Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini membahas tentang "Suku Bugis".Kami menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Konseling Multikultural yang diampu oleh Bapak Rustam M, Pd
Kons
Dalam pembuatan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
terutama diri kami pribadi dan dapat menambah wawasan tentang suku dan budaya
yang ada di Indonesia, khususnya suku bugis.
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................ 22
B. Saran ....................................................................................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara kepulauan yang
memiliki bermacam-macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang
beraneka ragam tersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku yang
sangat terlihat pada setiap wilayah dan daerah di Indonesia. Kebudayaan ini
tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, ini merupakan
bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui dan
melihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut. Pada
kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang salah satu
kebudayaan yang ada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di
daerah Sulawesi Selatan yaitu “SUKU BUGIS”.
Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi
Selatan. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat,
Diperkirakan populasi orang Bugis mencapai angka enam juta jiwa. Kini
orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan.
Suku Bugis hidup dari berburu, menangkap ikan, bertani, beternak dan
kerajinan. Mereka yang tinggal dipegunungan hidup dari bercocok tanam,
sedang yang dipesisir hidup sebagai nelayan. Mereka dikenal sebagai
pedagang barang kelontong, juga terkenal sebagai pelaut yang sering
merantau & menyebar ke seluruh Indonesia. Pakaian tradisional mereka
bernama Wajo Ponco, yang diperkirakan muncul dari pengaruh Melayu.
Sekarang baju ini hanyak untuk upacara-upacara, tarian dan penjemputan
secara adat. Bahasa mereka adalah bahasa Ugi yang terbagi dalam beberapa
dialek, seperti Luwu, Wajo, Bira, Selayar, Palaka, Sindenneng dan Sawito.
ii
Makanan utama mereka yaitu beras dan jagung. Mereka memiliki minuman
khas seperti tuak, sarabba dan air tape.
Di kalangan orang Bugis masih hidup diantara aturan-aturan yang
dianggap luhur dan keramat yang dinamakan Panngaderreng atau
panngadakkang. Diartikan sebagai keseluruhan norma yang meliputi
bagaimana seseorang harus bertingkah-laku terhadap sesama manusia dan
terhadap pranata sosialnya secara timbal balik (etika).
B. Rumusan Masalah
1. Bagai mana definisi suku Bugis ?
2. Bagaimana sejarah suku bugis yang pernah ada dalam suku bugis ?
3. Seerti apa karakteristik suku bugis ?
4. Nilai budaya apa saja yang terkandung dalam suku bugis?
5. Seperti apa sitem kekerabatan dalam suku bugis?
6. Apa saja mata pencaharian Suku Bugis ?
7. Bagai mana dengan pemukiman suku bugis ?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui Bagai mana definisi suku Bugis ?
2. Dapat memahami Bagaimana sejarah suku bugis yang pernah ada dalam
suku bugis ?
3. Dapat mengetahui Seerti apa karakteristik suku bugis ?
4. Dapat menilihat Nilai budaya apa saja yang terkandung dalam suku
bugis?
5. Dapat memahami Seperti apa sitem kekerabatan dalam suku bugis?
6. Dapat memahami Apa saja mata pencaharian Suku Bugis ?
7. Dapat memahami Bagai mana dengan pemukiman suku bugis ?
D. Manfaat
ii
Berdasarkan permasalahan diatas, maka manfaat dari disusunya
makalah ini adalah menambah wasawan pembaca tentang beraneka ragamnya
suku dan budaya yang ada di Indonesia, khususnya suku bugis.
Pembaca dapat mengetahui bagaimana sejarah dan asal kata suku bugis
serta mengenal tingkahlaku dan kebudayaan yang ada di suku bugis.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
ii
Suku Bugis terkenal dengan suku perantau yang tersebar ke beberapa
wilayah di Indonesia. Suku Bugis atau to 'Ugi merupakan suku asli di tanah
Sulawesi khususnya di Sulawesi Selatan. Suku Bugis adalah suku yang sangat
menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari
tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat
seseorang. Jika seorang anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat
malu keluarga, maka ia akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah
luntur di zaman sekarang ini. Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh
anggota keluarganya hanya karena tidak ingin menanggung malu dan
tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu masih dijunjung oleh
masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak seketat dulu, tapi setidaknya
masih diingat dan dipatuhi.
b. Tari Pakarena
Tari Pakarena Merupakan tarian khas Sulawesi Selatan, Nama
Pakarena sendiri di ambil dari bahasa setempat, yaitu karena yang
artinya main. Tarian ini pada awalnya hanya dipertunjukkan di istana
kerajaan, namun dalam perkembangannya tari Pakarena lebih
memasyarakat di kalangan rakyat.
Tari Pakarena memberikan kesan kelembutan. Hal tersebut
mencerminkan watak perempuan yang lembut, sopan, setia, patuh dan
hormat pada laki-laki terutama pada suami. Sepanjang Pertunjukan
ii
Tari Pakarena selalu diiringi dengan gerakan lembut para penarinya
sehingga menyulitkan bagi masyarakat awam untuk mengadakan
babak pada tarian tersebut.
c. Tari Ma’badong
Tari Ma’badong hanya diadakan pada saat upacara kematian.
Penari membuat lingkaran dengan mengaitkan jari-jari kelingking,
Penarinya bisa pria atau bisa wanita. Mereka biasanya berpakaian
serba hitam, namun terkadang memakai pakaian bebas karena tarian
ini terbuka untuk umum.
Tarian yang hanya diadakan pada upacara kematian ini hanya
dilakukan dengan gerakan langkah yang silih berganti sambil
melangtungkan lagu kadong badong. Lagu tersebut syairnya berisikan
riwayat manusia malai dari lahir hingga mati, agar arwah si Mati
diterima di negeri arwah atau alam baka. Tarian Badong bisanya
belansung berjam-jam, sering juga berlansung semalam suntuk.
Tarian Ma’badong bisanya dibawakan hanya pada upacara
pemakaman yang lamanya tiga hari tiga malam khusus bagi kaum
bangsawan di daerah Tana Toraja Sulawesi Selatan.
d. Tarian Pa’gellu
Tari Pagellu merupakan salah satu tarian dari Tana Toraja yang
di pentaskan pada acara pesta tambu Tuka, Tarian ini juga dapat
ditampilkan untuk menyambut patriot atau pahlawan yang kembali
dari medan perang dengan membawa kegembiraan.
e. Tari Mabbissu
Tari Mabissu merupakan tarian bissu yang biasanya
dipertunjukkan ketika upacara adat. Para penarinya bissu (orang yang
kebal) yang selalu mempertontokan kesaktian mereka dalam bentuk
tarian komunitas bissu bisa kita jumpai didaerah pangkep sigeri
sulawesi selatan.
ii
f. Tari Kipas
Tari kipas Merupakan tarian yang memrtunjukan kemahiran para
gadis dalam memainkan kipas dengan gemulai alunan lagu.
ii
i. Gendang
Gendang merupakan sala satu alat musik perkusi yang
mempunyai dua bentuk dasar, yakni bulat panjang dan bundar mirip
seperti rebana.
j. Suling
Suling bambu terdiri dari tiga jenis, yaitu:
Suling panjang (suling lampe)
Suling yang memiliki lima lubang nada dan jenis suling ini telah
punah.
Suling calabai (suling ponco)
Suling jenis ini sering dipadukan dengan biola, kecapi dan
dimainkan bersama penyanyi.
Suling dupa Samping (musik Bambu)
Musik bambu masih sangat terpelihara biasanya digunakan pada
acara karnaval atau acara penjemputan tamu.
2. Adat Istiadat Suku Bugis
Dalam budaya suku bugis terdapat tiga hal yang bisa memberikan
gambaran tentang budaya orang bugis, yaitu konsep ade, siri na pesse dan
simbolisme orang bugis adalah sarung sutra.
a. Konsep Ade
Ade yang dalam bahasa Indonesia adalah adat istiadat. Bagi
masyarakat bugis, ada empat jenis adat yaitu :
Ade Maraja, yang dipakai dikalangan Raja atau Para
Pemimpin.
Ade Poraonro, yaitu adat yang sudah dipakai sejak lama
dimasyarakat secra turun temurun.
ii
Ad assamaturukeng, yaitu peraturan yang sudah ditentukan
melalui kesepakatan.
Ade abiasang, adat yang dipakai dari dulu sampai sekarang
dan sudah diterapkan dalam masyarakat.
b. Konsep siri’
Makna “siri” dalam masyarakat bugis sangat begitu berarti
sehingga ada sebuah pepatah bugis yang mengatakan “SIRI
PARANRENG, NYAWA PA LAO”, yang artinya : “Apabila harga
diri telah terkoyak, maka nyawa lah bayarannya”.Begitu tinggi
makna dari siri ini hingga dalam masyarakat bugis, kehilangan harga
diri seseorang hanya dapat dikembalikan dengan bayaran nyawa
oleh si pihak lawan bahkan yang bersangkutan sekalipun.
Siri’ Na Pacce secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu
(harga diri), sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis disebu Pesse
ii
yang berarti : Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian). Jadi Pacce
berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan
kepedihan atau kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas
dan empati).
Kata Siri’, dalam bahasa Makassar atau Bugis, bermakna
“malu”. Sedangkan Pacce (Bugis: Pesse) dapat berarti “tidak tega”
atau “kasihan” atau “iba”. Struktur Siri’ dalam Budaya Bugis atau
Makassar mempunyai empat kategori, yaitu :
Siri’ Ripakasiri’
Adalah Siri’ yang berhubungan dengan harga diri pribadi,
serta harga diri atau harkat dan martabat keluarga. Siri’ jenis
ini adalah sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar
karena taruhannya adalah nyawa.
Siri’ Mappakasiri’siri’
Siri’ jenis ini berhubungan dengan etos kerja. Dalam
falsafah Bugis disebutkan, “Narekko degaga siri’mu, inrengko
siri’.” Artinya, kalau Anda tidak punya malu maka pinjamlah
kepada orang yang masih memiliki rasa malu (Siri’). Begitu
pula sebaliknya, “Narekko engka siri’mu, aja’ mumapakasiri’-
siri.” Artinya, kalau Anda punya malu maka jangan membuat
malu (malu-maluin).
Siri’ Tappela’ Siri (Bugis: Teddeng Siri’)
Artinya rasa malu seseorang itu hilang “terusik” karena
sesuatu hal. Misalnya, ketika seseorang memiliki utang dan
telah berjanji untuk membayarnya maka si pihak yang
berutang berusaha sekuat tenaga untuk menepati janjinya atau
membayar utangnya sebagaimana waktu yang telah ditentukan
(disepakati). Ketika sampai waktu yang telah ditentukan, jika
si berutang ternyata tidak menepati janjinya, itu artinya dia
telah mempermalukan dirinya sendiri.
Siri’ Mate Siri’
ii
Siri’ yang satu berhubungan dengan iman. Dalam
pandangan orang Bugis/Makassar, orang yangmate siri’-nya
adalah orang yang di dalam dirinya sudah tidak ada rasa malu
(iman) sedikit pun. Orang seperti ini diapakan juga tidak akan
pernah merasa malu, atau yang biasa disebut sebagai bangkai
hidup yang hidup.
ii
orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya
merantau juga didorong oleh keinginan.
ii
Perkawinan tersebut, walaupun ideal, tidak diwajibkan sehingga
banyak pemuda yang menikah dengan gadis-gadis yang bukan
sepupunya.
ii
c. Buri Liu (Peretiwi/Dunia Bawah Tanah/Laut) yang masih
mempercayai bahwa
Rumah ini bisa berdiri tampa mengunakan satu paku pun orang daluhu
kala mengantikan Fungsi Paku Besi menjadi Paku Kayu.
Rumah adat suku bugis baik saroja maupun bola terdiri atas tiga bagaian :
ii
Awa bola ialah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara
lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk
menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan
hewan-hewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian. Alle bola ialah
badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak antara lantai
dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruangan-ruangan yang dipergunakan
dalam aktivitas sehari-hari seperti menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan
berbagai aktifitas lainnya.
ii
dunia. Hal tersebut di karenakan budaya Islam telah membudaya di kalangan
masyarakat bugis makassar, symbol-simbol yang dulunya di pakai sebagai
pengusir mahluk halus yang biasanya diambil dari dari jenis tumbuh-
tumbuhan dan binatang tertentu dig anti dengan tulisan dari ayat-ayat suci Al-
Qur’an.
ii
pengaruh Islam di daerah ini, baju yang tadinya memperlihatkan aurat
pun mengalami perubahan. Busana transparan ini kemudian
dipasangkan dengan baju dalaman berwarna sama, namun lebih terang.
Sedangkan busana bagian bawahnya berupa sarung sutera berwarna
senada.
ii
Baju bodo hanya dikenakan oleh wanita makasar, sementara para prianya
menggunakan pakaian adat yang bernama baju bella dada. Baju ini dikenakan
bersama paroci (celana), lipa garusuk (kain sarung), dan passapu (tutup kepala
seperti peci). Model baju bela dada adalah baju bentuk jas tutup berlengan panjang
dengan kerah dan kancing sebagai perekat. Baju ini juga dilengkapi dengan saku
dibagain kiri dan kananya.
Passapu atau tutu kepala yang digunakan sebagai pelengkap baju bella dada
umumnya dibuat dari anyaman daun lontar dengan hiassan mbring atau benang
emas yang disusun. Selain passapau, para laki-laki juga tak ketinggalan untuk
mengenakan aksesoris pelengkap pakaian yang digunakan. Beberapa aksesoris
ii
diantaranya adalah ; gelang, keris, selempang atau rante sambang, saputangan, dan
sigarak atau hiasan penutup kepala.
ii
7. Makanan Khas Suku Bugis
Salah satu makanan khas dari suku Bugis ialah Buras atau biasa
disebut juga burasa. Buras sebenarnya tidak jauh berbeda juga dengan
olahan berbahan dasar beras lainnya, seperti halnya Ketupat. Apa lagi,
Ketupat sudah menjadi tradisi juga yang harus disajikan saat hajatan
khusus keluarga dan hari-hari besar keagamaan tiba. Bahkan, memakan
Ketupat juga wajib dengan campuran kari ayam, daging, dan telur.
Akan tetapi, rasa Buras yang sangat berbeda dengan Ketupat. Karena
Buras dimasak khusus dengan campuran santan. Makanya saat Buras
dicicipi berasa gurih dan aromanya yang begitu khas. Buras sendiri,
oleh sejumlah orang-orang Suku Bugis memakannya dengan beberapa
campuran makanan lainnya. Seperti kari ayam, daging, dan telur. Tiga
campuran makanan ini harus wajib disediakan menemani Buras saat
hajatan keluarga digelar.
ii
K. SISTEM KEKERABATAN
Sebagai mana telah dijelaskan diawal tadi bahawa suku bugis ini
memiliki sistem kekerabatan yang sangat baik dengan keluarganya hal itu
dikarenakan bahwa Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang
mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang. Jika seorang
anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga, maka ia
akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di zaman sekarang ini.
Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya hanya
karena tidak ingin menanggung malu dan tentunya melanggar hukum.
Sedangkan adat malu masih dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan.
Dan untuk perkawinannya Walaupun tidak seketat dulu, tapi setidaknya
masih diingat dan dipatuhi.
Perkawinan yang ideal di Makassar sebagai berikut.
1. Assialang Marola adalah perkawinan antara saudara sepupu
sederajat kesatu baik dari pihak ayah/ibu.
2. Assialanna Memang adalah perkawinan antara saudara sepupu
sederajat kedua baik dari pihak ayah/ibu.
ii
1. Mappuce-puce adalah meminang gadis,
2. Massuro adalah menentukan tanggal pernikahan,
3. Maddupa adalah mengundang dalam pesta perkawinan.
L. MATA PENCAHARIAN
Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan
pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan
nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang.
Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan
menekuni bidang pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas, dapat ditarik bebrapa kesimpulan bahwa, suku
bugi adalah suku yang tergolong kedalam suku-suku deutoran melayu. Masuk
ke nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya
ii
Yunan. Kata “Bugis” bersal dari kata To Ugi, yang bearti orang bugis.
Penmaan “ugi” merajuk pada raja pertama kerajaan cina yang terdapat di
pammana, kabupaten Wojo saat ini, yaitu La sattumpung.
Kerajaan yang ada pada saat sejarah suku bugis adalah kerajaan bone,
makassar, soppeng dan wajo. Sistem kepercayaan masyarakat bugis adalah
agama islam dan to lotang. Sistem kemasyarakatan masyarakat bugis ada 4,
yaitu keluarga inti, sepupu, pertalian sepupu dan sikampung.
Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan
pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat bugis hidup sebagai petani dan
nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang bugis adalah pedagang.
Dalam kesehariannya, hingga saat ini orang bugis masih menggunakan
bahasa ‘ugi’ yang merupakan bahasa keluarga besar dari bahasa Austronesia
Barat.
Selain itu, orang bugis juga memiliki aksara sendiri yaitu aksara lontara
yang berasal dari huruf sansekerta. Rumah tradisonal bugis sendiri berbentuk
panggung yang terdiri atas tingkat atas, tengah, dan bawah. Tingkat atas
digunakan untuk menyimpan padi dan benda benda pusaka. Tingkat tengah,
yang digunakan sebagai tempat tinggal, yang terbagi atas ruang ruang untuk
menerima tamu, tidur, makan, dan dapur. Tingkat dasar yang berada di lantai
bawah digunakan untuk menyimpan alat alat pertanian dan kandang ternak.
Karena masyarakat bugis termasuk pelaut yang ulung, mereka
menggunkan perahu pinsi sebagai teknologinya. Kesenian masyarakat bugis
meliputi tari pelangi, tari paduppa bosara, tari pattennung, tari pajoge’, tari
anak masari, tari pangayo, tari passassa, tari pa’galung dan tari pabatte.
Adat istiadat pernikahan suku bugis terdiri dari lima tahap yaitu : lettu
(lamaran), mappetuada (kesepakatan pernikahan), maduppa (mengundang),
mappaccing (pembersihan), hari pernikahan dimulai dengan mappaendre
balanja.
B. Saran
ii
Sebagai salah satu warisan budaya nusantara, sudah menjadi kewajiban
kita bersama untuk merawat dan melestarikan kebudayaan suku bugis,
dengan cara menghormati dan menghargai mereka, penyaringan budaya luar,
tumbuhkan kecintaan sejak dini terhadap budaya lokal, kususnya bagi kita
sebagai guru harus lah mengerti dari mana anak anak didik kita berasal, sebab
berbeda suku atau etnis beda pula karakter individu tersebut.
Daftar Pustaka
http://blogerbugis.blogspot.com/2013/04/adat-istiadat-suku-bugis-ade-siri-
na.html diakses tanggal 6 desember 2014
http://busbonecomunty.blogspot.com/2012/10/adat-istiadat-suku-bugis.html
diaksestanggal6desember2014
ii
http://imbasadi.wordpress.com/agenda/data-karya-ilmiah-bebas/unhas/makna-
siri-na-pacce-dimasyarakat-bugis-makassar-
friskawini/diaksestanggal6desember2014
ii