Вы находитесь на странице: 1из 38

Al-Ghazali :

0
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Al-Ghazali :
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam
dan Tasawuf

Oleh :

Fadillah Tridiani Febrisia (1581017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2016
Al-Ghazali :
i1
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Metode Penulisan ....................................................................................... 4

Bab II Pembahasan ........................................................................................... 5

2. 1 Riwayat Hidup dan Pendidikan Al-Ghazali .............................................. 5

2.2 Latar Belakang Kehidupan Sosial Al-Ghazali ........................................... 10

2.3 Kecenderungan Umum Pemikiran Imam Al-Ghazali ................................ 17

2.4 Pengaruh Al-Ghazali Terhadap Perkembangan Dunia Islam .................... 19

2.5 Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali dalam Dunia Islam .................................... 22

2.6 Tasawuf di Indonesia ................................................................................. 28

2.7 Posisi Penting Ihya Dan Sufisme Al-Ghazali ........................................... 30

Bab III Kesimpulan ......................................................................................... 32

Referensi .......................................................................................................... 33
Al-Ghazali :

2
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Bab 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam peradaban islam dikenal sosok-sosok yang sangat berpengaruh, baik


terhadap islam, maupun agama lain di luar islam. Tokoh utama dibalik kemunculan
islam adalah Nabi Muhammad SAW, yang merupakan utusan Allah SWT
(Rosulullah), yaitu manusia yang menjadi perantara antara kita dengan Allah SWT
melalui malaikat Jibril. Tokoh lainya yaitu para Khulafaurasyidin, sahabat-sahabat
Rosulullah SAW, seperti Hamzah, Salman Al Farisi, Bilal, Abu Dzar AlGhifari,
Abdurahchman Ibn Auf, serta para periwayat Hadis, Imam Bukhari & Muslim
sertaImam besar lainya seperti imam Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam
Syafi’i, dan Imam Ahmad Ibn Hanbal.
Selain tokoh-tokoh tersebut, masih terdapat banyak tokoh lainya yang
memiliki penagruh besar terhadap perkembangan Islam, diantaranya yaitu Imam
Al-Ghazali. Beliau merupakan tokoh yang memberikan banyak inspirasi dan
pengetahuan yang mendalam tentang islam. Hasil pemikiran yang beliau tuangkan
dalam berbagai tulisanya telah memberikan perubahan besar dalam peradaban
islam dari zaman ke zaman.
Al-Ghazali merupakan figur yang tidak asing dalam dunia pemikiran Islam,
karena begitu banyak orang menemukan namanya dalam berbagai literatur, baik
klasik maupun modern.1 Al-Ghazali telah diakui baik oleh orang-orang islam
maupun sarjana-sarjana Eropa sebagai muslim terbesar setalah Muhammad.2
Pemikir besar dalam dunia Islam abad ke 5H, yang terkenal dengan julukan hujjatul

1
M. Sholihin, Epistemologi Ilmu dalam Pandangan Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Pustaka Setia,
2001), 9
2 W Montgomery Watt. Pemikiran Teologi Dan Fislafat Islam. Terj. Umar basalim. Jakarta : Midas
Surya Grafindo.1987. hlm. 139.
Al-Ghazali :

3
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

al-Islam3 (bukti kebenaran Islam) ini tidak pernah sepi dari pembicaraan dan
sorotan, baik pro dan kontra.4

Beliau juga merupakan seorang tokoh yang sangat berpengaruh serta


memiliki pemikiran yang luar biasa, berikut komentar Diebury yang dikutip oleh
Dr. Abdul Halim Mahmoud : “Sesungguhnya pemuda ini (imam Al-ghazali) telah
dianugerahi kecerdasan akal yang luar biasa dan kekuatan daya khayal yang tidak
rela dengan ikatan apapun yang membelenggunya”.5 Karena itulah Al-
ghazali mempelajari beragam ilmu dan memiliki pengetahuan yang sangat luas.
Al-ghazali adalah salah seorang pemikir besar islam dan filsafat
kemanusiaan, disamping sebagai salah seorang yang memiliki pribadi yang
memiliki berbagai kejeniusan dan banyak karya. Beliau merupakan pakar ilmu
syar’iyah pada dekadenya, kecuali ilmu hadis. Serta merupakan salah satu sentral
sufisme, pejuang keruhanian, tokoh pendidikan dan dakwah. Beliau adalah salah
seorang dari kalangan Rabbaniyun, orang-orang yang berilmu yang konsekwen lagi
mengajarkanya.6
Pengetahuan kita tentang al –ghazali yang begitu lengkap terutama adalah
berkat peninggalanya berupa karya otobiografinya yang berjudul “al Munqidz min
al-Dhalal” yang dapat diterjemahkan dengan Deliverence of Eror (pembebeasan
dari kesesatan). Buku ini terutama berisi apology intelektual, dan karena alasan
inilah, maka kehidupanya lebih dipaparkan secara skematis, bukanya secara
kronologis. Ia mengisahkan bagaimana ia menemukan kebenaran setelah lebih
dahulu menguji dalam keraguan yang luar biasa hasil-hasil yang dicapai oleh empat
golongan “pencari kebenaran” pada zamanya, yaitu golonfan teolog, filosof,
golongan ismailiyah, dan para sufi. 7
Dibalik kebesaran dan kemuliaan yang dimilikinya, masih banyak kaum
muslim yang belum begitu memahami pemikiran beliau, masih terdapat kubu yang

3
Yusuf Qordawi, Al-Ghozali antara Pro dan Kontra, (Surabaya: Pustaka Progesif, 1996), 39-42.
4
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), 41-46.
5 Abdul Halim Mahmoud.Hal-hal Ihwal Tasauf, Terjemahan Al Munqidz Minadhalal, terj : Abu
Bakal Basymeleh.Darul Ihya : Indonesia,hlm.43.
6 Yusuf Qardhawi, op.cit., hlm 39-40.
7 Ibid., hlm. 141.
Al-Ghazali :

4
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

pro dan kontra terhadap Al-ghazali. Kubu yang kontra ini banyak mengkritik
pemikiran Al-Ghazali, dan banyak dari mereka merupakan ilmuwan muslim yang
juga sangat berpengaruh, seperti halnya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Rusyd. Al-ghazali
juga dinilai sebagai penyebab kemunduran ilmu pengetahuan dan kebudayaan
islam.
Seorang orientalis besar, Mc Donald, setelah mengkaji wacana-wacana Al-
Ghazali, secara sungguh sungguh menyatakan, “Sesungguhnya kaum muslimin
belum memahami hakikat Al-Ghazali”8 Dari pendapat tersebut dapat diketahui
bahwa kita sebagai kaum muslimin harus banyak mengkaji berbagai wacana Al-
Ghazali, karena pemikiran Al-Ghazali sangat kompleks dan luas, hal ini dapat
dilihat dari beragam ilmu yang beliau pelajari.
Dari kajian tersebut, dapat diketahui bahwa pengaruh Al-Ghazali sangat
besar dalam mempengaruhi perkembangan islam, dan sayangnya banyak kaum
muslim yang belum memahami hakikat kebenaran yang dimiliki oleh Al-ghazali.
oleh karena itulah perlu dikaji lebih mendalam mengenai pengaruh Al-Ghazali baik
dalam lingkungan islam maupun di luar lingkungan islam, sehingga dapat di
analisis secara detil dan mendalam sehingga diperoleh pengetahuan dan
pemahaman yang lebih dalam mengenai pengaruh Al-Ghazali terhadap
perkembangan dunia islam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah


yang dapat memberikan penjelasa terkait dengan pengaruh al ghazali terhadap
perkembangan dunia islam. Untuk itu penulis merumuskan masalah, sebagai
berikut :
1. Bagaimana riwayat kehidupan dan pendidikan dari Al-Ghazali ?
2. Bagaimana riwayat hidup dan pendidikan Al-Ghazali serta apa latar
belakang kehidupan sosial di masa kehidupan Al-Ghazali?

8 Ali Abu Bakar. Al-Ghazali Peretas Jalan Menuju Kemajuan dan Keberakhlakan Umat. Pengantar
dalam buku Transendensi Ilahi Karya Al Ghazali, terj. Masyhur Abadi. Pustaka Progressif :
Surabaya. 1999.,hlm xix.
Al-Ghazali :

5
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

3. Apa saja karya-karya yang telah dibuat oleh Al-Ghazali?


4. Bagaimana pengaruh Al-Ghazali terhadap perkembangan dunia islam?
5. Bagaimana pengaruh Al-Ghazali terhadap perkembangan Tasawuf dalam
Islam?

1.3. Metode Penulisan

Untuk menganalisis pengaruh Al-Ghazali terhadap perkembangan dunia


islam, maka penulis menggunakan metode pendekatan studi islam deskriptif dengan
pendekatan filogi dan sejarah. Dalam jurnal Luluk Fikri Zukhriyah 9, pendekatan ini
dianggap sangat produktif dalam studi islam, dimana menurut Adams, filologi
merupakan kata kunci untuk melakukan penelitian tentang realitas praktek dan
kelembagaan islam di masa lalu. Menurut Adams, filologi memiliki peran vital dan
harus tetap dipertahankan dalam studi Islam. Argumentasi Adams adalah karena Islam
memiliki banyak bahan berupa dokumen- dokumen masa lampau dalam bidang
sejarah, teologi, hukum, tasawuf dan lain sebagainya.10

9 [Luluk Fikri Zuhriyah]. Metode dan Pendekatan dalam Studi Islam Pembacaan atas Pemikiran
Charles J. Adams.Jurnal ISLAMICA, Vol. 2, No. 1, September 2007,hlm 31.
10 Ibid.
Al-Ghazali :

6
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Bab 2

PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Hidup dan Pendidikan Al-Ghazali

Al Ghazali, algazel, lengkapnya Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad


Al-Thui Al Ghazali, lahir di Thus, dekat Masyhad, Khurasan, tahun 450 H/ 1058
M, dari ayah seorang penenun wol (ghazzal), sehingga dijuluki Al Ghazali. Beliau
sejak kecil dikenal sebagai anak pencinta ilmu pengetahuan dan seorang pencari
kebenaran sekalipun keadaan orang tua yang kurang mampu serta situasi dan
kondisi sosial politik dan keagamaan yang labil tidak menggoyahkan tekad dan
kemauannya untuk belajar dan menuntut ilmu pada beberapa ulama.11
Perjalanan keilmuan Imam Al-Ghazali diawali dengan belajar Al-Qur’an, al-
Hadits, riwayat para wali dan kondisi kejiwaan mereka pada seorang sufi yang juga
teman ayahnya. Pada waktu bersamaan, dia menghafal beberapa syair tentang cinta
dan orang yang mabuk cinta.12

Kemudian Imam Al-Ghazali dimasukkan ke sebuah sekolah yang


menyediakan beasiswa bagi para muridnya, karena bekal yang telah dititipkan
ayahnya pada Muhammad Al-Rizkani habis. Di sini gurunya adalah Tusuf al-
Nassy, seorang sufi yang telah tamat ia melanjutkan pelajarannya ke kota Jurjan
berguru kepada Imam Abu Nasr al-Ismail, mendalami bahasa Arab, Persia dan
pengetahuan agama.13 Setelah itu ia menetap di Thus untuk mengulang-ulang
pelajaran yang diperolehnya di Jurjan selama 3 tahun dan mempelajari tasawuf
dibawah bimbingan Yusuf al-Nassy, selanjutnya ia pergi ke Nishapur, di sana ia
belajar di Madrasah Nidhamiyah yang dipimpin oleh ulama’ besar Abu Al-Ma’ali

11 Yusuf al-Nassy dan Ali al-Farm, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1993),
jilid 5, hlm. 26
12 Achmad Faizur Rosyad, Mengenal Alam Suci Menapak Jejak Al-Ghazali, (Yogyakarta: KUTUB,
2004), 115
13 M. Yusron Asmuni, Pertumbuhan dan Perkembangan Berfikir dalam Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1994), hlm. 8-9
Al-Ghazali :

7
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Al-Juwaini yang bergelar Imam al-Haramain adalah salah seorang teolog aliran
Asy’ariyah.14

Menurut Tajuddin Al Subki, Al Juwaini inilah yang mengenalkan Al


Ghazali pada filsafat termasuk logika dan filsafat alam lewat disiplin teologi. Selain
itu, Al Ghazali juga mempelajari tasawuf dibimbing oleh Abu Ali Al Farmadzi,
tokoh sufi asala Thus, namun sayangnya, menurut Osman Bakar, Al Ghazali, pada
tingkatan ini, belum berhasil mencapai tingkat di mana sang sufi menerima
inspirasi dari “alam atas”. 15
Sepeninggal al-Juwaini, al-Ghazali pergi ke kota Mu’askar yang ketika itu
menjadi gudang para sarjana. Di sinilah ia berjumpa dengan Nizam al-Mulk.
Kehadiran al-Gazzali disambut baik oleh wazir ini, dan sudah bisa dipastikan
bahwa oleh karena kedalaman ilmunya, semua peserta mengakui kehebatan dan
keunggulannya. Dengan demikian, jadilah al-Gazzali “Imam” di wilayah Khurasan
ketika itu. la tinggal di kota Mu’askar ini hingga berumur 34 tahun. Melihat
kepakaran al-Gazzali dalam bidang fikih, teologi, dan filsafat, maka Menteri
Nizamul Mulk mengangkatnya menjadi “guru besar” teologi dan “rektor” di
madrasah Nizamiyyah di Baghdad, yang telah didirikan pada 1065. Pengangkatan
itu terjadi pada 484/Juli 1091. Jadi, saat menjadi guru besar (professor), al-
Gazzali baru berusia 34 tahun.
Selama tinggal di Baghdad, al-Gazzali meniti karir akademiknya hingga
mencapai kesuksesan, dan mengantarkannya menjadi sosok atau tokoh terkenal di
seantero Irak. Selama 4 tahun, ia mengajar sekitar 300-an siswa dan ulama,
termasuk di antaranya beberapa pemuka mazhab Hanbali semisal Ibn Aqil dan
Abu al-Khattab—suatu hal yang amat langka terjadi pada saat permusuhan antar
mazhab sangat runcing seperti masa itu. Karenanya, dengan cepat Al- Ghazzali
menjadi terkenal di Irak, hampir saja mengalahkan popularitas penguasa dan
panglima di ibukota Abbasiyyah itu. Dalam waktu yang sama, secara otodidak, ia
juga mempelajari filsafat dan menulis beberapa buku. Dalam tempo kurang dari

14 Abu Al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazami, Sufi dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Pustaka, 1979),
hlm. 148
15 Ibid.
Al-Ghazali :

8
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

dua tahun, ia sudah menguasai filsafat Yunani, terutama yang sudah diolah oleh
para filsuf Muslim (falasifah) semisal al-Farabi (870-950), Ibn Rusyd (980-
1037), Ibn Miskawayh (936-1030), dan al-Ikhwan as-Safa.16
Setelah mendapatkan kemuliaan dan popularitas di mata manusia, yang
merupakan motivasi dan cita-cita awal beliau, kemudian Al-Ghazali mendapat
rahmat dan hidayah dari Allah SWT. Beliau mulai sadar dan meninggalkan semua
itu, karena beliau sadar bahwa semua itu tidak ada artinya di mata Allah SWT
serta tidak membawa kebahagian yang hakiki. Kemudian beliau mulai hidup
zuhud dan menyepi untuk beri’tikaf di zawiya (mushola) serta menggembara
kemana pun kakinya melangkah.
Perubahan ini terjadi di saat umur beliau sekitar 40 tahun, sama dengan
umur Rosullulah SAW, ketika beliau mendapat wahyu pertama kali dari Allah
SWT. Waktu itu adalah tahun 488 Hijriah (1095M), di zaman Pemerintahan
Menteri Nizamul Mulk yang mengangkat beliau sebagai Proffesor di
Madrasahnya, sehingga saat Al-Ghazali meninggalkan jabatanya tersebut,
Nizamul Mulk tidak berkenan memberikanya kepada orang lain, shingga jabatan
itu diberikan kepada adik Al-Ghazali, yaitu Imam Ahmad Al-Ghazali.17
Al-Gazzali mulai menggembara di muka bumi Allah. Pertama kali yang
beliau lakukan adalah pergi menunaikan ibadah haji. Kemudian Al-Ghazali bolak-
18
balik antara Kota Damaskus (Syria) dan Palestina. Dalam berkhalwat ini, beliau
memakai pakaian kasar, mengurangi makan minum, dan mengisi waktu dengan
merenung dan beribadah, sehingga kemudian Allah SWT membukakan hati beliau
untuk mempusakakan gudang ilmu dan hasil renungannya kepada generasi umat
islam sedunia dan mulailah beliau menulis buku : ihay Ulum al Din.19
Sepuluh tahun kemudian di tahun 499H/1106M, Allah SWT kembali
memberi beliau hidayah, untuk berfikir dan menghidupkan agama. Al-Ghazali
mulai merenungi kondisi masyarakat di sekitarnya. Beliau melihat fenomena

16 Sibawaihi, Eskatologi; Al-Gazali dan Fazlur Rahman (Studi Komparatif Epistemologi


Klasik-Kontemporer), (Yogyakarta: Islamika, 2004), hlm. 36-37
17 Muhammad Abu Hamid Al-Ghazālī , Ihya Ulum al-Din Jiwa Agama. Terj.Maisir Thaib,A.
Thaher Hamidy & H.A. Hanifah Z. , Jilid 1. Cetakan 3.Pustaka Indonesia: Medan.1980.,hlm4.
18 Yusuf Qardhawi.Op.Cit. hlm 161.
19 Muhammad Abu Hamid Al-Ghazālī op.cit. hlm 4.
Al-Ghazali :

9
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

kosongnya keimanan masyarakat dan ajaran-ajaran dasar kenabian, terlebih lagi


masyarakat sudah tidak lagi mengamalkan syriat Nabi. Kemudian Al-Ghazali
mencari faktor penyebabnya, sampai kemudian ia menemukan sumbernya20, yaitu:
1. Ajaran filsafat, sampai-sampai orang-orang berkeyakinan bahwa agama
adalah milik masyarakat umum, sedangkan filsafat milik kaum
cendikiawan.
2. Ajaran tasawuf, di mana mereka mengatakan, di saat seorang hamba telah
mencapai tingkat tertentu, ia tidak lagi butuh kepada ibadah.
3. Tingkah pola ulama Su’ yang menjauhkan manusia dari agama Allah SWT
dan membawanya ke jalan-jalan setan, atau kepada nafsu raja-raja.
4. Faktor lainya yaitu timbulnya fitnah dari aliran bathiniyah, yang berupaya
merancukan pemikiran umat terhadap agama, disamping kesombongan dan
keserakahan syahwat.
Karena kondisi ini disertai proses berfikir yang panjang serta musyawarah
dengan ahli Bashirah dan orang-orang yang bersih hatinya, dan setiap orang
menyarankan belaiu untuk kembali melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.
Namun kembalinya Al-Ghazālī yang sekarang dengan niat dan motivasi yang
berbeda.
Berikut kutipan pernyataan Al-Ghazālī yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi dalam
kitab Al-Ghazali Al-Munqidz halaman 157 :
“Saya tahu, sekalipun saya kembali lagi untuk menekuni dunia ilmu
pengetahuan, tapi saya tidak kembali begitu saja...! sebab makna ruju’ (kembali)
adalah kembali ke tempat asal. Sementara saat itu saya menyebarkan ilmu dengan
motivasi untuk memperoleh kemuliaan, dan saya mengajak orang lain dengan
perkataan dan perbuatanku tidak lain adalah untuk meraih popularitas. Sedangkan
sekarang, saya mengajak mempelajari ilmu bukan dengan tujuan kemuliaan
tersebut. Sebab untuk saat ini, dengan ilmu tersebut orang bahkan dapat mengetahui
bagaimana meruntuhkan sebuah kemuliaan. Itulah sekarang niat dan cita-cita saya,
dan Allah SWT –lah yang mengetahui niatku itu.

20 Yusuf Qardhawi.op.cit. hlm 164.


Al-Ghazali :

10
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Sesunggunya saya ingin memperbaiki diriku sendiri dan diri orang lain.
Saya tidak mengerti apakah saya akan berhasil untuk mewujudkan cita-citaku ini
atau tidak.
Akan tetapi saya yakin seyakin-yakinya, bahwa sesunggunya tidak ada daya
dan upaya kecuali dari Allah yang Maha Agung. Saya sendiri tidak mampu
bergerak, Allah lah yang mengerakkan diriku. Saya tidak berbuat, tetapi Dialah
yang menjadikan saya bisa berbuat. Oleh sebab itu, hal pertama yang saya
mohonkan kepada Allah SWT, adalah Dia memperbaiki diriku, kemudian saya
menjadi baik. Semoga Dia memberikan petunjuk-Nya kepadaku sehingga aku
berada di dalam petunjuk itu. Semoga pula Allah SWT memperlihatkan kepadaku
kebenaran, dan memberikanku kekuatan untuk mengikutinya, serta memperlihatkan
kepadaku bahwa yang batil itu batil, lalu memberikan kekuatan kepadaku untuk
menjauhinya”.21
Betapa luhur dan agung pemikiran Al-Ghazālī tersebut, dan semua itu
merupakan rahmat dan petunjuk dari Allah SWT atas kebaikan yang beliau miliki,
sehingga beliau mampu menjadi Hujjatul islam (pembela islam), melalui argumen-
argumenya yang tepat dalam membela kebenaran islam.
Kemudian, tidak lama setalah Al-Ghazālī kembali mengajar di madrasah
Nizamiyyah Nisabur, ia merasa harus kembali kedaerah kelahirannya, Tus. Di
sinilah ia membangun sebuah madrasah untuk mengajar Sufisme dan teologi, serta
membangun sebuah khanaqah sebagai tempat “praktikum” para sufi disamping
rumahnya. Kegiatan ini berjalan terus sampai akhir hayat beliau. Al-Ghazali wafat
pada 14 Jumadil Akhir 505 H/19 Desember 1111 M.22 Saat meninggalnya tersebut,
menurut Osman Bakar23, al Ghazali sedang memperdalam ilmu tentang tradisi
(hadis) yang merupakan salah satu ilmu yang beliau kurang kuasai. Itulah akhir
riwayat kehidupan dan pendidikan dari imam Al-Ghazali, dimana di akhir
kehidupanya, beliau lalui dengan mengajar dan tetap terus belajar.

21 loc.cit.hlm.165-166
22 Muhammad Abu Hamid Al-Ghazālī op.cit. hlm 10.
23 Osman Bakar, Hierarki Ilmu; Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu Menurut al-Farabi, al-
Ghazali dan Quthb al-Din al-Syirazi, terj. Purwanto, Mizan, Bandung: 1993, cet. Ke-3, hal. 189
Al-Ghazali :

11
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

2.2 Latar Belakang Kehidupan Sosial Al-Ghazali

Al-Ghazali hidup di masa dinasti Abbasiyah, dimana peradaban islam


sedang mengalami kemajuan dan perkembangan pesat. Saat itu, peradaban islam
adalah peradaban yang paling maju, sehingga banyak para mahasiswa dari Eropa
dan belahan dunia lainya yang datang untuk belajar di berbagai perguruan tinggi
yang didirikan oleh umat islam. Selain itu, para ilmuwan yang lahir dari peradaban
ini adalah ilmuwan yang sangat dikenal di berbagai pelosok dunia, seperti ibnu
Hayyan, Ibnu sina, al-Khawarizmi, dan banyak yang lainya.24
Selain itu, di masa itu memilki keistimewaan dan keunggulan, seperti yang
diungkapkan oleh Al Qardhawi yaitu keistimewaan peradaban yang dibangun oleh
umat islam tersebut adalah karena ia mencakup berbagai sisi peradaban secara
komprehensif, sehingga dalam peradaban ini seni, dan sastra dapat dikembangkan
secara bersamaan. Selain itu juga sangat unggul, karena mengutamakan sikap
meoderat dan seimbang, sehingga mereka dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
dan iman secara bersamaan, serta perkembangan material yang mereka bangun oleh
ilmu pengetahuan, selalu mereka barengi dengan keluhuran spiritualitas dan
keluhuran budi pekerti. Oleh sebab itu, pada peradaban ini, dunia dan agama dapat
dimajukan secara bersama-sama.25
Di masa Abassiyah26 juga di bangun Bait Al Hikmah (perpustakaan dan
observatorium) serta dilakukan gerakan penerjemahan, dimana kerjaan
memerintahkan untuk mencari buku-buku serta menerjemahkanya, baik oleh
ilmuwan arab maupun ilmuwan asing. Diantara para penerjemah yang masyhur saat
itu ialah Hunain ibn Ishak, seorang Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan
buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Ia terjemahkan kitab Republik dari Plato
dan kitab Kategori, Metafisika, Magna Moralia dari dari Aristoteles.27 Karena

24 Yusuf Qardhawi. Meluruskan Sejarah Umat Islam,terj Cecep Taufiwurahman.Raja Grafindo


Persada.hlm 120.
25 Ibid.,hlm,120-121.
26 di masa khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah Al Makmun
27 Latiful Khuluk. Sejarah peradaban islam dari masak klasik hingga modern, hal 124.
Al-Ghazali :

12
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

itulah Al-Ghazali juga mempelajari filsafat dari Plato dan Aristoteles, dan bereaksi
dengan menentang filsafat mereka, seperti yang dikutip oleh Majid Fakhry :
“The greatest figure in the history of the islamic reaction to Neo-Platonism is Al-
Ghazali, jurist, theologian, philospher,and mystic”28
Selain kondisi yang kondusif tersebut, Al-Ghazali juga berada pada
kmondisi dimana terdapat suatu gerakan politik berkedok agama batiniyyah.
Gerakan yang merupakan pecahan dari sekte syi’ah ismailiyah yang berasal dari
Bani Fatimiyah di Mesir. Dalam melakukan usahanya, gerakan ini tidak segan-
segan melancarkan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh saljuk dan ulama yang
dianggap menghalangi gerak langkah mereka. Salah satu korbannya yang terbesar
ialah Nizamul-Mulk, yang terbunuh pada 1092 M. Gerakan ini baru dapat
dihancurkan oleh tentara Tartar dibawah kepemimpinan Hulagu pada 1256 M.29

Satu hal yang menarik, dalam hidupnya, al-Ghazali sempat mengalami satu
peristiwa besar dalam sejarah umat Islam, yaitu Perang Salib (Crusade). Namun, di
dalam karya besarnya, Ihya‘ Ulumiddin, ia justru tidak menulis satu bab tentang
jihad. Malah, dalam kitab yang ditulis sekitar masa Perang Salib itu, al-Ghazali
menekankan pentingnya apa yang disebut jihad al-nafs (jihad melawan hawa
nafsu).30

Di masa hidupnya, al-Ghazali telah melakukan berbagai usaha yang


sungguh-sungguh untuk mengajarkan ilmu yang benar. Lebih dari itu, al-Ghazali
juga memberikan keteladanan hidup. Meskipun ia berilmu tinggi dan mendapatkan
peluang besar untuk hidup mewah dengan ilmunya, tetapi ia justru memilih tinggal
di kampungnya, di Thus. Di sanalah al-Ghazali mendirikan satu pesantren,
membina para santrinya dengan ilmu dan keteladanan hidup yang tinggi. Dari
upaya para ulama seperti al-Ghazali inilah kemudian lahir satu generasi yang hebat,
yaitu generasi Shalahuddin al-Ayyubi. Bukan hanya seorang Shalahuddin, tetapi

28 Majid Fakhry. A History of Islamic Philosophy.-2nd ed.Singapore National Printers (Pte.) L td :


Singapore.1983.,hlm 217.
29 William.Montgomery. Watt, “Al-Ghazali”, The Encyclopedia of Islam, diedit oleh B. Lewis,
C.H. Pellat, & J. Scacht (Leiden: E.J. Brill, 1983), II: 1039
30 Adian Husaini AL-Ghazali, Perang Salib, Dan Kebangkitan Islam. 12 Agustus. ttps://
www.facebook.com/permalink.php? story_fbid= 674169279350822&id= 212684542165967.
Diakses pada tanggal 5 Oktober 2015.
Al-Ghazali :

13
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

satu generasi Shalahuddin, yang pada 1187 berhasil memimpin pembebasan Kota
Suci Jerusalem dari cengekaraman Pasukan Salib.31

Demikianlah, sekelumit tentang kondisi kehidupan sosial yang dialami oleh


Al-Ghazali, begitu banyak kejadian dan tahapan kehidupan yang belaiu lalui,
sehingga membentuk pola pikir dan pemahaman hidup yang lebih dibandingkan
para ilmuwan lainya.

Dari berbagai tanggapan para intelektual modern, baik yang


mempertanyakan ataupun mengonsumsi pemikiranya, nampak bahwa Al-Ghazali
dalam perkembangan pemikiranya telah melalui liku-liku intelektual yang beragam.
Tidak mengherankan apabila dalam setiap karyanya memiliki bias-bias disiplin
ilmu yang kompleks.32

2.3 Karya Al-Ghazali


Menurut Waryono Abdul Ghafur, periodesasi kronologis penulisan karya
karya imam Al ghazali , secara garis besar dibagi menjadi dua; Periode Baghdad
dan sebelumnya, serta periode pasca Bagdad sampai meninggal.
1. Karya tulis yang dihasilkan pada periode Baghdad dan sebelumnya
adalah; Mizan al-‘Amal, al-‘Iqtisad fi al-I’tiqad, Mahkan Naza fi al-
Manthiq, al-Musfazhiri fi al-Rad ‘ala al-Batiniyyah, Hujjat al-Haq,
Qawasim al-Batiniyyah, Jawab Mafsal al-Khilaf, al-Durj al-Marqum bi al-
Jadawil, Mi’yar al-‘Ilmi, Mi’yar al-‘Uqul, Maqasid al-Falasifah,Tahafut al-
Falasifah, al-Mankhul fi al-Ushul, al-Basit, al-Wasit, al-Wajiz, Khulasaf al-
Mukhtasar, Qawa’id al-Qawa’id, ‘Aqaid al-Sughra, Ma’khaz al-Khilaf,
Lubnab al-Nazar, Tahsin al-Ma’khadh, al-Mabadi wa al-Ghayat,
Muqaddamat al-Qiyas, Shifa al-Ghali/’Alil fi al-Qiyas wa al-Ta’wil, al-
Lubab al-Muntakhal fi al-Jidal dan Ithbat al-Nazar
2. Karya tulis yang dihasilkan periode pasca Baghdad sampai meninggal
adalah; al-Risalah al-Qudsiyyah, Ihya ‘Ulum al-Din, al-Rad al-Jami’ li

31 Ibid.
32 Al-Ghazali, Abu Hamid.Tafsir Ayat Cahaya dan Telaah Kritis Pakar.Terj Drs Hasan Abrori &
Drs Masyhur Abadi.Pustaka Progresif : Surabaya.1999.hlm xiv.
Al-Ghazali :

14
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Ilahiyat Isa bi Sharih al-Injil, Kimiya al-Sa’adah, al-Maqasad al-Asna fi


Asma’ Allah al-Husna, al-Madnun bihi ‘ala Ghair Ahlih, al-Tibr al-Masbuk
fi Nasihat al-Muluk, Bidayat al-Hidayah, Mafsal al-Khilaf fi Usul al-Din,
Jawahir al-Quran, al-Arba’in fi Usul al-Din, Asrar al-Ittiba’ al-Sunnah, al-
Qistas al-Mustaqim, Asrar Mu’amalat al-Din, Faysal al-Tafriqah bayn al-
Islam wa al-Zanadiqah, al-Munqiz min al-Dhalal, Qanun al-Ta’wil, al-
Risalah al-Laduniyyah, al-Hikmah fi Makhluqat Allah, al-Mustasfa fi ‘ilmi
al-Ushul, al-‘Imla ‘an Mushkil al-Ihya, Ma’arij al-Quds, Misykat al-Anwar,
al-Darurah al-Fakhirah fi Kasyf ‘Ulum al-Akhirah, Mi’raj al-Saliqin,
Tabliis Iblis, Ayyuha al-Walad, Kitab al-Akhlaq al-Abrar wa al-Najah min
al-Shar, al-Gayah al-Quswa, Iljam al-‘Awam ‘an ‘Ilm al-Kalam dan Minhaj
al-‘Abidin.33

Dalam penelitian terakhir yang dilakukan dalam waktu yang relatif lama
dan cermat sekali yang menunjukkan bahwa kitab-kitab karya Imam Al-Ghazali
yang sudah diterbitkan dan diterjemahkan dan masih dalam bentuk naskah yang
tersimpan dalam berbagai perpustakaan di negeri-negeri Arab dan Eropa serta suatu
pemaparan singkat tentang kandungan masing-masing kitab khusus tentang
karangan Imam Al-Ghazali dengan judul “Mu’allaqot” Imam Al-GHazali pada
tahun 1961. Buku ini ditulis dalam rangka memperingati tahun kelahiran Imam Al-
Ghazali yang ke 900 di Damaskus tahun 1961.

Di dalam buku tersebut Abdurrahman Badawi mengklasifikasikan kitab-


kitab yang ada hubungannya dengan Imam Al-Ghazali dalam 3 kelompok yaitu:

1. Kelompok kitab yang dapat dipastikan sebagai karya Imam Al-Ghazali


terdiri dari 69 kitab kelompok yang diragukan sebagai karyanya terdiri dari
22 kitab.
2. Kelompok kitab yang dipastikan bukan karyanya 31 kitab.

33 Waryono Abdul Ghafur, M.Ag, Kristologi Islam; Tela’ah Kritis Kitab Rad al-Jami’ Karya al-
Ghazali, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2006, cet. 1, 40.
Al-Ghazali :

15
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Kitab-kitab Imam Al-Ghazali tersebut meliputi bidang-bidang ilmu


pada zaman itu seperti: al-Qur’an, aqidah, ilmu kalam, ushul fiqh, tasawuf,
mantiq, filsafat, tafsir, fiqh dan lain-lain. Dalam bidang filsafat di antaranya
maqdsid al-falasifah yang menguraikan ilmu kealaman dan ketuhanan dari
para filosof sesuai aliran filsafat Ibnu Sina dan Tahafut al-Falasifah yang
menguraikan penolakan terhadap pendapat para filosof dan kelemahan-
kelemahan filsafat mereka. Dalam bidang teologi seperti: al-Iqtishad fi al-
I’tiqad dan Iljam al-‘awam’an’ilm al-Kalam, yang di dalamnya
mendiskripsikan aliran Sunni dibidang logika, yang terkenal adalah mi’yar
al-ilm. Dalam bidang ushul fiqh yang terkenal adalah al-Mushtasfa.
Sementara dibidang tasawuf yang paling monumental adalah ihya’ulum ad-
Din.

3. Secara rinci buku yang benar-benar disebut sebagai karangan Imam Al-
Ghazali berjumlah 72 buah, yaitu:
1) Al-Ta’liqat fi Furu’ al-Madzhab,
2) Al-Mankhul fi al-Usul
3) Al-Basit fi al-Furu’
4) Al-Wasit
5) Al-Wajiz,
6) Khulasat al-Mukhtasar wa Naqawat al-Mu’tasar,
7) Al-Muntakhal fi ’Ilm al-Jidal,
8) Ma’akhiz al-Khilaf,
9) Lubab al-Nazr,
10) Tahsin al-Ma’akhiz (fi Ilm al-Khilaf),
11) Kitab al-Mabadi wa al-Ghayat,
12) Kitab Syifa al-Galil fi al-Qiyas wa al-Ta’lil,
13) Fatwa al-Ghazali,
14) Fatwa,
15) Gayat al-Gaur fi Dirayat al-Daur,
16) Maqasid al-Falasifah,
Al-Ghazali :

16
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

17) Tahafut al-Falasifah,


18) Mi’yar al-Ilm fi Fann al-Mantiq,
19) Mi’yar al-Uqul,
20) Mahk al-Nazr fi al-Mantiq,
21) Mizan al-Amal
22) Kitab al-Mustazhiri fi al-Radd ’ala al-Batiniyyah
23) Kitab Hujjat al-Haqq
24) Qawasim al-Batiniyyah
25) Al-Iqtisad fi al-I’tiqad
26) Al-Risalah al-Qudsiyyah fi Qawa’id al-Aqa’id
27) Al-Ma’arif al-Aqliyyah wa Lubab al-Hikmah al-Illahiyyah
28) Ihya’ Ulum al-Din
29) Kitab fi Mas’alat Kulli Mujtahid Musib
30) Jawab al-Ghazali an da’wat Mu’ayyid al-Mulk lahu li Mu’awadat al-
Tadris bi al-Nizamiyyah fi Bagdad,
31) Jawab Mafsal al-Khilaf,
32) Jawab al-Masa’il al-Arba allati
33) Al-Maqsad al-Asna Syarh Asma’ Allah al-Husna,
34) Risalah fi Ruju Asma Allah ila Zat Wahidah ’ala Ra’yi al-Mu’tazilah wa
al-Falasifah,
35) Bidayat al-Hidayah,
36) kitab al-Wajiz fi al-Fiqh
37) Jawahir Al-Qur’an,
38) Kitab al-Arba’in fi Usul al-Din,
39) Kitab al-Madnunu bihi ’ala Gairi Ahlihi,
40) Al-Madnunu bihi ala Ahlihi
41) Kitab al-Durj al-Marqum bi al-Jadawil,
42) al-Qistas al-Mustaqim,
43) Faisal al-Taqriqah baik al-Islam wa al-Zandaqah
44) Al-Qanun al-Kulli fi al-Ta’wil,
45) Kimiyay Sa’adat (dalam bahasa Persi)
Al-Ghazali :

17
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

46) Ayyuha al-Walad


47) Nasihat al-Muluk
48) Zad akhirat (dalam bahasa Persi)
49) Risalah ila Abi al-Fath Ahmad ibn Salamah al-Dimami bi al-Mausil,
50) AlRisalah al-Laduniyyah
51) Risalah ila Ba’di Ahli Asrih,
52) Misykat al-Anwar,
53) Tafsir Yaqut al-Ta’wil
54) Al-Kasyf wa al-Tabyin fi Gurur al-Khalaq Ajma’in,
55) Talbisu Iblis
56) Al-Munqiz min al-Dalal wa al-Mufsih ’an al-Ahwal,
57) Kutub fi al-Shir wa al-Khawas wa al-Kimiya
58) Gaur al-Daur fi al-Mas’alat al-Suraijiyyah,
59) Tahzib al-Usul,
60) kitab Haqiqat Al-Qur’an
61) Kitab Asas al-Qiyas,
62) Kitab Haqiqat al-Qaulain
63) Al-Mustasfa min Ilm al-Usul,
64) Al-Imla’ ala Musykil al-Ihya’,
65) Al-Istidraj,
66) Al-Durra al-Fakhirah fi Kasyf Ma fil al-Darain,
67) Sirr al-’Alamain wa Kaysf ma fi al-Darain,
68) Asrar Mu’amalat al-Din,
69) Jawab Masa’il Su’ila ’anha fi Nusus Asykalat ’ala al-Sa’il,
70) risalat al-Aqtab,
71) Iljam al-Awam ’an ’Ilm al-Kalam
72) Minhaj al-Abidin.34

34 Saeful Anwar, Filsafat Ilmu Al-Ghazali; Dimensi Ontologi, dan Aksiologi, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2007), hlm.
Al-Ghazali :

18
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Dalam esainya, Nicholas Heer mengungkapkan bahwa terdapat karya lain


Al-Ghazali yang tidak ada lagi salinanya, diriwayatkan dalam sejumlah sumber
bahwa dia telah menulis tafsir Al-Qura’an berupa 40 jilid, sayangnya tidak ada
salinan darinya yang masih tersisa sampai sekarang.35
Dari karangan-karangan Imam Al-Ghazali tersebut banyak mempengaruhi
terhadap para penulis ternama sesudahnya, seperti: Jalaluddin Runni, syeikh al-
Ashari, Ibnu Rusyd dan Syah Waliyullah yang mencerminkan gagasan rasional
Imam Al-Ghazali pada karya mereka. Penyair utama Persia seperti: Attar, Sa’adi,
Hafiz, dan al-Iraqi, juga diilhami oleh Imam Al-Ghazali. Imam Al-Ghazali lah
penyebab utama perembesan aliran tasawuf kedalam puisi Persia dan
mengarahkannya kejalan yang benar. Karya besarnya ihya’ ulum ad-Din dibaca
luas oleh kaum muslimin, Yahudi, Nasrani dan mempengaruhi Thomas Aquinus.36

2.4 Kecenderungan Umum Pemikiran Imam Al-Ghazali


Berbicara tentang kapasitas intelektual seorang tokoh dalam masyarakat
luas, tentu harus mengungkapkan beberapa variabel yang berhubungan dengan
aktifitas intelektual dari tokoh tersebut. Diantara variabel yang terpenting dari
kapasitas intelektual adalah sejauh mana dia dapat mempublikasikannya, ide-idenya
sebagai wacana yang responsif terhadap fenomena yang berlaku. Proses
pengekspresian ide-ide tersebut, diantaranya adalah publikasi idenya kepada
masyarakat luas yang tentunya memerlukan kecakapan dalam mengupas wacana
yang begitu terbatas dalam karya ilmiah tersebut, disamping keberanian
mengungkapkan berbagai ide yang tidak jarang menjadi sumber kontroversi bagi
komunitas intelektual lain.37

Dalam hal ini Imam Al-Ghazali merupakan seorang intelektual yang dapat
dikatakan setuju atas publikasi berbagai pemikirannya. Dengan ketulusan hatinya
dalam menulis dan keluasan wawasan yang ia miliki, berbagai buah karyanya dapat
dimiliki oleh khalayak luas sebagai karya yang menarik dan memuaskan. Sebagai

35 Seyyed Hossein Nasr (et.all).Warisan Sufi sufisme persia klasik dari permulaan hingga rumi
(700-1300), terj.Gafna Raizha Wahyudi.Pustaka Sufi :Yogyakarta.2002.hlm.289.
36 A. Syaifuddin, Percikan Pemikiran…, hlm. 105.
37 Ibid.
Al-Ghazali :

19
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

seorang tokoh dan ulama’ besar Imam Al-Ghazali memiliki corak pemikiran yang
unik sebagai mana terlihat dalam perkembangan pemikirannya. Corak pemikiran
Imam Al-Ghazali dapat diklarifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu:
epistemologi, metafisika, filsafat, moral, pendidikan, politik, dan filsafat sejarah.38

Sebagai seorang faqih, Imam Al-Ghazali berafialisasi pada aliran


Asy’ariyah. Disamping menguasai ilmu-ilmu agama, ia menguasai ilmu filsafat dan
logika sehingga sebagian kritis memandang bahwa pengetahuan para filosof
sendiri, meskipun ia telah mengktitik para teolog, Imam Al-Ghazali tetaplah
seorang teolog yang menganut aliran Asy’ariyah, sekalipun telah menjadi seorang
sufi, ia lebih memandang teologi (ilm al kalam) hanya sebagai fardu kifayah sebab
tasawufnya selalu berdasarkan pada fiqh dan ilmu kalam. Kritiknya terhadap para
teolog, pada dasarnya berkaitan dengan doktrin-doktrin yang hendak mereka
buktikan / pertahankan, yang menjadi landasan semua tasawuf.39

Dalam tasawuf Imam Al-Ghazali jatuh pada tasawuf Sunni yang


berdasarkan pada ahlul sunnah wal jamaah. Dari paham tasawufnya itu, ia
menjauhkan semua kecenderungan genotis yang mempengaruhi para filosof Islam,
sekte Isma’iliyah dan aliran Syi’ah Ikhwanus Shofa dan lain-lain. Juga menjauhkan
tasawufnya dan teori ketuhanan menurut Aristoteles., antara lain dari teori emanasi
dan penyatuan sehingga dapat dikatakan bahwa tasawuf Imam Al-Ghazali bercorak
Islam.40

Tasawuf Imam Al-Ghazali ditandai dengan ciri-ciri psiko-moral. Dalam


tasawufnya, seperti halnya para sufi abad ke-3 dan ke-4 hijriah lainnya, ia begitu
menaruh perhatiannya terhadap iiwa manusia dengan kebutuhannya maupun cara
membinanya secara moral.

38 Zainuddin, Seluk Beluk Pemikiran Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) dikutib dari A.
Syaifuddin, Percikan Pemikiran Ak-Ghazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 106
39 Abu Al-Wafa’ Al-Ghanimi Al-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Pustaka, 1974),
148 dikutib dari A. Syaifuddin, Percikan Pemikiran Al-Ghazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2005),
107
40 A. Syaifuddin, Percikan Pemikiran…, hlm. 107
Al-Ghazali :

20
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Menurut Abul ‘A’la Al-Maududi dikutib dari A. Syaifuddin Percikan


Pemikiran Imam Al-Ghazali, bahwasannya Imam Al-Ghazali telah mengadakan
pembaharuan dalam 8 lapangan segi amaliah selama hidupnya,41 yaitu:

1. Mengkaji filsafat barat secara mendalam sekaligus mengkritiknya.


2. Meluruskan kekeliruan yang diakibatkan kekeliruan pada masa
mutakallimin.
3. Menjelaskan kaidah-kaidah Islami dan prisip-prinsipnya melalui logika
yang tidak bertentangan dengan filsafat dan ilmu logika yang berkembang
pada masa itu.
4. Menentang semua aliran yang berkembang pada masanya serta berusaha
mempertemukan segi perbedaan mereka.
5. Memperbaharui pemahaman keagamaan umat Islam.
6. Melakukan kritik terhadap sistem pendidikan pengajaran yang sudah usang
dan menggantinya dengan sistem baru.
7. Mengkaji moral umat dengan pengkajian mendalam, mengungkapkan
kehidupan ulama’, tokoh-tokoh agama, umara dan orang awam.
8. Mengkritik pemerintahan yang bebas dan berani serta menghimbau
perbaikan-perbaikan.

2.5 Pengaruh Al-Ghazali Terhadap Perkembangan Dunia Islam

Keberadaan Al Ghazali telah diakui oleh sejarawan sekuler seperti William


Montgomery Watt yang menyebutnya sebagai Muslim terbesar setelah Muhammad.
Selain kesuksesannya dalam mengubah arah filsafat Islam awal Neoplatonisme
yang dikembangkan atas dasar filsafat Helenistik, Dia juga membawa Islam
ortodoks ke dalam ilmu tasawuf. Al Ghazali juga sering disebut sebagai
Pembuktian Islam, Hiasan keimanan, atau Pembaharu agama. Dalam buku
berjudul Historiografi Islam Kontemporer disebutkan, seorang penulis bernama Al
Subki dalam bukunya yang berjudul Thabaqat Al Shafiyya Al Kubra pernah

41 Ibid., 107-108
Al-Ghazali :

21
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

menyatakan, “Seandainya ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad, maka


manusianya adalah Al Ghazali.” Hal ini menunjukkan tingginya ilmu pengetahuan
dan kebijaksanaan yang dimiliki Al Ghazali.42
Pengaruh Al Ghazali baik dalam bidang agama maupun ilmu pengetahuan
memang sangat besar. Karya-karya maupun tulisannya tak pernah berhenti
dibicarakan hingga saat ini. Pengaruh pemikirannya tidak hanya mencakup wilayah
di Timur Tengah tetapi juga negara-negara lain termasuk Indonesia dan negara
barat lainnya. Para ahli filsafat barat lainnya seperti Rene Descartes, Clarke, Blaise
Pascal, juga Spinoza juga mendapatkan banyak pengaruh dari pemikiran Al
Ghazali.43
Diterimanya Al-Ghazali di kalangan umat islam, bukan saja lantaran
ketinggian ilmu pengetahuanya, bukan karena keberanianya menentang aliran
Bathiniyah semata, atau karena menyerang kesombongan filsafat, yang diwakili
filsafat Yunani, akan tetapi dikarenakan suratan yang diberikan oleh Allah SWT,
yaitu cahaya ruhaniyah, sehingga dapat mempengaruhi umat islam sepanjang
44
zaman. Banyak tokoh semasanya yang juga memiliki kemampuan sepertinya,
bahkan lebih seperti gurunya sendiri (Imam Al-Haramain, Abu Hasan Al-Asy’ari,
dan lainya), akan tetapi mereka tidak meiliki pengaruh besar seperti Al-Ghazali.
Bahkan selama ia masih hidup. Kuliah-kuliah al ghazali dan karya-
karyanya diterima secara luas. Hal itu menyebabkan ajaran-ajaran Al-Ghazali
terkenal, ketika al Ghazali masih hidup, di kalangan komunitas muslim yang
berbahasa Arab, baik di Timur dan di Barat. Sekalipun sudah hampir seribu
tahun al ghazali meninggalkan kita, namun ilmunya, tetesan kalam buah penanya
mengekal abadi. Sampai kini masih sangat berpengaruh karena diperlukan dan
ditelaah oleh umat manusia dari berbagai bangsa dan agama.45
Menurut Yusuf Qardhawi, hal yang menyebabkan adanya bentuk
penerimaan terhadap Al-Ghazali, yaitu terletak pada keihklasannya untuk Allah

42 Sisi Biologi dan Kedokteran Imam Al Ghazali.Republika.Rabu, 16 Desember 2009.


http://www.republika.co.id/berita/shortlink/96227 Diakses tanggal 4 Oktober 2015.
43 Ibid.
44 Dr. Yusuf Qardhawi.1997.Op. Cit., hlm 155.
45 Margareth Smith, Pemikiran dan Doktrin Mistis Imam Al-Ghazālī, diterjemahkan oleh Amrouni
(Jakarta: Riora Cipta, 2000),hlm.225.
Al-Ghazali :

22
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

SWT. Kefanaanya dirinya demi meraih ridho Allah.46 Sesungguhnya masalah


íkhlas” adalah cita-cita terbesar Al-Ghazali. dia telah mengahbiskan waktunya
hanya untuk menemukan keihklasan. Sebelum beliau meninggal, sahabat Al-
Ghazali meminta wasiat kepada nya, dan beliau memberikan wasiat dengan satu
kalimat “ikhlaslah di dalam perbuatanmu”, kalimat itu diulang-ulangnya sampai
ajal mempertumakanya dengan Allah SWT.47
Selain keihklasan yang ingin belaiu tanamkan dalam dirinya dan umat
islam, Al-Ghazali juga ingin mengembalikan umat islam di masanya – dan sebagai
tonggak moralitas bagi umat sesudahnya pada sumber dan prinsip keagungan
masyarakat muslim sebagaimana dirintis oleh Rosulullah SAW di abad pertama
hijriyah.48
Prinsip-prinsip tersebut adalah49 :
1. Penghayatan bahwa Allah SWT itu Esa dan bahwa Allah SWT itu Hidup
dalam amal perbuatan orang yang beriman.
2. Penghayatan terhadap ke-Maha Tinggian Ilahi dalam upaya mendapat
petunjuk ke jalan yang lurus, jalan Allah.
3. Penghayatan terhadap risalah “revolusioner” islam pertama bahwa Allah
SWT adalah penguasa Satu-satunya.
4. Penghayatan terhadap risalah kritik dari Al-Qur’an bahwa Allah SWT
adalah satu-satunya Yang Maha Tahu.
Esensi yang paling mendasar dari keempat prinsip ini adalah- dan ini yang
ingin ditekankan oleh Al-Ghazali : agar kita berkeyakinan bahwa islam adalah
agama terbaik, tidak atas kejahilan kita terhadap agama-agama yang lain, tetapi
karena kita menemukan keyakinan kemanusiaan dalam islam kita yang sempurna
ini.
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi karya, warisan yang ditinggalkanya, cukup
dengan ihya’ umum-al-Din, yang secara aklamasi dinilai khalayak mempunyai

46 Dr. Yusuf Qardhawi.1997.Op. Cit., hlm 156


47 Ibid, hlm 157.
48 Prof. Ali Abu Bakar. Al-Ghazali Peretas Jalan Menuju Kemajuan dan Keberakhlakan Umat.
Pengantar dalam buku Transendensi Ilahi Karya Al Ghazali,terj. Masyhur Abadi. Pustaka Progressif
: Surabaya. 1999.hlm xvii.
49 Ibid, hlm xvii-xix.
Al-Ghazali :

23
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

pengaruh di kalangan kaum muslimin- setelah Al-Qur’an dan Hadis shahih-.


Sampai orang mengatakan, “kada al-ihya’ yaqunu Qur’anan” (hampir saja kitab
ihya memiliki pengaruh sperti Al-Qur’an).50
Hal ini dipertegas oleh Al-Alamah Sayyid Abdullah, yaitu:
“Barangsiapa menelaah karya-karya imam Al-Ghazali, maka cukuplah sudah dia
mau mengamalkan isinya, dan barang siapa menyibukkan diri untuk menelaah dan
membacanya, maka lengkaplah bekalnya, dan cukuplah kekayaanya. Sedangkan
orang yang membaca ihya’ulum Al-Din, berarti dia telah memperoleh hakikat ilmu.
Sebab membaca ihya’ cukup memadai sebagai guru, dan tidak ada yang lebih
bermanfaat bagi penduduk zaman ini kecuali membacanya. Sebab, di dalam ihya’
terdapat kehidupan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.”51

2.6 Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali dalam Dunia Islam

2.6.1 Definisi dan Batasan Tasawuf

Tashawwuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan (biasanya


dilakukan dengan mengasingkan diri) guna membebaskan diri dari pengaruh
kehidupan dunia, dengan tujuan untuk mendekatkan diri dan memperoleh suatu
hubungan khusus yang langsung dengan Allah, tercermin ahklak yang mulia dan
dekat dengan Allah Swt. Menurut Abu Bakar Al Kattani (wafat 233 H), tasauf
adalah moral, menurutnya barang siapa yang mempunyai moral yang terpuji, maka
semakin jernihlah hatinya. Batasan tasauf menurut Abil Husain An-Nuri, dalam
kitab “Tadzkiratul Awliya” adalah moral, menurutnya tasauf bukan suatu bentuk
atau ilmu, tetapi moral, karena jika merupakan suatu bentuk tentu akan bisa dicapai
dengan perjuangan. Begitu juga jika tasauf merupakan ilmu, tentu akan bisa dicapai
dengan cara belajar. Namun tasauf berakhlak dengan akhlak Allah. Dan akhlak
Ilahi takkan bisa dicapai dengan ilmu atau gambaran.52
Berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist sahih sebagai dokrin ajaran Islam
yang berlaku mutlak, nilai-nilai Tashawwuf (nilai-nilai sufi ) sudah ada sejak

50 Yusuf Qardhawi.1997.Op. Cit., hlm 167


51 Al-Alamah Sayyid Abdullah. Menyingkap Diri Manusia. Risalah Ilmu Dan Akhlak,terj.Afif
Muhammad.Pustaka Hidayah : Jakarta.1993.hlm.133.
52 Abdul Halim Mahmoud, op.cit., hlm. 109.
Al-Ghazali :

24
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

zaman Rasulullah SAW, tasawuf nyata terlihat dari tingkah laku dan perbuatan nabi
yang mencerminkan ahklak yang sangat tinggi dan mulya, hal mana sangat erat
relevansinya dengan keberadaan nabi dalam kapasitasnya sebagai utusan Allah,
yakni untuk memperbaiki dan sekaligus menyempurnakan akhlak manusia.
Berdasarkan hadist-hadist dapat diketahui Tentang kehidupan sufi Rasulullah dan
Para Sahabat, bahwa sebenarnya kehidupan shufi sudah terdapat pada diri nabi
Muhammad SAW, yang dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa dalam
kehidupan beliau sehari-hari yang amat sederhana dan tahan menderita, disamping
menghabiskan waktunya untuk beribadah dan selalu mendekatkan diri kepada
Allah, bahkan sejak sebelum beliau diangkat sebagai Rasul Allah. Demikian juga
banyak tercatat di dalam sejarah tentang keutamaan pribadi para sahabat. Mereka
meneladan langsung akhlak nabi. Pribadi mereka digembleng oleh Rasulullah,
menjadi manusia-manusia utama yang akan dicontoh dan ditiru oleh ummat yang
dibelakang mereka.53

2.6.2 Perkembangan Pemikiran Tasawuf dalam diri Al-Ghazali

Di Bagdad, Al-Ghazali mengalami keguncangan yang amat besar, disaat itu


beliau sedang tenggelam dalam harta, kedudukan dan ketenaran. Namun di hatinya
mulai timbul pertentangan yang sangat sengit sekali antara ajakan hawa nafsu dan
duniawi di satu pihak, dan ajakan mejauhi duniawi untuk kembali ke ajaran akhirat
di lain pihak. Maka beliaupun sampai pada putusan bahwa beliau harus berhenti
mengajar. Beliau sangat sedih, dan kahirnya kesehatanya menurun. Di saat itu
beliau berdoa kepada Allah SWT agar diberikan jalan keluar, dan diakhirnya
dikabulkan dengan melapangkan hati beliau untuk berpaling dari materi, anak-anak
dan teman. Beliau akhirnya pergi ke Syam, kemudian ke Palestin, kemudian ke
Mekah dan Madinah, lalu pulang ke negerinya untuk berpikir dan dimana saja
beliau pergi, beliau selalu mengutamakan ber’uzlah (menyepi) .54

53 Ahmad Mustofa, Akhlak tasawuf ,Bandung: Pustaka Setia, 2007, hlm. 208
54 Abdul Halim Mahmoud, op.cit., hlm.46.
Al-Ghazali :

25
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Setelah pengembaraannnya bergitu lama maka ajaran tasawuflah yang bisa


menjernihkan hati untuk bisa melihat keadaan batin dirinya. Al-Ghazali
berpendapat bahwa sebelum mempelajari dan mengamalkan tasawuf orang harus
memperdalam ilmu tentang syariat dan akidah terlebih dahulu secara tekun dan
sempurna. Literatur yang ada di dalam tasawuf amali yaitu pengamalan pada masa
seseorang mendapatkan ilmu syariat yaitu dibarengi dengan melaksanakannya.
Setelah itu ia akan merasa haus dengan pengamalan spiritualitas hati. Adapun
hirarki dalam menjalankan spiritualitas hati melalui didikan 3 tiingkatan yaitu
takhalli, tahalli, dan tajalli.

Pada derajat yang pertama yaitu takhali yaitu manusia dituntut sadar diri
untuk membersihkan diri dari akhlak mazmumah. Sadar terhadap diri dari
ketidaksadarannya selama ini dengan cara bertobat kepada Allah dengan tobat yang
sebenar-benarnnya. Apabila seorang hamba secara sadar untuk Allah dan
menghadapkan dengan mengabdikan dirinya kepada Allah, Allah akan
menggantikan kejahilan dengan ilmu, menggantikan rasa jauh dengan Allah dengan
rasa dekat, menggantikan sifat tertutup dengan sifat suka bergaul dengan sahabat,
menggantikan kegelapan dengan nur yang terang benderang.55

Derajat Tahalli adalah langkah berikutnya dengan tahapan pengisian jiwa


setelah dikosongkan terlaebih dahulu. Pengisian jiwa dengan akhlak mahmudah.
Contohnya yaitu rasa benci yang dikikis dengan rasa cinta, rasa riya dibuang pada
saat yang sama keikhlasan disemai. Keserakahan dicampakan, kezuhudan
dipatrikan. Buruk sangkan dihancurkan, baik sangka dikembangkan. Adapun pada
derajat ini juga melatih proses diri dengan praktik berpuasa, bangun malam, dan
zikir yang disesuaikan dengan syariat.56

Tajalli, berarti tersingkapnya nur ghaib. Apa yang telah diupayakan pada
langkah-langkah-langkah di atas dengan langgeng, berkelanjutan dan terus
meningkat, maka mesti ada rasa ketuhanan yang terus dipupuk dalam diri. Sehingga
ada buah kerinduan kepada Allah dengan senantiasa mengingatnya di setiap waktu

55 Abdul Qadir al-Jilani. Rahasia Sufi. Jakarta: Diadit Media. 2009. hlm. 124-125
56 Karen Amstrong. Sejarah Tuhan. Jakarta : Mizan. 2009. hlm. 302
Al-Ghazali :

26
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

dan tempat ia berdiri. Maka output dari tahap ini manusia akan terbuka hijabnya
dengan Tuhannya. Artinya apa yang dia kehendaki Allah akan wujudkan dalam
rangka kasih sayangnya.

Adapun thariqah merupakan jalan untuk mendalami tasawuf. Apabila


thariqah ini dijalankan maka mendekati Tuhan lebih mudah. Namun kemudahan
tersebut melalui proses riyadah dan istiqamah di dalamnya. Proses-proses tersebut
dilalui dengan amal-amal perbuatan dan hati. Proses tersebut diantaranya dengan :
1. Meraih Ilmu.57
Syeikh Abdullah bin Alwi al-Hadad mengatakan bahwa untuk mendapatkan
kesehatan lahir-batin dan dalam meniti jalan para muttaqin haruslah dengan
mengetahui ilmu yang dapat mengantarkan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan
ilmu yang terkait dengan keabsahan keislaman dan keimanan seseorang.
Diantaranya ialah ilmu tentang Allah, rasul-rasul-Nya, hari-hari akhir, dan hal-hal
yang wajib dan haram.
Syeikh al-Haddad membagi ilmu wajib menjadi dua yaitu :
Pertama, ilmu wajib, yang secara indispensable (dharuri ) harus dipelajari,
yakni rukun Islam dan iman, serta pengalaman tentang haram dan halal, boleh atau
tidak boleh, atau yang disebut juga ilmu wajib dharuri
Kedua, ilmu yang wajib dipelajari bila diperlukan (in case of need) untuk
diamalkan, seperti ilmu tentang rukun-rukun dan manasik haji bagi orang yang
mampu dan melakukan ibadah tersebut, atau ilmu tentang zakat kala harta orang
tersebut telah mencapai batas-batas kewajiban untuk menjadi muzzaki (orang yang
wajib mengeluarkan zakat), atau yang disebut dengan ilmu wajib idhafi.
2. Amal58

Ada hadis qudsi yang menerangkan bahwa amal atau perbuatan yang
padanya ditujukan untuk Tuhan maka kebaikan akan pula diraih oleh yang
melaksanakannya. Rasul bersabda dan Allah berkata : Tidaklah seseorang yang
mendekatkan diri kepada Ku(Allah) dengan melaksanakan apa yang aku

57 Umar Ibrahim. Thariqah Alawiyah. Jakarta : Mizan. 2001. H. 158


58 Imam Ghazali, Bidayah al-Hidayah. Surabaya: Assalafiyah. H. 14-15
Al-Ghazali :

27
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

perintahkan kepada mereka dan senantiasa seorang hamba yang mendekat


kepadaku melalui berbagai ibadah (wajib atau sunnah), sampai aku mencintainya.
Apabila aku telah mencintai kepadannya maka aku memelihara pendengarannya
dari apa yang dia dengarnya , aku memelihara penglihatannya dari apa yang
dilihatnya, aku memelihara lisannya dari apa yang telah dia ucapkannya, aku
memelihara tangannya dari apa yang dia genggamnya, dan aku pelihara kakinya
dari apa yang dia tapakinya.

3. Al-Wara59

Sikap wara’ diawali dengan sikap qanaah (tidak tamak), menjauhi israf
(sikap berlebihan), serta menjauhi kecondongan kepada bisikan hawa nafsu. Sikap
wara’ merupakan sikap waspada terhadap apa saja yang dapat merusak ibadah
seseorang, baik itu dari yang dipakai (malbus) maupun yang dimakan (ma’kul).

Tidak adanya sikap wara’ pada seseorang disebabkan oleh adanya sikap
tamak atau ittiba’ al-hawa (mengikuti hawa nafsu), dan adanya angan-angan yang
terlalu panjang (thulul a’mal) hingga lupa melihat bahwa dunia hanya sebagai
stasiun transit dalam menuju the last station, wushul ilawlah. Sikap lalai (al-Gaflah)
ini sangat berbahaya, dan oleh karena itu fungsi tadzkir, amar ma’ruf nahi munkar,
atau Al-tawashi bil al-haqq sangat dibutuhkan.

2.6.3 Al-Ghazali dan Tasawuf

Al-Ghazali merupakan ulama’ besar yang sanggup menyusun kompromi


antara syari’at dan hakikat atau tasawuf menjadi bangunan baru yang cukup
memuaskan kedua belah pihak, baik dari kalangan syar’i ataupun lebih-lebih
kalangan sufi.60 Dasar ajaranTasawuf adalah cinta rindu untuk berhubungan dengan
kekasihnya Allah SWT, dan berasik-maksyuk dengan-Nya.61
Setelah Al-Ghazali melihat bahwa ahli ilmu kalam, filosof dan kaum
Batiniyah tidak mampu mengantarkannya mencapai keyakinannya dan hakikat,

59 loc.cit, hlm. 162-163


60 Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam. Dr. Simuh. Jakarta. Rajawali Pers. Cet. II. 2002.
Hlm. 151.
61 Simuh, hlm. 152
Al-Ghazali :

28
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

maka dia melirik tasawuf yang menurut pandangannya adalah harapan terakhir
yang bisa memberikannya kebahagiaan dan keyakinan. Ia mengatakan, “setelah aku
mempelajari ilmu-ilmu ini (kalam, filsafat, dan ajaran bathiniyah), aku mulai
menempuh jalan para sufi.”62
Para sufi banyak berbicara tentang kasyf dan mu’ayanah, mampu
berhubungan dengan alam malakut dan belajar darinya secara langsung, mampu
mengetahui lauhul-mahfuzh dan rahasia-rahasia yang dikandungnya. Namun,
bagaimanakah caranya agar manusia mampu mendapatkan kasyf dan mu’ayanah?
Para sufi menjawab, caranya dengan menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu yang
didapatkan. Al-Ghazali mengatakan, “Aku tahu bahwa tarekat mereka menjadi
sempurna dengan ilmu dan amal”63
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tasawuf menurut Al-Ghazali adalah
mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah, menganggap rendah segala
sesuatu selain Allah, dan akibat dari sikap itu mempengaruhi pekerjaan hati dan
anggota badan.64
Tasawuf adalah satu cabang dari Syari’at Islam, seperti halnya dengan
Tauhid (aqidah) dan fiqih yang merupakan cabang dari Syari’at Islam. Seperti di
dalam hadist yang diriwayatkan dari Umar ra, yang mengisayaratkan tiga unsur
dasar syari’at Islam tentang Islam, Iman dan Ihsan. 65
Tasawuf Islam tidak akan ada kalau tidak ada Tauhid. Tegasnya tiada guna
pembersihan hati kalau tidak beriman. Tasawuf Islam sebenarnya adalah hasil dari
aqidah yang murni dan kuat yang seseuai dengan kehendak Allah dan RasulNya.66
Tema ilmu sufi menurut Al-Ghazali adalah Dzat, sifat dan perbuatan Alah
SWT. Adapun buah dari pengetahuan tentang Allah adalah timbulnya sikap
mencintai Allah, karena cinta tidak aka muncul tanpa “pengetahuan” dan
perkenalan. Buah lain dari pengetahuan tentang Allah adalah “tenggelam dalam

62 Tasawuf antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah. Dr. Abdul Fattah Sayyid Ahmad. Khalifah
Jakarta. Cet I. hal. 69. Th. 2000 M,hlm.95.
63 Tasawuf antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah. hlm.96.
64 Tasawuf antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah. hlm.104.
65 Pengantar Ilmu Tasawuf. Drs. Yunasril Ali. Pedoman Ilmu Jaya. Jakarta. Cet. I. hal. 29. Th 1987
M,hlm 30.
66 Yunasril Ali. Hal. 34
Al-Ghazali :

29
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

samudra Tauhid”, karena seorang ‘arif tidak melihat apa-apa selain Allah, tidak
kenal selain Dia, di dalam wujud ini tiada lain kecuali Allah dan perbuatan-Nya.
Tidak ada perbuatan yang dapat dilihat manusia kecuali itu adalah perbuatan Allah.
Setiap alam adalah ciptaan-Nya. Barang siapa melihat itu sebagai hasil perbuatan
Allah, maka ia tidak meluhat kecuali dalam Allah, ia tidak menjadi arif kecuali
demi Allah, tidak mencintai kecuali Allah SWT. Imam Al-Ghazali menambahkan,
“mereka melatih hati, hingga Allah memperkenankan melihatNya. Sementara itu,
tasawuf dilakukan dengan memegang teguh dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.67

2.7 Tasawuf di Indonesia

2.7.1 Munculnya Tasawuf di Indonesia

Islam datang ke Indonesia melalui jalur perdagangan yang dilakukan oleh


saudagar-saudagar Arab. Jalan-jalan yang dilakukan oleh saudagar-saudagar itu ada
yang lewat jalan dari laut dari Aden menyusuri pesisiran pantai India barat dan
selatan, juga ada yang jalan darat dari Khurasan kemudian melalui Khutan, padang
pasir Gobi, Sungtu, Nansyau, Kanton, kemudian menyebrangi laut China selatan
masuk ke gugusan pulau-pulau Melayu melalui pesisir pantai Timur semenanjung
Melayu.68

Para ulama Arab memilih pendekatan nabawiyah (Nabawiyah Approaches)


untuk menjalin keakraban diantara penduduk. Artinya jalinan kebersamaan dan
keharmonisan cara praktis untuk menarik simpati masyarakat setempat kepada
Islam. Adapun cara tersebut dilalui melalui empat cara 69 :

a. Pertama, dengan pendekatan ekonomi dan bisnis (perdagangan). Teori ini


cukup beralasan, karena sejak lama bangsa Indonesia sudah menjalin
hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa Arab, Gujarat, dan China.

67 Simuh, hlm. 160.


68 M. Sholihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. 2005. hlm. 20
69 loc.cit, hlm. 24-25.
Al-Ghazali :

30
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

b. Kedua, dengan pendekatan politik. Pendekatan politik yang dimaksud


adalah upaya dakwah secara lembut dan cultural yang dilakukan para
pendatang dan pedagang muslim yang kemudian berhasil mengislamkan
raja-raja dan pembesar istana yang sebelumnya menganut Hindhu atau
Budha.
c. Keempat, dengan pendekatan sufistik. Dimana ulama-ulama yang
berdatangan mengajarkan pola hidup rasul yang dianggap bagian dari
sufisme. Pengenalan terhadap cara hidup rasul yang membuat masyarakat
kala itu menjadi banyak pertanyaan kepada ulama-ulama. Sehingga ulama
dianggapnya seorang yang bisa mewakili atas jawaban Tuhan. Dari situlah
ulama-ulama pendatang menjadi kharismatik dan dipercaya untuk
mengembangkan sayap islam.

2.7.2 Tarekat Syadziliah : Tarekat yang Menempuh Jalur Tasawuf Al-


Ghazali

Seperti yang telah diketahui tarekat ini sesuai dengan nama pendidirinya
yaitu ‘Ali bin Abdullah bin A’bd al-Jabbar al-Hasan Al-Syadzinli. Silsilah
keturunannya mempunyai hubungam dengan orang-orang garis keturunan Hasan
bin Abi Thalib. Tokohnya yang terkenal pada abad 8 hijriah Syaikh Ibn Abbad ar-
Rundi (w. 790 H), salah seorang pensyarah kitab al-Hikam memberikan kesimpulan
dari ajaran Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita haruslah berupa pikiran
tentang kemurahan hati Allah kepada kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan
kekuatan kita adalah nihil, dan mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu
kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan memohon kepada-Nya agar memberi
syukur kepada kita.70

Tarekat ini memang jarang ditemukan di Indonesia, paling hanya pengamalan


zikir hizb secara individual saja. Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang

70 http://www.pejalanruhani.com/2012/12/sejarah-tarekat-syadziliyah.html diunduh pada 12 Maret


2014, Pukul 14:44
Al-Ghazali :

31
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

masih berpegangan pada dzikir-dzikir tarekat ini.71Pemikiran-pemikiran tarekat


Syaziliyah anatara lain :

1. Tidak menganjurkan kepada murid-muridnya untuk meninggalkan profesi


dunia mereka. Dalam hal pendangannya mengenai pakaian , makanan, dan
kendaraan yang layak dalam kehidupan yang sederhana akan menumbuhkan
rasa syukurnya kepada Allah.
2. Tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Islam. Artinya tarekat ini
menempuh jalur tasawuf Al-Ghazali.
3. Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud
adalah mengkosongkan hati dari Tuhan.
4. Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner yang kaya raya,
asalkan hatinya tidak bergantung pada harta yang dimlikunya.
5. Berusaha merespon apa yang sedang mengancam kehidupan umat, berusaha
menjembatani antara kekeringan spiritual yang dialami oleh banyak orang
yang hanya sibuk dengan urusan duniawi saja.

Amalan pada tarekat ini berbentuk Hizib. Adapun pengamalan hizib ini
masih dilakukan di Tulungagung, jumlahnya cukup banyak dan setiap murid tidak
menerima hizib sama karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruhiyah murid
sendiri dan kebijaksanaan mursyid. Adapun hizib-hizib tersebut hizb al-asyfa, hizb
al-kafi, hizb al-autad, hizb baladiyah dan lain-lain.

2.8 Posisi Penting Ihya Dan Sufisme Al-Ghazali


Ihya merupakan buku yang ditulis Al-Ghazali di saat beliau mulai menjadi
sufi. Kata sufi itu merupakan orang yang mengikuti thariqah tasawuf. Artinya
seorang sufi yaitu orang yang sudah mengenal jalan menuju Tuhannya. Sufi adalah
seorang yang membersihkan hatinya semata-mata karena Allah.72
Keseluruhan bagian ihya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di
seluruh dunia islam. sudah banyak sekali uraian yang ditulis tentang naskah
tersebut, dan merupakan salah satu dari karya-karya mengenai etika sufi yang

71 Sri Mulyati , Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta : Pustaka kencana, 2011,hlm. 65


72 Abu Bakar al-Kalabadi, Ajaran-Ajaran Sufi, Bandung: Pustaka, 1995, hlm. 1
Al-Ghazali :

32
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

paling luas dan berpengaruh. Ihya merupakan buah yang paling menonjol dari
upaya Al-Ghazali untuk memulihkan keseimbangan dan keselarasan antara
eksoterik dan dimensi esoterik islam. perembangan kedua dimensi sebelum dan
selama masa kehidupanya telah menimbulkan ketegangan cukup besar dalam
masyarakat islam. dengan kritik tajamnya atas keabsahan kebanyakan fuqaha,
melaui karya ini Al-Ghazali mencoba menegaskan kembali supremasi kehiduan
spritual di dalam kerangka syariah sambil menghidupkan kembali ajaran-ajaran
spiritual yang ermuat di dalamanya. demikian pula, dia mengkritik kaum esoteris
yang meremehkan dan meiadakan perintah-perintah syariah. 73
Kepribadian dan pengaruhnya memungkinkan Al-Ghazali mengajarkan
sufisme dalam lingkaran-lingkaran religius yang formal. dia umumnya juga diaki
sebagai salah satu mujadid (pembaharu islam) terbesar islam. sebagaimana
dinyatakan dari judulnya, ihya, Al-Ghazali yakin bahwa kebangkitan islam yang
benar berarti kebangkitan etika komunal Muslim melalui transformasi moral
individual. da berkata dalam munqidz :
“Saya kini berhasrat keras untuk memperbaharui diri saya sendiri dan
orang lain. Saya memohon kepada-Nya (Allah SWT) untuk pertama-tama
memperbaiki diri Saya, kemudian menggunakan Saya sbagai agen
pembaharuan; membimbing saya, kemudan menggunakan saya sebagai alat
pemberi bimbingan.”.

Setelah mengalami berbagai tingkatan kehidupan, akhirnya Al-Ghazali


memahami betul hakikat kehidupan. Dimana kehidupan yang akan membawanya
kepada kebahagiaan dunia dan akhirat adalah kehidupan yang berlandaskan ajaran
tasawuf murni yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis. Oleh karena itulah, untuk
memahami tasawuf secara benar dan murni, maka umat Islam harus mampu
memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan Hadis dalam kehidupanya.

73 Osman Bakar, Hierarki Ilmu Membangun Rangka-Pikir Slamisasi Ilmu, terj. Purwanto Bandung :
Mizan 1997.hlm.195.
Al-Ghazali :

33
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Bab 3
KESIMPULAN

Dari pembahasan mendalam mengenai Al-Ghazali, yang dimulai dari


kehidupanya, lingkunganya, serta pengaruhnya yang besar terhadap islam dan
tasawuf, maka kita dapat menyadari betapa besar dan mulianya sosok ini. Al-
Ghazali merupakan salah satu hamba Allah SWT yang diberikanya ilmu, hikmah
(karena kebaikan dan ketawadhuan yang beliau miliki) sehingga bisa menjadi
ilmuwan sekaligus sufi yang memiliki kemuliaan, baik di sisi Allah SWT maupun
di mata manusia.
Dari beragam jalan kehidupan yang beliau tempuh, dimana beliau sempat
menjadi seseorang yang mengginginkan dunia (mengajar untuk mendapatkan
popularitas dan kemuliaan) dan telah mencapainya. Kemudian beliau mendapat
petunjuk dan kembali kepada Allah SWT, dengan hidup Zuhud dan hanya
berkonsentrasi kepada Allah SWT (tajarrud) yang menjadikanya seorang sufi
sejati. Dan kemudian beliau kembali lagi kepada kehidupan awalnya (mengajar),
tetapi dengan motivasi dan keinginan yang berbeda dari sebelumnya, yaitu untuk
mencari ridho Allah SWT dan memperbaiki umat.
Selain itu juga, pengaruh terbesar Al-Ghazali terhadap perkembangan islam
adalah dari karya-karyanya yang telah dibukukan dan dapat kita baca hingga
sekarang. Dari karya-karyanya inilah umat islam bisa mempelajari islam secara
benar dan lurus, sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis. Terutama karya beliau Ihya
Ulum al-Din (Jiwa Agama), yang beliau kerjakan di masa zuhudnya, sangat
berpengaruh baik terhadap perkembangan umat islam, maupun umat lainya di
seluruh dunia. Pengaruh pemikiran Al-Ghazali juga telah banyak mengubah dan
memperbaiki konsep tasawuf yang sebelumnya telah banyak diselewengkan
menjadi aliran mistisme yang tidak berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Hadis.
Dimana menurut Al-Ghazali, tasawuf harus dilakukan dengan memegang teguh dan
mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga tujuan dari tasawuf Islam yang
merupakan hasil dari aqidah yang murni dan kuat yang sesuai dengan kehendak
Allah dan RasulNya dapat tercapai.
Al-Ghazali :

34
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

REFERENSI

Abdullah , Al-Alamah Sayyid. Menyingkap Diri Manusia. Risalah Ilmu Dan


Akhlak,terj.Afif Muhammad.Pustaka Hidayah : Jakarta.1993.

Abu Bakar, Ali. Al-Ghazali Peretas Jalan Menuju Kemajuan dan Keberakhlakan
Umat. Pengantar dalam buku Transendensi Ilahi Karya Al Ghazali, terj.
Masyhur Abadi. Pustaka Progressif : Surabaya. 1999.

Abdul Qadir al-Jilani. Rahasia Sufi. Jakarta: Diadit Media. 2009.

Abu Al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazami, Sufi dari Zaman ke Zaman, (Bandung:


Pustaka, 1979.

Al-Alamah Sayyid Abdullah. Menyingkap Diri Manusia. Risalah Ilmu Dan


Akhlak,terj.Afif Muhammad.Pustaka Hidayah : Jakarta.1993.

Al-Ghazālī , Muhammad Abu Hamid, Ihya Ulum al-Din Jiwa Agama. Terj.Maisir
Thaib,A. Thaher Hamidy & H.A. Hanifah Z. , Jilid 1. Cetakan 3.Pustaka
Indonesia: Medan.

______________Tafsir Ayat Cahaya dan Telaah Kritis Pakar.Terj Drs Hasan


Abrori & Drs Masyhur Abadi.Pustaka Progresif : Surabaya.1999.

____________ Bidayah al-Hidayah. Surabaya: Assalafiyah. 1995.

Ahmad Mustofa, Akhlak tasawuf ,Bandung: Pustaka Setia, 2007.

al-Jilani, Abdul Qadir. 2009. Rahasia Sufi. Jakarta: Diadit Media.

Amstrong, Karen. 2009. Sejarah Tuhan. Jakarta : Mizan.

Al-Nassy, Yusuf dan Ali al-Farm, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Houve, 1993.

Ali,Yunasril . Perkembangan Pemikiran Falsafi Dalam Islam, Bumi


Aksara, Jakarta: 1991, Cet. I.

Ali, yunasril. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya . Cet. I. hal.
29. Th 1987.

Asmuni, M Yusron. Pertumbuhan dan Perkembangan Berfikir dalam Islam,


Surabaya: Al Ikhlas, 1994.
Al-Ghazali :

35
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Bakar, Ali Abu. Al-Ghazali Peretas Jalan Menuju Kemajuan dan Keberakhlakan
Umat. Pengantar dalam buku Transendensi Ilahi Karya Al Ghazali,terj.
Masyhur Abadi. Pustaka Progressif : Surabaya. 1999.

Bakar, Osman, Hierarki Ilmu; Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu Menurut


al-Farabi, al-Ghazali dan Quthb al-Din al-Syirazi, terj. Purwanto, Mizan,
Bandung: 1993, cet. Ke-3, hal. 189

Fatah, Abdul Fattah Sayyid Ahmad. Khalifah .Tasawuf antara Al-Ghazali dan Ibnu
Taimiyah. Jakarta. Cet I. hal. 69. Th. 2000.

Ghafur,Waryono Abdul. Kristologi Islam; Tela’ah Kritis Kitab Rad al-Jami’ Karya
al-Ghazali, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2006, cet. 1.

Husaini,Adian. AL-Ghazali, Perang Salib, Dan Kebangkitan Islam. 12 Agustus.


ttps:// www.facebook.com/permalink.php? story_fbid=
674169279350822&id= 212684542165967. Diakses pada tanggal 5
Oktober 2015.
Husaini, Adian AL-Ghazali, Perang Salib, Dan Kebangkitan Islam. 12 Agustus.
ttps:// www.facebook.com/permalink.php? story_fbid=
674169279350822&id= 212684542165967. Diakses pada tanggal 5
Oktober 2015.

Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1973.

Leaman , Oliver (editor).The Biographical Encyclopedia of Islamic


Philosophy.Deanta Global Publishing services : Chenai, India. 2015.
Dalam :
https://books.google.co.id/books?id=2wS2CAAAQBAJ&pg=PR4&lpg=P
R4&dq=Leaman+Oliver+editor+The+Biographical+Encyclopedia+of+Isla
mic+Philosophy+Deanta+Global+Publishing+services+Chennai+India+20
15&source=bl&ots=. Diakses tanggal 7 Oktober 2015, pukul 10.00.

Mahmoud, Abdul Halim.Hal-hal Ihwal Tasauf, Terjemahan Al Munqidz


Minadhalal, terj : Al Munqidz Minadhalal, terj : Abu Bakal
Basymeleh.Darul Ihya : Indonesia.
Margareth Smith, Pemikiran dan Doktrin Mistis Imam Al-Ghazālī, diterjemahkan
oleh Amrouni (Jakarta: Riora Cipta, 2000).

Majid Fakhry. A History of Islamic Philosophy.-2nd ed.Singapore National Printers


(Pte.) L td : Singapore.1983.

M. Sholihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.


2005.
Al-Ghazali :

36
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

19

Mulyati, Sri. Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta : Pustaka


kencana.2011.

Nasr , Seyyed Hossein (et.all).Warisan Sufi sufisme persia klasik dari permulaan
hingga rumi (700-1300),terj. Gafna Raizha Wahyudi. Pustaka Sufi
:Yogyakarta.2002.

Natsir , M. Kebudayaan Islam; Dalam Persfektif Sejarah, Editor, Endang Saefudin


Anshari, Grimukti Pusaka. Jakarta, 1988.
Nakosteen, Mehdi. History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-
1350. The University of Colorado Press : Boulder, Colorado. 1964.

Qardhawi ,Yusuf. Meluruskan Sejarah Umat Islam,terj Cecep Taufiwurahman.Raja


Grafindo Persada.

Qardhawi,Yusuf Qardhawi. Al-Ghazali Anatar Pro- dan Kontra,terj. Drs. Hasan


Abrori Ma.Pustaka Progressif : Surabaya.1997.

Rosyad, Faizur Rosyad, Mengenal Alam Suci Menapak Jejak Al-Ghazali,


Yogyakarta: KUTUB, 2004.

Republika.Sisi Biologi dan Kedokteran Imam Al Ghazali.Rabu, 16 Desember 2009.


http://www.republika.co.id/berita/shortlink/96227 Diakses tanggal 4
Oktober 2015.

Smith, Margareth. Pemikiran dan Doktrin Mistis Imam Al-Ghazālī, diterjemahkan


oleh Amrouni (Jakarta: Riora Cipta, 2000).

Soleh,A Khudori Soleh.Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer.Yogyakarta


: Ar-Ruzz Media.2013.

Sibawaihi, Eskatologi; Al-Gazali dan Fazlur Rahman (Studi Komparatif


Epistemologi Klasik-Kontemporer), (Yogyakarta: Islamika, 2004).

Sholihin, Muhammad. 2011 Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 2011,


Sholihin, M. Epistemologi Ilmu dalam Pandangan Imam Al-Ghazali, Jakarta:
Pustaka Setia, 2001.

Seyyed, Hossein Nasr (et.all).Warisan Sufi sufisme persia klasik dari permulaan
hingga rumi (700-1300), terj.Gafna Raizha Wahyudi.Pustaka Sufi
:Yogyakarta.2002.
Al-Ghazali :

37
Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Dunia Islam dan Tasawuf

Sri Mulyati , Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta : Pustaka kencana,


2011.
Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta. Rajawali Pers. Cet.
II.2002.

Sibawaihi, Eskatologi; Al-Gazali dan Fazlur Rahman (Studi Komparatif


Epistemologi Klasik-Kontemporer), (Yogyakarta: Islamika, 2004.

Umar Ibrahim. 2001. Thariqah Alawiyah. Jakarta : Mizan

Watt, W Montgomery. Pemikiran Teologi Dan Fislafat Islam. Terj. Umar basalim.
Jakarta : Midas Surya Grafindo.1987.

Waryono Abdul Ghafur, M.Ag, Kristologi Islam; Tela’ah Kritis Kitab Rad al-Jami’
Karya al-Ghazali, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2006.
Saeful Anwar, Filsafat Ilmu Al-Ghazali; Dimensi Ontologi, dan Aksiologi,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2007).

Zainuddin, Seluk Beluk Pemikiran Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)


dikutib dari A. Syaifuddin, Percikan Pemikiran Ak-Ghazali, (Bandung:
Pustaka Setia, 2005.

Watt, William Montgomery. “Al-Ghazali”, The Encyclopedia of Islam, diedit oleh


B. Lewis, C.H. Pellat, & J. Scacht (Leiden: E.J. Brill, 1983), II: 1039

Zuhriyah , Luluk Fikri. Metode dan Pendekatan dalam Studi Islam Pembacaan
atas Pemikiran Charles J. Adams.Jurnal ISLAMICA, Vol. 2, No. 1,
September 2007. Dalam :
http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/download
/26/24/pdf. diakses tanggal 3 Oktober 2015, pukul 09.00.

http://www.pejalanruhani.com/2012/12/sejarah-tarekat-syadziliyah.html diunduh
pada 12 Maret 2014, Pukul 14:44
Sisi Biologi dan Kedokteran Imam Al Ghazali.Republika.Rabu, 16 Desember 2009.
http://www.republika.co.id/berita/shortlink/96227 Diakses tanggal 4
Oktober 2015.

Вам также может понравиться