Вы находитесь на странице: 1из 5

Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, No.

Ulfa,1,Hasyim,
April 2018
Pengaruh Family Psikoedukasi terhadap Peningkatan... 53
DOI: 10.26699/jnk.v5i1.ART.p053–057

PENGARUH FAMILY PSIKOEDUKASI TERHADAP


PENINGKATAN SELF CARE DALAM
MERAWAT ANAK THALASEMIA
(The Effectiveness of Psycho-Educational Family Intervention to
the Increase of the Family Self Care of Children with Thalasemia)

Ana Farida Ulfa, Masruroh Hasyim


Fakultas Ilmu Kesehatan, Unipdu Jombang
email: anafaridaulfa@fik.unipdu.ac.id, maserha@gmail.com

Abstract: Thalasemia is a chronic disease which leads on some problems, involving biological, psycho-
logical, social and spiritual aspect. Carer plays an important role for advocating family. Meanwhile,
family acts as a decision maker to maintain the health of the family member. In addition, they have to
maintain their members, in term of self care. Furthermore, regarding the role of the family in maintaining
the health of the members. This research applied pre-experimental design with one group pretest-
posttest approach. The population was the families with thalassemic children at Regional hospital
RSUD Jombang. The total number of sample was 14 families. Psycho-educational family intervention
was given in five sessions. The first session was a meeting with the families who had children with
thalassemia. Meanwhile, the fourth and fifth session was used to visit the families. Furthermore, the
intervention was given in one or two weeks after the visiting. The result of research showed the signifi-
cant influence of family self-care, measured by family APGAR. Therefore, it can be recommended that
Psycho-educational family intervention is one of the intervention used to look for children with a
chronic thalasemia.

Keywords: Psycho-educational family intervention, family self-care

Abstrak: Thalasemia adalah penyakit kronis yang mengarah pada beberapa masalah, yang melibatkan
aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengasuh memainkan peran penting untuk mengadvokasi
keluarga. Sementara itu, keluarga bertindak sebagai pengambil keputusan untuk menjaga kesehatan anggota
keluarga. Selain itu, mereka harus mempertahankan anggota mereka, dalam hal perawatan diri. Selanjutnya
mengenai peran keluarga dalam menjaga kesehatan para anggota. Penelitian ini menggunakan desain pre-
eksperimental dan desain one group pretest-posttest. Populasinya adalah keluarga dengan anak thalas-
semic di RSUD Daerah Jombang. Jumlah total sampling adalah 14 keluarga. Intervensi keluarga psiko-
pendidikan diberikan dalam lima sesi. Sesi pertama adalah pertemuan dengan keluarga yang anaknya
menderita thalassemia. Sementara itu, sesi keempat dan kelima digunakan untuk mengunjungi keluarga.
Selanjutnya, intervensi diberikan dalam satu atau dua minggu setelah kunjungan. Hasil penelitian
menunjukkan pengaruh signifikan perawatan diri keluarga yang diukur oleh keluarga APGAR. Oleh karena
itu, dapat direkomendasikan bahwa intervensi keluarga Psiko-pendidikan adalah salah satu intervensi
yang digunakan untuk mencari anak-anak dengan thalasemia kronis.

Kata kunci: Intervensi keluarga psiko-pendidikan, perawatan diri keluarga

PENDAHULUAN dunia. Kompleksitas permasalahan pada penderita


Talasemia merupakan penyakit kronis yang talasemia sepertinya tidak hanya menyangkut
menjadi masalah kesehatan masyarakat serius di aspek biologis tetapi juga aspek psikologis, sosial,

53
54 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 53–57

dan spiritual. Karena itu penderita talasemia dituntut alami penurunan kecemasan dan peningkatan
memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik aktivitas dengan anak.
agar mampu mempertahankan hidup dan melang- Berdasarkan uraian di atas sangat jelas bahwa
sungkan kehidupannya. pskoedukasi memiliki peranan yang baik untuk
Hasil wawancara peneliti dengan 5 keluarga meningkatkan self care dengan membantu keluarga
dengan anak yang menderita talasemia menggam- mengembangkan life skills, sehingga peneliti tertarik
barkan bahwa mereka mengalami proses berduka untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
yang berulang terkait diagnosa yang talasemia yang family psikoedukasi terhadap peningkatan self care
dialami anaknya, sering kali keluarga kembali ke keluarga dalam merawat anak talasemia.”
tahap penolakan atau denial saat harus membawa
anaknya kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan BAHAN DAN METODE
transfusi. Selain itu meskipun sudah ada Jampertal Desain dalam penelitian ini adalah pre ekspe-
untuk biaya pengobatan talasemia keluarga masih rimental design dengan rancang bangun the one
mengeluhkan biaya yang banyak untuk akomodasi group pretest-posttest design. Kelompok atau
setiap kali transfusi (100 %) . Dari aspek kognitif, group dilakukan pretest (01), setelah beberapa
4 keluarga (80 %) dalam survey menyatakan belum waktu dilakukan posttest (02) pada kelompok
mampu memberikan perawatan yang baik terhadap tersebut (Supriyanto, 2011).
anak yang menderita thalasemia, sehingga kondisi Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga
anak mudah menurun dan frekwensi untuk transfusi dengan anak menderita Talasemia di RSUD Kabu-
semakin sering. Pada aspek sosial sebanyak 5 paten Jombang. Pada penelitian ini terdapat kriteria
responden (100%) orang tua mengeluhkan kasian inklusi pemilihan sampel yaitu: Keluarga yang
dengan anaknya yang tidak bisa beraktivitas seperti bersedia menjadi responden, keluarga yang memiliki
teman sebayanya. anak menderita talasemia kurang dari 5 tahun, bisa
Perawat anak memiliki peran yang penting membaca, menulis dan menggunakan bahasa
dalam mendampingi keluarga, sebagai advokat Indonesia.
keluarga. Memberikan edukasi kesehatan dan pen- Sedangkan kriteria eksklusi pemilihan sampel
cegahannya juga merupakan peran perawat sebagai adalah: keluarga yang memiliki anak menderita
advokat keluarga (Hockenberry & Wilson,2009).
talasemia dalam kondisi kritis.
Keluarga dikatakan sebagai unit pelayanan yang
Tehnik pengambilan sampel menggunakan non
dirawat, keluarga merupakan suatu kelompok yang
probability sampling, dengan metode pengambilan
dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
sampel adalah purposive sampling (Supriyanto,
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
2011). Pada penelitian ini didapatkan 14 sampel
kelompoknya (Freeman, 1981). Keluarga berperan
keluarga dengan anak thalasemia yang memenuhi
sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
criteria inklusi.
kesehatan para anggotanya. Keluarga memiliki
Instrument dalam penelitian adalah instrumen
peranan penting dalam perawatan keluarga dan
penilaian terhadap self care keluarga dalam mem-
anggotanya dalam bentuk self care keluarga. Ke-
berikan perawatan pada anak dengan talasemia
luarga dalam menjalankan tugas perawatan secara
diukur dengan APGAR keluarga yang berisi tentang
optimal dan berkualitas, maka harus memiliki self
Adaptasi, Partnership (kemitraan), Growth (per-
care yang baik (Freedman,1998).
tumbuhan), Afektif (kasih sayang) dan Resolve
Secara konsep psikoedukasi merupakan salah
(penyelesaian dan komitmen), dan sudah melalui uji
satu elemen program perawatan kesehatan jiwa
validitas dan realibilitas
keluarga dengan cara pemberian informasi, edukasi
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 5
melalui komunikasi yang terapeutik. Berdasarkan
bulan atau 20 minggu yang dimulai dari koordinasi
studi literatur review psikoedukasi efektif untuk
dengan LP3M Univesitas, RSUD Jombang, dan
proses penerimaan keluarga dalam menjalankan
koordinator penderita thalasemia, penelitian dilaku-
fungsinya pada pasien dengan penyakit kronis.
kan di Kabupten Jombang.
Dalam penelitian yag dilakukan Othman dkk (2009)
Peneliti menggunakan forum pertemuan ke-
di Oncology clinic of Hospital Universiti Sains
luarga penderita thalasemia sebagai tahap awal
Malaysia terhadap keluarga dengan anak yang
(perkenalan) dengan keluarga penderita thalasemia.
menderita cancer memberikan hasil bahwa setelah
Dalam pertemuan ini peneliti sekaligus melakukan
dilakukan psikoedukasi program orang tua meng-
Ulfa, Hasyim, Pengaruh Family Psikoedukasi terhadap Peningkatan... 55

tahap 1 dari family psikoedukasi, yaitu mengenal Tabel 2 Self care dalam merawat anak thalasemia
maslah keluarga. Selanjutnya peneliti melakukan
kontrak dan memberikan informed consent kepada No APGAR ( Self Care ) Pre tes Post tes
keluarga pasien dengan talasemia yang sesuai 1 Supportive Educative 3 13
dengan kriteria inklusi atas ketersediaannya menjadi 2 Partly compensatory system 7 1
responden. 3 Wolly compensatory system 4 0
Tahap selanjutnya responden menjalani pre test Total 14 14
terkait self care keluarga dalam merawat anak
talasemia dengan mengisi quisioner yang disediakan
peneliti. Tahap selanjutnya (tahap 4 – 5) peneliti Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa
didampingi koordinator keluarga penderita tha- self care keluarga dalam merawat anak thalasemia
lasmeia Kabupaten Jombang memberikan family sebelum dilakukan kegiatan family psikoedukasi
psikoedukasi dengan melakukan kunjungan ke sebagian responden, yaitu 7 keluarga (50%) berada
rumah pasien. Kunjungan untuk masing-masing pada Partly compensatory system (sedang), 4
keluarga dengan jarak 1-2 minggu, dengan keten- responden (28,6%) berada pada kemampuan Wolly
tuan 2 minggu pertama untuk sesi 3 dan 4, selan- compensatory system (rendah). Hanya 3
jutnya sesi 4–5 pada 2 minggu berikutnya. Kun- responden (21,4 % yang berada pada kemampuan
jungan keluarga diakhiri dengan post test tentang Supportive Educative (baik). Sedangkan self care
self care keluarga dalam merawat talasemia untuk keluarga dalam merawat anak thalasemia setelah
melihat pengaruh dari pemberian family psikoedu- dilakukan family psikoeduaksi meningkat sangat
kasi dengan mengisi quisioner. signifikan, hampir seluruh responden, 13 keluarga
(92,9%) berada pada kemampuan Supportive
HASIL PENELITIAN Educative. Hanya 1 responden (7,1%) yang berada
pada kemampuan Partly compensatory system, dan
Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Demografi
di RSUD Jombang Bulan April-Juli Tahun tidak ada lagi responden yang berada pada
2016 kemampuan Wolly compensatory system.
No Data Demografi f %
PEMBAHASAN
1 Pendidikan
SD 5 35,7 Berdasarkan Tabel 2 tentang distribusi respon-
SLTP 6 42,9 den berdasarkan Self Care keluarga dalam mera-
SLTA 3 21,4 wat anak thalasemia di RSUD Jombang bulan April
Perguruan Tinggi 0 0,00 – Juli tahun 2016, dapat terbaca bila ada perubahan
2 Pekerjaan self care keluarga dalam merawat pasien thalasemia
Buruh 3 21,4 sebelum dilakukan family psikoedukasi dan sesudah
Ibu Rumah Tangga 1 7,20 dilakukan family psikoedukasi. Dengan mengguna-
Swasta 10 71,4 kan independent t-test untuk melakukan analisis uji
PNS 0 0,00 hasil penelitian, didapakan tingkat signifikasi adalah
0,00 (< 0,05) yang artinya H1 diterima bahwa ada
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar pengaruh pemberikan family psikoedukasi dalam
keluarga yang merawat anak dengan talasemia meningkatkan self care keluarga dalam merawat
memiliki pendidikan setara dengan pendidikan dasar pasien thalasemia
yaitu SD dan SLTP, sebanyak 11 responden atau Berdasarkan Tabel tersebut tergambar bahwa
78,6. Sedangkan untuk jenis pekerjaan menunjukkan self care keluarga dalam merawat anak thalasemia
bahwa modus pekerjaan orang yang merawat anak sebelum dilakukan family psikoedukasi sebagian
talasemia adalah swasta, yaitu sebanyak 10 besar berada pada wolly compensatory system
responden atau 71,4%. Jenis pekerjaan swasta disini atau kemampuan keluarga yang rendah dalam mera-
misalnya tukang tambal ban atau petani, kemudian wat thalasemia ) dan partly compensatory system
IRT sebanyak 1 responden atau 7,2% dan buruh (keluarga masih tergantung dengan bantuan orang
sebanyak 3 responden (21,4%). lain/petugas kesehatan dalam perawatan anak thala-
56 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 53–57

semia) sebanyak 10 keluarga. Hal ini mungkin terjadi Dalam penelitian yang dilakukan Rahmawati
karena tingkat pengetahuan keluarga dengan anak tahun 2012, diperoleh gambaran bahwa family
thalasemia masuk dalam kategori rendah. Sesuai spikoedukasi akan menurunkan tingkat kecemasan
dengan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua dalam menghadapi anaknya yang sakit
keluarga yang merawat anak dengan talasemia thalasemia. Keluarga merupakan faktor penting
memiliki pendidikan setara dengan pendidikan dasar dalam melakukan perawatan, dengan dukungan
yaitu SD dan SLTP, sebanyak 11 responden (78,6 petugas kesehatan melalui psikoedukasi diharapkan
%). Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan keluarga akan mampu menjalnkan tugas sebagai
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi care giver yang baik bagi anak thalasemia.
pengetahuan. Keluarga yang memiliki pendidikan Family psikoedukasi memberikan kesempatan
tinggi akan memiliki motivasi dan kesempatan untuk kepada keluarga untuk meningkatkan pengetahuan-
meningkatkan pengetahuannya dalam melakukan nya tentang thalasemia, mengungkapkan masalah
perawatan pada anggota keluarga yang sakit. keluarga terkait perawatan pada anak thalasemia,
Setelah dilakukan family psikoedukasi, keluarga mendapatkan dukungan langsung dari orang lain
memiliki self care yang baik/meningkat, yaitu pada yang dianggap cukup berperan dalam hidup anak
tingkat supportive educatif sebanyak 13 keluarga. thalasemia (perawat). Selama proses psikoedukasi
Dalam tingkat ini keluarga mampu melakukan peran keluarga menunjukkan perilaku yang semakin baik
dan fungsi keluarga dalam perawatan anak sakit dalam perawatan anak thalasemia, misalnya terkait
sesuai dengan APGAR keluarga dalam merawat diit dan aktifitas yang harus dijalani anak thalasemia
anak, petugas kesehatan hanya sebagai motivator di rumah. Dukungan yang diberikan tenaga kese-
bagi keluarga. hatan dan peer group (sesama keluarga penderita
Family psikoedukasi merupakan program thalasemia) efektif untuk menurunkan kecemasan
perawatan dengan cara pemberian informasi, keluarga.
edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Pada Proses family psikoedukasi tidak hanya meli-
dasarnya konsep family psikoedukasi, awalnya batkan orang tua, tetapi juga saudara anak thala-
dikembangkan keperawatan jiwa keluarga, yang semia dan keluarga lain yang terlibat dalam pera-
bertujuan memberikan support kepada keluarga. watan thalasemia di rumah, hal ini memberikan
(Stuart and Laraia, 2005). Dalam psikoedukasi dampak dukungan untuk anak tlasemia semakin kuat
terdapat kerjasama atau kolaborasi antara klinisi dari anggota keluarga lainnya.
(perawat) dengan anggota keluarga pasien yang Hasil family psikoedukasi yang dilakukan
menderita penyakit. Hal inilah yang dilakukan peneliti peneliti pada 14 keluarga, memberikan gambaran
pada keluarga dengan anak yang menderita thala- keluarga memiliki self care yang meningkat signi-
semia. fikan setelah dilakukan family psikoedukasi, 13
Hasil survey yang dilakukan peneliti pada tahun keluarga berada pada tingkat supportive educative,
2014 didapatkan dari 5 keluarga dengan anak yang hal ini artinya keluarga sudah mampu untuk mem-
menderita talasemia menggambarkan bahwa mere- berikan perawatan anak thalasemia di rumah
ka mengalami proses berduka yang berulang terkait dengan baik, keluarga ini hanya memerlukan du-
diagnosa thalasemia yang dialami anaknya, se- kungan dari petugas kesehatan untuk dapat mem-
banyak 5 responden (100 %) sering kali keluarga pertahankan kemampuanya.
kembali ke tahap penolakan atau denial saat harus
membawa anaknya kembali ke rumah sakit untuk SIMPULAN DAN SARAN
mendapatkan transfusi. Selain itu meskipun sudah Simpulan
ada Jampersal untuk biaya pengobatan talasemia
keluarga masih mengeluhkan biaya yang banyak Ada pengaruh yang sangat signifikan pem-
untuk akomodasi setiap kali transfusi (100 %). berian family psikoedukasi dengan peningkatan self
Ditinjau dari aspek kognitif, 4 keluarga (80 %) care keluarga dalam merawat anak thalasemia.
dalam survey menyatakan belum mampu membe- Dengan tingkat signifikansi 0.00 menggunakan
rikan perawatan yang baik terhadap anak yang independent t-test.
menderita talasemia, sehingga kondisi anak mudah
menurun dan frekuwensi untuk transfusi semakin
sering.
Ulfa, Hasyim, Pengaruh Family Psikoedukasi terhadap Peningkatan... 57

Saran Tangerang Banten. Tesis. Fakultas Keperawatan


Universitas Indonesia. Jakarta.
Konseling dan pendampingan keluarga lebih
Rani, S., Rajagopal, N., dan Ankur, B. 2013. Effectiveness
ditingkatkan frekuensinya untuk meningkatkan of Group Pychoeducation on Well-Being and
kualitas pelayanan yang berdampak pada kualitas Depression Among Breast Cancer Survivors of
hidup pasien thalasemia. Malaka- Malasya. Indian Journal of Palliative Care
Jan – April Vol 19.
DAFTAR RUJUKAN Sharif,F,. Maryam, S., and Arash, M. 2013. Effect of
Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Psycho-Educational Intervention For Family
Belajar. Yogyakarta. Member on Caregiver Burdens and Psychiatric
Kluge,C.R., Michael,K., dan Werner, K., 2013. Frequency Symptom in Patien With Schizophrenia in Shiraz Iran.
and Relevance of Psychoeducation in Psychiatric BMC Psychiatry 12:48.
Diagnoses: Result of Two Survey Five Years Apart Struart, G.W., dan Laraia, M.T. 2005. The Principle And
in German-Speakig European Countris. BMC Practice of Psychiatric Nursing. Edisi 8. Elsevier
Psychiatri 13 (170). Mosby, st Louis. Missouri.
Marilyn M. Friedman., Bowden, V.R., dan Jones. 2010. Supratiknya, A. 2011. Merancang Program dan Modul
Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset Teori dan Psikoedukasi. Universitas Sanata Darma. Yogya-
Praktik. EGC. Jakarta. karta.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Kepera- Supriyanto,S., Djohan, A. 2011. Metodologi Riset Bisnis
watan Pendekatan Praktis. Salemba Medika. Dan Kesehatan. PT Grafika Wangi Kalimantan.
Jakarta. Kalimantan.
Orem, D.E. 2001. Nursing Concept of Practiced. St. Louis: Tommey, A.M,. dan Alligood, M.R. 2006. Nursing Theory
the CV Mosby Company. and Their Work. Missouri. Mosby.
Rahmawati, D. 2012. Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Wong, D. L., Marilyn, H.E., David, W., Marilyn, L W.,
Kecemasan Dan Koping Orang Tua Dalam Merawat dan Patricia, S. 2009. Buku Ajar Keperawaan
Anak Dengan Talasemia Mayor Di RSU Kabupaten Pediatrik. Volume 1. EGC. Jakarta

Вам также может понравиться