Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pangan di Indonesia, dan perlu mendapat perhatian khusus dalam program pengawasan
pangan. Penyakit dan kematian yang ditimbulkan melalui makanan di Indonesia sampai
saat ini masih tinggi, walaupun prinsip-prinsip pengendalian untuk berbagai penyakit
tersebut pada umumnya telah diketahui. Pengawasan pangan yang mengandalkan pada
uji produk akhir tidak dapat mengimbangi kemajuan yang pesat dalam industri pangan,
dan tidak dapat menjamin keamanan makanan yang beredar di pasaran. Pendekatan
tradisionil yang selama ini dilakukan dapat dianggap telah gagal untuk mengatasi
masalah tersebut.
Oleh karena itu dikembangkan suatu sistem jaminan keamanan pangan yang
disebut Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical
Control Point /HACCP) yang merupakan suatu tindakan preventif yang efektif untuk
bahaya yang berhubungan dengan suatu keadaan pada saat pembuatan, pengolahan
ata`u penyiapan makanan, menilai risiko-risiko yang terkait dan menentukan kegiatan
lebih diarahkan pada kegiatan tertentu yang penting dalam menjamin keamanan
makanan.
berbagai bahaya yang berhubungan dengan jenis makanan yang dikonsumsi dan
Menu yang akan dilakukan HACCP adalah menu pada bakso sapi kuah. HACCP adalah
suatu sistem mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul, dan cara
bakso sapi adalah suatu system yang mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin
timbul dan cara pencegahannya untuk mengendalikan bahaya tersebut pada menu bakso
sapi kuah.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana proses penerapan HACCP pada pengolahan bakso sapi kuah di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bahan yang digunakan pada pengolahan bakso sapi kuah
c. Untuk mengetahui dan melakukan analisis bahaya pada pengolahan bakso sapi
kuah
d. Untuk menetapkan cara pencegahan bahaya pada pengolahan bakso sapi kuah
D. Manfaat
selanjutnya di masa yang akan datang serta hasil penelitian resep ini dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang tanpa
resiko, tetapi dirancang untuk meminimalkan resiko bahaya keamanan pangan. Sistem
HACCP juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk memproteksi
rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya
mikrobiologis, kimia dan fisik.
HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan mulai dari produsen
utama bahan baku pangan (pertanian), penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran
hingga sampai kepada pengguna akhir.
Hazard Analysis, adalah analisis bahaya atau kemungkinan adanya risiko bahaya
yang tidak dapat diterima. Bahaya disini adalah segala macam aspek mata rantai
produksi pangan yang tidak dapat diterima karena merupakan penyebab masalah
keamanan pangan.Bahaya tersebut meliputi :
1. Keberadaan yang tidak dikehendaki dari pencemar biologis, kimiawi, atau fisik pada
bahan mentah.
2. Pertumbuhan atau kelangsungan hidup mikroorganisme dan hasilperubahan kimiawi
yang tidak dikehendaki (misalnya nitrosamin) pada produk antara atau jadi, atau
pada lingkungan produksi.
3. Kontaminasi atau kontaminasi ulang ( cross contamination) pada produk antara atau
jadi, atau pada lingkungan produksi.
Critical Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis), adalah langkah
dimana pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk mencegah atau
menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik aman (Bryan, 1995).
Titik pengendalian kritis (CCP) dapat berupa bahan mentah, lokasi, praktek,
prosedur atau pengolahan dimana pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau
mengurangi bahaya. Ada dua titik pengendalian kritis:
a. Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1), adalah sebagai titik dimana bahaya dapat
dihilangkan
b. Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2), adalah sebagai titik dimana bahaya dikurangi.
Secara singkat, HACCP terdiri dari elemen -elemen sebagai berikut:
1. Identifikasi bahaya
Pada bagian ini mempelajari jenis -jenis mikroorganisme, bahan kimia dan benda
asing terkait yang harus didefinisikan. Untuk dapat melakukan ini, tim harus
memeriksa karakteristik produk serta bahaya yang akan timbul waktu dikonsumsi
oleh konsumen. Terdapat tiga bahaya (hazard) yang dapat menyebabkan makanan
menjadi tidak aman untuk dikonsum si, yaitu hazard fisik, kimia, dan biologi.
Bahaya fisik termasuk benda -benda seperti pecahan logam, gelas, batu, yang dapat
menimbulkan luka di mulut, gigi patah, tercekik ataupun perlukaan pada saluran
pencernakan. Bahaya kimia antara lain pestisida, zat pembersih, antibiotik, logam
berat, dan bahan tambahan makanan. Bahaya biologi antara lain mikroba patogen
(parasit, bakteri), tanaman, dan hewan beracun. Hal-hal penting yang perlu
dipertimbangkan adalah:
a. Formulasi; adalah bahan mentah dan bahan baku ya ng dapat mempengaruhi
keamanan dan kestabilan produk.
b. Proses; adalah parameter proses pengolahan yang dapat mempengaruhi
bahaya.
c. Kemasan; adalah perlindungan terhadap kontaminasi ulang dan pertumbuhan
mikroorganisme.
d. Penyimpanan/penanganan; adalah waktu dan kondisi suhu serta penanganan di
dapur dan penyimpanan di etalase.
e. Perlakuan konsumen; digunakan oleh konsumen atau ahli masak professional.
f. Target grup; yaitu pemakai akhir makanan tersebut (bayi, orang dewasa, lanjut
usia)
2. Aktivitas Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP)
CCP ditetapkan pada setiap tahap proses mulai dari awal produksi suatau makanan
hingga sampai ke konsumsi. Pada setiap tahap ditetapkan jumlah CCP untuk bahaya
mirobiologis, kimia, maupun fisik. CCP pada produk diperlukan untuk mengontrol
beberapa parameter seperti pH, aktivitas air (aw), dan adanya bahan tambahan
makanan.
Tabel 1.1: Beberapa Contoh CCP yang Dapat Dikendalikan Secara Efektif
Jenis CCP Pengendalian yang Dapat
Dicapai Secara Efektif
Pasteurisasi susu Membunuh sel vegetative
Penggunaan wadah yang tepat pada
makanan Mencegah keracunan logam
berasam tinggi
C. Manfaat HACCP
Terdapat beberapa keuntungan pokok yang diperoleh pemerintah dan instansi kesehatan
serta konsumen dari penerapan HACCP sebagai alat pengatur keamanan makanan:
1. HACCP adalah suatu pendekatan yang sistematis yang dapat diterapkan pada
semua aspek dari pengamanan makanan, termasuk bahaya secara biologi, kimia,
dan fisik pada setiap tahapan dari rantai makanan mulai dari bahan baku sampai
penggunaan produk akhir.
2. HACCP dapat memberikan dasar nuansa statistik untuk mendemonstrasikan
kegiatan yang dapat atau mungkin dilakukan untuk mencegah terjadi bahaya
sebelum mencapai konsumen.
3. Sistem HACCP memfokuskan kepada upaya timbulnya bahaya dalam proses
pengolahan makanan.
4. Penerapan HACCP melengkapi sistem pemeriksaan oleh pemerintah sehingga
pengawasan menjadi optimal.
5. Pendekatan HACCP memfokuskan pemeriksaan kepada tahap kegiatan yang kritis
dari proses produksi y ang langsung berkaitan dengan konsumsi makanan.
6. Sistem HACCP meminimalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi
makanan.
7. Dapat meningkatkan kepercayaan akan keamanan makananolahan dan karena
itu mempromosikan perdagangan dan stabilitas usaha makanan (Suklan, 1998).
D. Sistem Analisa Bahaya Dan Pengendalian Titik Kritis (Haccp) Serta Pedoman
Penerapannya
Pada bagian pertama dokumen ini menetapkan prinsip-prinsip sistem analisa
bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) yang diadopsi o1eh CAC. Bagian kedua
menetapkan pedoman umum untuk penerapan sistem tersebut, sementara itu penerapan
secara terperinci untuk pengakuan dapat bervariasi tergantung dari keadaan operasi
pangan.
Sistem HACCP yug didasarkan pada ilmu pengetahuan dan sistematika,
mengidentifikasi bahaya dan tindakan pengendaliannya untuk menjamin keamanan
pangan.
HACCP adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem
pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian
besar pengujian produk akhir.
Setiap sistem HACCP mengakomodasi perubahan seperti kemajuan dalam
rancangan peralatan, prosedur pengolahan atau perkembangan teknologi. HACCP dapat
diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir
dan penerapannya harus dipedomani dengan bukti secara ilmiah terhadap resiko
kesehatan manusia. Selain meningkatkan keamanan pangan, penerapan HACCP dapat
memberikan ketentuan lain yang penting. Selanjutnya, penerapan sistem HACCP dapat
membantu inspeksi oleh lembaga yang berwenang dan memajukan perdagangan
internasional, melalui peningkatan kepercayaan keamanan pangan.
E. Prinsip Sistem HACC
Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip, yaitu
1. Melakukan analisis bahaya: segala macam aspek pada mata rantai produksi
pangan yang dapat menyebabkan masalah keamanan pangan harus dianalisa.
Bahaya yang dapat ditimbulkan adalah keberadaan pencemar (kontaminan)
biologis, kimiawi, atau fisik bahan pangan. Selain itu, bahaya lain mencakup
pertumbuhan mikrroganisme atau perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki
selama proses produksi, dan terjadinya kontaminasi silang pada produk antara,
produk jadi, atau lingkungan produksi.
2. Menentukan Titik Pengendalian Kritis (Critical Control Point, CCP): suatu
titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan pangan dapat
dicegah, dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dapat diterima
(diperbolehkan atau titik aman). Terdapat dua titik pengendalian kritis yaitu Titik
Pengendalian Kritis 1 sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan, dan Titik
Pengendalian Kritis 2 dimana bahaya dapat dikurangi.
3. Menentukan batas kritis: kriteria yang memisahkan sesuatu yang bisa diterima
dengan yang tidak bisa diterima. Pada setiap titik pengendalian kritis, harus dibuat
batas kritis dan kemudian dilakukan validasi. Kriteria yang umum digunakan dalam
menentukan batas kritis HACCP pangan adalah suhu, pH, waktu, tingkat
kelembaban, Aw, ketersediaan klorin, dan parameter fisik seperti tampilan visual
dan tekstur.
4. Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring) CCP: suatu sistem pemantauan
(observasi) urutan, operasi, dan pengukuran selama terjadi aliran makanan. Hal ini
termasuk sistem pelacakan operasi dan penentuan kontrol mana yang mengalami
perubahan ketika terjadi penyimpangan. Biasanya, pemantauan harus menggunakan
catatan tertulis.
5. Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasikan adanya
CCP yang tidak berada di bawah kontrol. Tindakan korektif spesifik yang
diberlakukan pada setiap CCP dalam sistem HACCP untuk menangani
penyimpangan yang terjadi. Tindakan korektif tersebut harus mampu
mengendalikan membawa CCP kembali dibawah kendali dan hal ini termasuk
pembuangan produk yang mengalami penyimpangan secara tepat.
6. Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif. Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat mencakup
peninjauan terhadap sistem HACCP dan catatannya, peninjauan terhadap
penyimpangan dan pengaturan produk, konfirmasi CCP yang berada dalam
pengendalian, serta melakukan pemeriksaan (audit) metode, prosedur, dan uji.
Setelah itu, prosedur verifikasi dilanjutkan dengan pengambilan sampel secara acak
dan menganalisanya. Prosedur verifikasi diakhiri dengan validasi sistem untuk
memastikan sistem sudah memenuhi semua persyaratan Codex dan memperbaharui
sistem apabila terdapat perubahan di tahap proses atau bahan yang digunakan dalam
proses produksi.
7. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang
berhubungan dengan prinsip dan aplikasinya. Beberapa contoh catatan dan
dokumentasi dalam sistem HACCP adalah analisis bahaya, penetapan CCP,
penetapan batas kritis, aktivitas pemantauan CCP, serta penyimpangan dan tindakan
korektif yang berhubungan.
F. Pedoman Penerapan Sistem HACCP
HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai
pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipedomani dengan bukti secara ilmiah
terhadap resiko kesehatan manusia. Selain meningkatkan keamanan pangan, penerapan
HACCP dapat memberikan keuntungan lain yang penting. Selanjutnya, penerapan
sistem HACCP dapat membantu inspeksi oleh lembaga yang berwenang dan
memajukan perdagangan internasional melalui peningkatan kepercayaan keamanan
pangan.
HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai
pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipedomani dengan buktI secara ilmiah
terhadap resiko kesehatan manusia. Selain meningkatkan keamanan pangan, penerapan
HACCP dapat memberikan keuntungan lain yang penting. Selanjutnya, penerapan
sistem HACCP dapat membantu inspeksi oleh lembaga yang berwenang dan
memajukan perdagangan internasional melalu peningkatan kepercayaan keamanan
pangan.
Sebelum menerapkan HACCP untuk setiap sektor rantai pangan, sektor tersebut
harus telah menerapkan Prinsip Umum Higiene Pangan dari Codex, Pedoman Praktis
dari Codex yang sesuai, serta peraturan keamanan pangan terkait, Tanggung jawab
manajemen adalah penting untuk menerapkan sistem HACCP yang efektif. Selama
melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian dan pelaksanaan selanjutnya dalam
merancang dan menerapkan sistem HACCP, harus dipertimbangkan dampak dan bahan
baku, bahan tambahan, cara pembuatan pangan yang baik, peran proses pengolahan
dalam mengendalikan bahaya, penggunaan yang mungkin dari produk akhir, katagori
konsumen yang berkepentingan dan bukti-bukti epidemis yang berkaitan dengan
keamanan pangan.
Maksud dari sistem HACCP adalah untuk memfokuskan pada Titik Kendali
Kritis (CCPs). Perancangan kembali operasi harus dipertimbangkan jika terdapat
bahaya yang harus dikendalikan, tetapi tidak ditemukan TKK (CCPs). HACCP harus
diterapkan terpisah untuk setiap operasi tertentu. TKK vang diidetitifikasi pada setiap
contoh yang diberikan dalam setiap Pedoman praktek Higiene dari Codex mungkin
bukan satu-satunya yang diidentifikasi untuk suatu penerapan yang spesifik atau
mungkin berbeda jenisnya. Penerapan HACCP harus ditinjau kembali dan dibuat
perubahan yang diperlukan jika dilakukan modifikasi dalam produk, proses atau
tahapannya.
Penerapan HACCP perlu dilaksanakan secara fleksibel, dimana perubahan yang
tepat disesuaikan dengan memperhitungkan sifat dan ukuran dari operasi.
G. Penerapan Prinsip-Prinsip HACCP
Penerapan prinsip-prinsip HACCP terdiri dari tugas-tugas berikut sebagaimana terlihat
pada tahap-tahap penerapan HACCP:
1. Pembentukan tim HACCP
Operasi pangan harus menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian spesifik produk
tertentu tersedia untuk pengembangan rencana HACCP yang efektif. Secara
optimal, hal tersebut dapat dicapai dengan pembentukan sebuah tim dari berbagai
disiplin ilmu. Apabila beberapa keahlian tidak tersedia, diperlukan konsultan dari
pihak luar. Adapun lingkup dari program HACCP harus diidentifikasi. Lingkup
tersebut harus menggambarkan segmen-segmen mana saja dari rantai pangan
tersebut yang terlibat dan penjenjangan secara umum bahaya-bahaya yang
dimaksudkan(yaitu meliputi semua jenjang bahaya atau hanya jenjangtertentu).
2. Deskripsi produk
Penjelasan lengkap dari produk harus dibuat termasuk informasi mengenai
komposisi, struktur fisika/kimia (termasuk Aw, pH, d1l.), perlakuan-perlakuan
mikrosidal/statis (seperti perlakuan pemanasan, pembekuan, penggaraman,
pengasapan, dll.), pengemasan, kondisi penyimpanan dan daya tahan serta metoda
pendistribusiannya.
3. Identifikasi rencana penggunaan
Rencana penggunaan harus didasarkan pada kegunaan-kegunaan yang diharapkan
dari produk oleh pengguna produk atau konsumen. Dalam hal-hal tertentu,
kelompokkelompok populasi yang rentan, seperti yang menerima pangan dari
institusi, mungkin perlu dipertimbangkan.
4. Penyusunan bagan alir
Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam diagram alir harus memuat
segala tahapan dalam operasional produksi. Bila HACCP diterapkan pada suatu
operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan tahapan sebelum dan sesudah operasi
tersebut.
5. Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan
Tim HACCP, sebagai penyusun bagan alir harus mengkonfirmasikan operasional
produksi dengan semua tahapan dan jam operasi serta bilamana perlu mengadakan
perubahan bagan alir.
6. Pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan setiap tahapan.
Pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan setiap tahapan,
pengadaan suatu analisa bahaya dan menyarankan berbagai pengukuran untuk
mengendalikan bahaya-bahaya yang teridentifikasi (lihat Prinsip 1). Tim HACCP
harus membuat daftar bahaya yang mungkin terdapat pada tiap tahapan dari
produksi utama, pengolahan, manufaktur, dan distribusi hingga sampai pada titik
konsumen saat konsumsi. Tim HACCP harus mengadakan analisis bahaya untuk
mengidentifikasi program HACCP dimana bahaya yang terdapat secara alami,
karena sifatnya mutlak harus ditiadakan atau dikurangi hingga batas-batas yang
dapat diterima, sehingga produksi pangan tersebut dinyatakan aman.
Dalam mengadakan analisis bahaya, apabila mungkin seyogyanya dicakup
hal-hal sebagai berikut :
a. kemungkinan timbulnya bahaya
b. pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan;
c. evaluasi secara kualitatif dan atau kuantitatif dari keberadaan bahaya;
d. perkembangbiakan dan dayatahan hidup mikroorganisme-mikroorganisme
tertentu;
e. produksi terus menerus toksin-toksin pangan, unsur-unsur fisika dan kimia;
f. kondisi-kondisiyang memacu keadaan di atas.
Tim HACCP harus mempertimbangkan tindakan pengendalian, jika ada
yang dapat dilakukan untuk setiap bahaya. Lebih jauh tindakan pengendalian
disyaratkan untuk mengendalikan bahaya-bahaya tertentu dan lebih, jauh satu
bahaya dikendalikan oleh tindakan pengawasan yang tertentu.
7. Penentuan TKK (CCP) (lihat Prinsip 2)
Untuk mengendalikan bahaya yang sama mungkin terdapat lebih dari satu
TKK pada saat pengendalian dilakukan. Penentuan dari TKK pada sistem HACCP
dapat dibantu dengan menggunakan Pohon keputusan seperti pada Diagram 2, yang
menyatakan pendekatan pemikiran yang logis (masuk akal). Penerapan dari pohon
keputusan harus fleksibel, tergantung apakah operasi tersebut produksi,
penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, distribusi atau lainnya. Pohon
keputusan ini mungkin tidak dapat diterapkan pada setiap TKK. Contoh-contoh
pohon keputusan mungkin tidak dapat diterapkan pada setiap situasi.Pendekatan-
pendekatan lain dapat digunakan. Dianjurkan untuk mengadakan pelatihan dalam
penggunaan pohon keputusan.
Dalam banyak hal, pohon keputusan telah dipergunakan untuk menjelaskan
untuk memahami dan diterima akal untuk keperluan menentukan CCP, hal ini tidak
spesifik untuk semua operasi pangan, sebagai contoh rumah potong hewan dan oleh
karena itu harus dipergunakan untuk yang berkaitan dengan perkiraan yang
profesional serta memodifikasi beberapa kasus, maka produk atau proses harus
dimodifikasi pada tahap tersebut, atau pada tahap sebelum atau sesudahnya untuk
memasukkan suatu tindakan pengendalian.
8. Penentuan batas-batas kritis (critical limits) pada tiap TKK (CCP) (lihat Prinsip 3)
Batas-batas limit harus ditetapkan secara spesifik dan divalidasi apabila
mungkin untuk setiap TKK. Dalam beberapa kasus lebih dari satu batas kritis akan
diuraikan pada suatu tahap khusus. Kriteria yang sering digunakan mencakup
pengukuran-pengukuran terhadap suhu, waktu, tingkat kelembaban, pH, Aw,
keberadaan chlorine, dan parameter-parameter sensori seperti kenampakan visual
dan tekstur.
Batas kritis harus ditentukan untuk setiap PTK. Dalam beberapa kasus batas
kritis criteria pengukurannya antara lain suhu, waktu, tingkat kelernbaban, pH, Aw
dan ketersediaan chlorine dan parameter yang berhubungan dengan panca indra
(penampakan dan tekstur).
9. Penyusunan sistem permantuan untuk setiap TKK (CCP) (lihat Prinsip 4)
Pemantauan merupakan pengukuran atau pengamatan terjadwal dari TKK
yang dibandingkan terhadap batas kritisnya. Prosedur pemantauan harus dapat
menemukan kehilangan kendali pada TKK. Selanjutnya pemantauan seyogianya
secara ideal member informasi yang tepat waktu untuk mengadakan penyesuaian
untuk memastikan pengendalian proses untuk mencegah pelanggaran dari batas
kritis. Dimana mungkin, penyesuaian proses harus dilaksanakan pada saat hasil
pemantauan menunjukkan kecenderungan kearah kehilangan kendali pada suatu
TKK.
Penyesuaian seyogianya dilaksanakan sebelum terjadi penyimpangan. Data
yang diperoleh dari pemantauan harus dinilai oleh orang yang diberi tugas,
berpengetahuan dan berwewenang untuk melaksanakan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Apabila pemantauan tidak berkesinambungan, maka jumlah atau
frekuensi pemantauan harus cukup untuk menjamin agar TKK terkendali. Sebagian
besar prosedur pemantauan untuk TKK perlu dilaksanakansecara cepat, karena
berhubungan dengan proses yang berjalan dan tidak tersedia waktu lama untuk
melaksanakan pengujian analitis. Pengukuran fisik dan kimia seringkali lebih
disukai daripada pengujian mikrobiologi, karena dapat dilaksanakan dengan cepat
dan sering menunjukkan pengendalian mikrobiologi dari produk. Semua catatan
dan dokumen yang terkait dengan kegiatan pemantauan TKK harus ditanda tangani
oleh orang yang melakukan pengamatan dan oleh petugas yang, bertanggung jawab
melakukan peninjauan kembali dalarn perusahaan tersebut.
10. Penetapan tindakan perbaikan (lihat Prinsip 5)
Tindakan perbaikan yang spesifik harus dikembangkan untuk setiap TKK
dalam system HACCP agar dapat menangani penyimpangan yang terjadi.
Tindakan-tindakan harus memastikan bahwa CCP telah berada dibawah
kendali.Tindakan-tindakan harus mencakup disposisi yang tepat dan produk yang
terpengaruh. Penyimpangan dan prosedur disposisi produk harus didokumentasikan
dalam catatan HACCP.
11. Penetapan prosedur verifikasi (lihat Prinsip 6)
Penetapan prosedur verifikasi. Metoda audit dan verifikasi, prosedur dan pengujian,
termasuk pengambilan contoh secara acak dan analisa, dapat dipergunakan untuk
menentukan apakah sistem HACCP bekerja secara benar.Frekuensi verifikasi harus
cukup untuk mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif.
Contoh kegiatan verifikasi mencakup :
a. Peninjauankembali sistem HACCP dan catatannya.
b. Peninjauan kembali penyimpangan dandisposisi produk
c. Mengkonfirmasi apakah TKK dalam kendali.
Apabila memungkinkan, kegiatan validasi harus mencakup tindakan untuk
mengkonfirmasi kemanjuran semua elemen-elemen rencana HACCP.
12. Penetapan dokumentasi dan pencatatan (Iihat Prinsip 7)
Pencatatan dan pembuktian yang efisien serta akurat adalah penting dalam
penerapan sistem HACCP. Prosedur harus didokumentasikan. Dokumentasi dan
pencatatan harus cukup memadai sesuai sifat dan besarnya operasi.
H. Keuntungan Dan Kerugian HACCP
1. Keuntungan HACCP
Penerapan HACCP sebagai alat pengatur keamanan pangan dapat
memberikan keuntungan, yaitu mencegah terjadinya bahaya sebelum mencapai
konsumen, meminalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi
makanan, meningkatkan kepercayaan akan keamanan makanan olahan sehingga
secara tidak langsung mempromosikan perdagangan dan stabilitas usaha
makanan.
2. Kerugian HACCP
Beberapa kerugian dari HACCP adalah tidak cocok bila diaplikasikan untuk
bahaya atau proses yang hanya sedikit diketahui, tidak melakukan kuantifikasi
(penghitungan) atau memprioritaskan risiko, dan tidak melakukan kuantifikasi
dampak dari tambahan kontrol terhadap penurunan risiko.
Pedoman Penerapan Sistem HACCP Sebelum menerapkan HACCP untuk
setiap sektor rantai pangan, sektor tersebut harus telah menerapkan Prinsip
Umum Higiene Pangan dari Codex, Pedoman Praktis dari Codex yang sesuai,
serta peraturan keamanan pangan terkait. Tanggung jawab manajemen adalah
penting untuk menerapkan sistem HACCP yang efektif. Selama melaksanakan
identifikasi bahaya, penilaian dan pelaksanaan selanjutnya dalam merancang dan
menerapkan sistem HACCP, harus dipertimbangkan dampak dari bahan baku,
bahan tambahan, cara SNI 01-4852-1998 5 dari 12 pembuatan pangan yang
baik, peran proses pengolahan dalam mengendalikan bahaya, penggunaan yang
mungkin dari produk akhir, katagori konsumen yang berkepentingan dan bukti-
bukti epidemis yang berkaitan dengan keamanan pangan.
Maksud dari sistem HACCP adalah untuk memfokuskan pada Titik Kendali
Kritis (CCPs). Perancangan kembali operasi harus dipertimbangkan jika terdapat
bahaya yang harus dikendalikan, tetapi tidak ditemukan TKK (CCPs). HACCP
harus diterapkan terpisah untuk setiap operasi tertentu. TKK yang diidentifikasi
pada setiap contoh yang diberikan dalam setiap Pedoman praktek Higiene dari
Codex mungkin bukan satu-satunya yang diidentifikasi untuk suatu penerapan
yang spesifik atau mungkin berbeda jenisnya.
Penerapan HACCP harus ditinjau kembali dan dibuat perubahan yang
diperlukan jika dilakukan modifikasi dalam produk, proses atau tahapannya.
Penerapan HACCP perlu dilaksanakan secara fleksibel, dimana perubahan yang
tepat disesuaikan dengan memperhitungkan sifat dan ukuran dari operasi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tim HACCP
Nama Masakan : Ayam Bumbu Rucak
Nama Unit Tugas Bidang Keahlian
Elly Hardiany Penyelenggaraan Membuat rancangan Ahli Madya Gizi
Makanan Rumah HACCP dan
Sakit mengikuti kegiatan
proses dari
persiapan,
pengadaan dan
produksi bahan
makanan
B. Deskripsi Produk
Nama Produk Bakso Sapi Kuah
Deskripsi Bakso sapi kuah adalah lauk hewani yang berkuah, hal ini
dikarenakan cara pemasakannya dengan cara di direbus dengan
air mendidih. Bahan dasar bakso sapi kuah adalah daging sapi,
bawang merah, bawang putih, lada, air,seledri, garam, tepung
tapioka.
Komposisi Bahan
1. Bakso sapi (air, pati, garam, bawang putih bubuk, bawang
merah bbuk, bawang bombay bubuk)
2. Bawang merah goreng
3. Daun sledri
Bumbu :
1. Bawang putih
2. Bawang merah
3. Minyak
4. Lada
5. Garam
Proses Cara Membuat
pembuatan
1. Bakso yang beku di thawing (dilelehkan) selama 30-40 menit
2. Iris bagian atas bakso ingga menyerupai bunga dan tiriskan
minyak.
Dilelehkan Sortasi
dengan air
mengalir
Sortasi
Di cuci Sortasi
Dicuci
Dipotong
dicuci
dicuci
Digeprek
Dirajang tipis
Dirajang
tipis
Ditumis Digoreng
Pemasakan
Pemorsian
Bahaya
Bahaya Mentah
No Biologis,Mikrobiologis, Jenis Bahaya Cara Pencegahan
(Ingredient)
Fisik,Kimia (B,M,F,K)
1. Bakso sapi Fisik Bau tidak sedap Memilih bakso sapi sesuai spesifikasi bahan makanan
Berlendir
biologi Semut, jamur Disimpan pada suhu -18°C dan diolah sebelum masa expired
,expired
2. Bawang putih Fisik Memar, busuk, Disortasi pemilihan bahan makanan sesuai spesifikasi bahan makanan
keriput
biologi kapang dan khamir Disimpan dalam wadah yang kering dengan suhu kamar (27°C), dimasak
kimiawi Pestisida Supplier sesuai spesifikasi bahan dengan persyaratan bahan yg dikirim
bebas dr pestisida
3. Garam Fisik Kontaminasi benda Analisa kimia, fisik, dan mikrobiologi
asing (logam,
plastik,kayu, kaca)
Pengecekkan sertifikat COA pemasok terhadap kesesuaian barang yang
Mikrobiologi Kapang dan khamir digunakan
Fisik Kerikil , Permintaan sesuai spesifikasi yaitu bebas kerikil dan tidak menggumpal
menggumpal
6. Seledri Fisik Berulat Dicuci sampai bersih mencegah adanya ulat dan tanah
Bertanah
Kimia Pestisida Dicuci berulang dengan air mengalir sehingga bahan kimia yang ada dapat
larut dan hilang
7. Bawang merah fisik Memar, busuk, Disortasi pemilihan bahan makanan sesuai spesifikasi bahan makanan
keriput
biologi kapang dan khamir Disimpan dalam wadah yang kering dengan suhu kamar (27°C), dimasak
8. Minyak Fisik Warna, Aroma Pemilihan sesuai spesifikasi dan disimpan pada wadah yang tertutup
Kekentalan , Emulsi
dan tidak tengik
Kimia Hidrolisa ,Oksidasi Penyimpanannya harus tepat jangan ditempat yang terpapar sinar matahari
,Hidrogenasi,
Esterfikasi
Bahaya
Bahaya Mentah
No Biologis,Mikrobiologis, Jenis Bahaya Cara Pencegahan
(Ingredient)
Fisik,Kimia (B,M,F,K)
9. Air Mikrobiologi E-colli Masak air hingga suhu 100 derajat celcius
No Bahaya
Bahaya Mentah
Biologis,Mikrobiologis, Jenis Bahaya Cara Pencegahan
(Ingredient)
Fisik,Kimia (B,M,F,K)
1. Penerimaan dan Fisik Memar,keriput dan busuk Adanya sertifikasi kualitas mutu dari supllier dan pemilihan bahan
sortasi makanan sesuai dengan spesifikasi
Ada bahan makanan yang Memilih bahan bermutu bagus, memakai peralatan yang tajam
rusak dengan hati-hati agar tidak merusak tekstur bahan
Mikrobiologi Adanya kontaminasi Hiegine tenaga pengolah dan sanitasi alat serta ruangan
silang
2. Pencucian Mikrobiologi Bakteri E.coli, kualitas Gunakan air yang bersih mengalir
air
Controlling pembersihan air rutin,pembersihan air tampung secara
Biologi Cacing air rutin dan berkala
3. Persiapan Fisik Krikil, rambut, debu Pengecekkan bahan makanan sebelum digunakan
Mikrobiologi Adanya kontaminasi Menjaga kebersihan alat
silang
4. Pengolahan Fisik Adanya rambut/benda Penggunaan APD yang lengkap oleh prtugas pengolahan.
asing
Kimia Kontaminasi dari sisa Jauhkan bahan-bahan pembersih dari tempat memasak dan
sabun setelah pencucian pengecekan peralatan setelah memasak.
alat
Mikrobiologi Adanya bakteri dari Penggunaan waktu yang tepat untuk pengolahan serta penggunaan
peralatan yang digunakan tenaga penjamah makanan. Mencuci tangan sebelum menjamah
makanan. Sanitasi alat dan ruang pengolah. Suhu maksimal
pengolahan dengan 1000C
5. Penyajian/pemorsian Fisik Kotoran,rambut dan Sanitasi dan hygiene petugas penyajian
debu
biologi Adanya serangga atau Segera menutup jika makanan sudah diletakkan diwadahnya.
hewan pengerat
1) Bakso sapi
Apakah daging sapi mungkin MENGANDUNG/SENSITIFbahan berbahaya (mikroorganisme, kimia, fisik)
Ya
Ya Bukan CCP
2) Bawang putih
Ya
Apakah PENANGANAN/PENGOLAHAN (termasuk cara mengkonsumsi) dapat menghilangkan atau mengurangi
bahaya
Ya Bukan CCP
3) Garam
Ya
Ya Bukan CCP
4) Lada
Ya
Ya Bukan CCP
5) Seledri
Ya
Apakah PENANGANAN/PENGOLAHAN (termasuk cara mengkonsumsi) dapat menghilangkan atau mengurangi
bahaya
Ya Bukan CCP
6) Bawang merah
Ya
Ya Bukan CCP
7) Minyak
Ya
Apakah PENANGANAN/PENGOLAHAN (termasuk cara mengkonsumsi) dapat menghilangkan atau mengurangi
bahaya
Air
Ya Bukan CCP
8) Air
Apakah air mungkin MENGANDUNG/SENSITIFbahan berbahaya (mikroorganisme, kimia, fisik)
Ya Bukan CCP
b. CCP Dessission Tree Setiap Proses Produksi
1) Sortasi
Apakah tahap sortasi KHUSUS ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi bahaya sampai batas aman
Tidak CCP
2) Pencucian
Apakah tahap pencucian KHUSUS ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi bahaya sampai batas aman
Tidak CCP
3) Persiapan
Apakah tahap persiapan KHUSUS ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi bahaya sampai batas aman
Tidak CCP
4) Pengolahan
Apakah tahap pengolahan KHUSUS ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi bahaya sampai batas aman
Tidak CCP
5) Penyajian
Apakah tahap penyajian KHUSUS ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi bahaya sampai batas aman
Tidak
Ya
Apakah tahap PROSES SELANJUTNYA dapat menghilangkan / mengurangi bahaya sampai batas aman
Tidak CCP
6) Pendistribusian
Apakah tahap pendistribusian KHUSUS ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi bahaya sampai batas aman
Tidak
Ya
Apakah tahap PROSES SELANJUTNYA dapat menghilangkan / mengurangi bahaya sampai batas aman
Tidak CCP
4. Operasionalisme Matrik Rencana HACCP
CCP Bahaya Cara Pencegahan Parameter Batas Kritis Nilai Target Pemantauan Tindakkan Koreksi
Sortasi/ Fisik Memilih bahan makanan Spesifikasi Semua barang Tidak ada bahan - Proses pada - memilih bahan
penerimaan yang memiliki kualitas bahan datang bermutu yang rusak atau saat sortasi makanan yang
dan mutu yang baik makanan sesuai dgn cacat bermutu bagus dan
(tidak busuk ataupun spesifikasi sesuai dgn spesifikasi
rusak)
Memakai peralatan yang Benda yang Tidak ada Tidak ada bahan Laporan Rutin memantau
tidak tumpul yaitu tajam digunakan peralatan yang yang rusak atau Inventarisasi peralatan dan sortir
dengan hati-hati agar tajam dan berkarat dan memungkinkan peralatan peralatan yang sudah
tekstur bahan tidak tidak benda yang kontaminasi dari rusak.
rusak. berkarat digunakan benda yang berkarat
Menggunakan peralatan benda tajam
yang tidak berkarat tidak tumpul
Mikrobiologi Hiegine tenaga dan Higiene Tenaga Tenaga harus - Tenaga - Pemakaian APD
sanitasi alat serta tenaga penjamah cuci menerapkan hygiene penjamah selalu yang lengkap pada
ruangan harus penjamah tangan dan sanitasi menggunakan tenaga penjamah dan
diperhatikan dan menggunakan APD dan melakukan cuci
kesiplinan celemek, menerapkan tangan sebelum
penutup kepala Hiegene sanitasi melakukan
serta masker. penanganan
- Hasil pemantauan
kebersihan petugas
dengan cek kesehatan
secara berkala
Pencucian Mikrobiologi Gunakan air yang bersih Batas Air tidak berbau Air yang digunakan Pemakaian air Harus sesuai batas
yaitu air keran yang minimum E- Tidak berasa memenuhi syarat air bersih maksimum cemaran
mengalir dan bersihkan colli Tidak berwarna yang bersih Pemantauan
alat dan bahan makanan hasil batas
minimum air
bersih yang
dilakukan oleh
tim sanitasi
rumah sakit
Persiapan Fisik Menjaga kebersihan alat Alat yang Kotoran hilang Bahan di cuci Pencucian Mengganti alat yang
dan bahan makanan digunakan dan tidak dengan air mengalir, peralatan sudah tidak layak
yang digunakan harus bersih tercecer serta alat yang digunakan pakai
Pengecekkan bahan tidak terjadi bersih dan petugas
makanan sebelum kontaminasi menggunakan APD Evaluasi suplier
digunakan silang
Pengolahan Fisik Rambut, Kontaminasi Pengolahan Memenuhi intake - bahan dalam - Alat selalu
kotoran,penggunaan silang dengan suhu suhu pengolahan waktu dibersihkan
waktu yang sesuai/ 110 pengolahan
o
C dan waktu - Menguji - Suhu dan waktu
yang sesuai 1 dengan dkontrol
jam pengukuran suhu
pemasakan
dengan alat
termometer suhu
makanan digital
Mikrobiologi Tenaga penjamah Kontaminasi Petugas Tidak ada petugas Penggunaan
silang penyajian yang tidak APD pada - Penggunaan APD
menggunakan menggunakan APD petugas pada petugas
APD lengkap dengan lengkap.
dan pemberian
vasilitas masker
dari rumah sakit
Penyajian Fisik Hygiene sanitasi petugas Kontaminasi Petugas Tidak ada petugas Penggunaan Penggunaan APD
dan lingkungan silang penyajian yang tidak APD pada petugas
menggunakan menggunakan APD petugas dan
APD lengkap dengan lengkap dan kebersihan
dan pemberian ruangan dilakukan lingkungan
vasilitas masker pembersihan secara
dari rumah berkala.
sakit.
Lingkungan
bersih
Peralatan yang Cemaran Trolly tertutup Dari semua menu Penggunaan alat Alat yang digunakan
digunakan harus bersih debu dan dan bebas dari bakso daging kuah penyajian yang dibersikan dan
dan tertutup serangga debu disajikan dengan tertutup tertutup
alat yang tertutup
Rutin membuat
Biologi Segera menutup jika Ketersediaan Tdk ada alat Laporan laporan inventaris
makanan sudah alat dan makan yang Semua alat makan inventaris peralatan
diletakkan diwadahnya. tutup terbuka tertutup peralatan
Pendistribusian Fisik Peralatan yang Kebersian Saat distribusi Kebersihan alat Tes mikrobiologi Pemberian etiket alat
digunakan harus bersih peralatan menggunakan pada produk dan makan
alat yang alat , tenaga
tertutup dan distribusi
menggunakan
kereta makanan
Waktu distribusi tepat Waktu Ketepatan Waktu distribusi Cek lama waktu Penyesuaian waktu
waktu yang disesuaikan distribusi waktu distribusi sampai ke pasien < distribusi
1 jam setelah
pengolahan
5. Analisis Resiko Bahaya
A= Makanan nonsteril untuk konsumen beresiko tinggi (pasien dan golongan resiko tinggi)
F=
6. Kategori Resiko Makanan
Kategori Risiko Karakteristik Bahaya Keterangan
TIDAK mengandung bahaya
0 0 (Tidak Ada Bahaya)
A s/d F
Mengandung SATU bahaya
I (+)
B s/d F
Mengandung DUA bahaya B
II (++)
s/d F
Mengandung TIGA bahaya B
III (+++)
s/d F
Mengandung EMPAT bahaya
IV (++++)
B s/d F
Mengandung LIMA bahaya B
V (+++++)
s/d F
Kategori risiko paling tinggi
(semua makanan yang
VI A+ (Kategori Khusus) mengandung BAHAYA A,
baik dengan/tanpa bahaya B-
F)
Berdasarkan hasil analisis resiko di atas, pengolahan produk bakso sapi kuah termasuk dalam kateegori bahaya IV mengandung EMPAT
bahaya B s/d F. Resiko bahaya B, yakni mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya biologis, kimia atau fisik. Resiko bahaya D, yakni
kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan. Resiko bahaya E, yakni kemungkinan penanganan yang salah selama
distribusi atau konsumsi. Resiko bahaya F, yakni tidak ada cara untuk mencegah atau menghilangkan bahaya oleh konsumen , serta produk ini
diperuntukkan bagi konsumen yang memiliki resiko tinggi ( pasien dan golongan yang beresiko tinggi). Dengan demikian , diperlukan
pengendalian bahaya .
E. PEMBAHASAN
Berdasarkan penerapan HACCP yang dilakukan pada pada Kamis, 24 Februari 2017 di
Instalasi Gizi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terdapat beberapa CCP atau titik
kritis pada pengolahan menu bakso sapi. Bakso sapi kuah merupakan salah satu menu
yang diperuntukan untuk pasien dengan diet biasa, yang dapat dikonsumsi oleh orang
dewasa dan anak–anak. Adapun hasil pengamatannya waktu dan suhu pada masing–
Dalam proses pengolahannya menu bakso sapi kuah dilakukan proses pengamatan dari
awal bahan makanan yang digunakan untuk menu tersebut datang, hingga dilakukan
1. Penerimaan
penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuatitas bahan
makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan
(Aritonang, 2014).
disimpan pada freezer selama ±24 jam kemudian untuk dpakai esok harinya.
Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui apakah berat bahan makanan yang
diterima telah sesuai dengan permintaan. Selain itu bahan makanan yang diterima
juga harus sesuai dengan spesifikasi, tujuannya agar produk akhir yang dihasilkan
memiliki mutu yang baik, tahap ini telah sesuai dengan prinsip HACCP.
2. Sortasi
Tahap ini dimulai dari pukul 07.20 WIB, dimana bahan dan bumbu seperti
bawang putih, bawang merah dan bakso disortasi. Bahan dan bumbu dipilih dengan
kriteria yang bermutu baik dan masih segar. Berdasarkan pengamatan, bahan mentah
yang digunakan dalam pembuatan bakso sapi kuah yaitu bakso memiliki mutu yang
baik dan segar. Hal ini dikarenakan bahan makanan tersebut diterima langsung dari
suplayer.
Adapun peralatan yang digunakan pada tahap sortasi ini yaitu pisau dan
baskom sebagai tempat bahan makanan yang telah disortasi. Sebelum digunakan
peralatan tersebut dilakukan pencucian terlebih dahulu seperti pisau dan baskom
Pada tahap sortasi bahan dan bumbu sudah menerapkan prinsip HACCP, yaitu
bahan/bumbu yang disortasi adalah bermutu baik dan masih segar. Tahap sortasi
dikatakan CCP, karena pada tahapan ini sangat rentan untuk terjadi kontaminasi dan
3. Pencucian
yang dilakukan di ruang pencucian alat – alat masak yang besar masih bergabung
dengan ruang pengolahan serta untuk mencuci semua jenis sayuran ditempat
kotoran yang terdapat pada bahan tersebut, misalnya tanah yanag menempel maupun
benda asing. Pencucian bahan seharusnya dilakukan satu persatu dengan air mengalir
untuk meminimalisir kontaminasi oleh air bekas cucian. Pada tahap pencucian bahan
atau bumbu pembuatan bakso sapi kuah sudah menerapkan prinsip HACCP, yaitu
pencucian dilakukan dengan menggunakan air mengalir yang bersih dan dilakukan
pembersihan terhadap kotoran atau benda asing yang menempel, selain itu pencucian
terdapat pada produk tersebut, sehingga diharapkan produk makanan yang dihasilkan
menjadi aman untuk dikonsumsi. Tahap pencucian dikategorikan CCP, karena pada
tahap ini sangat rentan untuk terjadi kontaminasi terhadap air bekas cucian.
Pada saat pencucian alat yang digunakan seperti baskom telah bersih, hal ini
digunakan. Selain itu area proses pencucian terlihat bersih. Waktu yang digunakan
dalam proses pencucian bakso yaitu 12 menit. Petugas yang melakukan proses
4. Persiapan
dilakukan di ruang pengolahan . Hal ini mungkin dikarenakan tambahan bahan baku
untuk membuat bakso sapi kuah terdiri bumbu yang tidak perlu dilakukan secara
khusus di ruang persiapan. Selama persiapan bahan makanan bahaya yang mungkin
terjadi yaitu kontaminasi dari alat yang digunakan misalnya pada pisau dan wadah
Penghalusan pada bumbu hanya dilakukan pada bawang putih saja, bawang
putih dihaluskan secara manual yaitu menggunakan cobek dan ulekan, sedangkan
untuk bumbu/rempah yang lain di rajang. Pada bahan utama seperti bakso sapi dan
tulangan sapi dilakukan perebusan untuk membuat air kaldu. Proses persiapan bahaya
resiko yang terjadi bisa dibilang tinggi karena bisa terjadi bahaya mikrobiologi yang
disebakan oleh penggunaan alat-alat yang tidak bersih dan terjadinya kontaminasi
Pada tahap persiapan petugas tidak memakai masker. Petugas tersebut hanya
memakai alat pelindung diri celemek, jilbab dan sandal tertutup. Alat pelindung diri
seperti masker terlihat petugas hanya memakai tetapi digantung di leher saja, dan
berbicara dengan petugas lain. Hal ini dapat berakibat kontaminasi terhadap makanan
yang akan di olah. Kontaminan dapat tertular melalui tangan, hidung, atau mulut.
Selama tahap persiapan terlihat petugas tidak memakai sarung tangan, namun
sebelum dan sesudah melakukan tahap persiapan petugas sudah mencuci tangan
dengan baik.
Waktu yang dibutuhkan pada proses persiapan yaitu 30 menit. Selain itu
5. Pengolahan
makanan mentah menjadi makanan yang siap makan, berkualitas dan aman di
konsumsi. Pengolahan bahan makanan merupakan suatu proses kegiatan terhadap
bahan makanan (yang telah dipersiapkan dan dipotong-potong) dan bumbu untuk
diperlukan sesuai resep dengan media air lemak, udara dan kombinasi lemak, air
udara dalam meningkatkan citra rasa dan nilai cerna bahan makanan (Mukrie, 1900).
makanan yang memiliki nilai cita rasa dan meningkatkan nilai cerna selain itu juga
termolitik sehingga makanan tersebut aman untuk dikonsumsi. Suhu yang sesuai dan
sesuai kemungkinan besar mikroba masih banyak yang hidup dan waktu yang tidak
tepat menjadikan ayam bumbu rujak belum matang maka akan mempercepat proses
pembasian pada masakan karena bakteri masih hidup, dan juga dapat terjadi
pencemaran fisik yang diakibatkan oleh petugas yang tidak lengkap memakai alat
Pada proses pengolahan bakso sapi kuah alat yang digunakan yaitu panci yang
besar dan centong untuk mengaduk telah bersih sehingga dapat mengurangi resiko
terjadinya kontaminasi. Pada proses pembuatan ayam bumbu rujak suhu yang diukur
sekitar 2 menit saat pendidihan awal yaitu 110˚C. Dengan waktu pemorsian dimulai
yaitu menggunakan celemek dan tidak menggunakan tutup kepala dikarenakan telah
makanan tidak menggunakan masker dan tidak menggunakan sarung tangan. Tidak
menggunakan masker pada tahap ini diperbolehkan namun petugas harus dapat
meminimalkan percakapan dengan petugas lainnya. Selain itu pada proses
baik sebelum dan sesudah kegiatan, hal ini merupakan upaya pencegahan untuk
6. Pemorsian
makanan ditempatkan pada mangkok, piring, sendok, cup kecil plastik tertutup, dan
plato stainless. Pada tahap ini petugas telah menggunakan alat pelindung diri seperti
yang dibuat. Alat-alat dan wadah yang digunakan pun sudah dipastikan bersih dan
telah dicuci, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi kotoran dan
mikroorganisme yang menjadi critical control point (CCP) dalam bakso sapi kuah.
dilakukan pengukuran suhu yaitu 500C. Dengan waktu pemorsian dimulai dari pukul
10.19-10.45 WIB. Bakso sapi kuah yang telah matang dibiarkan terbuka tanpa diberi
penutup, hal ini dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada bakso sapi kuah
tersebut. Selain itu, juga dapat menyebabkan masuknya benda asing seperti debu,
Pada tahap pemorsian petugas lengkap memakai alat pelindung diri termasuk
masker tidak di gantungkan di leher saja. Hal ini mengurangi resiko terjadinya
bahaya.
7. Pendistribusian
perawatan dilakukan pengecekan suhu bakso sapi kuah pada saat pendistriibusian
adalah 320C. Dengan waktu pendistribusian dimulai dari pukul 11.12-11.21 WIB.
tertutup dan menggunakan alat yang bersih, hal ini dapat mengurangi terjadinya
Akan tetapi ada juga disediakan kereta dorong sederhana untuk mengangkut
makanan dari dapur ke lantai dasar, fungsinya untuk mengangkut makanan pasien
kebangsal yang berada dilantai dasar. Lift tersebut digunakan tidak hanya untuk
pendistribusian makanan yang baru didistribusikan akan tetapi juga digunakan untuk
mengangkut alat sisa makan dari pasien. Jika alat tersebut tidak sering dibersihkan,
makan akan terjadi bahaya kontaminasi karena alat tersebut juga mengangkut
peralatan yang kotor dan sisa makanan pasien dengan berbagai penyakit yang
diderita .Hal ini juga menyebabkan bahaya kontaminasi dari petugas terhadap
makanan apabila petugas tidak mencuci tangan sebelumnya, akan tetapi pada saat
pendistribusian bakso sapi kuah petugas atau pramusaji ada sekitar sudah
menggunakan APD seperti masker dan mencuci tangan sebelum bekerja. Hal ini
8. Penyajian
Hal ini dikarenakan sebelum makanan disajikan ke pasien petuga telah mencucian
tangan. Selain itu pendistribusian menggunakan troly tertutup juga dapat mencegah
terjadinya kontaminasi pada tahap penyajian makanan kepasien, namun pada tahap
ini kontaminasi akan terjadi apabila konsumen dalam memakan makanan tidak
hasil pengamatan yang dilakukan ruanagan yang digunakan terlihat kotor disebabkan
Dari segi, ruangan dapur pada ruang pengolahan memang agak sedikit
sempit, ditambah lagi ruang pengolahan digabung bersama dengan tempat pencucian.
Areal kerja seharusnya cukup luas agar tenaga kerja dalam menyelesaikan
dapur cukup, lantai mudah dibersihkan dan mendapat udara yang cukup, sehingga
1. Menu bakso sapi kuah adalah menu makanan hewani untuk diet biasa di RS PKU
Muhammadiyah.
2. Bakso sapi kuah merupakan makanan yang termasuk dalam golongan resiko bahaya
3. Dalam proses pembuatan Bakso sapi kuah ditiap tahapnya menerapkan HACCP dan
kriteria dapur. Dimana bagian atas langit–langit atap dapur ini yang sudah bersih,
dinding juga sudah rapi di tutup dengan cat hijau muda serta terdapat ventilasi yang
cukup, dan pencahayaan diruang dapur cukup, lantai mudah dibersihkan dan
A. Saran