Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB 2

INTISARI BUKU
Bab Intisari Isi Buku ini berisi materi dan pokok pembahasan yang telah
diambil poin-poin penting dari yang paling pentingnya saja, dengan tulisan yang
ringkas, padat, dan jelas sehingga menjadi inti rangkuman yang dapat dibaca secara
garis besar tanpa mengurangi bobot ilmu yang terdapat dalam tiap bab di buku
Penddidikan Agama Islam ini.
BAB 1 : METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM
1. Metode kajian sumber-sumber pokok islam
Menurut Nasruddin Razaq cara untuk memahami Islam dapat dilakukan
dengan cara :
a. Mempelajari sumber asli ajaran Islam (Al-quran dan hadis)
b. Islam harus dipelajari secara komprehensif dan integral sebagai satu
kesatuan
c. Islam dipelajari melalui studi kepustakaan
d. Islam dipelajari dari ketentuan normative ajaran Islam selanjutnya
dikorelasikan dengan historis dan sosiologis yang ada dimasyarakat.
Ditinjau dari segi tujuan mungkin sama, tapi dari segi pendekatan dan
metode memiliki perbedaan
a. Memahami Islam dai terjemahan dumber pokok
b. Memahami Islam dari sumber pokoknya melalui bahasa aslinya
2. Macam-macam metode penafsiran yang telah dikembangkan oleh para
ulama ahli
a. Metode tafsir tahlili, metode ini berusaha menjelaskan ayat-ayat
Alquran dengan cara meneliti semua aspeknya dan menyingkap seluruh
maksudnya.
b. Metode tafsir ijmali, metode ini berusaha menafsirkan Alquran secara
global
c. Metode tafsir muqaran, metode ini berusaha menjelaskan Alquran
dengan cara merujuk dan membandingkan penjelasan-penjelasan yang
telah dikembangkan oleh penafsir terdahulu
d. Metode tafsir maudhu’i, metode ini berusaha memahami Alquran secara
lebih komprehensif tentang suatu masalah atau tema dengan
menghubungkan ayat atau konsep yang sama dalam Alquran
3. Metode memahami islam menurut versi Depag
Metode ini mencakup:
a. Metode diakronis atau sosio historis, metode belajar islam yang
menonjolkan aspek sejarah
b. Metode singkonis analitik, metode memahami islam yang memberikan
kemampuan analisis teoritik, yang mnekankan telaah kitik dan aplikatif
praktis.
c. Metode problem solving, mengajak pemeluknya untuk melatih
menghadapi berbagai masalah dari cabang suatu ilmu pengentahuan
dengan solusinya.
d. Metode empiris, mempelajari Islam melalui porese realisasi , aktualisasi
dan internalisasi norma dan kaidah Islam dalam suatu interaksi sosial
e. Metode dedukatif, yaitu menyususn kaidah-kaidah secara logis dan
filosofis dan kaidah tersebut diaplikasikan dalam menentukan masalah
yang dihadapi
4. Metode tipologi
a. Menjelasakan tipe, konsep, keistimewaan, dan ciri-ciri Allah di dalam
Islam dengan mengacu kepada ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis Nabi,
dan ucapan para ulama besal.
b. Menelaah kitab suci.
c. Menelaah kepribadian Nabi dalam dimensi-dimensi kemanusian dan
kenabiannya.
d. Memeriksa situasi kedatangan Rasul.
e. Mengkaji kepribadian individu-individu pilihan.
BAB 2 : MANUSIA DAN AGAMA
A. Agama dan keberagaman
1. Definisi agama secara leksikal
Secara etimologis dapat diartikan agama merupakan jalan atau suatu
peraturan yang bertujuan untuk membimbing manusia mencapai
kehidupan yang baik sesuai dengan jalan tuhan.
2. Definisi agama menurut para ulama
a. Agama adalah undang-undang ketuhanan yang (berfungsi untuk)
menuntun orang-orang yang berakal sehat untuk memilih kebaikan
di dunia dan keberuntungan di akhirat (Muh. Abdullah Daraz, 33)
b. Agama adalah nama bagi apa yang telah disyariatkan Allah kepada
para hamba-Nya melalui para nabi agar mereka mencapai kedekatan
dengan Allah (Ar-Raghib al-Ashfahani)
3. Fitrah bertuhan dan beragama
Di dalam Alquran fitrah bertuhan dan beragama ini dapat ditemukan
dalam surat Al A’raf ayat 172-173 dan dijelaskan pada surat Al Rum
ayat 30 yang menjelaskan bahwa manusia sejak awal kejadiannya tela
membawa fitrah at-tauhid (fitrah berketuhanan yang Maha Esa) dan
menggambarkan pada dasarnya manusia diciptakan dalam keadaan
hanif (membawa potensi agama yang lurus) yakni agama yang
berdasarkan pada ma’rifat kepada Allah dan men-tauhid-kan-Nya.
B. Asal-usul dan macam-macam agama di dunia
1. Animism yaitu suatu bentuk kepercayaan adanya kekuatan yang
bersumber dari roh nenek moyang.
2. Dinamisme yaitu suatu bentuk kepercayaan terhadap adanya kekuatan
pada benda-benda bertuah.
3. Politheisme yaitu bentuk kepercayaan kepada dewa-dewa.
selain itu pun dalam perkembangannya, kepercayaan atau keyakinan
tersebut melembaga menjadi agama-agama di dunia. Agama-agama in
dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu:
1. Agama samawi (samawi artinya, disebut demikian karena mengklaim
mengklain ajarannya turun dari langit/Tuhan melalui wahyu).
2. Agama ardhi (ardhi artinya bumi, disebut demikian karena agama ini
lahir dari budaya yang berkembang di atas bumi).
C. Islam sebagai agama para Nabi
1. Islam sebagai agama yang bersumber dari Tuhan
“pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, telah
kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhoi Islam jadi agama
bagimu” (Qs. Al Maida/5:3)
Pada hakikatnya Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi dan rsulnya
sejak nabi Adam as hingga risalah Muhammad SAW. Pemahaman ini
ditegaskan oleh Allah SWT dalam banyak ayat Alquran, antara lain
firman Allah SWT melalui:
a. Pengakuan Nabi Nuh a.s. (Qs. Yunus/10:72)
b. Doa Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. (Qs Al Baqarah/2:128)
c. Perintah Nabi Musa a.s. kepada kaumnya (Qs. Yunus/10:72)
d. Doa Nabi Yusuf a.s. (Qs. Yusuf/12:101)
e. Pernyataan para sahabat Nabi Isa a.s., yaitu kaum Hawaiyah (Qs. Ali
Imran/3:52)
f. Ikrar keislaman Ratu Saba (Qs. Al Naml/27:44)
2. Islam sebagi hidayah
a. hidayah Allah untuk manusia
hidayah merupakan modal dasar seorang hamba dalam meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat. At Thabathaba’i dalam Al-Mizan fi
Tafsir Alquran membagi hidayah Allah menjadi dua yaitu:
1) hidayah takwiniyah, yaitu hidayah Allah yang berkaita langsung
dengan urusan penciptaanny.
2) Hidayah tasyri’iyyah, yaitu hidayah Allah yang berhubungan
dengan urusan-urusan syariat yakni petunjuk kepada akidah dan
amal saleh (Hamzah dalam Tafsir al Muntaha, 193)
Selanjtnya, Dr. wahbah az-Zuhaili (dala Hamzah dalam Tafsir al
muntaha 194) menegmukakan bahwa Allah SWT memberikan lima
macam hidayah kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan,
yaitu:
1) Hidayah al-ilhami (hidayah instintif-inspiratif)
2) Hidayah al-Hawasi (hidayah indrawi)
3) Hidayah al-Aqli (hidayah akal/intelektual)
4) Hidayah ad-din (hidayah agama)
5) Hidayah al-Ma’unah wa t-Taufiqi
b. Islam, satu-satunya hidayah agama dari Allah SWT.
“ Nanti akan kubeikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh
keidupan ). Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut,
niscaya mereka tidak akan ditimpa rasa khawatir dan takut (dalam
kehidupan) dan tidak akan bersedih hati” (Qs. Al Baqarah/2:32)
Oleh karena itu agama islam dapat berperan dan berfungsi bagi
manusia, yang dapat dikembangkan oleh setiap individu, sebagai
berikut:
1) Pemberi makna bagi perbuatan manusia
2) Alat control bagi perasaan dan emosi
3) Pengendali bagi hawa nafsu yang terus berkembang
4) Pemberi reinforcement (dorongan penguat) terhadap
kecendrungan berbuat baik pada manusia
5) Penyeimbang bagi kondisi psikis yang sedang berkembang
3. Islam sebagai agama akhir zaman
a. Nama, pengertian dan misi islam
1) Nama agama : islam
a) Dari segi kebahasaan, kata islam berasal dari bahasa arab,
yaitu dari kata aslama-yuslimu-islamanyang mempunyai arti
semantic sebagai berikut :
- Tunduk dan patuh
- Berserah diri, menyerahkan, memasrahkan
- Mengi, kuti
- Menunaikan, menyampaikan
- Masuk dalam kedamaian, kesalamatan atau kemurnian
b) Dari segi istilah
Sayyidina Ali KWA berkata
“islam adalah agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan
Tuhan kepada masyarakat manusia malalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya”
2) Tujuan dan misi diturunkannya agama islam
a) Hifzhu d-Din (menjaga agama)
b) Hifzhu n-Nafs (menjaga jiwa/nyawa)
c) Hifzhu l-‘aql (menjaga akal)
d) Hifzhu l-Mal (menjaga harta)
e) Hifzhu n-Nasl (menjaga keturunan dan kehormatan)
Misi ajaran islam dapat dikelompokan sebagai berikut:
a) Misi aqidah (kredial)
b) Misi ibaddah (ritual)
c) Misi akhlak (Erika/moral)
d) Misi mu’amalah (sosial)
BAB 3 : SUMBER PERTAMA AJARAN ISLAM
A. Pengertian dan nama-nama Alquran
1. Pengertian Alquran
Secara bahasa Alquran berasal dari kata qara’a yang berarti
mengumpulkan dan menghimpun. Secara teminologis, Alquran adalah
kalam Allah yang merupakan mu’jizat, diturunkan (diwahyukan)
kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat jibril, diriwayatkan
(ditransmisikan) secara mutawatir, sebagai pedoman hidup bagi
manusia yang menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat, dan menjadi
media untuk bertaqarrub (ibadah) kepada Allah dengan membacanya.
2. Nama-nama Alquran
a. Al-kitab (kumpulan yang tertulis
b. Al-furqon (pembeda)
c. Al-nur (cahaya)
d. Al-syifa (obat)
e. Adz-dzikr (peringatan)
B. Pokok-pokok kandungan Alquran
1. Aqidah
2. Ibadah
3. Mu’amalah
4. Akhlaq
5. Hukum
6. Kisah umat-umat terdahulu
7. Dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang alam semesta
BAB 4 : SUMBER KEDUA AJARAN ISLAM
A. Keharusan kaum mukmin mengikuti hadits-hadits Rasulullah
“apa yang disampaikan Rasul kepadamu, maka ambillah dan apa yang
dilarang bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangnat keras hukumnya.” (Qs. Al-Hasyr/59:7)
B. Pengertian hadits, sunnah dan khabar
Kata hadits secara etimologis berarti baru. Adapun secara termilogis, hadis
didefinisikan sebagai “suatu perkataan, perbuatan dan pengakuan,
persetujuan atau ketetapan yang disandarkan kepada Rasulullah saw…”
pengertian tersebut secara umum dipakai juga dalam mendefinkan sunnah.
1. Hadist qauliyah atau sunna qauliyah, yaitu segala yang diucapkan oleh
Rasulullah saw.
2. Hadits fi’li atau sunnah fi’liyyah, yaitu apa yang diberitakan oleh
sahabat mengenai apa yang dilakukan oleh Rasul saw., baik pekerjaan
yang berkaitan dengan syariah atau keidupan sehari-hari.
3. Hadits taqiri atau sunnah taqririyyah, yaitu apa yang dikatakan atau
dilakukan para sahabat di hadapan Nabi, atau tidak dihadapan Nabi tapi
Nabi mengetahuinya, dan Nabi saw. membenarkannya atau
membiarkanynya dan tidak melarangnya.
C. Hubungan antara hadis dengan Alquran sebagi sumber ajaran islam
1. Hadis sebagai penguat (ta’kid) terhadap Alquran
2. Hadis sebagai penjelas terhadap Alquran
3. Hadis sebagai musyri’ (penetapan dan pembuatan hokum syariat
D. Ilmu Hadis
a. Ilmu hadis riwayah, yaitu ilmu hadis yang berkenaan dengan
- Pemindahan hadis (naqlil-hadis)
- Pemahaman metode penelaahan sanad (thariqatul-isnad)
- Pemeriksaan lafadz-lafadz dalam sanad dan matan (dlabtul-alfaz)
- Memeriksa nama-nama yang meriwayatkan (tahqiqur-ruwaat)
- Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan hadis secara
sah, benar, dan tepat, baik dalam sanad maupu matan
b. Ilmu hadis dirayah, yaitu ilmu hadis yang melakukan penyaringan
(tamhish), memilih-milih hadis (tamyiz), melakukan kritik terhadap isi
hadis (naqd), dan mengkaji aspek-aspek yang menentukan shahih
tidaknya suatu hadis atas dasar sanadnya (bahts), serta memahami
secara ilmiah kandungan yang terdapat dalam matan hadis (fahm)
E. Proses periwayatan hadis
Proses periwayatan hadis adalah proses terjadinya peralihan periwayata
hadis dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Antara proses periwayatan dengan isnad hadis dapat dilihat dalam bagan
beikut :
1. Alur periwayatan hadis:
Nabi Muhammad SAW.  Sahabat ra.  Tabi’in  Tabi’it-Tabi/in 
Rawi-rawi lan  Mudawwin
2. Alur isnad hadis:
Nabi Muhammad SAW.  Sahabat ra.  Tabi’in  Tabi’it-Tab/in 
Rawi-rawi lain  Mudawwin
Dalam proses periwayatan (transmisi) hadis, ada beberapa istilah yang harus
diketahui, yaitu :
1. Rawi. rawi adalah orang hadis yang meriwayatkan hadis, baik dari
kalangan sahabat, tabi’in maupun tabi’i t-tabi’in sebelum sampai pada
pencatat hadis (mudawwin)
2. sanad . sanad adalah sandaran hadis berupa rangkaian para periwayat
(rawi) hadis dalam proses transmisi hadis.
3. Mudawwin. Mudawwin adalah orang yang mencatatkan dan
membukukan hadis
4. Matan. Matan adalah isi hadis.
F. Jenis daan tingkatan hadis
1. Hadis mutawatir. Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi
yang berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan
yang lain. Sedangkan menurut istilah ialah: “Suatu hasil hadis
tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar
rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan
bersepakat untuk dusta.”
2. Hadis ahad. Ahad menurut bahasa mempunyai arti satu. Dan
khabarul-wahid adalah khabar yang diriwayatkan oleh satu orang.
Sedangkan hadits ahad menurut istilah adalah hadits yang belum
memenuhi syarat-syarat mutawatir. Hadits ahad terbagi menjadi 3
macam, yaitu :
a. Hadis mashyur. Masyhur menurut bahasa adalah “nampak”.
Sedangkan menurut istilah adalah hadits yang diriwayatkan
oleh 3 perawi atau lebih pada setiap thabaqah (tingkatan) dan
belum mencapai batas mutawatir.
b. Hadis aziz. Secar bahasa Aziz berarti “yang sedikit, yang gagah,
atau yang kuat.”‘Aziz menurut istilah ilmu hadits adalah : Suatu
hadits yang diriwayatkan dengan minimal dua sanad yang
berlainan rawinya.
c. Hadis gharib. Gharib secara bahasa berarti yang jauh dari
kerabatnya. Sedangkan hadits gharib secara istilah adalah
hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi secara
sendiri.
G. Tingkatan kualitas hadis
1. Hadis shahih
Yaitu hadis yang (1) berkesinambungan rawi-rawinya; (2) diterima
dari rawi yang adil; (3) dlabith; (4) tidak cacat; (5) tidak bertentangan
dengan riwayat yang lebih kuat lainnya
a. Syarat-syarat hadis shahih
1) Sanadnya bersambung
2) Rawinya bersifat adil
3) Rawinya dhabith
4) Tidak syadz
5) Tidak ada cacat (‘illat)
b. Urutan derajat hadis shahih
1) Hadis yang disepakati shahihnya oleh Bukhari dan Muslim
2) Hadis yang shahih menurut Bukhari saja
3) Hadis yang sahih menurut muslim saja
4) Hadis yang shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim,
padahal keduanya tidak mencatatkannya dalam kitab
5) Hadis yang shahih berdasarkan syarat Bukhari
6) Hadis yang shahih berdasarkan syarat Muslim
7) Hadis yang dianggap shahih oleh para ahli hadis di luar
Bukhari dan Muslim
2. Hadis hasan
Yaitu hadis yang sanadnya berkesinambungan tanpa putus,
disampaikan oleh para periwayatnya (rawi) yang adil, tetapi ada di
antara periwayatnya (rawi) yang kurang kedhabitan (kekuatan hafalan)
nya.
3. Hadis dhaif
Yaitu hadis yang tidak memenuhi kriteria hadis shaih dan hadis hasan.
H. Kitab-kitab kumpulan hadis
a. Kitab Shahih Bukhari
b. Kitab Shahih Muslim
c. Kitab Sunan Abu Daud
d. Kitab Jami’ut- Turmudzi
e. Kitab Sunan An-Nasa’i
f. Kitab Sunan Ibnu Majah
BAB 5 : IJTIHAD (ALAT PENGEMBANGAN HUKUM ISLAM)
A. Pengertian dan urgensi ijtihad
1. Makna ijtihad
Kata ijtihad menurut bahasa berasal dari kata ijtihada-yajtahidu-
ijtihadan, yang berarti berusaha dengan sungguh-sungguh. Adapun
ijtihad menurut istilah adalah upaya maksimal seorang mujtahid dalam
menemukan hukum syara yang berkaitan dengan perbuatan manusia
dari sumbernya, yaitu Alquran dan Sunnah.
2. Urgensi ijtihad
Alquran sudah berhenti turun dan hadis sudah berhenti keluar sejak
Nabi Muhammad SAW wafat lebih emapat belas abad lalu. Sementara
permasalahan yang dihadapi uat islam senantiasa bermunculan.
3. Ijtihad masa kini
Sebagaimana pada masa sebelumnya, ijtihad diperlukan pada masa
kini. Bahkan, para mujtahid masa kini lebih dituntut keras dalam
melakukannya. Hal itu karena perkembangan dan perubahan sosial-
budaya manusia begitu cepat yang disebabkan pesatnya perkembanagn
ilmu dan teknologi manusia sehingga memunculkan kompleksitas
persoalan umat, termask dalam masalah hokum.
B. Syariah, fikih, dan hukum islam
1. Pengertian dan kaitan syariah, fikih dan hukum islam
Syariah menurut bahsa berasal dari syara’a-yasyra’u-syari’ah, yang
berarti sumber air yang dituju untuk diminum. Lalu kata ini digunakan
dalam arti al-tariqat al-mustaqimah, yang berate jalan yang lurus (al
Qattan, 1993;211). Dalam keagamaan, syariah berarti jalan besar untuk
kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama yang dapat memberi
petunjuk bagi setiap manusia
Fikih menurut bahasa berarti paham. Sedangkan menurut istilah fikih
adalah kumpulan hokum syara’ yang bersifat perbuatan yang diperoleh
dari dalil-dalil yang tafsili (nass Alquram dan hadis yang berkenaan
dengan hukum)
2. Hukum islam dan perubahan sosial
Hukum isam diturunkan Allah SWT. untuk mengatur perilaku umat
islam dan menuntut mereka untuk mematuhinya. Tujuannya tidak lain
adalah untuk kebaikan manusi itu sendiri, baik sebagai pribadi mauoun
dalam kehidupan sosial.
C. Sumber hokum islam dan metode ijtihad
1. Sumber hukum islam
Sumber hokum islam ada dua, yaitu Alquran dan hadis.
2. Metode pengembangan hukum islam
a. Qiyas adalah membandingkan suatu perbuatan hukum yang belum
ada ketentuan hukumnya secara jelas dalam Alquran dan hadis
dengan suatu perbuatan hukum yang sudah ada ketentuan
hukumnya secara jelas karena adanya kesamaan ‘illat.
b. Istihsan adalah berpaling dari petunjuk hukum yang jelas kepada
petunjuk hukum yang kuraang jelas karena adanya petunjuk lain
yang menguatkannya.
c. Istishan adalah meneruskan hukum yang ada sebelum ditemukan
petunjuk kepada hukum yang baru.
D. Perbedaan dalam hukum islam
1. Perbedaan sebagai sunnatullah
Ragam pendapat muncul pada banyak persoalan hukum islam. Hal ini
terjadi karena perbedaan merupakan salah satu sunnatullah, Allah
SWT yang menciptakan semua dengan beragam.
2. Sebab-sebab perbedaan pendapat
a. Beragam arti dalam lafazd bahasa arab
b. Perbedaan dalam masalah hadis
c. Perbedaan dalm masalah metode penggalian hukum
BAB 6 : SISTEM KEYAKINAN DALAM ISLAM
A. Pengertian iman
Iman menurut bahsa berarti pengakuan, kepercayaan kepada sesuatu, atau
ketetapan hati. Sedangkan menurut istilah adalah membenarkan Rasul
SAW berkenaan dengan semua yang disampaikan Rab-Nya.(Ahmad Farid
2008: 17)
B. Perintah beriman
1. QS. Al A’raf/7 :172
2. QS. Al Rum/30 : 30
3. QS. Al Nisa/4 :136
C. Menyambut seruan iman
1. QS. Ali Imran/3 : 193
2. QS. Ali Imran/3 : 53
3. QS. Taubath/10 : 124-125
D. Persaksian keimnan
Pernyataan iman seseorang dapat disimpulkan oleh dua kalimat syahadah
(persaksian). Pertama syahadah ilahiyag (persaksian atau pengakuan
tentang Allah sebagai Tuhan), dan yang kedua syahadah risalah
(persaksian atau pengakuan tentang kerasulan Muhammad SAW).
E. Urgensi iman
1. Iman merupakan dasar, pondasi, dan akar bagi sebuah amal perbuatan
2. Iman merupakan pendorong, energi, motivasi untuk melakukan
tindakan amal
3. Iman mampu membentengi diri dari penyelesaian bila gagal, dan dari
putus asa bila belum berhasil
4. Dengan iman membuat seseorang merasa tenang dan aman
5. Iman merupakan prasayat agar manusia tidak merugi, menumbuhkan
rasa cinta (mahabbah) mendapat berkah, dan selamat sampai akhirat.
F. Fluktuasi keimanan
Iman itu dapat bertambah dengan amal saleh dan berkurang dengan
kemaksiatan, dan jika iman yang berkurang maka akan menyebabkan
meninggalkan yang wajib atau mengerjakan yang haram.
1. Faktor-faktor yang meningkatkan keimanan
a. Mempelajari ilmu yang benar
b. Meperhatikan ayat-ayat kauniyah
c. Taat beribadah kepada Allah
2. Faktor-faktor yang melemahkan keimanan
a. Intern
- Bodoh
- Ghaflah
- Lupa
- Maksiat
b. Ekstern
- Pengaruh setan
- Pengaruh dunia dan fitnahnya
- Pengaruh pengikuti kejelekan
3. Tanda-tanda melemahnya iman
a. Melakukan perbuatan maksiat sedikit demi sedikit hingga
keimanannya merosot
b. Apabila ayat Alquran dibacakan tidak ada bekas sedikitpun
c. Pudarnya ukhuwwah islamiyah
d. Dadanya terasa sempit \, merasa berat dan payah untuk
menunaikan perintah Allah dan menjauhi larahan-Nya
4. Maksiat
Maksiat adalah segala seuatu yang menyimpang dari kebenaran,
bentuknya berupa meninggalkan perintah atau mengerjakan larangan
syari’ah.
G. Perkara-perkara yang membatalkan keimanan
1. Syirik
2. Kufur
3. Nifaq
4. Riddah
BAB 7 : IBADAH
A. Pengertian dan hakikat ibadah
1. Makna ibadah
Ibdah secara bahasa adalah menyembah atau menghamba. Sedangkan
secara istilah adalah penghambaan seorang manusia kepada Allah
SWT untuk dapat mendekatkan dirin kepada-Nya sebagai realisasi dari
pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah SWT.
2. Kewajiban ibadah bagi manusia
“dan merka tidak diperintahkan kecuali menyembah Allah SWT
dengan memurnikan ketaat-Nya dalam (menjalankan) agama dengan
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Dan ynag demikian itulah agama yang lurus” (Qs. Al Bayyinah/98 : 5)
3. Fungsi ibadah
Kualitas kemanusiaan itu sangat bergantung pada kualitas komunikasi
manusia dengan Allah SWT melalui ibadah dan kualitas interaksi
sosialnya dengan sesame muslim.
4. Macam-macam ibadah
a. Ibadah mahdlah, ibadah yang dilakukan hanya berhubungan
dengan Allah saja.
b. Ibadah ghair mahdlah, ibadah ynag tidak hanya menyangkut
hubungan dengan Allah, tetapi juga menyangkut hubungan sesame
makhluk
c. Ibadah wajhain, ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu
mahdlah dan ghair mahdlah.
5. Syarat-syarat ibadah
a. Ikhlas karena Allah semata
b. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW
6. Sifat dan ciri-ciri ibadah
a. Bebas dari prantara
b. Tidak terkait tempat-tempat khusus
c. Tidak memberatkan dan tidak menyulitkan
7. Hikmah ibadah
a. Ibadah membawa seseorang untuk memenuhi perintah Allah,
bersyukur atas nikmat yang diberikan dan melaksanakan hak
sesame manusia.
b. Ibadah merupakan pengujian terhadap manusia dalam menyembah
Allah.
c. Ibadah bertujuan untuk menyembuhkan hati manusia
d. Ibadah dapat menyebuhkan badan yang sakit.
e. Ibadah mensucikan jiwa dan mengangkatnya ke derajat tinggi
menuju kesempurnaa manusiawi.
f. Ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridloan Allah yang
merupakan jalan masuk surge dan selamat dari neraka.
B. Bentuk-bentuk peribadahan
1. Shalat
2. Shaum : ibadah yang melibatkan hawa nafsu
3. Zakat : wujud ibadah sosial
4. Haji : puncak ibadah dan pengorbanan lahir dan batin
BAB 8 : TAQWA
A. Pengertian Taqwa
Secara bahasa taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-waqiyah yang berarti
memlihara. Sedangkan menurut istiliha taqwa adalah tunduk dan patuh
kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
B. Taqwa sebagai nilai inti keislaman
Ketinggian derajat manusia tidak ditentukan oleh kedudukan dan harta
yang dimilikinya, melainkan ditentukan oleh iman dan ketaqwaannya.
Orang-orang yang bertaqwa akan memperoleh kemuliaan di sisi Allah
SWT dan mendapat bebagai maca anugerah dari Allah SWT.
C. Kaitan antara iman, amal shaleh, dan taqwa
Iman memegang peranan penting bagi mausia, karena dari iman inilah
akan lahir ketaqwaan dalam diri seseorang berupa amal shaleh dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Ciri-ciri orang bertaqwa
“Al kitab (Alquran) itu tidak ada keragu-raguan di dalamnya, sebagai
petunjuk bagi orang-orang ynag bertaqw, yaitu: orang-orang yang
beriman kepada Allah (Dzat Al-Ghaib), orang-orang yang mendirikan
shalat, orang-orang yang menafkahkan segala rezekinya, yang beriman
kepada apa-apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan kepada
orang-orang sebelum kamu, dan orang-orang yang yakin kepada hari
akhir.” (Qs Al Baqarah /2 :1-4)
1. Beriman kamu
2. Mendirikan shalat
3. Menginfaqkan sebagain rizki
4. Beriman kepada apa-apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
dan Nabi-nabi sebelumnya
5. Meyakini adanya hari akhir
6. Menafkahkan rizkinya dijaalan Allah
7. Mereka yang dapat mengendalikan amarah dan memafkan kesalahan
orang lai
8. Apabila (orang-oram beriman) terlanjur berbuat jahat atau aniaya,
mereka ingat kepada Alaah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
9. Beriman kepada malaikat Allah
10. Beriman kepada para Nabi/Rasul
11. Orang-orang yang sabar
12. Orang yang benar dan jujur
E. Aktualisasi taqwa dalam berbagai kehidupan
Untuk mengetahui seseorang itu bertaqwa atau tidak, hanya bisa dilihat
dari perilakunya sehari-hari dalam beramal shaleh dan berakhlak, baik
dalam kehidupan keluarga, kehidupan bernegara maupun dalam
kehidupan-kehdupan lainnya.
1. Kehidupan keluarga
a. Seuma anggota taat beribadah
b. Suami sayang pada isteri
c. Isteri taat pada suami
d. Anak hormat pada orang tua, dll.
2. Kehidupan bermasyarakat
a. Menghormati tamu
b. Saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan
c. Tidak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Allah
d. Saling melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar, dll.
3. Kehidupan berbangsa dan bernegara
a. Adanya hubungan yang baik anatar lembaga Negara
b. Tidak saling menghujat anatar sesama golongan (partai)
c. Tidak mementingkan diri sendiri
d. Tidak mengkorupsi uang negar, dll.

Вам также может понравиться