Вы находитесь на странице: 1из 12

POTENSI LIKUIFAKSI TANAH PASIR DIATAS TANAH

LUNAK DENGAN VARIASI TEBAL TIMBUNAN PASIR


MELALUI UJI MODEL LABORATORIUM
Bahrul Junaidi(1), Agus Ika Putra(2) Soewignjo Agus Nugroho(3)
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. Subrantas KM 12.5 Pekanbaru 28293
Email: bahrul.junaidi@student.unri.ac.id
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. SubrantasKM 12.5 Pekanbaru 28293
Email: agusip@eng.unri.ac.id
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. SubrantasKM 12.5 Pekanbaru 28293
Email: nugroho.sa@eng.unri.ac.id
Abstract
Buildings in Riau, especially Pekanbaru City, are generally established on peatlands
covered in sand embankment. Earthquakes often occur in the western region of the island of
Sumatra due to its position along with two tectonic plate collision of earth, Indian and
Eurasian plate. One of earthquake activity aftermath is liquefaction. Liquefaction can be
defined as the loss of shear strength of soil due to an increase in excess pore water pressure
caused by cyclical load, therefore the total stress of ground is almost entirely replaced by
pore water pressure. The aim of this research is to know the influence of embankment
thickness and acceleration of vibration against pore water pressure increment and soil
settlement. This research was conducted by laboratory model test using shaking table. The
acceleration variation used were 0.25 g and 0.32 g. The thickness variation of sand
embankment used were 10 cm, 15 cm, and 20 cm placed on a 10 cm peat soil layer and given
a load 40 kg/m2. Water level elevation as high as the sand layer each variation. The results of
this research show that with the addition of the sand embankment thickness takes longer time
to reach maximum pore water pressure increment. The thicker of sand embankment take
longer time to reach maximum soil settlement during liquefaction. The addition of
acceleration values leads to larger increment of pore water pressure and soil settlement, but
the time it takes for pore water pressure begin to stabilize tends to be faster.

Keyword : Liquefaction, embankment, peat soil, excess pore water pressure, shaking
table

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang peristiwa gempa yang menghancurkan kota
memiliki intensitas gempa yang cukup pelabuhan Nigata. Prefektur Nigata
tinggi. Gempa yang terjadi dapat mengalami gempa besar yang terjadi pada
menimbulkan kerusakan yang cukup parah tanggal 16 Juni 1964 dengan kekuatan 7,3
pada suatu bangunan baik dari struktur skala Richter dengan pusat gempa sekitar
bangunan maupun lapisan tanahnya. Salah 56 km dari kota Niigata. Gempa tersebut
satu akibat dari adanya aktivitas gempa menyebabkan terjadinya pencairan tanah
adalah terjadinya likuifaksi. pasir pada area yang cukup luas, air
Likuifaksi dapat didefinisikan mengalir melalui celah-celah tanah dan
sebagai peristiwa hilangnya kuat geser menggulingkan gedung-gedung yang
tanah akibat peningkatan tegangan air pori berdiri di kota tersebut (Seed and Idriss,
yang timbul akibat beban siklis, sehingga 1982)
tegangan tanah total hampir seluruhnya Berdasarkan data BMKG tahun
tergantikan oleh tegangan air pori. 2015, gempa yang terjadi pada 06 Maret
Penelitian mengenai likuifaksi mulai 2007 di Sumatera Barat dengan magnitudo
didalami oleh para insinyur semenjak 6,4 SR menimbulkan kerusakan yang

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 1


cukup parah. Tercatat nilai kerusakan fisik penurunan permukaan tanah dan kenaikan
bangunan mencapai Rp 146,1 Milyar dan air pori. Selain itu juga untuk mengamati
jumlah korban yang tewas mencapai 52 pengaruh perubahan ketebalan timbunan
orang. Guncangan yang ditimbulkan dari pasir terhadap tegangan vertikal efektif
gempa tersebut dirasakan di berbagai tanah.
daerah seperti Pekanbaru, Duri, Jambi,
Kepulauan Riau, Dumai, Malaysia hingga II. TINJAUAN PUSTAKA
Singapura. 1. Gempa Bumi
Di Provinsi Riau, khususnya kota Aktivitas gempa di Indonesia
Pekanbaru, bangunan umumnya didirikan terbilang cukup tinggi di antara kawasan-
pada timbunan pasir di atas lahan gambut. kawasan cincin api. Hal ini dikarenakan
Tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa Indonesia terletak diantara pertemuan
pelapukan tumbuhan dengan kedalaman lempeng Hinda dan Australia, lempeng
lebih dari 50 cm. Tanah gambut memiliki Eurasia, dan lempeng Pasifik. Cincin api
kadar air yang sangat tinggi dengan adalah daerah yang mengelilingi cekungan
kompresibilitas yang tinggi. Jika dikaitkan Samudra Pasifik yang sering mengalami
dengan konstruksi bangunan di atas tanah gempa bumi dan letusan gunung berapi.
gambut dikhawatirkan akan mengalami Daerah ini mencakup wilayah sepanjang
kegagalan konstruksi dikarenakan daya 40.000 km dan berbentuk seperti tapal
dukung tanah gambut yang sangat rendah. kuda. Lempeng Hindia-Australia bergerak
Stewart dan Shafiee (2013) melalui ke utara dan bertumbukan dengan
penelitiannya di University of California, Lempeng Eurasia dengan kecepatan 50
mengatakan bahwa gambut tergolong mm sampai 70 mm per tahun. Zona
dalam kategori tanah “non-liquefable”, tumbukan kedua lempeng ini terletak di
karena tanah gambut secara signifikan sepanjang Palung laut Sumatera – Jawa –
tidak berkontribusi pada resiko Bali – Lombok. Lempeng Australia
pembebanan saat ini pada Delta di wilayah bertumbukan dengan busur kepulauan di
California. Tanah non-liquefable tidak sepanjang tepi benua dari tepian selatan
menunjukkan kehilangan kekuatan yang Timor Timur hingga ke timur dan
signifikan selama undrained shearing dan melingkar berlawanan arah jarum jam di
hasil analisisnya menunjukkan bahwa Lautan Banda. Lempeng Pasifik bergerak
tanah non-liquefable relatif jarang dengan kecepatan 120 mm/tahun kearah
menyebabkan kegagalan tanggul. barat daya dan bertumbukan dengan tepian
Potensi dan karakteristik likuifaksi utara dari Pulai Papua Nugini – Irian Jaya
pada suatu wilayah sangat penting untuk dan terus ke arah barat sampai ke daerah
diketahui, khususnya pada wilayah rawan tepian timur sulawesi. Gerakan dari
gempa. Potensi dan karakteristik likuifaksi tabrakan dan pergeseran lempeng-
ini dapat diketahui dengan berbagai lempeng besar inilah yang menyebabkan
metode, salah satunya yaitu melalui uji gempa bumi. (Natawidjaja, 2007).
model laboratorium menggunakan mesin Wilayah barat pulau Sumatera sering
getar analisis satu arah. terjadi gempa dikarenakan posisinya
Simulasi fenomena likuifaksi pada berada di sepanjang jalur tumbukan dua
studi ini dilakukan dengan membuat model lempeng bumi yaitu lempeng Hindia yang
fisik skala laboratorium dengan kajian bergerak menunjam ke bawah lempeng
seberapa besar pengaruh variasi ketebalan Eurasia. Lempeng Hindia menunjam di
tanah timbunan pada tanah gambut bawah Sumatera dengan kecepatan 50 mm
terhadap potensi likuifaksi. sampai 60 mm per tahun dan kemiringan
Tujuan dari penelitian ini adalah dari zona penunjamannya sekitar 120
untuk mengamati pengaruh perubahan (Natawidjaja, 2007).
ketebalan timbunan pasir terhadap

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 2


Berdasarkan laporan KLH oleh 2.1 Tanah Gambut
Natawidjaja (2007), dalam beberapa tahun American Standard Testing and
terakhir, bencana gempa bumi sering Material mengklasifikasikan tanah gambut
terjadi di pulau Sumatera, baik gempa berdasarkan kadar serat dan kadar abunya.
berskala besar, maupun gempa berskala Berdasarkan kadar seratnya, tanah gambut
kecil. Rangkaian gempa yang terjadi dibedakan menjadi 3 jenis Fibric, Hemic,
bermula dari gempa Aceh-Andaman yang dan Sapric. Sedangkan klasifikasi gambut
terjadi pada 24 Desember 2004 dengan berdasarkan kadar abunya dibedakan
kekuatan Mw 9,2 dan memicu terjadinya menjadi 3 jenis yaitu Low Ash, Medium
bencana tsunami. Setelah itu terjadi gempa Ash, dan High Ash. Kriteria klasifikasi
Nias-Simelue pada 28 Maret 2005 dengan gambut dapat dilihat pada Tabel 1 Dan
kekuatan Mw 8,7. Sebelumnya pada tahun Tabel 2 berikut.
2002 juga telah terjadi gempa bumi di Tabel 1. Klasifikasi gambut berdasarkan
daerah Simelue dengan kekuatan Mw 7,4. kadar serat
Gempa juga terjadi di Padang pada 30 Klasifikasi Keterangan
September 2009 dengan magnitudo Mw Fibric bila kadar serat lebih besar
7,6. Pada tanggal 12 September 2007, dari 67%
gempa bumi berkekuatan Mw 8,4 terjadi di Hemic bila kadar serat antara 33-
kawasan Kepulauan Mentawai – Bengkulu 67%
yang mengguncang wilayah Sumatera dan Sapric bila kadar serat lebih kecil
pada 25 Oktober 2010 gempa terjadi lagi dari 33%
di kawasan ini dan mengakibatkan banyak Sumber : ASTM D 4427-92
kerusakan bangunan serta kepanikan
penduduk. Tabel 2. Klasifikasi gambut berdasarkan
2. Tanah kadar abu
Menurut Das (1988), tanah Klasifikasi Keterangan
merupakan material yang terdiri dari Low Ash bila kadar abu  5%
agregat (butiran) mineral-mineral padat Medium Ash bila kadar abu antara
yang tidak tersementasi (trikat secara 5 – 15%
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan High Ash bila kadar abu ≥15%
organik yang telah melapuk (yang Sumber : ASTM D 4427-92
berpartikel padat) disertai dengan zat cair
dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong Komposisi bahan organik yang
di antara partikel-partikel padat tersebut. dominan menyebabkan gambut mampu
Komponen-komponen penyusun menyerap air dalam jumlah yang relatif
tanah terdiri dari 3 yaitu bahan padat, air tinggi. Elon et al. (2011) menyatakan air
dan udara. Komponen udara dianggap yang terkandung dalam tanah gambut bisa
tidak memiliki pengaruh teknis, sedangkan mencapai 300-3.000% bobot keringnya,
komponen air sangat mempengaruhi sifat- jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
sifat teknis tanah. Ruang antar agregat tanah mineral yang kemampuan menyerap
sebagian atau seluruhnya dapat diisi oleh airnya hanya berkisar 20-35% bobot
air dan atau udara. Tanah dikatakan keringnya. Mutalib et al. (1991)
kondisi jenuh apabila rongga antar agregat melaporkan kadar air gambut pada kisaran
terisi oleh air seluruhnya. Sedangkan tanah yang lebih rendah yaitu 100-1.300%, yang
dikatakan jenuh sebagian (partially artinya gambut dapat menyerap air 1
saturated) apabila rongga terisi udara dan sampai 12 kali bobot keringnya.
air. Tanah kering adalah tanah yang ruang 2.2 Tanah Pasir
antar agregatnya tidak mengandung air Pasir merupakan tanah yang tidak
sama sekali atau dapat dikatakan kadar kohesif. Pasir sebagian besar terdiri atas
airnya nol. mineral quartz dan feldspar (Das, 1988).

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 3


Menurut Hardyatmo (1992), ketika air 3. Likuifaksi
berada pada lapisan pasir yang tidak padat, Likuifaksi merupakan suatu
beban dinamis akan sangat mempengaruhi peristiwa hilangnya kekuatan tanah yang
kekuatan gesernya. Penelitian yang disebabkan oleh peningkatan tegangan air
dilakukan oleh pori akibat adanya beban siklis atau
Tanah non kohesif merupakan getaran.
butiran-butiran tanah yang terpisah-pisah Likuifaksi umumnya terjadi pada
dan hanya melekat apabila berada dalam tanah yang jenuh air dimana seluruh
kondisi basah. Tanah tak kohesif tidak rongga-rongga dari tanah dipenuhi oleh air.
memiliki garis batas antara keadaan plastis Sebelum mengalami getaran, tekanan air
dan tidak plastis, karena jenis tanah ini pada suatu tanah secara relatif rendah.
tidak plastis untuk semua nilai kadar air Namun, pada saat tanah mengalami
(Bowles, 1989). getaran, tekanan air dalam tanah
2.3 Berat Volume Tanah meningkat, partikel tanah tertekan oleh air
Tanah secara alamiah terdiri dari sehingga mempengaruhi kepadatan tanah.
partikel padat, air dan udara. Saat kondisi Suatu endapan tanah terdiri dari
jenuh (fully saturated soil), tanah hanya partikel-partikel yang saling berdekatan
terdiri dari dua bagian yaitu bagian padat dan setiap partikel memiliki kontak dengan
atau butiran dan air pori yang dikenal partikel lain. Akibat adanya kontak antar
dengan two-phase systems. Sedangkan partikel tersebut, partikel tanah secara
pada saat tanah dalam kondisi tidak jenuh, bersamaan akan memiliki kemampuan
tanah terdiri dari tiga bagian yaitu bagian untuk memikul beban yang terdapat di
padat atau butiran, air pori dan pori-pori atasnya. Beban tersebut akan disalurkan
udara yang dikenal dengan fase tiga tanah hingga ke lapisan batuan dasar yang
atau three-phase systems sebagaimana terletak di bagian bawah lapisan tanah
ditunjukkan pada Gambar 1. tersebut.
Berat Volume Berat Volume

Wa = 0 Udara Va

Vv Ww Air Vw = Vv

Ww Air Vw

W V W V

Ws Butiran tanah Vs Ws Butiran tanah Vs

(a)
(a) (b)
Berat Volume Gambar 2. Kondisi partikel tanah pada
Udara Va kondisi normal (sebelum terjadi kenaikan
Vv Ww Air Vw = Vv air pori)
Air Vw

W V Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa


kondisi tanah terdapat rongga antar
Butiran tanah Butiran tanah
Vs Ws Vs
partikel tanah yang terisi air. Pada kondisi
normal, tekanan air yang dimiliki oleh air
relatif rendah sehingga tanah masih
(b)
(b) memiliki kemampuan untuk menopang
Gambar 1. Diagram fase tanah (a) kondisi beban diatasnya.
tidak jenuh dan (b) kondisi jenuh Saat menerima tekanan dari getaran
secara tiba-tiba, tekanan air pori akan
meningkat karena air mendesak partikel

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 4


tanah untuk mencari jalan keluar. Pada saat jumlah besar, sehingga lebih mendekati
terjadi gempa, air tidak memiliki cukup keadaan yang sebenarnya dilapangan.
waktu untuk berdisipasi keluar dari tanah 3. Pengaruh pemusatan tegangan dapat
melalui rongga-rongga tanah, sehingga air dibatasi dan hanya terjadi pada lokais
mendorong partikel-partikel tanah dan yang relatif kecil, sehingga
menyebabkan kontak antar partikel tanah pengaruhnya dapat diabaikan.
hilang dan partikel-partikel tanah saling 4. Memungkinkan untuk dilengkapi
menjauh (Gambar 3). Akhirnya partikel dengan alat-alat pencatat (transducer)
tanah tidak dapat mendistribusikan beban yang memadai, sehingga distribusi
secara optimal. tegangan air pori yang terjadi selama
pengujian dan setelah pengujian dapat
diamati dan dicatat dengan teliti.
5. Penentuan tebal atau tinggi sampel, dari
pengujian shaking table terdahulu yang
dilaksanakan oleh para ahli geoteknik
dengan menggunakan sampel yang
tidak sama.
Singh dkk. (2008) meneliti potensi
likuifaksi pasir Solani India menggunakan
alat shaking table mini. Hasil penelitian
Gambar 3. Kondisi tanah saat mengalami mereka menjelaskan bahwa pengaruh
getaran (saat terjadi kenaikan tegangan air percepatan gempa akan mempercepat
pori) terjadinya likuifaksi dan memperlama
durasi likuifaksi.
Pada kondisi tanah mengalami Hasmar (2007) meneliti potensi
getaran, sebagian besar beban dipikul oleh likuifaksi pasir Kali Krasak, Daerah
air sehingga beban yang dipikul oleh tanah Istimewa Yogyakarta. Desain pembebanan
menjadi tidak stabil. Kondisi dapat yang dilakukan yaitu dengan memodelkan
dianalogikan seperti beban kapal yang pengujian dengan variasi beban siklik.
mengapung di atas air. Apabila air tidak Hasil dari penelitian Hasmar menunjukkan
mampu memikul beban kapal tersebut, bahwa beban siklik (N) 20 siklik dan 32
maka kapal akan tenggelam ke dalam air. siklik berpotensi memicu likuifaksi pasir
Begitu pula dengan beban gedung pada Kali Krasak.
tanah yang mengalami likuifaksi, gedung Aldi (2011) meneliti potensi
tersebut akan tenggelam ke dalam tanah. likuifaksi menggunakan meja getar satu
Tokimatsu (1979) melakukan arah pada tanah pasir dengan memodelkan
penelitian mengenai potensi likuifaksi pengujian berdasarkan variasi beban dan
dengan mengamati perilaku peningkatan percepatan getar. Hasil dari penelitian Aldi
tegangan air pori pada tanah pasir akibat menunjukkan bahwa penambahan beban
pembebanan dinamik. Penurunan tegangan dapat memperlambat proses penurunan
air pori yang lamban mengindikasikan muka tanah akibat likuifaksi dan juga
bahwa likuifaksi dapat terjadi. Beberapa mengakibatkan perubahan kepadaan yang
kelebihan yang diperoleh pada pengujian tinggi. Penambahan beban mempengaruhi
shaking table adalah : kecepatan kenaikan air pori maksimum
1. Kotak tempat sampel tanah terbuat dari dan kecepatan penurunan tegangan vertikal
kaca tebal atau flexiglass sehingga efektif tanah, beban yang besar dapat
semua proses dan fase tegangan selama memperlambat kenaikan air pori dan
pengujian dapat dilihat dan dibaca. penurunan tegangan vertikal efektif pada
2. Memungkinkan adanya suatu sampel tanah.
pasir jenuh air yang homogen dalam

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 5


III. METODE PENELITIAN Tanah gambut yang dipakai berasal
Penelitian ini dilakukan dengan dari daerah Kampar. Sampel tanah berupa
menggunakan bak uji yang dipasang diatas tanah terganggu yang dibawa dari lokasi
meja getar satu arah dengan dimensi bak pengambilan sampel ke laboratrium.
uji, panjang 100 cm, lebar 50 cm, dan Sebelum dipakai untuk pengujian, sampel
tinggi 35 cm. Dinding bak uji terbuat dari tanah diuji terlebih dahulu, baik
bahan acrylic dengan ketebalan 0,5 cm. karakteristik maupun sifat fisiknya.

Gambar 4. Bak uji acrylic


Gambar 7. Sampel tanah gambut
Meja getar dibuat menggunakan
bahan dasar baja yang dihubungkan Tanah pasir yang digunakan pada
menggunakan las dan baut. Meja getar satu penelitian ini adalah pasir bersih yang
arah merupakan model dari gerakan siklik berasal dari Sungai Kampar. Sampel tanah
dinamik dari terjadinya tegangan geser pasir yang dipakai berupa pasir sedang
pada lapisan tanah pada saat terjadi gempa yang lolos saringan nomor 10 dan tertahan
bumi. saringan nomor 20.

Gambar 5. Meja getar satu arah Gambar 8. Sampel tanah pasir

Beban pengujian yang digunakan Langkah-langkah pengujian


berbahan baja dengan berat masing-masing pemodelan laboratorium menggunakan
10 kg sebanyak 2 buah. Beban diletakkan meja getar satu arah antara lain sebagai
di atas multiplex dengan ukuran 100 cm x berikut :
50 cm sehingga dengan mengabaikan berat 1. Sebelum pengujian dilakukan,
multiplex didapatkan beban merata sebesar pengujian quality control dilakukan
40 kg/m2. terlebih dahulu. Beberapa parameter
yang diperoleh dari hasil pengujian
antara lain kadar air, berat volume dan
specific gravity. Data tersebut
digunakan untuk mencari kebutuhan air
untuk menjenuhkan sampel tanah
gambut.
2. Pengujian ini dimulai dengan mengisi
bak uji dengan tanah gambut yang
Gambar 6. Beban pengujian

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 6


kemudian dijenuhkan dengan Tabel 3. Hasil pengujian karateristik tanah
menggunakan air. pasir
3. Bak kemudian diisi dengan tanah pasir Pengujian Nilai
dengan ketebalan sesuai variasi. Kadar Air (w) 0,071 %
4. Pipa kaca diletakkan sedalam setengah Berat Jenis (Gs) 2,649
D10 0,190 mm
kedalaman timbunan masing-masing D30 0,324 mm
variasi dari permukaan tanah timbun.
5. Beban merata sebesar 40 kg/m2 D60 0,563 mm
kemudian diletakkan di atas lapisan Coefficient of uniform (Cu) 2,96
pasir. Coefficient of curvature 0,98
6. Pengujian dimulai dengan memutar (Cc)
pulley menggunakan mesin induksi (Sumber: Rudy Suryadi, 2016)
kapasitas 220V 50Hz.
7. Pengamatan dilakukan secara manual, Berdasarkan nilai Cu dan Cc yang
baik pembacaan ketinggian air pori, didapat dari hasil pengujian, maka
maupun pembacaan penurunan muka klasifikasi tanah berdasarkan ASTM
tanah. D2487 termasuk dalam klasifikasi pasir
8. Pengujian dilakukan selama 120 detik dengan pembagian ukuran butiran buruk
dengan pembacaan ketinggian air pori atau Poorly Graded Sand (SP).
dan pembacaan penurunan muka tanah 1.2 Hasil Pengujian Tanah Gambut
dilakukan setiap 5 detik. Pada penelitian ini tanah gambut
9. Tanah gambut yang selesai diuji yang digunakan berasal dari daerah Rimbo
kemudian disimpan didalam kotak
Panjang kabupaten Kampar, Riau. Hasil uji
styrofoam untuk pengujian selanjutnya.
karakteristik tanah gambut asli dapat
Data hasil pengujian laboratorium
berupa karakteristik dan sifat fisik tanah, dilihat pada Tabel 4 berikut:
pembacaan tekanan air pori dan penurunan Tabel 4. Hasil pengujian karakteristik
muka tanah disusun dalam bentuk tabel tanah gambut
dan grafik agar mempermudah dalam Karakteristik Keterangan
Satuan Hasil
Tanah
menganalisa data untuk kemudian diambil
Kadar Air, w gr/cm3 442,933 Moderate
suatu kesimpulan. Potensi likuifaksi Berat
dievaluasi berdasarkan hasil pembacaan Volume kN/m3 1,011
penurunan muka tanah dan kenaikan air Basah, b
pori. Berat Jenis,
- 1,48
Gs
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Abu, Low ash
% 0,797
Ac
Kadar
1. Pengujian Karakteristik Tanah Organik, Oc
% 99,203
1.1 Hasil Pengujian Tanah Pasir Kadar Serat % 1,183 Sapric
Tanah pasir yang digunakan pada (Sumber: Hasil pengujian, 2017)
penelitian ini adalah tanah yang telah
Tanah gambut diklasifikasikan
digunakan sebelumnya pada penelitian
mengacu pada ASTM D 4427-92
Rudy Suryadi (2016) tentang Pengaruh
berdasarkan beberapa karakteristik seperti
Beban Vertikal Terhadap Daya Dukung
kadar abu, kadar serat dan kadar organik.
Lateral Fondasi Tiang. Hasil analisa
Berdasarkan tabel di atas, tanah gambut
ukuran butiran metode mekanik pada
yang digunakan pada penelitian ini
penelitian tersebut ditunjukkan pada Tabel
tergolong gambut Sapric low ash (kadar
3 dibawah ini.
abu rendah).

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 7


2. Hasil Uji Permodelan Likuifaksi maksimum juga semakin lama. Pada
menggunakan Meja Getar 1 Arah percepatan 0,25 untuk Variasi 1 dengan
Setelah melakukan pengujian tebal timbunan 10 cm, waktu yang
karakteristik tanah pasir dan tanah gambut, diperlukan untuk mencapai kenaikan air
pengujian yang dilakukan selanjutnya pori maksimum adalah 5 detik dengan nilai
adalah pengujian menggunakan meja getar kenaikan air pori maksimum yang terjadi
satu arah. Data-data hasil pengujian yang sebesar 43 mm. Untuk Variasi 2 dengan
telah dilakukan di rekapitulasi dan di tebal timbunan 15 cm, waktu yang
interpretasikan ke dalam bentuk tabel dan diperlukan untuk mencapai kenaikan air
grafik. pori maksimum adalah pada 15 detik
2.1 Penurunan Muka Tanah dan dengan nilai kenaikan air pori sebesar 65
Kenaikan Air Pori (Percepatan, a = mm. Sedangkan untuk Variasi 3 dengan
0,25g) tebal timbunan 20 cm, waktu yang
Hasil dari pengujian yang telah diperlukan untuk mencapai kenaikan air
dilakukan diinterpretasikan dalam grafik pori maksimum adalah pada 35 detik
antara penurunan tanah dan kenaikan air dengan nilai kenaikan air pori sebesar 133
pori terhadap waktu. Masing-masing mm.
kenaikan air pori dan penurunan muka Gambar 9 juga menunjukkan bahwa
tanah diukur dari ketinggian mula-mula semakin tebal timbunan pasir maka waktu
muka tanah dan muka air tiap variasi yang diperlukan agar tekanan air pori
ketebalan timbunan. Grafik perbandingan kembali menjadi normal semakin lama.
kenaikan air pori (Hw) terhadap waktu Variasi 1tekanan air pori mulai terdisipasi
untuk pengujian dengan percepatan 0,25 pada waktu 10 detik. Sedangkan untuk
dapat dilihat pada Gambar 9. Sedangkan Variasi 2, tekanan air pori mulai terdisipasi
grafik perbandingan penurunan tanah (ΔH) pada waktu 35 detik. Untuk Variasi 3
terhadap waktu untuk 3 variasi ketebalan waktu yang diperlukan tekanan air pori
timbunan dapat dilihat pada Gambar 10. untuk terdisipasi adalah 60 detik.

Gambar 10. Grafik penurunan tanah total


Gambar 9. Grafik kenaikan air pori pada pada percepatan 0,25g
percepatan 0,25g
Pada Gambar 10 dapat disimpulkan
Gambar 9 menunjukkan bahwa bahwa dengan penambahan ketebalan
dengan penambahan tebal timbunan pasir timbunan, maka penurunan yang terjadi
kenaikan air pori yang terjadi semakin juga semakin besar. Untuk Variasi 1
besar. Selain itu, seiring penambahan tebal dengan tebal timbunan 100 mm, penurunan
timbunan pasir, waktu yang diperlukan maksimum yang terjadi pada 55 detik.
untuk mencapai kenaikan air pori Untuk variasi 2 dengan tebal timbunan 150

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 8


mm waktu yang diperlukan untuk 145 mm. Namun pada percepatan 0,32g,
mencapai penurunan maksimum adalah 65 waktu yang diperlukan agar tekanan air
detik. Sedangkan untuk variasi 3, waktu pori yang terdisipasi mulai menjadi
yang diperlukan untuk mencapai tekanan yang stabil lebih cepat
penurunan maksimum adalah 95 detik. dibandingkan pada percepatan 0,25g.
2.2 Penurunan Muka Tanah dan
Kenaikan Air Pori (Percepatan, a =
0,32g)
Grafik perbandingan kenaikan air
pori (Hw) terhadap waktu untuk pengujian
dengan percepatan 0,32g dapat dilihat pada
Gambar 11. Sedangkan grafik
perbandingan penurunan tanah (ΔH)
terhadap waktu untuk 3 variasi ketebalan
timbunan dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Grafik penurunan tanah pada
percepatan 0,32g

Gambar 12 menunjukkan dengan


percepatan getar 0,32g, untuk Variasi 1
mengalami penurunan maksimum pada 65
detik. Pada Variasi 2 waktu yang
diperlukan untuk mencapai penurunan
maksimum adalah 85 detik. Sedangkan
untuk Variasi 3, waktu yang diperlukan
Gambar 11. Grafik kenaikan air pori untuk mencapai penurunan maksimum
pada percepatan 0,32g adalah 105 detik. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa semakin tinggi tebal
Gambar 11 menunjukkan bahwa timbunan maka semakin besar penurunan
dengan penambahan tebal timbunan pasir yang terjadi.
kenaikan air pori yang terjadi semakin 2.3 Perhitungan Tekanan Vertikal
besar dan waktu yang diperlukan untuk Efektif
mencapai kenaikan air pori maksimum Saat tanah mencapai puncak
juga semakin lama. Pada percepatan 0,32g, kehilangan kekuatannya, perhitungan
waktu yang diperlukan untuk mencapai tekanan vertikal efektif tanah akan
kenaikan air pori maksimum untuk Variasi menunjukkan hasil yang negatif.
1 adalah 5 detik dengan nilai kenaikan air Likuifaksi dapat terjadi jika peningkatan
pori maksimum sebesar 74 mm. tekanan air pori benilai sama atau lebih
Sedangkan pada Variasi 2, waktu yang dari tekanan vertikal tanah total. Dengan
diperlukan untuk mencapai kenaikan air kata lain nilai tekanan tanah efektif bernilai
pori maksimum adalah pada 20 detik nol atau negatif. Grafik perbandingan
dengan nilai kenaikan air pori maksimum untuk variasi percepatan 0,25g dapat
sebesar 82 mm. Untuk Variasi 3, waktu dilihat pada Gambar 13 dan untuk variasi
yang diperlukan untuk mencapai kenaikan percepatan 0,32g dapat dilihat pada
air pori maksimum adalah pada 20 detik Gambar 14.
nilai kenaikan air pori maksimum sebesar

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 9


lebih lama mengalami likuifaksi yaitu
dimulai dari detik ke-5 hingga mencapai
titik tekanan vertikal paling rendah yaitu
pada detik ke-45. Selanjutnya tekanan
vertikal mulai kembali menjadi normal
saat tekanan air pori mulai menurun.
Selain itu dari kedua grafik diatas
dapat disimpulkan pula bahwa seiring
bertambahnya percepatan getar yang
diberikan, maka waktu yang diperlukan
untuk mengalami likuifaksi cenderung
Gambar 13. Grafik Tekanan Vertikal
lebih cepat.
Efektif (σ’v) pada percepatan 0,25g
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 13 diatas menunjukkan Kesimpulan yang dapat diambil dari
bahwa semakin besar pertambahan tebal penelitian yang telah dilakukan antara lain
timbunan pasir, maka waktu yang :
diperlukan tanah untuk kehilangan daya 1. Hasil pengukuran kenaikan air pori
dukungnya cenderung semakin lama. Pada terhadap waktu menunjukkan bahwa
variasi tebal timbunan 10 cm cenderung semakin bertambah tebal timbunan
lebih cepat mengalami likuifaksi yaitu maka kenaikan air pori maksimum yang
pada detik ke-40. Sedangkan untuk variasi terjadi memerlukan waktu lebih lama.
timbunan 20 cm membutuhkan waktu 2. Hasil pengukuran penurunan muka
lebih lama yaitu pada detik ke-55. tanah terhadap waktu menunjukkan
bahwa semakin bertambah tebal
timbunan cenderung memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai
penurunan maksimum saat terjadi
likuifaksi.
3. Hasil perbandingan variasi percepatan
getar menunjukkan bahwa semakin
besar percepatan getar yang terjadi
mengakibatkan kenaikan air pori dan
penurunan muka tanah yang lebih besar.
Gambar 14. Grafik Tekanan Vertikal Namun seiring bertambah besar
Efektif (σ’v) pada percepatan 0,32g percepatan getar, waktu yang
dibutuhkan agar air pori yang terdisipasi
Hal serupa juga ditunjukkan pada mulai menjadi stabil lebih cepat.
Gambar 4.6 bahwa seiring penambahan 4. Hasil perbandingan variasi ketebalan
timbunan pasir menunjukkan bahwa
tebal timbunan maka waktu yang
semakin tebal timbunan pasir maka
dibutuhkan cenderung lebih lama untuk waktu yang dibutuhkan tanah untuk
kehilangan daya dukungnya. Pada kehilangan daya dukungnya cenderung
pengujian dengan variasi percepatan 0,32g lebih lama. Namun seiring bertambah
pada tebal timbunan 10 cm mengalami besar percepatan getar, maka waktu
likuifaksi pada detik ke-20. Sedangkan yang diperlukan untuk mengalami
pada tebal timbunan 20 cm cenderung likuifaksi cenderung lebih cepat.

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 10


Berdasarkan hasil penelitian yang dengan Metode Shaking Table
telah dilakukan, agar penelitian selanjutnya (Studi Kasus pada Lapisan Pasir
memeproleh hasil yang lebih baik, maka Kali Krasak Yogyakarta).
disarankan : Yogyakarta: Universitas Islam
1. Pengamatan pada pengujian Indonesia.
menggunakan peralatan atau teknologi
sensor atau digital, baik untuk Hardiyatmo, H. (1992). Mekanika Tanah I.
mengamati kenaikan air pori maupun Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
penurunan tanah sehingga diperoleh
data yang lebih akurat. Mutalib, A., Lim, J., Wong, M., &
2. Melakukan pengujian Quality Control Koonvai, L. (6-10 May 1991).
tanah sebelum dan sesudah pengujian Characterization, Distribution and
pada meja getar. Utilization of Peat in Malaysia.
3. Agar sebaran data yang didapat lebih International Symposium on
lengkap, perulangan pengujian Tropical Peatland, (hal. 153-158).
sebaiknya dilakukan lebih banyak lagi Kuching.
sehingga pola pengamatan dapat
ditentukan lebih mudah. Natawidjaja, D. H. (2007). Gempabumi
dan Tsunami di Sumatra dan
VI. DAFTAR PUSTAKA Upaya Untuk Mengembangkan
Lingkunan Hidup Yang Aman Dari
American Society for Testing Materials. Bencana Alam.
(2010). Annual Book of ASTM
Standards Volume 04.08, Soil and Seed, H., & Idriss, I. (1971). Simplified
Rock (1): D420 - D5876. Procedure for Evaluating Soil
Philadelphia. Liquefaction Potential. J. Soil
Mech. Foundat. Div., 1249-1273.
Aldi, M. (2011). Variasi Beban dan
Percepatan Getar untuk Potensi Seed, H., Idriss, I., & Arango, I. (1983).
Likuifaksi pada Pasir dengan Uji Evaluation of Liquefaction
Model Laboratorium. Pekanbaru: Potential using Field Performance
Universitas Riau. Data. J. Geotech. Eng, Vol.109,
458-482.
Bowles, J. E. (1989). Sifat-sifat Fisis dan
Geoteknis Tanah. Jakarta: Singh, H., Maheshwari, B., Saran, S., &
Erlangga. Paul, D. (2008). Evaluation of
Liquefaction Potential of Pond
Das, B. M. (1988). Mekanika Tanah Ash. 14th World COnference on
(Prinsip-prinsip Mekanika Tanah) Earthquake Engineering. Beijing.
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Stewart, J. P., & Shafiee, S. J. (2013).
Elon, S., Boelter, D., J.Palvanen, Nichols, Laboratory Evaluation of Seismic
D., Malterer, T., & Gafni, A. Failure Mechanisms of Levees on
(2011). Physical Properties of Peat. California: University of
Organic Soils. Taylor and Francis California.
Group.
Suryadi, R., Nugroho, S., & Muhardi.
Hasmar, H. A. (2007). Evaluasi Potensi (2016). Pengaruh Beban Vertikal
Likuifaksi Akibat Gempa Bumi Terhadap Daya Dukung Lateral
Tektonik Lapisan Pasir Jenuh Air

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 11


Pondasi Tiang. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Tokimatsu, K. (1979). Generation and
Dissipation of Pore Water Pressure
in Sand Deposits During
Earthquakes. Oh-okayasa: Tokyo
Institute of Technology.
Vesariany, R. (2012). Potensi Likuifaksi
pada Pasir ditinjau dari Gradasi,
Ukuran Butiran, dan Kandungan
Air dengan Uji Model
Laboratorium. Pekanbaru:
Universitas Riau.

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 12

Вам также может понравиться