga
yang mempunyai penyakit morbus hansen akan tertular.
5) Riwayat psikososial
Klien yang menderita morbus hansen akan malu karena sebagian besar
masyarakat akan beranggapan bahwa penyakit ini merupakan penyakit
kutukan, sehingga klien akan menutup diri dan menarik diri, sehingga
klien mengalami gangguan jiwa pada konsep diri karena penurunan
fungsi tubuh dan komplikasi yang diderita.
6) Pola aktiviatas sehari-hari
Aktifitas sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan
dan kaki maupun kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan pada
orang lain dalam perawatan diri karena kondisinya yang tidak
memungkinkan
12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
tangan dan kaki dapat terjadi luka, sedang pada kornea mata
mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip.
Kerusakan fungsi motorik : Kekuatan otot tangan dan kaki dapat
menjadi lemah/ lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi)
karena tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok
dan akhirnya dapat terjadi kekakuan pada sendi (kontraktur), bila
terjadi pada mata akan mengakibatkan mata tidak dapat dirapatkan
(lagophthalmos).
Kerusakan fungsi otonom : Terjadi gangguan pada kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit menjadi
kering, menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah.
5) Sistem muskuloskeletal. Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik
adanya kelemahan atau kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan
akan atropi.
6) Sistem integumen. Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu),
bercak eritem (kemerah-merahan), infiltrat (penebalan kulit), nodul
(benjolan). Jika ada kerusakan fungsi otonom terjadi gangguan kelenjar
keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit
kering, tebal, mengeras dan pecah-pecah. Rambut: sering didapati
kerontokan jika terdapat bercak.
13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Gangguan rasa nyaman Tujuan : 1) Kaji skala nyeri
(nyeri) yang Rasa nyaman klien
berhubungan dengan terpenuhi dan nyeri 2) Alihkan perhatian
proses inflamasi jaringan. berkurang setelah klien terhadap
dilakukan tindakan nyeri
keperawatan 3) Monitor keadaan
Kriteria hasil : umum dan tanda-
Klien merasakan tanda vital
nyeri berkurang 4) Awasi keadaan
didaerah operasi luka operasi
Klien tenang 5) Ajarkan cara nafas
Pola istirahat – dalam & massage
tidur normal, 7-8 untuk mengurangi
jam perhari nyeri
6) Kolaborasi untuk
pemberian obat
antibiotic dan
analgetik.
14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
perubahan fungsi prognosis penyakit
tubuh 5) Dorong klien
Mempertahankan mengungkapkan
interaksi sosial perasaannya
6) Identifikasi arti
pengurangan
melalui pemakaian
alat bantu
15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
berhubungan dengan Immune status lingkungan setelah
ketidakadekuatan Knowledge: dipakai pasien lain
pertahanan tubuh primer infection control 2) Pertahankan teknik
dan kerusakan integritas Risk control isolasi
kulit Kriteria hasil: 3) Batasi pengunjung
Klien bebas dari bila perlu
tanda dan gejala 4) Instruksikan
infeksi kepada pengunjung
Mendeskripsikan untuk mencuci
proses penularan tangan saat
penyakit, faktor berkunjung dan
yang setelah berkunjung
mempengaruhi meninggalkan
penularan serta pasien
penatalaksanaanny 5) Gunakan sabun
a antimikrobia untuk
Menunjukkan mencuci tangan
kemampuan untuk 6) Cuci tangan
mencegah sebelum dan
timbulnya infeksi sesudah tindakan
Jumlah leukosit keperawatan
dalam batasan 7) Gunakan baju,
normal sarung tangan
Menunjukkan sebagai alat
perilaku hidup pelindung
sehat 8) Pertahankan
lingkungan aseptic
selama
pemasangan alat
16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
peningkatan resiko cidera personal safety aman untuk pasien
jaringan karena neuritis Safety behavior: 2) Identifikasi
fall prevention kebutuhan
Safety behavior : keamanan pasien
fall occurance sesuai dengan
Safety behavior : kondisi fisik dan
physical injury fungsi kognitif
Tissway intregity : serta riwayat
skin and mucosa penyakit terdahulu
membrane pasien
Kriteria hasil: 3) Berikan penjelasan
Pasien terbebas pada pasien dan
dari trauma fisik keluarga atau
Lingkungan rumah pengunjung adanya
aman perubahan status
Perilaku kesehatan dan
pencegahan jatuh penyebab penyakit
Dapat mendeteksi
resiko
Pengendalian
resiko:
pengetahuan
personal safety
6 Resiko cedera Tujuan : 1) Sediakan
berhubungan dengan Risk control lingkungan yang
kerusakan integritas kulit Kriteria hasil: nyaman untuk
Pasien terbebas pasien
dari cidera 2) Identifikasi
Pasien mampu kebutuhan
menjelaskan cara keamanan pasien
untuk mencegah sesuai dengan
cidera kondisi fisik dan
17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
Mampu mengenali fungsi kognitif
perubahan status serta riwayat
kesehatan penyakit terdahulu
pasien
3) Sediakan tempat
tidur yang nyaman
dan bersih
4) Hindarkan
lingkungan yang
berbahaya
5) Anjurkan keluarga
untuk menemani
pasien
18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
mycrobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai
afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian
dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.( Djuanda, 2010)
4.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang
penyalit lepra dan mampu melaksanakan pemberian asuhan keperawatan pada
pasien lepra yang berkualitas.
19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n
DAFTAR REFERENSI
Krisnawati, arini. . 2009. Penyakit Kusta Dalam : Asuhan Keperawatan Gangguan Integumen. Ternate,
Politeknik Kesehatan : 78 – 65
Nurarif, amin huda dan hardhi kusuma. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnose medis & nanda nic-noc jilid 2. Jogjakarta : mediaction
Ester,monica dan herdman. 2011. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2011-
2014. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
Andareto, Obi. 2015. Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta
Hal 182
Lewis, Felisa S. 2016. Dermatologic Manifestasions of Leprosy.
Rohmah, Nikmatur dan Walid, Saiful. 2012. Proses keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n M o r b u s H a n s e n