Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh
virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B,
C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester
Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang
menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian
besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun
kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan
terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah
beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning
dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru
sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman,
virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari
1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya.
Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta
jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan
diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak
terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.

Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan


masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau

1
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi
produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang
cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah.
Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral
atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak
mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral
lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status
perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran
gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat,
elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau
perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada
anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan
klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta
komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan
dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem
pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci
tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu
menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan
dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima
resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan
yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan

2
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi
dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain:
penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang
didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar dari hepatitis?


2. Apa saja etiologi/penyebab dari hepatitis?
3. Bagaimana patofisiologi hepatitis?
4. Apa saja tanda dan gejala klinis dari hepatitis?
5. Apa saja pemeriksaan penujang untukhepatitis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis (terapi) untukhepatitis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan untuk hepatitis ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep dasar dari hepatitis.


2. Untuk mengetahui etiologi/penyebab dari hepatitis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi hepatitis.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala klinis dari hepatitis.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penujang untukhepatitis.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis (terapi) untuk hepatitis.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk hepatitis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima
agen virus yang berbeda (Carpenito L. J, 1996 page 1332). Hepatitis adalah
keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau
alkohol (Dr. Jan Tambayong,2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan.page 145)
Kesimpulan hepatitis adalah inflamasi sebagai reaksi yang disebabkan agen virus,
obat, atau alkohol.

2.2 Etiologi
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit. page 485-488) :
1. Virus

Type A Type B Type C Type D Type E Type G


Metode Fekal-oral Parentera Parenteral, Parenteral Fekal- Tranfusi
transmisi melalui orang l seksual, jarang perinatal, oral darah,
lain perinatal seksual, memerlukan jarum
orang ke koinfeksi suntik
orang, dengan type B
perinatal
Keparahan Tak ikterik Parah Menyebar Peningkatan Sama Tidak
dan asimto- luas, dapat insiden kronis dengan D menyebab
matik berkembang dan gagal hepar kan
sampai kronis akut hepatitis
fulminan
ataupun
hepatitis
kronik.

4
Sumber Darah, feces, Darah, Terutama Melalui darah Darah, Darah
virus saliva saliva, melalui darah feces,
semen, saliva
sekresi
vagina

2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik
dan hepatitis akut.

2.3 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus
melalui cairan tubuh seperti darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah virus
hepatitis sampai di tubuh melalui peredaran darah akan menyerang hati dan akan
menyebabkan peradangan atau inflamasi pada hepar sehingga menyebabkan
kerusakan hati di lobulus dan generasi sel, nekrosis parenkim hati dan
menyebabkan penurunan fungsi sel hati sehingga mempengaruhi kekebalan tubuh,
adanya reaksi antara antigen antibodi menimbulkan respon imun seperti demam
sehingga timbul hipertermi, respon imun yang timbul kemudian mendukung
respon peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung
terhadap antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang terinfeksi
sehingga hati menjadi edematosa (hepatomegali). Terjadinya hepatomegali
menimbulkan keluhan seperti nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri pada
epigastrium, nyeri di hulu hati sehingga menimbulkan perubahan kenyamanan dan
perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, pemenuhan nutrisi yang
tidak adekuat dan disertai dengan hipermetabolik sehingga akan menimbulkan
keletihan.

5
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang
menyebabkan stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin, tetapi
bilirubin tidak dapat mencapai usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan ekskresi urobilinogen di tinja sehingga tinja berwarna gelap. Bilirubin
terkonjugasi tersebut akan masuk kealiran darah sehingga terjadi kelebihan
bilirubin dalam darah yang akan menyebabkan terjadinya ikterus pada sclera
mata, kulit dan membran mukosa lainnya sehingga menimbulkan kerusakan
integritas jaringan. Pada kulit biasanya menyebabkan terjadinya pruritus yang
akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit sebagian besar dari
bilirubin terkonjugasi tersebut akan diekresikan melalui ginjal sehinga warana
urin menjadi berwarna sangat gelap.

2.4 Klasifikasi
Adapun 6 jenis hepatitis yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit. Page 485) :
1. Hepatitis A

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan


gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu,
rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan
hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12
minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap
penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis
A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan,
sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang.
Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah
ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu
setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan
suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks
anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.

6
2. Hepatitis B

Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan,


mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam.
Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi,
transfusi darah dan gigitan manusia. Pengobatan dengan interferon
alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung
antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak
beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B
adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan
seksual. Mengenai hepatitis C akan kita bahas pada kesempatan lain.

3. Hepatitis C

Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral


dan paling sering ditularkan melalui yang ditransfusi dari donor
asimtomatik, berbagi jarum dengan pengguna obat intra vena dan
cairan tubuh atau didapat dari tato.
4. Hepatitis D

Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik,
yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus
hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan
transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul
sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E

Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan
dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),
keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.

7
7. Hepatitis G

Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan


hepatitis B atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun
hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum. Hepatitis B ,
dapat terjadi tanpa gejala. Namun dapat juga terjadi artalgia dan ruam
pada kulit.

2.5 Tanda dan gejala


1. Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit
seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah,
pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi
adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya
yaitupada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
2. Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah
demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang
putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung
tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain
menjadi lebih beresiko.
3. Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak
menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun
lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah,
Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap. Pada beberapa kasus
dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun
demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati
fluktuasi bahkan normal.

2.6 Pemeriksaan penunjang/diagnostik


Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E.
Doenges.2000. Rencana Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :

8
1) AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun.
2) Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis
berat)
3) Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan
hidup SDM (gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
e. Albumin serum menurun.
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A.
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat
terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada
kandung empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan
splenomegali.
b. Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan
parenkim.
3. Pemeriksaan Tambahan
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis

2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahat sesuai kebutuhan
b.Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alkohol/obat lain

9
c. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra sehubungan dan
anggota keluarga
2. Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan Gamma Globulin murni yang spesifik terhadap
HAV/HBV pada keluarga pasien hepatitis yang dapat memberikan
imunitas pasif terhadap infeksi, imunitas ini bersifat sementara.
b. Tersedia vaksin untuk HBV, karena sifat virus yang sangat menular
dan berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa
semua individu yang termasuk kelompok berisiko tinggi, termasuk
pekerja kesehatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah,
divaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang-
orang yang beresiko terinfeksi virus termasuk homosek atau heterosek
yang aktif secara seksual, pecandu obat bius dan bayi.
c. Medikametosa
1) Kortikosteroid tidak diberikan bila mempercepat penurunan
bilirubin darah, kortikosreroid dapat digunakan pada kolestasis.
2) Yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali
normal tetapi bilirubin masih tinggi.
3) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
4) Antibiotik jika diperlukan.
5) Antiemetik jika diperlukan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.

10
BAB III
TINJAUAN ASKEP

a. Pengkajian
1. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
2. Identitas Penanggung Jawab
Pada idenitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, serta hubungan dengan pasien
3. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut kembung,diare
dan nafsu makan menurun.
b) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis, apakah
tidak pernah, apakah menderita penyakit lain.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada
perut bagian atas, perut kembung, nafsu makan menurun dan diare.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
hepatitis atau sakit lain
e) Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota
keluarga dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga
generasi sebelum pasien. Berikan keterangan manakah symbol pria,
wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal dunia
serta pasien yang sakit.

11
4. Pengkajian 11 Pola Gordon
Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
1) Apakah kondisi sekarang menyebabkan perubahan persepsi
terhadap kesehatan?
2) Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah mengalami
gangguan ini?
b. Nutrisi/ metabolic
1) Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
2) Apakah klien mau memakan makanannya?
c. Pola eliminasi
1) Bagaimana pola BAB klien sejak gangguan mulai terasa?
2) Apa konstipasi zatau diare?
3) Bagaimana pola BAK klien?
4) Apakah kencing lancar, tidak bisa kencing, sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kmampuan ADL sepertii makan minum, mandi, toileting,
mobilisasi di tempat tidur, kemampuan berpindah, serta ambulasi
ROM apakah pasien melakukannya secara mandiri atau dengan
bantuan orang lain atau bantuan alat. Adapaun skor yang dapat
diberikan berkaitan dengan pola akivitas dan latihan seperti: 0:
mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
1) Bagaimana pola tidur klien, apakah mengalami perubahan?
2) Bagaimana istirahanya, dapatkah klien beristirahat dengan
tenang?
f. Pola kognitif-perseptual
1) Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?
2) Apakah klien menggunakan alat bantu?

12
g. Pola persepsi diri/konsep diri
1) Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
1) Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksinya?
2) Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubungan
seksual? (jika sudah menikah)
i. Pola peran-hubungan
1) Apakah setelah sakit, peran klien di keluarga berubah?
2) Bagaimana hubungan klien dengan orang sekitar setelah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
1) Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?
k. Pola keyakinan-nilai
1) Apakah klien selalu rajin sembahyang?
2) Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?

b. Diagnose keperawatan
Analisa data
No Data Interpretasi Masalah keperawatan
1 DS : Kekurangan volume cairan
Peradangan pada sel-
1. Pasien mengatakan sel hati
lemas
2. Pasien mengeluh
Hati membesar,
pusing mendesak dan terjadi
demam
DO:
Mual
1. Penurunan
turgor kulit
2. Mukosa mulut
Kekurangan
kering volume cairan
3. Kulit kering

13
2 DS : Peradangan pada Ketidakseimbangan
1. Pasien sel-sel hati nutrisi kurang dari
mengeluh nafsu kebutuhan tubuh
makannya Peradangan meluas,
menurun nekrosis dan
regenerasi sel-sel hati
2. Pasien
mengeluh jika
makan nyeri di Kegagalan hati untuk
melakukan
uluhati detoksifikasi
dan gangguan
metabolism
DO :
zat gizi
1. Makanan yang
Pelepasan toksin oleh
di berikan hati yang rusak
kepada pasien
tampak masih
Anoreksia, mual
banyak tersisa muntah
2. Pasien tampak
lemas
Ketidakseimbangan
3. Pasien tampak nutrisi kurang dari
setelah di kebutuhan tubuh
berikan
makanan merasa
mual

14
3 DS : Nyeri akut
Peradangan pada sel-
1. Pasien sel hati
mengeluh nyeri
di bagian perut
Hati membesar,
kanan mendesak dan terjadi
2. P = pasien demam
mengeluh nyeri
timbul jika perut
Perut kuadran kanan
kuadran atas di atas terasa nyeri,
sentuh tidak nyaman
Q = seperti
tertusuk-tusuk Nyeri akut
R = terjadi di
perut bagian
atas
S = dengan
skala 7 dari 10
T = setiap saat

DO :
1. Pasien tampak
meringis
2. Nadi meningkat
3. Respirasi
meningkat

15
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hepatitis
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, membrane
mukosa kering dan kulit kering
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan factor biologis dan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan di tandai dengan nyeri abdomen dan
ketidakmampuan memakan makanan
3) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai
dengan melaporkan nyeri secara verbal, perubahan selera
makan dan gangguan tidur.

c. Rencana asuhan keperawatan


No Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC) Rasional
keperawatan hasil (NOC)
1 Kekurangan Setelah diberikan NIC Label : Fluid
volume cairan asuhan keperawatan Management
berhubungan selama 1 x 20 1. Pertahankan 1. Mewaspadai adanya
record atau pendataan intake dan output
dengan menit,
mengenai intake dan cairan yang tidak
kehilangan diharapkan pasien
output cairan. seimbang.
cairan aktif tidak mengalami
ditandai dengan kekurangan volume
2. Monitor status hidrasi 2. Status hidrasi yang
penurunan cairan. Dengan pasien (misalnya, menurun dapat
turgor kulit, kriteria hasil: kelembaban membran menimbulkan
membrane mukosa), secara tepat dehidrasi.
mukosa kering NOC Label : Fluid
dan kulit kering Balance 3. Monitor hasil 3. Mewaspadai adanya
1. Turgor kulit laboratorium yang retensi cairan yang
relevan mengenai mungkin dialami
pasien normal
adanya retensi cairan pasien.
(apabila dicubit,
(misalnya,
akan kembali
peningkatan
dalam waktu
osmolalitas urine).

16
kurang dari 2 4. Monitor vital 4. Mengetahui keadaan
detik). signs pasien secara umum pasien

2. Membran tepat.
5. Pemberian terapi
mukosa pasein
5. Berikan terapi intravena membantu
tetap lembab.
intravena secara tepat memenuhi
3. Adanya
kebutuhan cairan
keseimbangan
6. Berikan cairan secara pasien.
intake dan output tepat.
cairan dalam 6. Selain dengan

rentang 24 jam. pemberian terapi


intravena,
pemberian cairan
juga dilakukan
secara oral agar
dapat memenuhi
kebutuhan cairan
tubuh dengan cepat
2 Ketidakseimban NOC : Nutritional NIC : Nutrition
gan nutrisi Status Management
kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat intake 1. Untuk mengetahui
kebutuhan asuhan keperawatan makanan. status nutrisi klien.
tubuh selama …x 20
berhubungan menit klien
dengan factor menunjukkan 2. Kaji perubahan nafsu 2. Untuk mengetahui

biologis dan keseimbangan makan dan akibatnya. penyebab

ketidakmampua nutrisi dengan penurunan nafsu

n untuk kriteria hasil : makan.

mencerna 1. Intake nutrisi


3. Kaji tinggi badan,
makanan di (kalori, 3. Untuk mengetahui
berat badan dan
tandai dengan karbohidrat, berat badan ideal
bandingkan dengan
protein dan klien.
nyeri abdomen nilai normal.
sebagainya) klien
dan
baik 4. Untuk
ketidakmampua 4. Atur pola makan

17
n memakan 2. Klien melaporkan sesuai dengan pola menyesuaikan pola
makanan adanya nafsu hidup pasien dengan makan fan pola
makan tepat. hidup klien.
3. Makanan yang
diberikan 5. Kolaborasi dengan
ahli nutrisi untuk
5. Perlu bantuan
dihabiskan oleh
jumlah kalori dan tipe dalam perencanaan
klien
nutrisi yang diet yang
4. Kenaikan berat
dibutuhkan untuk memenuhi
badan yang
normal pemenuhan nutrisi. kebutuhan nutrisi
klien.
6. Monitor intake nutrisi
klien. 6. Untuk
menyeimbangkan
7. Anjurkan klien untuk
intake nutrisi yang
makan sedikit tetapi
adekuat.
sering.

7. Agar nutrisi klien


8. Edukasi klien tetap terjaga
pentingnya walaupun dengan
pemenuhan nutrisi. menghabiskan
sedikit energy

8. Untuk memberikan
pengetahuan
kepada klien.
3 Nyeri akut Noc label: Nic label:
berhubungan Pain level Analgesic
dengan agens Setelah diberikan administration
cedera biologis askep selama ....x 1. Catat keluhan nyeri, 1. Nyeri tidak selalu
ditandai dengan 20 menit lokasi, lamanya, ada tapi bila ada
melaporkan diharapkan pasien intensitas dan harus

18
nyeri secara dapat mentoleransi kerakteristik nyeri dibandingkan
verbal, nyerinya dengan gejala
perubahan Dengan kriteria: 2. Kaji ulang factor yang nyeri pasien
meningkatkan atau
selera makan 1. Pasien sebelumnya
menurunkan nyeri
dan gangguan melaporkan nyeri dimana dapat
tidur. berkurang secara membantu
3. Diskusikan dan
verbal diagnose etiologi
ajarkan tindakan
2. Pasien tampak perdarahan dan
alternatif penghilang
rileks dan tenang terjadinya
rasa nyeri tanpa
menggunakan obat kompilkasi
2. Membantu dalam
membuat diagnosa
dan kebutuhan terapi

3. Dapat menurunkan
nyeri yang dirasakan
pasien

d. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan interpensi yang direncanakan
sebelumnya

e. Evaluasi
No. Diagnosa
Evaluasi
Dx Keperawatan
1. Kekurangan volume S : pasien mengatakan konsentrasi bab pasien sudah tidak lembek lagi
cairan berhubungan O : bab pasien terlihat tidaklembek lagi
dengan kehilangan A : Intervensi tercapai
cairan aktif ditandai P : pertahankan intervensi (nic lebel fluid management no 1 )
dengan penurunan

19
turgor kulit,
membrane mukosa
kering dan kulit
kering

2. Ketidakseimbangan S : pasien mengatakan sudah bisa makanan seperti bubur


nutrisi kurang dari O : makanan pasien tampak tidak tersisa lagi
kebutuhan tubuh A : Intervensi tercapai
berhubungan dengan P: pertahankan intervensi.( nic lebel nutrition management no 4)
factor biologis dan
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan di tandai
dengan nyeri
abdomen dan
ketidakmampuan
memakan makanan

3. Nyeri akut S : pasien mengatakan rasa sakit di perut bagian kanan atas sudah berkuran
berhubungan dengan O : pasien sudah tidak terlihat meringis
agens cedera A : intervensi tercapai
biologis ditandai P: lanjutkan intervensi (nic lebel analgesic administration no 3)
dengan melaporkan
nyeri secara verbal,
perubahan selera
makan dan gangguan
tidur.

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang
disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hepatitis terdiri
dari beberap jenis, yaitu :

1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
3. Hepatitis C
4. Hepatitis D
5. Hepatitis E
6. Kemungkinan Hepatitis F Dan G
Virus-virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera dan
kematian hepatosit dengan secara langsung membunuh sel dan dengan
merangsang reaksi peradangan dan imun yang mencederai atau menghancurkan
hepatosit. Reaksi peradangan melibatkan degranulasi sel mast dan pelepasan
histamin, pengaktivan komplemen, lisis sel-sel yang terinfeksi dan sel-sel di
sekitarnya, serta edema dan pembengkakan interstisium. Respon imun yang
timbul kemidian mendukung respon peradangan. Perangsangan komplemen dan
lisis sel serta serangan antibodi langsung terhadap antigen-antigen virus
menyebabkan destruksi sel-sel yang terinfeksi. Hati menjadi edematosa sehingga
kapiler-kapiler kolaps dan aliran darah berkurang yang menyebabkan hipoksia
jaringan, akhirnya terbentuk jaringan ikat dan fibrosis dihati.
Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara
klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Terdapat tiga stadium pada
semua jenis hepatitis yaitu :
a. Stadium prodromal
b. Stadium ikterus
c. Stadium pemulihan

21
Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting
karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga
satu-satunya jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi.

4.2 SARAN
Diharapkan kepada pembaca agar memahami, memberikan saran dan
ktitiknya terhadap kelengkapan makalah ini yang nantinya penulis dapat intopeksi
dengan makalah ini. Sementara itu bagi penulis diharapkan menggunakan banyak
referensi yang mendukung makalah ini karena penulis mengakui banyak
kesalahan pada makalah ini, baik itu yang disengaja maupun tidak disengaja.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta :


Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2.
(edisi Delapan). Jakarta : EGC.

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan. (Edisi


dua). Jakarta : EGC.

Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of


Internal Medicine Volume II 17th Edition. The Mc Graw Hill
Company,1932-1948.

Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C. Geissler. 1999.


Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI

NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011.


Jakarta : EGC
NANDA. 2012. Diagnose keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta :EGC

Tambayong, Jan.(2000). Patifisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Dewi, A. (2010). LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS.


www.academia.edu/12223054/Lp_hepatitis.
(Diakses pada 05 November 2018).

23

Вам также может понравиться