Вы находитесь на странице: 1из 12

A.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Korupsi yang terjadi di indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan
berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah
menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem
hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Di lain
pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum
menunjukan hasil yang optimal.
korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah olah telah
menjadi bagian dari kehidupan kita. jika kondisi ini tetap di biarkan maka korupsi
akan menghancurkan negeri ini.
Korupsi di tanah negeri, ibarat warisan haram tanpa surat wasiat. Ia tetap
lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang
datang silih berganti.
Oleh karean itu mahasiswa diharapkan dapat ikut serta dalam memberantas
korupsi, agar tidak semakin banyak pelaku korupsi di negara ini. Karena mahasiswa
mempunyai peran pebting dalam memberantas korupsi dengan jiwa dan intelegensi
yang ia milki.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi
2. Untuk mengetahui peran mahasiswa dalam pencegahan korupsi
3. Untuk mengetahui peran mahasiswa dalam menanggulangi korupsi

C. Kajian Pustaka
1. Peranan Mahasiswa dalam Pencegahan Korupsi
Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahawa mahasiswa
mempunyai paranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam
peristiwa-peristiwa besar yang dimulai Kebangkitan Nasional tahun 1908,
Sumapah Pemuda tahun 1928, Proklamasi kemeerdekaan NKRI tahun 1945,
lahirnya Orde Baru tahun 1996, dan Reformasi tahun 1998, tidak dapat dipungkiri
bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di depan

1
sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang
mereka miliki.1[2]
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda dan idealisme. Dengan
kemampuan intelektualitas yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting
sebagai menjadi agen perubahan( agent of change).
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil
di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar
yang mereka miliki yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan
keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki
tersebut mahasiawa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu
menyatakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang
koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak
hukum.
2. Penanggulangan Korupsi
Meskipun faktanya korupsi hampir tidak mungkin bisa diberantas secara
menyeluruh, namun setidaknya korupsi itu bisa ditekan agar di masa mendatang
korupsi tidak semakin membudaya dan semakin merusak moral para pejabat
negara.
Maka dari itu, setelah dapat diketahui apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan seorang pemegang kekuasaan publik melakukan korupsi serta
dampak apa saja yang timbul akibat korupsi di Indonesia, dapat dirumuskan
beberapa cara untuk mencegah dan menanggulangi adanya praktik korupsi.
Dalam hal ini, beberapa ahli memiliki sejumlah pandangan atau pendapat
tentang bagaimana cara menanggulangi korupsi.
Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk
menanggulangi korupsi sebagai berikut :
a. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan
sejumlah pembayaran tertentu.
b. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.
1

2
c. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah
pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan,
wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang saling
bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang
secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.
d. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi dengan jalan
meningkatkan ancaman.
e. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan
korupsi dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar
beban korupsi organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar
sekiranya ada sesuatu pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk
mengurangi kesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan adanya
perubahan organisasi
Pada poin pertama pendapat Caiden diatas terlihat seperti tindakan yang
melegalkan pungutan-pungutan yang dilakukan oleh pemerintah, namun dalam
konteks ini, pungutan yang diterapkan sudah berlandaskan aturan resmi untuk
kebaikan bersama dan menghilangkan kemungkinan adanya pungutan-pungutan
liar. Namun, disisi lain apabila tidak diadakan kontrol maksimal, cara ini bisa
dimanfaatkan saja oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk
mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri dan orang-orang disekitarnya..
Sedangkan, Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai
berikut :
1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna
melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak
acuh.
2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan
nasional.
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak
korupsi.
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum
tindak korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui
penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya.

3
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan
bukan berdasarkan sistem “ascription”.
7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran
administrasi pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab
etis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang
mencolok dengan pengenaan pajak yang tinggi.
Dari dua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
cara yang cukup efektif untuk menanggulangi korupsi, antara lain :
a. Mahasiswa mendukung kerja pemerintah dalam merestrukturisasi
organisasi di berbagai sektor pemerintahan sehingga bisa
memudahkan dalam pengawasan/kontrol terhadap kinerja aparat
pemerintahan.
b. Mahasiswa mendukung kerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan pegawai sehingga bisa mengurangi dorongan untuk
melakukan korupsi
c. Mahasiswa mendukung kerja pemerintah dalam penegakan hukum
secara tegas dengan menerapkan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu,
pemberian sanksi pidana maupun sanksi sosial yang bisa
memberikan efek jera sekaligus bisa memberikan peringatan bagi
aparatur negara lainnya agar tidak melakukan korupsi.
d. Mahasiswa mendukung kerja pemerintah dalam meningkatkan
kesadaran seluruh elemen bangsa untuk turut berpartisipasi dalam
melakukan kontrol sosial serta pengawasan kinerja pemegang
kekuasaan publik serta memaksimalkan fungsi media massa
sebagai agen untuk mengontrol kinerja pemerintahan.
e. Mahasiswa mendukung kerja pemerintah dalam menciptakan
pemerintahan yang bersih, jujur, dan terbuka.
Hal ini bisa dimulai dengan perekrutan pegawai baru berdasarkan
keahlian dan menghapus jalur-jalur ilegal (suap dan nepotisme)
sehingga kedepan organisasi kepemerintahan bisa lebih baik.
4
f. Mahasiswa mendukung kerja pemerintah dalam mencatatan
kekayaan aparatur negara secara berkala sehingga bisa diketahui
apabila ada aparatur negara yang mempunyai kekayaan yang tidak
wajar.
g. Mahasiswa ikut berperan dalam menanamkan rasa nasionalisme
sejak dini, serta memberikan pendidikan tentang dampak yang
ditimbulkan akibat korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta
membangun karakter generasi penerus bangsa yang berkarakter
Pancasila.

D. Permasalahan yang Sering Ditemukan di Lingkungan Nasional


1. Di tingkat lokal dan nasional
Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang mahasiswa dalam
gerakan anti korupsi bertujuan agar dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif
dan tindak korupsi yang masif dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa dengan
kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan
massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional.

Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir dari dalam kampus,


mahasiswa dapat menyebarkan perilaku anti korupsi kepada masyarakat luas,
dimulai dari masyarakat yang berada disekitar kampus kemudian akan meluas ke
lingkup yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dirancang dan
dilaksanakan secara bersama dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat
akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu negara.
Dari ujung Aceh sampai ke Papua, negara Indonesia diberikan berkah yang
amat besar dari Tuhan Yang Maha Esa. Hampir tidak ada satu wilayahpun di
negara Indonesia ini yang tidak subur atau tidak mempunyai potensi sumber daya
alam yang baik, segalah jenis kayu, bambu, tumbuhan pangan dapat hidup dengan
baik dan subur. Sedangkan didalam tanah tak kurang begitu melimpahnya minyak
bumi, batu bara, gas alam, panas bumi, biji besi, tembaga, emas, aluminium
sampai uranium. Belum lagi kekayaan laut yang sangat besar dengan luas yang
luar biasa besar. Selain itu anugerah bahwa Indonesia terletak di garis khatulistiwa

5
yang sangat berlimpah sinar matahari dan hanya mempunyai 2 (dua) musim yang
sangat menghidupi.
Dengan kekayaan yang sangat melimpah ini, rakyat Indonesia seharusnya
dapat hidup lebih baik dan bahkan sangat mungkin untuk menjadi yang terbaik di
dunia ini. Sudah sewajarnya penduduk Indonesia hidup sejahtera jika melihat
kekayaan yang dimiliki tersebut. Tidak ada orang yang kelaparan, tidak ada orang
yang menderita karena sakit dan tidak mampu untuk berobat, tidak ada lagi
kebodohan karena setiap orang mampu bersekolah sampai tingkat yang paling
tinggi, tidak ada orang yang tinggal dibawah kolong jembatan lagi karena semua
orang mempunyai tempat tinggal layak, tidak ada kemacetan yang parah karena
kota tertata dengan baik, anak-anak tumbuh sehat karena ketercukupan gizi yang
baik. Anak-anak jalanan, pengemis, dan penyakit masyarakat lain sudah menjadi
cerita masa lalu yang sudah tidak ada lagi. Anak yatim, orang-orang usia lanjut
hidup sejahtera dan diperhatikan oleh pemerintah.
Bukan sebuah kesengajaan bahwa di tengah kata Indonesia ada kata ‘ONE’,
ind-one-sia, yang berarti satu. Tentunya ini akan bisa diartikan bahwa Indonesia
bisa menjadi negara nomor satu di dunia. Tentu saja bisa, dengan melihat begitu
kayanya negeri ini, subur, gemah, ripah loh jinawi, Indonesia sangat potensial
untuk menjadi negara nomor satu di dunia. Tentunya dengan catatan, tidak ada
korupsi, tidak ada yang mengambil hak orang lain, dan tidak ada yang menjarah
kekayaan negara.
Sebab apabila masih ada yang korupsi dan mengambil hak-hak orang lain,
negara Indonesia tidak lagi ‘ONE’ namun akan berubah menjadi In- DONE-sia,
“DONE”, selesai! Tamat!, Bangsa dan Negara ini selesai! Indonesia sebagai
bangsa dan negara tidak lagi eksis. Kemudian, kalau Indonesia tidak lagi eksis,
Indonesia hanya menjadi cerita masa lalu, bagaimana kelak nasib anak cucu kita?
Anda bisa membayangkan?
Oleh karena itu mari satukan langkah, mari perangi korupsi dengan mengawali
dari diri sendiri, dengan harapan besar bagi kejayaan negeri ini serta kesejahteraan
bangsa yang ada di dalamnya. Tidak ada yang tidak mungkin di muka bumi ini,
sesuatu yang besar selalu diawali dengan satu langkah kecil namun pasti dan
penuh integritas. Selamat datang generasi anti korupsi!
2. Fenomena Korupsi di Indonesia

6
Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya
Indonesia ialah:
1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia
pada lembaga-lembaga politik yang ada.
2. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya
banyak di antara mereka yang tidak mampu.

3. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan


dalih “kepentingan rakyat”.

Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :


a. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering
beru-bah-ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
b. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada
kepenting-an umum.

c. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-


lomba mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.

d. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta


dan kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.

e. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok


kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok
masyarakat besar (rakyat).

E. Solusi Alternatif Pemecahan Masalah

a. Mahasiswa:
a) Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai
agen pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat
perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut
tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat.
Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau
melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang
terbaik.

7
b) Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan
kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.

c) Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

d) Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari


pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.

e) Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang


penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek
hukumnya.

f) Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan


berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk
kepentingan masyarakat luas.

g) Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi


pemimpin (leader) dalam gerakan massa anti korupsi baik yang
bersifat lokal maupun nasional. Kegiatan-kegiatan anti korupsi
yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama dan
berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya
korupsi yang terjadi di suatu Negara.
b. Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas
tindak korupsi di Indone-sia, antara lain sebagai berikut :
a) Strategi Preventif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan
pada hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap
penyebab yang terindikasi harus dibuat upaya preventifnya,
sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu
perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk
melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam
pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya
korupsi.
b) Strategi Deduktif.

8
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan agar apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi,
maka perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga dapat
ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak
sistem yang harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan
dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup tepat memberikan sinyal
apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangat
membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum,
ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.
c) Strategi Represif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara
cepat dan tepat kepada pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi.
Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari
tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan
peradilan perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala
aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan
secara cepat dan tepat. Namun implementasinyaharus dilakukan
secara terintregasi. Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat
dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak dilaksanakan.
Adapula strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif antara lain :
1. Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi” yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia
saat ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan
gerakan rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun
ormas yang lain perlu bekerjasama dalam upaya memberantas korupsi, serta
kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai politik untuk melawan korupsi.
Selama ini pemberantasan korupsi hanya dijadikan sebagai bahan kampanye
untuk mencari dukungan saja tanpa ada realisasinya dari partai politik yang
bersangkutan. Gerakan rakyat ini diperlukan untuk menekan pemerintah dan
sekaligus memberikan dukungan moral agar pemerintah bangkit memberantas
korupsi.
2. Gerakan “Pembersihan” yaitu menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab serta
9
memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi
tanpa memandang status sosial untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini
dapat dilakukan dengan membenahi sistem organisasi yang ada dengan
menekankan prosedur structure follows strategy yaitu dengan menggambar
struktur organisasi yang sudah ada terlebih dahulu kemudian menempatkan orang-
orang sesuai posisinya masing-masing dalam struktur organisasi tersebut.

3. Gerakan “Moral” yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi


adalah kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat
manusia. Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial
masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi
dan akan menerima, mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah
ini antara lain dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat
terjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah
yang efektif membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral korupsi.

4. Gerakan “Pengefektifan Birokrasi” yaitu dengan menyusutkan jumlah pegawai


dalam pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan
menempatkan orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dan
apabila masih ada pegawai yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan tegas dan
keras kepada mereka yang telah terbukti bersalah dan bilamana perlu dihukum
mati karena korupsi adalah kejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan siapa saja
yang melakukan korupsi berarti melanggar harkat dan martabat kehidupan.

F. PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan makalah di atas, maka dapat dipetik beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
a. Gerakan Anti Korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus
melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah,
swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran mahasiswa sebagai salah
satu bagian penting dari masyarakat sangat diharapkan.
b. Mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di depan menjadi motor penggerak
gerakan anti korupsi yang didukung oleh kompetensi dasar yang mereka

10
miliki, diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan
kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif,
dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
c. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di
lingkungan kampus, di masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional.
2. Saran
a. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
b. Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.
c. Semoga kedepannya negri ini jauh dari korupsi.

G. DAFTAR PUSTAKA
Alimka, Muhammad. (2013) dalam “Makalah Peran Mahasiswa Dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi” (http://pelajarlog.blogspot.com/2013/10/makalah-peran-
mahasiswa-dalam-upaya.html), diakses pada 31 Agustus 2018.

11
Andis, Nofri. (2011) dalam “Studium Generale: Peran Mahasiswa dalam
Pencegahan Korupsi” (http://www.itb.ac.id/news/3150.xhtml), diakses pada 29 Agustus
2018.

Fauziah. (2012) dalam “Peran dan Upaya Mahasiswa dalam


Memberantas Korupsi” (https://munajathati.wordpress.com/2012/05/19/peran-dan-
upaya-mahasiswa-dalam-memberantas-korupsi/), diakses pada 31 Agustus 2018.

Ghofur, Abdul. (2014) dalam “Makalah Peran Mahasiswa Dalam Upaya


Memerangi Korupsi di Indonesia”
(http://tugaskuliahghofur.blogspot.co.id/2014/11/makalah-peran-mahasiswa-dalam-
upaya.html), diakses pada 29 Agustus 2018.

Novia, Yandi. (2012) dalam “Peran mahasiswa dalam mencegah korupsi”


(http://www.slideshare.net/DebuYandi/peran-mahasiswa-dalam-mencegah-korupsi),
diakses pada 29 Agustus 2018.

Nugroho, Andi S. (2014) dalam “PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN


ANTI KORUPSI” (http://ikipwates-andi.blogspot.co.id/2014/06/peranan-mahasiswa-
dalam-gerakan-anti.html), diakses pada 29 Agustus 2018.

Revida, Erika. (2003) dalam “KORUPSI DI INDONESIA: MASALAH DAN


SOLUSINYA” (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3800/1/fisip-erika1.pdf)
diakses pada 31 Agustus 2018

Sholihah, Mega. (2015) dalam “peran mahasiswa dalam memberantas korupsi”


(http://megasholihah33.blogspot.co.id/2015/07/peran-mahasiswa-dalam-
memberantas.html), diakses pada 29 Agustus 2018.

12

Вам также может понравиться