Вы находитесь на странице: 1из 2

Nama : Rizal Ariadi

Nim : 1506025042
Ps : Agrobisnis Perikanan

Hoaks, Isu Produk Ikan Sarden Mengandung Logam Berat

JPP JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan informasi komoditas
ikan sarden atau sardin di Indonesia mengandung logam berat beracun menyerupai telur yang
beredar di media sosial adalah berita palsu atau hoaks.

“Itu berita tidak benar atau hoax. Kejadian itu bukan di Indonesia. Sarden berasal dari kelompok
Family Clupeida. Mirip ikan lemuru bahan baku sarden di Indonesia. Kasus ini tidak ada di
Indonesia,” kata Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan KKP, Rina di Jakarta, Sabtu (04/11/2017).

Lebih lanjut Rina menerangkan, benda mirip telur atau kristal di dalam perut makanan ikan
sardin yang dianggap tumor atau kanker berbahaya tersebut merupakan Glugea Sardinellensis
(sejenis protozoa). Glugea mampu membuat sel-sel di sekelilingnya menyerupai bola untuk
membentuk perisai.

Sel berbentuk telur ini dapat bertumbuh hingga ukuran 1-18 mm yang disebut dengan Xenoma.
Ikan tumbuh dalam kelompok besar, Glugea akan menyebar lebih banyak. Jadi dapat dipastikan
bahwa benda mirip telur atau kristal tersebut bukan diakibatkan oleh kandungan logam berat.

Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk tidak khawatir mengkonsumsi ikan. Cuci ikan dengan
bersih sehingga bebas dari bakteri.

“Kalau makan ikan, cuci bersih agar tidak menginfeksi manusia dan tidak berbahaya. Kalau kita
rebus dengan benar, tidak ada masalah. Penyakit itu tidak ada di Indonesia,” tegasnya.
Umumnya ikan sarden yang dijual di Indonesia, dalam bentuk kemasan. Perusahaan yang
mengolah harus mengantongi sertifikat dari KKP, HACCP, MD dan sekarang SPPT SNI untuk
menjamin mutu dan keamanan pangan.

Regulasi tersebut mengacu kepada Organiasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa,
sehingga aman dikonsumsi atau Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO)
.

Saat proses produksi, Rina menjelaskan cara pengolahan dan sanitasi sudah diterapkan dengan
baik. Sudah semestinya jika terlihat butiran telur ikan akan otomatis dibersihkan karena kasat
mata.

Jika diduga butiran telur itu adalah parasit dan masih tertinggal dalam produknya, maka
parasit dan sporanya sudah pasti mati, karena sarden dalam kemasan kaleng telah melalui proses
pemanasan tinggi (sterilisasi) dengan persyaratan pangan sterilisasi komersial.

Apabila ikan sudah dikeluarkan dari kaleng, dan dibiarkan lama di suhu ruang, makan akan terjadi
kontaminasi yang memungkinkan ulat/belatung berada dalam produk sarden kaleng. Ini tentu
merupakan kelalaian fatal dari konsumen.

Konsumen diharapkan lebih cermat dan teliti dalam melihat tanggal kadaluarsa yang tercantum
dalam kemasan kaleng. (kkp/rri)

Вам также может понравиться