Вы находитесь на странице: 1из 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun mampu menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Fisika. Kami juga berterima kasih pada Ibu Mariati Purnama Simanjuntak,Spd.,M.Si.
selaku Dosen mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika Universitas Negeri
Medan yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap tugas ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika Kami juga menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Di dalam makalah ini mungkin
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.Semoga Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika Universitas Negeri
Medan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.

Medan, 4 Maret 2019

Penyusun Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan masalah...............................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................23

A. Kesimpulan.................................................................................................23

B. Saran...........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang
sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal
pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif
berupa nilai. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Namun
dalam makalah membatasi masalah mengenai Membuat Kisi-kisi dan Menyusun
Instrumen Kognitif. Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan berfikir
atau intelektual. Seperti juga kemampuan fisik. Dalam perkembangan kognitif, berfikir
kritis merupakan hal yang penting.

Hasil belajar siswa tidak selalu mudah untuk dinilai. Sebagaimana diketahui, tujuan
pembelajaran meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah pengetahuan
(kognitif) dan sikap (afektif) relatif sulit untuk diamati, meski pun dapat diukur. Oleh
karena itu, dalam proses penilaian hasil belajar langkah yang pertama harus dimulai
dari perumusan tujuan pembelajaran yang memungkinkan untuk diamati dan diukur
(observable and measurable).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan pengertian kognitif, afektif dan psikomotorik?

2. Bagaimana cara membuat kisi kisi soal yang baik

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui apa itu kognitif , afaktif , dan psikomotorik.

b. Untuk mengetahui cara membuat kisi-kisi soal yang baik .

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan yang paling penting adalah melakukan tes,
karena dengan melakukan tes, seorang guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari.
Dalam penyusunan soal-soal tes terkadang guru mengalami kesulitan, karena dalam
pembuatan soal tersebut diperlukan berbagai pertimbangan agar soal yang dibuat tidak
terlalu sulit, terlalu mudah dan emmbingungkan peserta didik ketika hendak menjawab
soal-soal tersebut.
Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu
validitas soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan guru
dalam penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi (tabel spesifikasi).

1.2. Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini kami membatasinya kepada beberapa pertanyaan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kisi-kisi instrumen?
2. Apa syarat pembuatan kisi-kisi yang baik?

1.3. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:


1. Mengetahui Pengertian kisi-kisi instrumen.
2. Mengetahui syarat pembuatan kisi-kisi yang baik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENYUSUNAN KISI-KISI

Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi

kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk

menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal.Kisi-kisi dapat

berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.

Format Kisi-Kisi Penulisan Soal

Jenis sekolah : ………………………

Jumlah soal : ………………………

Mata pelajaran : ………………………

Bentuk soal/tes : ................................

Kurikulum : ………………………

Penyusun : ......…………………

Alokasi waktu : ………………………

KISI KISI PENULISAN SOAL

NO Kompetens Kompetens Kls / Materi Indikator No Soal

i Inti i Dasar Smt Pokok Soal


1 2 3 4 5 6 7

Keterangan:

6
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam

silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali

pada kolom 6.

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini :

1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan

secara tepat dan proporsional.

2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.

3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

 Perumusan Indikator Soal

Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang

dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan

penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus

memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar,

dan standar kompetensi. Indikator yang baikdirumuskan secara singkat dan jelas

 Syarat indikator yang baik:

1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,

2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata

kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,

3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).

4. Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B

= behavior (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan),

dan D = degree (tingkatan yang diharapkan).

7
Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di

awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar

pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah,

grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah = menempatkan

peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua

ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).

(Mardapi & Ghofur, 2004)

2.2. PENGERTIAN RANAH KOGNITIF (PEMGETAHUAN)

 Penilaian Ranah Kognitif

Menurut Taksonomi Bloom (1980), “kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir

secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi”.

Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja.

Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan

kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi,

peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru.

Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke

dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta

menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut

untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan

mensintesiskan pengetahuannya. Padatingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi

informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya

judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.

8
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup

kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada

kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan

dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari

untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-

taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari

tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif

terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda- beda.

Keenam tingkat tersebut yaitu:

1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk

mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya,

misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.

2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman

dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang

telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan

menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata

sendiri

3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk

menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang

baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.

4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan

mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen- komponen atau elemen

suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa

setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat

9
ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan

cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah

dipelajari.

5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam

mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada

sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang

mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang

nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

(Purwanto, 2011)

10
Contoh Instrumen Kognitif

Satuan Pendidikan : SMA


Materi : Usaha dan Energi
Kelas/Semester : X/II (Dua)
Waktu : 90 menit

NO SOAL INDIKATOR / (KATEGORI) KUNCI JAWABAN BOBOT


1 Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud Siswa dapat mendefinisikan Usaha adalah besaran vektor yang 10 poin

dengan usaha! kembali pengertian usaha. menyatakan besarnya gaya untuk

/ (C1) memindahkan suatu objek pada jarak

tertentu.
2 Jelaskan secara singkat hubungan usaha dan Siswa dapat menjelaskan Besarnya usaha sebanding dengan 10 poin

Energi! hubungan usaha dan energi. perubahan energi untuk melakukan

/ (C2) usaha tersebut.


3 Sara mendorong neneknya yang memakai Siswa dapat menerapkan Berdasarkan kasus tersebut, Dara tidak 15 poin
konsep usaha melakukan usaha. Hal ini dikarenakan
kursi roda pada sebuah taman yang berbentuk tidak terjadi perpindahan (Dara kembali
/ (C3) membawa neneknya ke tempat semula).
lingkaran. Jari-jari lingkaran tersebut
Secara matematis, usaha yaitu:
berukuran 7 meter. Mereka mengelilingi W = Fs
Usaha berbanding lurus dengan gaya
taman sebanyak 2 kali putaran, lalu sampai di
dan perpindahan. Karena Dara dan

11
tempat mereka semula. Menurutmu, apakah neneknya tidak mengalami perpindahan,

Dara melakukan usaha? Berikan alasanmu. maka nilai s = 0, maka usaha yang

dilakukan Dara mendorong neneknya

ialah 0 (Dara tidak melakukan usaha).


4 Ardi memanjat pohon mangga setinggi 3 Siswa menganalisis Permasalahan tersebut dapat diatasi 15 poin
dengan menggunakan konsep hukum
meter. Mangga yang ia peroleh sebanyak 20 hubungan usaha dan energi kekekalan energi pada benda jatuh
bebas.
buah dengan rata-rata massanya 0,5 kg dan potensial
Dik : h1 = 3 meter ; m = 0,5 kg
usaha yang dibutuhkan Ardi melempar / (C4) Dit : h2 = …?
Penyelesaian:
mangga ialah 5 J. Sementara Sergio sudah W= ∆ Ep
5 = mg h1−mg h2
berada di bawah dengan membawa keranjang 5 = 0,5(10)(3) – 0,5 (10) (h2)
untuk bersiap-siap menampung mangga yang 5 = 15 – 5h2
5 – 15 = - 5h2
diperoleh Ardi. Untuk mengurangi resiko -10 = -5h2
−10
h2 = =2m
mangga pecah, berapakah tinggi keranjang −5
maka, untuk mengurangi resiko
yang harus Sergio angkat?
mangga, Sergio harus mengangkat

keranjang dengan ketinggian 2 meter

dengan bantuan tangga.


5 Pak Bagas adalah seorang kurir barang. Siswa mampu mengevaluasi Permasalahan yang terjadi pada kasus 20 poin

12
Biasanya Pak Bagas mengantar barang- Hukum Kekekalan Energi tersebut dapat diselesaikan dengan
menggunakan konsep Hukum
barang di dalam kardus yang bermassa 10 kg Mekanik Kekekalan Energi Mekanik.
Dik : h1 = 3,2 m
dengan total kardus setiap harinya ialah 50 / (C5)
h0 = 0
buah. Akan tetapi, ia setiap harinya harus karena mula-mula kardus dalam
keadaan diam maka v0 = 0
menurunkan barang-barang tersebut dari t=2s
Dit : Panjang kayu (s) =…?
lantai dua ke lantai satu yang tingginya 3,2 m Penyelesaian:
Em1 = Em2
dengan menggunakan tangga. Ia merasa
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
bahwa dengan menggunakan tangga lebih m.g.h1 + ½ mv12 = m.g.h2 + ½ mv22
10. 10. 3,2 + 0 = 0 + ½. 10. v22
cepat lelah dan waktu yang dibutuhkan lama. 320. 2
= v22
10
Pak Bagas akhirnya berinisiatif untuk √ 64 = v2
v2 = 8 m/s
membuat alat bantu dengan mengunakan

kayu. Berapakah panjang kayu yang maka perkiraan kecepatan setiap kardus
ialah 8 m/s. Dengan menggunakan
dibutuhkan Pak Bagas jika ia menginginkan konsep GLBB, kita dapat mencari
panjang kayu yang dibutuhkan pak
waktu selama 4 detik untik menurunkan satu Bagas:
kardus?
vt = v0 + a.t
8 m/s = 0 + a. 4 s
a = 8/4 m/s2 = 2 m/s2

13
s = vo.t + ½ a. t2
s = 0 + ½. 2. 4
s=4m
maka panjang kayu yang dibutuhkan

pak Bagas ialah 4 meter.


6 Deni seorang atlet sepakbola. Ia memiliki Siswa dapat merancang Rancangan percobaan: 30 poin
kelemahan dalam bermain yaitu kurangnya 1. Siapkan seluruh alat dan bahan.
mengeksekusi tendangan dalam mencetak gol. percobaan hukum kekekalan 2. Lubangi tutup botol air mineral, lalu
Biasanya dalam pertandingan, jika ia masukkan sedotan ke dalam lubang
energy.
memiliki kesempatan untuk mencetak gol, tersebut.
selalu gagal. terkadang bola yang ia tendang 3. Letakkan busur di atas meja dalam
/ (C6)
melewati gawang, tidak sampai ke gawang, posisi berdiri.
4. Miringkan botol hingga membentuk
bahkan bola tersebut mengenai mistar dan
sudut 30 derajat
tiang gawang. Buatlah sebuah percobaan
5. Tekan botol secara perlahan
untuk membantu Deni berlatih dalam
sehingga air keluar dari lubang tutup
menendang bola ke gawang.
botol. Kemudian hitunglah berapa
Alat dan bahan yang dibutuhkan:
lama air tersebut tertumpah di
a. air
bidang data.
b. botol mineral 6. Ukurlah tinggi maksimum serta
c. sedotan jarak maksimum yang dicapai oleh
d. busur air.
e. penggaris 7. Lakukan langkah 1-6 dengan sudut
f. stopwatch yang berbeda. Usahakan menekan
botol dengan keadaan yang sama
untuk seriap sudutnya
8. Tulislah hasil pengamatan dalam

14
tabel berikut ini:

Sudut 300 450 600


x max
Y max
v0
t
Ek1
Ek2
Ep1
Ep2

15
2.3. RANAH PSIKOMOTORIK (KETERAMPILAN)

Keterampilan yaitu kemampuan menggunakan akal, pikiran,ide,dan kreatifitas

dalam mengerjakan,mengubah,ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna

sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.misalnya adalah

keterampilan menulis,membaca, dan sebagainya. jadi, dapat disimpulkan bahwasanya

keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu.

Hasil belajar keterampilan sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar

pengetahuan dan hasil belajar sikap yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan

untuk berperilaku atau berbuat.

Macam macam ranah keterampilan :

1. Keterampilan ranah abstrak

Yaitu keterampilan sepert menyaji,mengolah, dan menalar.

2. Keterampilan ranah konkret

Yaitu keterampilan seperti menulis,membaca, dan menghitung

Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan

dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing).

Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih melalui praktik secara

berulang-ulang akan menjadi kebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara itu Goetz

(1981) dalam penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan berulang-ulang

akan memberikan pengaruh yansangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut

dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan

prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan umpan balik yang relevan yang

berfungsi untuk memantapkan kebiasaan. Sekali berkembang maka kebiasaan itu tidak

pernah mati atau hilang.(Katu, Nggandi, 1999)

16
RUPBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN SAINS

NO Keterampilan Proses Sains Deskriptor


1 Mengobservasi 1. Melakukan observasi dengan tepat
2. Melakukan observasi dengan kemampuan

sendiri
3. Melakukan observasi secara langsung

maupun secara tidak langsung


2 Merumuskan hipotesis 1. Mampu merumuskan hipotesis fenomena

yang sedang terjadi


2. Menjelaskan ide ide hipotesis berdasarkan

pemikiran sendiri
3. Membuat penjelasan yang mendukung

hipotesis
3 Mengumpulkan data 1. Mampu mengumpulkan data sesuai prosedur

LKS
2. Mampu mengumpulkan data dengan teliti
3. Mampu mengumpulkan data dengan tepat
4 Mengolah data 1. Mampu mengolah data sesuai prosedur

LKS
2. Mampu mengolah data percobaan dengan

teliti
3. Mampu mengolah data percobaan secara

matematis maupun deklaratif


5 Mengontrol variabel variabel 1. Mampu menjelaskan variabel yang terdapat

pada percobaan
2. Mampu melihat pengaruh antar variabel

pada percobaan
3. Mampu mengontrol variabel percobaan

dengan tepat
6 Menarik kesimpulan 1. Menuliskan hasil praktikum dalam kata kata

dengan benar
2. Kesimpulan yang dibuat mampu

menjelaskan hipotesis
3. Kesimpulan yang dibuat berdasarkan hasil

17
praktikum yang dilakukan

Petunjuk pemberian skor :

Skor 3= jika deskriptor yang muncul saat siwa melakukan praktikum

Skor 2 = jika 2 deskriptor yang muncul saat siswa melakukan praktikum

Skor 1= jika 1 deskriptor yang muncul saat siwa melakukan praktikum

18
2.4. RANAH AFEKTIF (SIKAP)

Sikap dapat menjadi nilai positif (nilai) atau negatif (prasangka). Sedangkan

Sikap didefenisikan sebagai kecenderungan belajar, kecenderungan emosional secara

postif atau negatif dari seseorang individu terhadap objek, orang, tempat, kejadian dan

ide. Respon yang mengindikasikan sikap terhadap sains antara lain: saya menyukai

sains, saya memiliki kegemaran terhadap sains, dan sains membosankan.

Sikap dapat diidentifikasi dalam lima dimensi sikap yaitu arah, intensitas,

keluasan, konsistensi, dan spontanitas.

a) Sikap memiliki arah, artinya sikap terbagi pada dua arah, setuju atau tidak

setuju, mendukung atau tidak mendukung, positif atau negatif. Sikap Perilaku

Tambahan factor personal dan lingkungan

b) Sikap memiliki intensitas, artinya, kedalaman sikap terhadap obyek tertentu

belum tentu sama meskipun arahnya sama.

c) Sikap memiliki keluasan artinya ketidak setujuan terhadap obyek sikap dapat spesifik

hanya pada aspek tertentu, tetapi sebaliknya dapat pula mencakup banyak aspek.

d) Sikap memiliki konsistensi yaitu kesesuaian antara peryataan sikap yang

dikemukakan dengan tanggapan terhadap obyek sikap. Sikap yang bertahan lama

(stabil) disebut sikap yang konsisten, sebaliknya sikap yang cepat berubah (labil)

disebut sikap inkonsisten.

e) Sikap memiliki spontanitas, artinya sejauh mana kesiapan seseorang menyatakan

sikapnya secara spontan. Spontanitas akan nampak dari pengamatan indikator sikap

pada seseorang mengemukakan sikapnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan belajar,

kecenderungan emosional secara postif atau negatif dari seseorang individu terhadap

objek, orang, tempat, kejadian dan ide. sikap positif dan motivasi memiliki peluang

19
yang memiliki peluang yang lebih untuk mencapai prestasi belajar yang lebih untuk

prestasi belajar lebih dari pada siswa memiliki usia sikap yang negatif .

Sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan,

seseorang untuk memberikan respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu pengetahuan

dan memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan yang telah diakui kebenarannya.

Sikap ilmiah merupakan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah, menilai ide

dan informasi untuk membuat keputusan.

Sikap Siswa terhadap fisika ada dua macam yaitu sikap Positif dan Sikap

Negatif. Sikap positif disini maksudnya adalah suka atau senang mempelajari Fisika,

sehingga dapat meningkat prestasi dibidang Fisika. Hal ini sejalan dengan

Arsaythamby, et al. (2015) yang menyatakan bahwa, “Students with positive attitude

towards Physics are able to increase their achievements in Physics as well as in

Aditional Mathematics”. Arsaythamby et al mengatakan siswa dengan sikap positif

terhadap Fisika dapat meningkatkan prestasi mereka dalam fisika maupun di Aditional

Matematika.Sikap Negatif meksudnya kurang atau pun tidak senang terhadap Fisika.

(Darmawangsa Rio,2017).

20
RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF / SIKAP

NO Aspek yang Dinilai Deskriptor


1 Menunjukkan rasa ingin tahu 1. Menunjukkan antusias dalam

pengamatan
2. Menunjukkan rasa ingin tahu yang

besar
3. Bersikap aktif dalam mengerjakan

tugas bersama kelompok


2 Menyampaikan pendapat 1. Aktif Tanya jawab dalam kelas
2. Berani menyampaikan pendapat

sendiri
3. Berperan dalam mengemukakan ide

atau gagasan yang baru


3 Bekerja sama 1. Membagi tugas dan peran dalam

kelomok
2. Membantu teman kelompok yang

kesulitan saat melakukan

penyelidikan
3. Melakukan diskusi kecil dalam

kelompok saat penyajian hasil


4 Mandiri 1. Mengerjakan LKS sesuai dengan

kemampuan kelompok masing-

masing
2. Melakukan percobaagn dengan tidak

meniru pekerjaan kelompok lain


3. Memecahkan masalah dalam

kelompok tanpa keterlibatan guru


5 Percaya Diri 1. Bersedian mempersentasikan hasil

penyelidikan kelompoknya
2. Mendeskripsikan kesimpulan tanpa

27
melihat hasil laporan
3. Berani menjadi pemimpin dalam

diskusi kelompok baik kelompok

kecil maupun dalam kelas


6 Bertanggung Jawab 1. Melakukan percobaan dengan hasil

yang maksimal
2. Menuliskan hasil penyelidikan sesuai

dengan yang didapatkan


3. Tidak ragu-ragu dalam

menyampaikan penyelidikannya

1. Petunjuk Pemberian Skor :

Skor 1 = jika hanya 1 deskriptor yang muncul saat siswa melakukan parktikum

Skor 2 = jika hanya 2 deskriptor yang muncul saat siswa melakukan praktikum

Skor 3 = jika hanya 3 deskriptor yang muncul saat siswa melakukan praktikum

Skor Yang Diperoleh


=
2. Nilai Afektif Siswa Skor maksimum x 100
3. Kriteria peniliaian aktivitas belajar siswa dapat dilihat dibawah ini :
A = 80-100 : Baik Sekali
B = 70-79 : Baik
C = 60-69 : Cukup
D = <60 : Kurang

28
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Kisi-kisi instrumen adalah (test blue-print atau table of specification)


merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan
penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis soal.

2. Dengan adanya berbagai variasi kisi-kisi yang disajikan, dapat disimpulkan


bahwa kisi-kisi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
 Mewakili isu kurikulum yang akan diujikan.
 Komponen-komponennya rinci, jelas, mudah dan mudah dipahami.
 Soal-soalnya harus dapat dibuat sesuai dengan indicator dan bentuk soal
yang ditetapkan.

3.2. Saran

Untuk lebih menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca mengenai kisi-


kisi instrumen yang baik, penyusun menyarankan untuk mempelajari sumber-sumber
lain yang relevan dengan topik kisi-kisi instrumen.

29
DAFTAR PUSTAKA

Darmawangsa, R. (2017). Pengembangan Instrumen Sikap Siswa Sekolah Menengah


Atas Terhadap Mata Pelajaran Fisika. Jurnal Ilmiah.halaman: 1-10

Mardapi, D., Ghofur, A. (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian Kurikulum


Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

30

Вам также может понравиться