Вы находитесь на странице: 1из 115

Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu

Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

BAB II
PELINGKUPAN

2.1. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Dikaji

2.1.1. Status Studi AMDAL


Dalam rangka penyusunan Kerangka Acuan Rencana Pembangunan PLTMG Mobile
PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA &
Transmisi Line SUTT 150 kV sebelumnya telah dilakukan studi kelayakan secara
teknik dan studi kelayakan secara ekonomis. Dokumen AMDAL Pembangunan
PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI)
Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV disusun untuk melakukan studi
kelayakan lingkungan sebagai pelengkap studi kelayakan teknis dan kelayakan
ekonomis. Oleh karena itu studi AMDAL ini bukan merupakan AMDAL terintegrasi,
karena pelaksanaan studi secara teknik, ekonomis dan lingkungan dilakukan secara
terpisah.

2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Dengan Rencana Tata Ruang
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua maka rencana
Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu
Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua. Bukti dari kesesuaian tata ruang tersebut
dengan diterbitkanya rekomendasi rencana Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika
(10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi
Line SUTT 150 kV oleh pejabat terkait yaitu berupa Peraturan Daerah Provinsi Papua
Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Tahun
2013-2033.

2.1.3. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Lokasi rencana kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) berada
pada Kampung Hiripau, Mimika Timur Kabupaten Mimika PLTMG Timika 2 (40
MW) berada pada Kampung Hiripau, Mimika Timur Kabupaten Mimika Gardu
Induk (GI) Timika 120 MVA berada pada Kampung SP IV, Mimika Baru Kabupaten
Mimika & Transmisi Line SUTT 150 kV melewati Desa Pomako, Hiripau, Desa
Kaugapu, Desa Wania yang terletak di Mimika Timur dan Mimika Baru, Kabupaten

II-1
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Mimika. Lokasi rencana kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW)
PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line
SUTT 150 kV disajikan dalam gambar 2.1. dan gambar 2.2

II-2
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Gambar 2.1. Peta Lokasi PLTMG

II-3
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Gambar 2.2. Peta Rencana Lokasi Gardu Induk dan Transmisi Line

II-4
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Gambar 2.3. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru

II-5
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

2.1.4. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penyebab Dampak Lingkungan


Lokasi rencana kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) dan
PLTMG Timika 2 (40 MW) secara administratif berada pada Kampung Hiripau,
Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika dengan koordinat 4º 45’ 18.70” S dan 136º
46’ 9.10” E.
Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA secara administratif berada pada Kampung SP
IV, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika dengan koordinat 4º 45’ 46.60” S dan
136º 53’ 0.62” E
Transmisi Line SUTT 150 kV secara administratif akan melewati jalur diantara
PLTMG Mobile Timika (10 MW) dan PLTMG Timika 2 (40 MW) hingga Gardun
Induk Timika 120 MVA yaitu melewati Desa Pomako, Hiripau, Desa Kaugapu, Desa
Wania yang terletak di Distrik Mimika Timur dan Distrik Mimika Baru, Kabupaten
Mimika, Provinsi Papua.

Rencana kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika
2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV akan
dilakukan dalam 3 tahapan kegiatan yaitu tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan
operasi. Tahapan rencana kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Rencana Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW)
PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA &
Transmisi Line SUTT 150 kV
Tahun
No Kegiatan
2017 2018 2019 2020 … 2030
A. Tahap Pra Konstruksi
1 Sosialisasi
2 Pembebasan Lahan
3 Rekruitment Tenaga Kerja
B. Tahap Konstruksi
Pembangunan dan
1
Pengoperasian Base Camp
2 Mobilisasi Peralatan
3 Mobilisasi Material
4 Pekerjaan Konstruksi
5 Demobilisasi peralatan
6 Pembersihan basecamp
7 Pemutusan Hubungan Kerja
C. Tahap Operasi

II-6
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Pengoperasian PLTMG dan


1
Jaringan SUTT
Perawatan PLTMG dan Jaringan
2
SUTT
Sumber : PT PLN (Persero), 2017

2.1.4.1. Tahap Pra Konstruksi


Pada tahap pra konstruksi, kegiatan yang akan dilakukan meliputi: sosialisasi,
pembebasan lahan dan penerimaan tenaga kerja.

1. Sosialisasi
Berdasarkan amanah dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, dan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan
Hidup dan Izin Lingkungan, maka perlu dilakukan sosialisasi kepada
publik/masyarakat terkait dengan rencana Pembangunan PLTMG Mobile PP
Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA
& Transmisi Line SUTT 150 kV, dan proses kegiatan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL).
Sosialisasi bertujuan untuk menyamakan penafsiran dan pemahaman terhadap
kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2
(40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV.
Sosialisasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat sekitar
proyek tentang rencana kegiatan. Dengan demikian, diharapkan dapat
mengurangi persepsi negatif dari masyarakat, dan pada akhirnya masyarakat
dapat menerima dan mendukung berlangsungnya kegiatan tersebut.
Pemrakarsa akan melakukan sosialisasi awal dengan menghadirkan
masyarakat, aparat pemerintah dan tokoh masyarakat. Informasi yang akan
diberikan dalam sosialisasi tersebut antara lain perencanaan kegiatan yang
akan dilakukan, trase rencana pembangunan jalan serta dampak-dampak yang
akan ditimbulkan baik bersifat positif/untung maupun bersifat negatif/rugi
terhadap lingkungan maupun masyarakat.
Model/strategi yang diterapkan dalam melakukan sosialisasi adalah dengan
pendekatan partisipatif, yaitu Participatory Rural Appraisal (PRA). Bentuk
sosialisasi yang dilakukan berupa diskusi dengan kelompok-kelompok kecil

II-7
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

yang ada di masyarakat, baik secara formal maupun informal. Pendekatan ini
dilakukan untuk mengetahui persepsi, kebutuhan serta harapan dari
kelompok-kelompok masyarakat terhadap rencana kegiatan Pembangunan
PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV. Selain itu, sosialisasi juga
dilakukan dengan pertemuan secara terbuka serta melalui pengumuman yang
ditempelkan di tempat-tempat yang mudah diakses oleh masyarakat.

2. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan dilakukan untuk mendapatkan lahan sesuai dengan trase
jalan yang direncanakan. Pembebasan lahan dilakukan terbatas hanya pada
lahan yang akan digunakan untuk keperluan kegiatan pembangunan. Sistem
pembebasan lahan ini dengan sistem pembelian. Sistem dan mekanisme dalam
pembebasan lahan dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan partisipatif,
dengan mendayagunakan kelembagaan lokal pada masyarakat. Adapun proses
pembebasan lahan masyarakat adalah sebagai berikut:
- Melakukan klarifikasi dan invetarisasi kepemilikan lahan masyarakat
- Melakukan pengukuran lahan yang akan dibebaskan.
- Melakukan pembayaran sesuai dengan kesepatakan dengan pemilik lahan.
Prosedur dalam melakukan ganti rugi lahan dan tanam tumbuh adalah sebagai
berikut:
- Pembayaran wajib diterima langsung oleh pemilik atau ahli waris dan
disaksikan serta ditanda tangani oleh pemilik lahan.
- Kepala kampung, tokoh masyarakat, kepala distrik dan dinas atau instansi
pemerintah kabupaten yang membidangi.
- Setiap kegiatan proses ganti rugi akan didokumentasikan baik dalam bentuk
tertulis maupun foto.

3. Rekruitmen Tenaga Kerja


Rekruitmen tenaga kerja yang dimaksud disini adalah mulai didatangkannya
para tenaga kerja berdasarkan pada volume pekerjaan yang dilakukan.
Kebutuhan kualifikasi tenaga kerja meliputi: tenaga ahli, tenaga administrasi,
tenaga pengawas lapangan, tukang dan buruh. Pemenuhan kebutuhan tenaga
ahli dari luar lokasi sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Sementara
tenaga kerja tukang dan buruh akan dipenuhi dari tenaga lokal.

II-8
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan terlibat langsung dalam tahapan
kegiatan mengalami fluktuasi sesuai dengan tahap kegiatan yang dilaksanakan.
Dalam pelaksanaannya perekrutan tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan
pihak ketiga yang ditunjuk oleh PT PLN (Persero). Perkiraan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Rencana jumlah tenaga kerja tahap konstruksi

Jumlah
No Jabatan Keterangan
(orang)
Administrasi/Kantor
1. Project Director 1 -
2. Project Control 2 -
3. Fabrication Manager 1 -
4. Engineering Manager 1 -
5. Construction Manager 1 -
6. Procruitment Manager 1 -
7. Finance Manager 1 -
8. Site Manager 4 -
9. Site Office 28 -
Pekerjaan Pondasi Tower
10. Satu Grup Kerja 15 1 tower, 14 hari
Pekerjaan Erection Tower
11. Satu Grup Kerja 20 1 tower, beban 4000 kg
Pendirian Tower dan Pemasangan Isolator dan Accesories
12. Satu Grup Kerja 14 1 tower, 6 hari
Penarikan kabel (stringing)
13. Satu Grup Kerja 43 10 km, 1 bulan
Pembangunan Gradu Induk dan Switcyard 150 kV
14. Persiapan 10
15. Pekerjaan sipil 25 1 grup kerja
16. Pekerjaan mekanikal 20
Jumlah 187

Sumber : PT. PLN (Persero), 2017

II-9
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

2.1.4.2. Tahap Konstruksi

1. Pembangunan dan Pengoperasian Base Camp


Pembangunan sarana-prasarana merupakan kegiatan pembangunan fasilitas-
fasilitas penunjang Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG
Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT
150 kV. Sarana-prasarana yang akan dibangun terdiri dari base camp, pos
keamanan, gudang peralatan dan bengkel, gudang bahan dan material, fasilitas
penyediaan air bersih dan tangki persediaan bahan bakar. Konstruksi unit-unit
bangunan sarana dan prasarana tersebut berupa bangunan semi permanent yang
mudah dibongkar pasang.
Operasional base camp dan gudang disini ditandai dengan mulai digunakannya
base camp sebagai tempat tinggal sementara untuk tenaga kerja kasar/pelaksana
yang disesuaikan dengan kebutuhan pada tahap konstruksi karena jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan dan terlibat langsung dalam tahapan kegiatan
mengalami fluktuasi sesuai dengan tahap kegiatan yang dilaksanakan.

2. Mobilisasi Peralatan dan Material

Mobilisasi Peralatan
Peralatan konstruksi yang dimaksud dalam Pembangunan PLTMG Mobile PP
Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA
& Transmisi Line SUTT 150 kV didatangkan dari luar lokasi kegiatan. Material
peralatan terdiri dari winch, puller, roda kawat, lifting road dan tiang
penyangga. Alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi disajikan dalam tabel 2.3.
Tabel 2.3. Penggunaan Peralatan Rencana Kegiatan Pembangunan PLTMG
Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu
Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV
No Jenis kegiatan konstruksi Peralatan
1. Pembersihan tanah dan Cangkul, sabit, sekop, linggis, palu,
pengukuran posisi pondasi meteran, bor ukur
2. Penggalian tanah untuk Mesin pancang, molen, sekop, timba,
pondasi ember
3. Pondasi tower Mesin pancang, tempelete, teodolit, molen,
sekop, timba
4. Pendirian tower Tool set, wing jimpole, katrol
5. Pemasangan isolator dan Tool set, wing jimpole, katrol

II-10
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

accessories
6. Stringing Mesin stringing, winc/puller, tensioner,
kawat pancingan, acuisner, pengukur
tegangan tarikan, spanners, pulling bonds,
hidrolic press
7. Pembangunan gardu induk Buldozer, excavator dan vibrator engine
8. Mobilisasi peralatan dan Truk gandeng dan dump truck
material
Sumber : PT PLN (Persero), 2017

Mobilisasi Material
Mobilisasi material dalam tahap konstruksi yang dimaksud dalam
Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW),
Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV adalah
dengan mendatangkan material ke lokasi proyek guna menunjang segala
keperluan yang berhubungan dengan proses konstruksi serta pembangunan
sarana-prasarana yang dibutuhkan. Material bangunan yang dibutuhkan dalam
pembangunan jaringan dan gardu meliputi semen, batu, pasir, semen, besi
beton, besi baja, pipa, steel structure, kabel, kayu, genteng dan sebagainya.
Material tower dan kawat seerta peralatan gardu induk didatangkan dari luar
lokasi kegiatan dan didistribusikan ke setiap lokasi dan site. Batu dan pasir
didatangkan dari daerah terdekat lokasi.
Pengangkutan peralatan dan material yang akan digunakan untuk
pembangunan pondasi dan tower akan dilakukan menggunakan kendaraan
truk ke lokasi tertentu (main road) yang kemudian diteruskan dengan
pengangkutan menggunakan tenaga buruh ke lokasi tower yang dituju

Tabel 2.4. Jenis Material yang Digunakan


No Jenis Material Volume Keterangan
1 Semen 12345 Didatangkan dari luar lokasi
12345 Didatangkan dari lokasi
2 Batu
terdekat
12345 Didatangkan dari lokasi
3 Pasir
terdekat
4 Semen 12345 Didatangkan dari luar lokasi
5 Besi Beton 12345 Didatangkan dari luar lokasi
6 Besi Baja 12345 Didatangkan dari luar lokasi
7 Pipa 12345 Didatangkan dari luar lokasi
8 Steel Structure 12345 Didatangkan dari luar lokasi
9 Kabel 12345 Didatangkan dari luar lokasi

II-11
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

10 Kayu 12345 Didatangkan dari luar lokasi


11 Genteng 12345 Didatangkan dari luar lokasi
Sumber : PT PLN (Persero)

3. Pekerjaan Konstruksi

A. Pematangan Lahan

Kegiatan pematangan lahan yang diperlukan antara lain meliputi pekerjaan-


pekerjaan berikut :

 Pekerjaan pembersihan (clearing, grubbing dan stripping top soil)


meliputi pembersihan lahan dari tumbuh-tumbuhan, batuan
permukaan dan pengupasan permukaan tanah lunak, termasuk
pembuatan jalan sementara menuju area penempatan material
pembersihan itu sendiri. Khusus top soil akan ditempatkan di
pinggiran lokasi yang selanjutnya digunakan untuk keperluan
landscaping.
 Pekerjaan galian dan pengurugan yang akan dilakukan sesuai
dengan kondisi lahan.Untuk daerah yang terlalu tinggi dari elevasi yang
direncanakan perlu dilakukan pekerjaan galian. Sedangkan untuk area
yang lebih rendah akan diurug dengan material yang memenuhi kriteria
tanah urug untuk selanjutnya dipadatkan. Apabila tanah galian di
lokasi memenuhi kriteria tanah urug, maka hasil galian tersebut
ditempatkan di lokasi sementara untuk selanjutnya digunakan sebagai
tanah urug. Tetapi apabila tidak memenuhi syarat, maka hasil galian
akan dibuang ke luar lokasi.
 Pekerjaan stabilisasi lereng (rock slope stabilization) perlu dilakukan
apabila lokasi yang dipilih memiliki perbedaan tinggi yang cukup
signifikan, sehingga diperlukan beda elevasi antara bangunan utama
pembangkit dengan bangunan penunjang seperti coal yard, ash disposal
area atau switchyard. Jenis stabilitas lereng sangat tergantung dari
kondisi beda tinggi, jenis tanah dan sudut kemiringan lereng.
 Pekerjaan pagar, pintu pagar dan pos keamanan lokasi proyek yang
diperlukan untuk memberikan batas lokasi proyek yang akan
digunakan dan mempermudah pengawasan dan pengamanan lokasi
proyek.

II-12
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Untuk sumber material yang akan digunakan pada kegiatan pematangan


lahan akan diambil dari perusahaan yang bergerak di bidang penambangan
bahan galian batuan untuk menghindari penambangan liar.

B. Pembangunan Bangunan Utama dan Fasilitas Penunjang


(1) Pembangunan tower
Tower adalah konstruksi bangunan yang kokoh, berfungsi untuk
menyangga/merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang
cukup agar aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Adapun bagian
dari tower yang dibangun sebagai berikut :

(a) Pondasi
Pondasi adalah konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower
(stub) dengan bumi. Jenis pondasi tower beragam menurut kondisi tanah
tapak tower berada dan beban yang akan ditanggung oleh tower.
Adapun pekerjaan pondasi tower SUTT 150 kV secara umum dilakukan
dengan langkah-Iangkah sebagai berikut,
1) Setting tapak pondasi
- Pekerjaan pematokan astower, dibuat permanen dari campuran
beton dan tertanam ditanah, untuk mengantisipasi patok digeser
atau tergeser.
- Perlu dicek sudut arah tower dan lokasi tapak sesuai dengan
lahan yang dibebaskan.
2) Pekerjaan galian tanah
- Dilakukan setelah posisi dan metode galian disetujui oleh
pengawas
- Galian tanah inidiperlukan untuk tipe pondasi PC
- Metode galian disesuaikan dengan keadaan/jenis tanah.
3) Pasir urug dan Iantai kerja (LeanConcrete)
- Lapisan pasir urug (5-10) cm sesuai gambar approval dan
kemudian diberi spesi beton sebagai LC5 cm.
- Ketebalan pasir urug bisa ditambah sesuai dengan kondisi
lapangan dan arahan dari pengawas.
4) Setting Stub dan Cleats

II-13
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

- Stub tower disetting sesuai gambar tower approval back to back tower
- Pada bagianbawah stub diberi umpak beton (30x30x20) cm
sebagai dudukan agar stabil
- Setting stub dilakukan lebih dahulu sebelum besi tulangan
dirangkai
- Stub tower dikunci dalam posisi stabil agar tidak bergerak saat
pengecoran
- Jumlah cleats minimal 2set sesuai gambar.
5) Pembesian dan bekisting
- Menggunakan besi tulangan telah lulus uji tarik dilab dan
memenuhi persyaratan kuat tarik besi
- Dimensi, jarak dan jumlah tulangan sesuai dengan gambar
approval
- Tulangan yang digunakan bersih dan bebas karat
-
Beton decking/tahu beton minimal 4 buah dalam 1 m2
- Pada saat merangkai besi tulangan, stub tower jangan sampai
bergeser
- Pengawas memastikan dimensi bekisting terpasang kokoh dan
sesuai ukuran
- Harus dipastikan grounding tower telah terpasang
6) Pengecoran
Jenis pengecoran yang dilaksanakan umunya ada dua, tergantung
bagaimana kondisi Iapangan, yaitu :
- Pengecoran dengan readymix
Ready mixmerupakan produksi dari sebuah pabrik pencampur
(dikenal dengan batchingplan) kemudian diangkut dengan truk
molen.Sistem pencampuran bisa melalui alat batchin plan,
kemudian campuran beton yang sudah jadi sesuai dengan
komposisi campuran beton yang dikehendaki dituangkan
kedalam truk molen ( dikenal dengan sistem basah). Sistem
pencampuran yang lain bahwa komponen beton ditakar
menggunakan alat, setelah sesuai dengan komposisl beton
rencanakemudian ditungkan kedalam truk molen (dikenal dengan

II-14
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

system kering) dan truk molen tadi selain sebagai pengangkut


ketujuan yang dikehendaki juga sebagai tempat pengadukan
beton. Pengecoran readymix dilakukan apabila terdapat akses jalan
menuju lokasi pondasi tower yang dapat dijangkau dengan truk
molen.
- Pengecoran SiteMix
Pengecoran dengan sistim site mix adalah pelaksanaan pengecoran
dimana proses pencampuran dan pengadukan beton dilakukan di
lapangan/di lokasi kerja. Site mix lazimnya dikenal dengan 2
metode yaitu dengan pencampuran manual (tenaga manusia
mengunakan sekop, cangkul) dan yang kedua dengan
menggunakan mesin molen. Pengecoran site mix dilakukan
apabila lokasi tower tidak memungkinkan untuk dijangkau
dengan kendaraan.
7) Urugan kembali galian pondasi
- Tanah bekas galian pondasi dapat diurug kembali dalam waktu
minimal 7 hari setelah pengecoran
- Pengurugan dilakukan bertahap/per layer dan dilakukan
pemadatan dengan alat pemadat
- Tanah urugan adalah tanah bekas galian pondasi, kecuali tanah
tersebut tidak layak sebagai tanah urugan, harus mendatangkan
tanah urugan dari luar
- Pondasi diurug sampai batas 30 cm dari top cor chimney
- Jika secara teknis di butuhkan slope deflection, pengawas PLN dapat
memberi perintah tertulis ke kontraktor pelaksana
(2) Erection
Erection Tower dilaksanakan setelah pondasi tower dinyatakan benar-
benar mengeras. Usai pengecoran pondasi tower, maka erection tower
dapat dilakukan minimal 28 hari pengecoran untuk mencapai kuat
tekan maksimal beton, namun dalam keadaan tertentu dapat digunakan
zat adiktif untuk mempercepat perkerasan beton dan erection dapat
dilakukan dalam waktu 7 hari setelah pengecoran. Erection tower
dilakukan potong demi potong perbagian tower dimulai dari bawah

II-15
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

keatas, crossarm dimulai dari bagian atas ke bawah, dirangkai dengan


sistem baut dan dilakukan pengikatan dengan baut.

Gambar 4. Ilustrasi pekerjaan erection Tower SUTT 150 kV

Pekerjaan Erection tower dalam pelaksanaannya dibagi atas beberapa


item pekerjaan yaitu :
1) Sortir Material
Pekerjaan persiapan yang dilakukan sebelum men-sortir material
tower ini adalah menyiapkan gambar-gambar kerja, faking list dan
daftar list materilper set tower. Material disortir dimulai dari material
yang paling bawah (Basic) tower, disortir sesuai dengan jumlah
danjenis untuk setiap set tower. Material tower disusun satu tumpuk,
plate juga disusun dalam satu tumpukan demikian juga halnya
dengan baut, mur dan ring, sebagai pedoman dalam mensortir
material digunakan daftar (list) material per set tower yang telah
disiapkan terlebih dahulu. Dikarenakan banyak dan ragamnya jenis
material tower yang akan disortir, gunamemudahkan dalam
pelaksanaan penyortiran setiap tumpukan tower ditandai sesuai
dengan nomor material. Umumnya material digudang ditumpuk
sesuai dengan daftar packing list (untuk nomor dan jenis yang sama
ditumpuk (dipak) dalam satu tumpukan. Inilah tujuan dari
menyortir, dari setiap tumpukan diambil sesuai jumlah untuk satu
set tower dan dikumpulkan sehingga membentuk tumpukan yang
baru, yang isi nya satu set tower. Tumpukan set tower ini akan di

II-16
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

c e k u l a n g kembali pada saat dinaikkan ke truk untuk dikirim


kelapangan.
2) Mobilisasi Material
Material yang telah disortir, diangkat ke truk, disusun sedemikian
rupa sesuai pengalaman material yang ukurannya besar disusun
dibawah, Plate diikat sedang Baut, Mur d a n ring dimasukkan
kedalam goni. Setelah sampai ketitik yang diantar, materialpun
diturunkan (dibongkar) dengan cara material kecil-kecil, Baut, Mur
dan Ring serta Plateditumpukkan bagian bawah kemudian ditimpa
dengan material yang besar. Ini dilakukan disampinguntuk
keamanan juga memudahkan pekerjaan pada saat pelangsiran
material ketitik tower.
3) Langsiran Material
Material yang telah ditumpuk dipinggir jalan kemudian dilangsir
ketitik tower, banyak cara yang dilakukan untuk melangsir material
ketitik tower, tergantung medan yang akandilalui, pada umumnya
metoda yang digunakan adalah melangsir material dengan
menggunakan tenaga manusia. Material diangkat (dipikul) sampai
ketitik tower, perletakan material disebar dan ditumpuk sesuai
nomor dan jenisnya, untuk peletakan material ini diatur dan diawasi
oleh seorang mandor (tenaga ahli) yang mengerti mana material
yang akan dipasang terlebih dahulu, selama pelangsiran material
terus dicheck sesuai daftar pengiriman (List Material). Demikian hal
ini dilakukan sampai semua material sampai ke titik tower dan bila
pada hari yang sama belum dapat dilakukan pekerjaan Erection tower,
material tower yang telah dilangsir dilapangan dijaga baik malam
maupun siang hari.
4) Erection Tower
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan Erection tower dengan berat 4000 kg perharinya sebanyak
20 orang. Dengan perincian 8 orang dibagian atas, 4 orang turun naik
dan 8 orang dibagian bawah. Langkah awal yang dilakukan
memasang Tiang Basis Pertama disambung ke stub dengan plat,

II-17
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

kemudian diangkat sampai tegak dengan menggunakan tali dan


dibaut, dilakukan diempat stub, selanjutnya ke empat basis
dihubungkan dengan material penyokong baik arah sisi maupun
arah diagonal. Untuk menaikkan tiang basis ke dua, steling
dibedirikan diujung salah satu tiang basis diikat kuat, diujung steling
diletakkan blok rol,basis kedua diangkat keatas sampai ujung
bawahnya ketemu dengan ujung atas basis pertama kemudian
dihubungkan dengan plate, sementara basis dinaikkan, material
penyokong dipersiapkan dibawah, palte-plate sambung dipasang di
material penyokong, kemudian ke empat basis dihubungkan dengan
material penyokong dan dibaut, Untuk selanjutnya pekerjaan
dilakukan sesuai dengan cara seperti pada basis kedua sampai
dengan ke pinggang, demikian juga halnya dengan pemasangan cros
arm. Cros arm dijalin dibawah kemudian diangkat disambung dengan
plate dan dibaut, sampai dengan seluruh komponen material
terpasang seluruhnya.
5) Final Chek
Pekerjaan Final Chek adalah pekerjaan yang dilakukan setelah Tower
dierection, semua baut dikencangkan sesuai dengan ukuran dari
mulai basis pertama sampai dengan ke ujung tower, semua material
dibersihkan dan didata. Untuk keamanan material dari orang-orang
yang tak bertanggung jawab biasanya ujung baut dirusak sehingga
mur tidak dapat dibuka, atau semua baut dari basis pertama sampai
dengan basis ke dua di lakukan proses pengelasan.
6) Finishing
Yang termasuk finishing, meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai
berikut :
1. Perataan tanah sesuai dengan luas tanah yang dimiliki PT. PLN
(Persero) pada tapak tower
2. Pengerasan bolt dan nut tower, bila perlu sampai satu atau dua
tingkat (seksi stub), bolt dan nut di matikan (dilakukan
pengelasan) terutama pada daerah rawan pencurian
3. Pemasangan danger plate (tanda bahaya) dan nomor tower

II-18
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

4. Pemasangan penghalang panjat tower


5. Pemasangan patok batas tanah milik PT. PLN (Persero)
6. Penyempurnaan mata intan (plesteran kaki tower)
(3) stringing /Penarikan konduktor (kabel)
Pekerjaan stringing, yang dimaksud disini adalah memasang konduktor
(kabel), pada transmisi tegangan tinggi yang meliputi pemasangan
insulatorset, penarikan konduktor (kabel), pemasangan peralatan bantu
(accessories). Pekerjaan stringging dilakukan setelah erection tower selesai
dan isolator selesai dipasang, akan tetapi sebelum melakukan
pekerjaan initerlebih dahulu dilakukan pembersihan ruang bebas yang
akan dilalui oleh konduktor (kabel).
Kegiatan penebangan/pembersihan ruang bebas akan dilaksanakan
setelah lahan tapak tower dibebaskan. Pembersihan tapak tower dari
tanaman akan dilakukan dengan menggunakan alat-alat manual.
Khusus untuk areal persawahan, sebelum pembersihan rencana tapak
tower terlebih dahulu akan dilakukan pemadatan tanah. Luas areal
yang akan dibersihkan sesuai dengan luas lahan yang akan dibebaskan
untuk rencana tapak tower, kecuali pada hal-hal yang khusus seperti
areal dengan tanaman yang cukup tinggi di bawah bentangan kabel.
Jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dengan jalan
berdasarkan SNI 04-6918-2002 berjarak 13,5 meter. Untuk lebih
jelasnya, jarak bebas minimum vertikal dari konduktor disajikan pada
tabel berikut ini

Tabel 3. Jarak Bebas Minimum Penghantar SUTT 150 kV dengan


Tanah/Benda Lain (H)
No. Lokasi Jarak (m)
1 Lapangan atau daerah terbuka 8,5
2 Daerah dengan keadaan tertentu
a. Bangunan, jembatan 5,5
b. Tanaman/tumbuhan, hutan, 5,5
perkebunan
c. Jalan/jalan raya/rel kereta api 9,0
d. Lapangan umum 13,5
e. SUTT lainnya, saluran udara 4,0
tegangan rendah (SUTR), saluran

II-19
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

udara tegangan menengah


(SUTM), saluran udara
komunikasi, antena dan kereta
gantung
f. Titik tertinggi tiang kapal pada 4,0
kedudukan air pasang/tertinggi
pada lalu lintas air.
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI) 04.6918-2002

Gambar 5. Ruang bebas SUTT 150 kV

Proses stringing/penarikan konduktor (kabel) dilaksanakan melalui


beberapa tahap, penetapan lokasi untuk tower penegang atau tension
tower harus dipilih pada daerah yang cukup luas dan terbuka karena
akan digunakan untuk tempat drum konduktor (kabel), tensioner, dan
peralatan lainnya. Penarikan dilakukan setelah ujung konduktor
(kabel) disambungkan keyork dan dikaitkan ke kawat pancingan dan
kemudian ditarik oleh pelaksana stringing ke tempat mesin penarik.

II-20
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Selanjutnya mesin penarik difungsikan paralel dengan mesin penegang


dirumpsite melalui koordinasi dirumpsite.
Secara garis besar tahapan pekerjaan terdiri dari :
1) Pekerjaan persiapan
- Menyiapkan dokumen referensi
- Memeriksa/cek kondisi erection tower (ready for stringing)
- Menyiapkan material sesuai pada posisi kegiatan
- Mobilisasi peralatan dan personil (group stringing)
- Pemasangan stegger (scaffolding) pada lintasan SUTT yang
bersilangan (crossing) dengan jalan, kabel telepone, rel KA,
bangunan dan lain-lain.
2) Mengangkut material ke lokasi pekerjaan
Bahan diangkut dari gudang keIokasi pekerjaan stringing dengan
truk atau kendaraan sejenis, Truk kecil bisa dipakai apabila jalan
sangat sempit. Jika tidak terdapat lintasan jalan masuk,
bahan/material diangkut dari lokasi terdekat ke lokasi pekerjaan
menggunakan tenaga manusia (handling over). Lokasipekerjaan
stringing terdiri dari :
- Lokasi material insulator set dimasing-masing tower
- Lokasi material konduktor (kabel) dilokasi tensioner
- Lokasi material aksesoris di lokasi tensioner dan atau di lokasi
winch puller
Pembongkaran bahan terutama insulator harus dilakukan hati-hati
untuk menghindari benturan dengan benda lain sehingga
mengakibatkan disc insulator pecah/retak, (bahan/material yang
kotor harus dibersihkan atau disikat yang tidak merusak lapisan
luar). Semua bahan/material harus dijaga dari kerusakan, cacat atau
tergores, kerusakan yang terjadi pada material yang bergalvanis
harus segera dilaporkan dan diperbaiki. Bahan dengan kerusakan
yang berat harus diganti. Semua bahan akan dikeluarkan dari
gudang ke lokasi pekerjaan dikelompokkan per jenis material. Semua
bahan harus diperiksa untuk mencocokkan dengan spesifikasi
sebelum keluar dari gudang.

II-21
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

3) Memasang Insulator set dan montageroll


- Material siap dilokasi tower, yaitu insulator discdanfitting
kemudian keduanya dirangkai sehingga terbentuk insulator set
- Rangkaian insulator terdiri dari 2(dua) jenis, yaitu
Suspensioninsulator set dan tensioninsulator set
- Insulator set diangkat dengan bantuan derek untuk dipasang
(dicantolkan) pada cross arm paling atas (uppercrossarm),
selanjutnya dilakukan halyang sama insulator set dipasang pada
middle cross arm dan lowercrossarm
- Pada saat pemasangan insulator set di upper, middle dan lower cross
arm,masing-masing diikuti pemasangan running out block/roll
block/montage roll. Ditension tower, running out block telah
digantung langsung dibawah titik crossarm dari landing plate.
4) Menarik konduktor dan earth wire
- Penarikan nylon rope, sebelum dilakukan penarikan nylon rope
dipasang pada running out block/roll block dengan 2 cara :
 Cara yang pertama, memasang secara manual, yaitu dengan
tenaga manusia. Pada tiap-tiap tower (posisi diatas) stand by
1orang pekerja dan dibawah 1orang pekerja, orang yang
diatas bertugas mengangkat nylon rope keatas kemudian
dipasang dikaitkan di montage roll, selanjutnya diturunkan
kembali untuk ditarik ketower berikutnya oleh orang yang
bertugas dibawah.
 Carayang kedua, dengan menggunakan pesawat helikopter
dimana pada tiap-tiap tower juga stand by l orang, yang
bertugas menangkap nylon rope ketika ditarik oleh helikopter
yang kemudian nylon rope tersebut dikaitkan pada montage
roll.
- Setelah nylon rope terpasang, dimana pangkalnya berada di
tensioner dan ujungnya terpasang pada posisi di winch puller,
maka penarikan nylon rope sudah dapat dilakukan dengan
kecepatan rendah (± 5 s/d 10 km per jam).

II-22
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

- Pada dilakukan penarikan tersebut diatas, pangkal nylon rope


sudah disambung dengan pilot wire, sehingga pada saat
berakhirnya penarikan nylon sekaligus menjadi awal penarikan
pilot wire.
- Begitu pula pada saat start penarikan pilot wire, pada pangkal
pilot wire sudah disambung dengan konduktor yang kita
gunakan, Sehingga pada waktu berakhirnya penarikan pilot wire
posisi ujung konduktor sudah di lokasi winch puller, yang berarti
konduktor sudah terbentang sepanjang 1 (satu) section penarikan
(± 10 s/d 15 tower).
- Pada penarikan awal dari konduktor yang sudah terbentang
sepanjang 1 section dalam kondisi kendor diperkirakan 4 meter
diatas tanah.
- Dengan cara/metode yang sama seperti pada butir 1 s/d 5
diulang kembali pada section berikutnya

Gambar 6. Ilustrasi penarikan konduktor (kabel) earth wire

II-23
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

5) Sagging dan clamping


Pekerjaan pada tahap ini adalah yang menentukan berhasil atau
tidak pelaksanaan stringing transmisi tegangan tinggi, pekerjaan ini
memerlukan ketelitian, kecermatan dan kehati-hatian.
Dokumen referensi yang digunakan adalah erection sag schedule dan
alat bantu pengukur elevasi (theodolit)serta alat pengukur suhu
(thermometer). Pelaksanaan sagging dan clamping dapat diuraikan
seperti dibawah ini :
- Pertama kali diukur temeperatur udara dilokasi stringing dimana
titik ukur minimal 2,5 meter diatas tanah kemudian dicatat, hal
inidi ulang sampai minimal 3 kalipada posisi yang berbeda
kemudian dirata-rata.
- Dengan berpedoman pada sagging chart (erection sag schedule)
dapat diketahui posisi akhir ketinggian konduktor yang
diperbolehkan, Pada bagian tower lainnya pengikatan/pematian
sementara hanya di satu sisi dari tower, maka diperlukan
backstays. Backstays akan dianchor dalam tanah menggunakan
beban mati orang atau blok beton di atas sledge.
- Tahap berikutnya konduktor ditarik untuk ditegangkan secara
perlahan-lahan (kecepatan dikoordinasikan antara winch puller
dan tensioner) sampai mencapai ketinggian tertentu sesuai tabel
pada erection sag schedule. Hal ini dapat diketahui dengan
mengukur menggunakan theodolit yang telah disiapkan diatas
tower berikut juru ukurnya.
- Stringing Engineer harus mengidentifikasi bahwa tower uplift
perlu dipegang kebawah olehblokatau peralatan khusus lainnya.
- Kalau ketinggian yang dikehendaki telah tercapai posisi
regangan konduktor dalam satu section dikunci (dipertahankan),
untuk dilaksanakan clamping pada awal section dan akhir
section.
- Sebelum konduktor diclamp, terlebih dahulu dipegang/ditahan
dengan menggunakan alat yang disebut comealong, baru
kemudian konduktor alumuniumnya dikupas sehingga tersisa

II-24
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

steel dimasukkan ke tension clamp kemudian dipress dengan


hydrolic press dengan kekuatan tertentu.
- Jika tension clamp telah terpasang dengan baik pada awal dan
akhir section, selanjutnya dilaksanakan pemasangan suspension
clamp satu per satu dibantu dengan alat comealong untuk
memegang/menahan konduktor pada saat melepas running
outblock.
- Apabila tahapan pekerjaan dari butir 1 s/d 6 tersebut diatas
dapat dilaksanakan dengan baik, maka sudah dapat dikatakan
pekerjaan stringing berhasil 90 persen.
6) Memasang peralatan/material aksesoris
Material accessories yang dipasang adalah Vibration damper dan
linespacer, material ini dipasang dicantolkan pada konduktor (kabel)
dengan jarak tertentu sesuai atau berpedoman pada material schedule
(Vibration damper schedule, Line Spacer schedule-berupa tabel jarak).
Pemasangan dilakukan secara manual dengan tenaga manusia
dibantu dengan sepeda udara yang dicantolkan pada konduktor
(kabel).
7) Memeriksa kelengkapan dan finalisasi stringing
Pemeriksaan akhir mutlak harus dilakukan, karena kalau transmisi
sudah diberi tegangan akan mengalami kesulitan untuk memperbaiki
jika terjadi kesalahan walaupun kecil, karena untuk dilakukan
pemadaman dibutuhkan koordinasi sistem dan manufer operasi
system yang tidak mudah. Pemeriksanaan meliputi kelengkapan dari
material aksesoris, kekencangan dan kelengkapan mur, baut dan ring
atau pin pada fitting insulator. Pembersihan dari grounding sementara
pada konduktor (kabel) phasa dan pemotongan pobon yang jaraknya
dekat dengan konduktor (kabel).
Untuk melindungi konduktor (kabel)fasa dari sambaran petir, dipasang
kawat pelindung diatas konduktor (kabel)yang disambungkan kebumi
guna menyalurkan arus petir atau sering disebut sebagai kawat tanah.
Jaringan transmisi in imenggunakan kawat tanah dari jenis kawat baja
tanah (GSW) berkonfigurasi ganda. Agartegangan balik petir yang

II-25
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

mungkin menimbulkan loncatan listrik pada penghantar dapat dibatasi,


tahanan (resistansi) kaki menara harus diusahakan sekecil mungkin, ± 5
ohm, maksimum 10 ohm. Pembumian kaki menara dapat dilakukan
dengan bantuan batang-batang pembumian, kawat pembumian atau
penyeimbang (counterpoise) pada tanah yang tahanan jenisnya tinggi
(tanah berbatu).

Gambar 7. Jenis Pembumian


Andongan diukur dengan transit dan target yang dipasang pada tower
yang dianggap sebagai sighting span. Sighting span pada suatu section
dipilih bergantung pada jarak span dalam 1 (satu) sagging section
sebagai berikut :

Tabel 4. Kondisi pemilihan sigting span


Jumlah span/ sagging
Jumlah sighting span Pemilihan sighting span
section
3 span atau kurang 1 Span panjang
6 span atau kurang 2 atau lebih Span terpanjang atau span
akhir
7 span atau kurang 3 atau lebih Span panjang diikat dengan
pusat section dan span
pendek dengan kedua
ujung section
Sumber : PT. PLN (Persero), 2017

II-26
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Jika terdapat beberapa span dengan perbedaan level yang cukup besar
diantara tower-tower pada keseluruhan section, maka sighting span
harus dipilih span yang berdekatan dengan kedua ujung.Target (sagging
board) dan transit (pocket compass) dipasang pada tower yang berada
pacta kedua sisi sighting span dibawah titik penopang konduktor sesuai
hasil perhitungan sag.

Gambar 8. Bentuk andongan

(4) Pembangunan Gardu Induk


Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran
(transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem
tenaga listrik, berarti gardu induk merupakan sub-sub sistem dari
sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran
(transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting, dalam
pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran
(transmisi) secara keseluruhan.
Gardu induk yang akan dibangun merupakan jenis gardu induk
konvensional yang menggunakan isolasi udara antara bagian yang
bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnya. Gardu
induk jenis ini a dalah gardu induk yang sebagian besar komponennya
di tempatkan di luar gedung, kecuali komponen kontrol, sistem proteksi
dan sistem kendali serta komponen bantu lainnya, ada didalam gedung.

II-27
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Gambar 9. Gardu Induk Konvensional

Adapun komponen-komponen atau bagian-bagian sipil dan mekanikal


dari sebuah sistem gardu induk dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Komponen sipil dan mekanikal gardu induk
No. Bagian Komponen sipil dan Mekanikal
1. Switchyard a. Pondasi (dudukan) peralatan
- Transformator daya
- Circuit Breaker (CB)
- Disconecting Switch 9DS)
- Capasitor Volatge Transformer (CVT)
- Current Transformer (CT0
- Lightning Arrester (LA)
- Potential device (PD)
b. Got kabel
- Adalah tempat peletakan kabel yang
menghubungkan antara peralatan di
switchyardmaupun anatara peralatan di
switchyard dengan peralatan di gedung
kontrol
- Jenis (dimensi) kabel duct, D 250, D-300,
D-400, D-600, D-900, D-1200 dan D-1500
tergantung kebutuhan
c. Komponen mekanikal
- Serandang, terdiri dari: serandang
peralatan, serandang post, serandang
beam.
- Rak kabel dan plat bordes untuk penutup
got kabel

II-28
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

- Pagar keliling GI
2 Gedung Kontrol a. Komponen sipil
- Ruang peralatan kontrol (kendali) &
ruang cubicle
- Ruang opeartor
- Ruang kantor GI
- Ruang Relay
- Ruang komunikasi
- Ruang battery
- Pondasi peralatan (panel relay, panel
kontrol, cubicle dll)
- Got kabel (cable duct)
b. Komponen mekanikal
- Air conditioning (AC)
- Rak kabel yang dijadikan sebagai
penempatan kabel, yang menghubungkan
antara peralatan yang ada di switchyard
dengan komponen yang ada digedung
kontrol, maupun yang menghubungkan
komponen yang ada di gedung kontrol
3 Sarana/prasarana a. Jalan di area switchyard, jalan masuk ke GI
jalan di sekeliling gedung kontrol
b. Pagar keliling GI
c. Tempat parkir kendaraan dan halaman
gedung kontrol
d. Saluran air limbah dan saluran air di area
switchyard
e. Gedung tempat penyimpanan material/
peralatan
f. Kamar mandi/ WC
g. Pos keamanan (pos satpam)
h. Taman di sekeliling gedung kontrol
i. Fasilitas air bersih
4 Sistem proteksi a. Proteksi transformator daya
b. Proteksi penghantar SUTT
c. Proteksi busbar dan proteksi penyulang 20
kV
5 Komponen Listrik a. Konduktor tembaga atau plat tembaga untuk
Penunjang grounding peralatan
b. Cable schoon BC untuk grounding peralatan
c. Ground Rod untuk instalasi pembumian
peralatan
d. GSW atau ground wire (kawat pertanahan)

II-29
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

e. Klem-klem untuk GSW, terdiri dari: Tension


Clamp, Jumper Clamp, PG Clamp
f. Kabel kontrol, yang terdiri dari jenis kabel:
NYY, CVVS, NYM, NYMT, NYCY dan lain-
lain. Kable ini terdiri dari berbagai ukuran
g. Kabel daya 20 kV (XLPE atau jenis lainnya)
h. Termination kit dan sepatu kabel
i. Komponen pengatur beban
j. Komponen SCADA
k. Instalasi penerangan dalam gedung maupun
pada halaman (sekitar gedung kontrol) dan
pada switchyard
l. Instalasi air conditioning (AC) pada gedung
kontrol
Sumber : PT. PLN (Persero), 2017
Pembangunan Gardu Induk (GI) direncanakan akan dibangun untuk
Gardu Induk Aimas, Gardu Induk Rufey dan Gardu Induk Sorong.
Komponen peralatan gardu induk selanjutnya dipasang sesuai dengan
desain dan tata letak yang ditentukan. Pemasangan tersebut meliputi
komponen peralatan utama switchyard, gedung kontrol, peralatan
proteksi dan peralatan penunjang. Dalam pemasangan tersebut skema
hubungan antar peralatan harus diperhatikan secara teliti untuk
menghindari kesalahan pemasangan.
Adapun tahapan-tahapan dalam konstruksi pembangunan gardu induk
meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Persiapan pekeriaan
Terdiri dari dua item pekerjaan yaitu persiapan administrasi dan
persiapan teknis. Informasi detail tentang pelaksanaan
pembangunan gardu induk ini penekanannya lebih difokuskan
pada pekerjaan kelistrikan. Pekerjaan sipil hanya akan disampaikan
secara garis besar
2) Pelaksanaan pekerjaan sipil dan mekanikal
Pembangunan gardu induk, didahului pelaksanaan pekerjaan sipil.
Pekerjaan listrik dilaksanakan setelah pekerjaan sipil selesai atau
setidak tidaknya ada beberapa item pekerjaan listrik yang bisa
dikerjakan setelah pekerjaan sipil berjalan.

II-30
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

1. Pekerjaan sipil prasarana dan sarana (umum) :


 Melaksanakan uitzet dan pematokan (pemasangan
bouwplank)
 Urugan dan pematangan tanah
 Pemasangan pagar keliling GI
 Pembuatan saluran air pematusan
 Pembuatan jalan masuk ke switchyard dan ke gedung kontrol
 Pembuatan jalan sekeliling switchyard dan gedung kontrol
2. Pekerjaan sipil switchyard :
 Melaksanakan uitzet dan pematokan (pemasangan
bouwplank)
 Pembuatan pondasi peralatan (Trafo, CB, DS, CVT, CT, LA,
TPS, PT)
 Pembuatan pondasi serandang post
3. Pembuatan got kabel (cable duct) dengan berbagai ukuran
pekerjaan sipil gedung kontrol (control building) :
 Melaksanakan uitzet dan pematokan (pemasangan
bouwplank)
 Pembuatan gedung kontrol gardu induk, beserta ruang
operator, ruang kerja (kantor) GI dan ruang-ruang lain yang
diperlukan
 Pembuatan pondasiperalatan (panel relay, panel kontrol,
cubicle, dan lain-lain)
 Pembuatan got-got kabel yang ada dalam gedung kontrol,
yang menghubungkan ke switchyard
 Pembuatan sarana parkir dan jalan di sekeliling gedung
kontrol
 Pembuatan kamar mandi dan WC
 Pembuatan saluran buang air
4. Pekerjaan mekanikal :
 Pembuatan dan pemasangan serandang peralatan (CB, DS,
CVT, CT, LA, PT)
 Pembuatan dan pemasangan serandang post (support)

II-31
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

 Pembuatan dan pemasangan serandang beam (gantry)


 Pembuatan dan pemasangan rak-rak kabel dan plat bordes
tutup got kabel
 Pemasangan air conditioner (AC) di gedung kontrol, ruang
operator dan kantor gardu induk
3) Pemasangan trafo, neutral current transformer (NCT) dan neutral
grouding resistance (NGR)
4) Pemasangan disconnecting switch (DS), circuit breaker (CB) & rel
(busbar)
5) Pemasangan lightning arrester (LA), current transformer (CT) &
capasitor voltage transformer (cvt)
6) Pemasangan panel kontrol (control panel) & panel relay (relay panel)
7) Pemasangan sel tegangan menengah (cubicle) 20 kV
8)Pemasangan pentanahan (grounding) dan kawat tanah (ground wire)
9) Pemasangan panel AC/DC dan battery
10)Penggelaran (penarikan) kabel kontrol dan pengkabelan (wiring)
11)Finishing
Pekerjaan finishing dilakukan setelah semua pekerjaan selesai
dikerjakan, sehingga dapat diketahui apabila terdapat kekurangan
atau kesalahan. Pekerjaan finishing ini termasuk Pengencangan
(pengerasan) bolt dan nut; sekrup-sekrup dan setting pada semua
peralatan maupun serandang yang telah terpasang serta
membersihkan lokasi pekerjaan dari sisa-sisa dan potongan-
potongan material, kupasan kabel dan kotoran (Limbah) lainnya

4. Demobilisasi Peralatan
Kegiatan demobilisasi peralatan akan dilakukan secara bertahap setelah
pekerjaan konstruksi pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW)
PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi
Line SUTT 150 kV terselesaikan dengan waktu pelaksanaan yang direncanakan
adalah selama ± 1 bulan.

II-32
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

5. Pemutusan Hubungan Kerja


Pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap tenaga kerja konstruksi
Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW),
Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV akan
dilakukan secara bertahap sesuai dengan jenis pekerjaan konstruksi yang telah
terselesaikan. Pelaksanaan pemutusan hubungan kerja dilakukan setelah
kegiatan pembangunan selesai dan dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2.1.4.3. Tahap Operasional

1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional

Rekrutmen tenaga kerja pada tahap operasi akan memprioritas masyarakat di


sekitar wilayah dan sekitarnya. Proses rekrutmen tenaga kerja dilaksanakan
oleh pemrakarsa dengan memperhatikan ketrampilan dan keahlian yang
dibutuhkan.
Tabel 6. Tenaga Kerja Operasional Gardu Induk
Jumlah
No Jabatan (Orang)
1 Ahli Mekanik 4
2 Supervisor Mekanik 7
3 Teknisi Mekanik 25
4 Ahli Listrik 3
5 Supervisor Listrik 4
6 Teknisi Listrik 16
7 AhliInstrumen dan Sistem Kontrol 3
8 Supervisor Instrumen dan Kontrol 3
9 Teknisi Instrumen dan Kontrol 12
10 Ahli Sipil dan Pemeliharaan Gedung 1
11 Supervisor Sipil dan Pemeliharaan 2
12 Gedung
Kepala Keamanan 1
13 Tenaga Keamanan 3
Sumber : PT. PLN (Persero), 2017

II-33
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

2. Pengoperasian PLTMG
A. Penyaluran Tenaga Listrik
Kegiatan penyaluran tenaga listrik merupakan kegiatan utama pada tahap
operasional. Perjaan instalasi listrikyang telah selesai dikerjakan dan akan
dioperasikan, tidak serta merta langsung boleh dioperasikan. Sebelum dan
pada saat akan dioperasikan harus diyakini terlebih dahulu bahwa instalasi
listrik tersebut benar-benar aman untuk dioperasikan, Untuk meyakini bahwa
instalasi listrik telah benar-benar aman dioperasikan, keberadaannya harus
telah memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis yang berlaku.
Untuk mengetahui Apakah instalasi listrik telah memenuhi persyaratan dan
ketentuan yang berlaku, harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian atau
commisioning test, yaitu dilakukan pemeriksaan kelengkapan peralatan
termasuk tata cara pemasangan peralatan tersebut. Ruanglingkup kegiatan
commisioninq test meliputi pemeriksaan,yaitu dengan cara melihat langsung
terhadap peralatan/materiaI maupun konstruksi instalasi Iistrik yang telah
terpasang secara kasat mata dan atau melalui bantuan alat tertentu, misal :
teropong, tetapi tidak menggunakan bantuan alat uji/alat ukur.
Ada beberapa jenis pemeriksaan, yaitu :
1. Pemeriksaan sifat tampak (visual check), Pemeriksaan item per item alat
barang/material yang telah terpasang dengan tujuan untuk mengetahui
apakah alat/barang/material yang dipasangtelah sesuai dengan spesifikasi
dalam kontrak, Item pemeriksaan meliputi :
- Memeriksa kondisi tower, apakah semuanya dalam keadaan baik dan
tidak ada bagian yang berkarat, termasuk bolt dan nut-nya.
- Memeriksa kondisi isolator, apakah semuanya dalam keadaan baik dan
bersih, tidak ada yang pecah atau retak dan tidak ada kotoran yang
menempel
- Memeriksa kelengkapan isolator, apakah dalam keadaan baik dan tidak
cacat.
- Memeriksa kondisi konduktor, ground wire dan joint sleeve,tidak boleh
ada yang cacat (rantas) dan pengepresan harus baik (tidak longgar dan
tidak terlalu kuat).

II-34
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

- Memeriksa semua perlengkapan/material barang lainnya yang


terpasang padaSUTT,yang pada prinsipnya semua dalam kondisi baik,
secara fisik tidak ada kelainan, tidak cacat fisik, tidak rusak dan tidak
kotor.
2. Pemeriksaan pemasangan atau rangkaian konstruksi yang telah terpasang
tujuannya mengetahui alat/barang/material yang dipasang, apakah telah
sesuai dengan gambar rencana maupun peraturan yang berlaku (SNI,LMK,
PUIL, SPLN dan lain sebagainya). Item pemerikasaan meliputi :
- Memeriksa semua komponen SUTT sebagaimana disebutkan di atas,
harus benar-benar telah terpasang dengan baik, sesuai dengan
spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
- Jadi pada pemeriksaan konstruksi ini, yang diperiksa adalah
rangkaiannya, yaitu rangkaian semua komponen dalam satu kesatuan
(sistem) SUTT.
3. Untuk item pekerjaan tertentu yang tidak bisa dilihat secara kasat mata
(tidak bisa dilihat secara kasat mata), maka dilakukan pengujian dengan
menggunakan alat uji/alat ukur.
4. Pengujian transmisi relatif lebih sederhana dan tidak serumit pengujian
instalasi pembangkit tenaga listrik maupun gardu induk.
5. Pada transmisi yang diujiantara lain.
- Tahanan isolasi isolator, tahanan isolasi antara phasa dengan phasa dan
tahanan isolasi antara phasa dengan kawat netral. Alat uji/alat ukur
yang digunakan adalah Mega Ohm Meter/Megger/insulation Resistance
Tester.
- Tahanan pembumian, dengan menggunakan alat uji/alat ukur Earth
Resistance Tester.

Apabila tahap Commissioning Test telah dilaksanakan dan diselesaikan


dengan sesuai ketentuan yang berlaku, selanjutnya dilakukan energizing,
yaitu percobaan pemberian tegangan pada sisi pengirim sebagai beban
percobaan. Setelah tahap-tahap tersebut dilalui dengan baik, maka jaringan
saluran udara tegangan tinggi (SUTT)150 kV dinyatakan siap untuk
dioperasikan.

II-35
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

B. Pengoperasian Gardu Induk yang Terhubung


Pembangunan gardu induk yang telah selesai dikerjakan dan akan dioperasikan,
tidak serta merta langsung boleh dioperasikan. Sebelum dan pada saat akan
dioperasikan harus diyakini terlebih dahulu bahwa instalasi listrik tersebut
benar-benar aman untuk dioperasikan. Terlebih dahulu harus dilakukan
pemeriksaan dan pengujian atau commisioning test. Dengan commisioning test
yang baik, maka diyakini bahwa instalasi listrik aman pada saat dioperasikan,
yaitu aman bagi manusia, ternak, harta benda dan aman bagi gardu induk itu
sendiri.
Ruang lingkup pemeriksaan pekerjaan instalasi Gardu Induk, tentu tidak sama
dengan ruang lingkup pemeriksaan pekerjaan instalasi pemanfaatan. Begitu pula
antara instalasi pembangkitan dengan Gardu Induk, tentu ada beberapa bagian
yang diperiksa, tidak mengalami kesamaan, dan seterusnya. Pengujian tahanan
pembumian pada Gardu Induk, belum tentu sama dengan tahanan pembumian
pada instalasi pemanfaatan Untuk pengujian tahanan isolasi kabel, maka semua
jenis kabel yang dipasang di berbagai instalasi listrik, ketentuannya adalah sama.
Commisioning test pada gardu induk meliputi item pemerikasaan dan pengujian
berupa :
1. Melaksanakan pengecekan masing-masing komponen/material/barang,
apakah telah sesuai dengan kontrak, telah terpasang dengan baik dan tidak
terdapat kerusakan.
2. Melaksanakan pengetesan (uji kebenaran) dari komponen yang telah
terpasang,apakah bisa bekerja dengan baik atau tidak. Komponen tersebut
antara lain : on off,CB dan DS, motor-motor listrik, tap changer, fan trafo,
rangkaian AC/DC, meter-meter, alat pengaman listrik, dan lain-lain.
3. Melaksanakan pengetesan terhadap kemampuan masing-masing peralatan
pada saat beroperasi : secara terpisah (individual test) maupun bersama sama
atau terpadu (integrated) dan dalam satu sub sistem serta secara sistem
keseluruhan.
4. Melaksanakan pengetesan terhadap penampilan unjuk kerja (iperfomance
test) sesungguhnya dari Gardu Induk yang telah dibangun, apakah telah
sesuai dengan sertifikasi dalam kontrak dan telah siap untuk dioperasikan.

II-36
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Apabila tahap Commissioning test telah dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik
serta memenuhi ketentuan yang berlaku, maka Gardu Induk telah siap untuk
dioperasikan, pengoperasian gardu induk ini melibatkan banyak pihak, karena
sistem terintegrasi menjadi satu dengan sub sistem dan sistem yang lain.
Dalam pengoperasian gardu induk diperlukan suatu pedoman tentang tata cara
pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian operasi suatu peralatan agar berfungsi
secara baik dan benar, baik dalam kondisi normal, gangguan, darurat dan blackout :
Ketentuan tersebut disusun bersama oleh pihak-pihak terkait (sector, distribusi, dan
UPB) yang selanjutnya disebut SOP (Standard Operating Procedure). Di dalam SOP
telah memuat prosedur teknis pengoprasian dan prosedur kewenangan dan
-
tanggung jawab pengoprasian peralatan. Ketentuan tersebut wajib ditaati oleh
operator dalam pengoprasian gardu induk, SOP dapat berubah/diubah sewaktu
terjadi perubahan konfigurasi gardu induk atau bila perubahan karena suatu
perkembangan.
Sebelum mengoperasikan gardu induk terlebih dahulu operator mengetahui
konfigurasi gardu induk, nama, peralatan, lokasi peralatan dan batasan
pengusahaannya. Adapun konfigurasi gardu induk yang ada di PT.PLN (persero)
saat ini biasanya :
1. Gardu Induk dengan rel tunggal (single busbar)
Konfigurasi rel tunggal biasanya dipakai pada daerah yang mempunyai prioritas
terakhir. Pengoperasiannya sederhana, bila terjadi gangguan/pemeliharaan
relatau trafo atau penghantar maka akan terjadi pemadaman yang relatif lama.

Gambar 10. Konfigurasi Rel Tunggal

II-37
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

2. Gardu Induk dengan rel ganda (double busbar)

Gambar 11. Konfigurasi Double Bus Bar

Gardu Induk dengan rel ganda dengan 1,5 PMT (Oneand half circuit breaker),
Pada sistem double bus bar bila terjadi gangguan/pemeliharaan salah satu rel
maka pengaman relative tidak terlalu lama, karena konfigurasinya
memungkinkan untuk diadakan pemindahan rel. Pada sistemdouble
busbardengan l,5 PMT lebih satu diameter bila terjadi gangguan/pemeliharaan
salah satu rel atau PMT maka dimungkinkan tidak terjadi pemadaman
C. Pemeliharaan Jaringan
Pemeliharaan jaringan SUTT berkaitan erat dengan kelangsungan penyaluran
tenaga listrik, kegiatan ini dilakukan sepanjang jaringan SUTT secara berkala,
meliputi pemeliharaan menara, penghantar termasuk kelengkapannya dan
ruang bebas.Tujuan Pemeliharaan jaringan SUTT,adalah sebagai berikut :
- Mempertahankan kemampuan kerja peralatan
- Memperpanjang livetime peralatan
- Menghilangkan, mengurangi resiko kerusakan
- Mengembalikan kemampuan kerja peralatan
- Mengurangi kerugian secara ekonomis
- Memberi keyakinan keandalan operasinya

II-38
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Pemeliharaan jaringan transmisi memerlukan pengaturan khusus dan


organisasi yang baik karena daerah jangkauannya jauh. Pekerjaan ini meliputi
tugas patroli, inspeksi, perbaikan, serta tugas-tugas kantor yang menyangkut
pendidikan pekerja, pengawasan administrasi atas peralatan kerja, dan lain-
lain. Adapun jenis-jenis pemeliharaan jaringan SUTT yang umumnya
dilakukan adalah sebagai berikut :
- Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik,
apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju
kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala
kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi
secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi.
Untuk ini diperlukan peralatan dan personil khusus untuk analisa.
Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi (Condition
Base Maintenance).
- Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan
yang optimum sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara
berkala dengan berpedoman kepada : Instruction Manual dari pabrik,
standar-standar yang ada ( IEC, CIGRE, dll ) dan pengalaman operasi di
lapangan. Pemeliharaan ini disebut Juga dengan pemeliharaan berdasarkan
waktu (Time Base Maintenance)
- Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan
berencana pada waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami
kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan
tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga curative
maintenance, yang bisa berupa trouble shooting atau penggantian
part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan
terencana.

II-39
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

- Breakdown maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah


terjadi kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya
darurat.
Kegiatan pemeliharaan dilakukan secara periodik, dalam pelaksanaannya
terdiri dari pemeliharaan tahunan dan pemeliharaan lima tahun.
Pemeliharaan ditujukan agar kinerja dan kapasitas penyaluran daya tetap
terjaga, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Standar jarak bebas sesuai dengan ketentuan
- Tetap memelihara peralatan khusus, yaitu : tongkat grounding, kawat
pelindung petir, tanda-tanda peringatan bahaya, peralatan anti panjat, helm
berisolasi dan kendaraan inspeksi.
- Pemeliharaan lengkap pada peralatan kerja yang memenuhi standar untuk
keselamatan kerja, pengukuran tahanan kaki menara, pemeliharaan dan
perbaikan jaringan yang meliputi : islator, penghantar, pondasi. Serta
pengawasan ruang bebas terhadap pohon dan tegakan, rumah di
bawah/sekitar jaringan.

Berbagai macam kegiatan pemeliharaan yang pernah dilakukan di jaringan


SUTT antara lain :
- Penggantian isolator pecah atau rusak lapisan permukaannya
- Pembersihan isolator karena polusi
- Perbaikan kawat rantas
- Perbaikan kawat putus
- Pengencangan klem-klem jumper
- Pembersihan kawat danlayang-layang
- Groundpatrol
- Climbupinspection
- Pemeriksaan stabilatas pondasi tower (leveling,retak)
- Pemeriksaan kelengkapan tapak tower (patok tanda batas tanah PLN,
urugan tanah tapak tower)
- Pengecekan Tahanan Pembumian
- Pemeriksaan jarak bebas konduktor dengan benda disekitarnya

II-40
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

- Perbaikan tower yang mengalami deformasi/bengkok-bengkok akibat


tanah sekeliling pondasi longsor
- Pondasi turun/amblas karena tanah dasar pondasi mengalami
sliding/gelincir oleh arus air bawah tanah
- Pengelasan baut-baut tower untuk mencegah pencurian
- Perbaikan spacer yanglepas dari konduktor
- Penggantian pentanahan tower/grounding
- Penebangan pohon atau antena komunikasi yang tumbang ke arah
konduktor (diIuar row)
- Penggantian besi tower karena pencurian
- Penggantian Tension clamp konduktor
- Pemasangan kembali/reposisi damper yang melorod ketengah gawang
- Penggantian lampu aviasi yang mati/rusak
- Penyambungan kembali kawat yang putus atau rusak berat
- Penggantian aksesoris/damp yang karatan
- Perbaikan klem kawat jumper yang putus
- Pemasangan pengaman halaman tower

2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal

2.2.1. Komponen Lingkungan Terkena Dampak

2.2.1.1. Rona Lingkungan Fisika Kimia

1. Iklim
Data sekunder yang dipakai untuk mengetahui tipe iklim bisa berasal dari data
iklim lokasi atau daerah yang menjadi lokasi kegiatan, ataupun data iklim di
daerah sekitar lokasi terdekat dengan mempertimbangkan lokasi yang berdekatan
jaraknya, terdapat pada bentang alam yang sama dan juga data cukup lengkap.
Data iklim yang dideskripsikan meliputi: curah hujan dan hari hujan dan
kecepatan angin

1) Hari Hujan dan Curah Hujan


Berhubung dengan minimnya data curah hujan mengenai kondisi hidrologi
digunakan data hari hujan dari Stasiun Pengamatan Cuaca Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Timika tahun 2001 sampai 2010 (hal ini dikarenakan

II-41
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

lokasi berdekatan jarak, terdapat pada bentang alam yang sama, dan data
cukup lengkap) dan data curah hujan Kabupaten Timika dari tahun 2013.

Tabel 2.9. Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Timika
Tahun 2014
Jumlah Curah Hujan
Bulan Jumlah Hari Hujan (mm)
(mm)
Januari 428.8 25
Februari 408.8 22
Maret 332.4 22
April 584.5 27
Mei 406.9 28
Juni 590.7 28
Juli 971.5 30
Agustus 1050.0 28
September 342.3 28
Oktober 663.8 28
November 618.4 27
Desember 372.5 25
Sumber: Timika Dalam Angka 2014

II-42
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

2) Kecepatan Angin
Peninjauan kecepatan angin dimaksudkan untuk mengetahui pola dominasi
kecepatannya. Hal ini penting berkaitan dengan pengaruhnya terhadap
penyebaran polutan gas dan partikulat yang akan dihasilkan oleh adanya
kegiatan rencana pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG
Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT
150 kV. Berhubung minimnya data mengenai kecepatan angin maka digunakan
data kecepatan angin dari Stasiun Pengamatan Cuaca Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika Timika tahun 2014 (hal ini dikarenakan lokasi
berdekatan jarak, terdapat pada bentang alam yang sama, dan data cukup
lengkap) yang dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 2.10. Kecepatan Angin Stasiun Pengamatan Cuaca Badan Meteorologi,


Klimatologi, dan Geofisika Timika Tahun 2014

Tekanan Udara (mb) Rata-rata


Bulan Kecepatan Angin
Minumum Maksimum Rata-rata (knot)

1014.3 1009.0
Januari 1004.7 7
Februari 1003.9 1014.7 1009.2 7

Maret 1005.1 1014.7 1010.0 6

April 1005.1 1014.2 1010.2 5

Mei 1006.3 1014.1 1010.6 5

Juni 1005.0 1015.6 1010.3 5

Juli 1006.9 1014.8 1011.1 5

Agustus 1008.3 1015.5 1012.1 5

September 1006.8 1015.3 1011.2 5

Oktober 1006.3 1015.1 1010.8 5

November 1004.9 1013.9 1009.2 5

Desember 1004.5 1013.0 1008.9 5

Sumber: Stasiun Pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Timika

II-43
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

3) Potensi Kegempaan di Wilayah Papua


Wilayah Papua merupakan salah satu wilayah dengan tingkat kegempaan yang
tinggi. Tataan tektonik wilayah ini merupakan susunan tektonik yang
kompleks. Secara garis besar, generator gempabumi di wilayah Papua dibagi
menjadi dua zona yaitu zona subduksi dan zona patahan. potensi gempabumi
di zona subduksi dimasa yang akan datang bisa mencapai kekuatan lebih dari
8,2 SR. Sedangkan potensi gempabumi yang diakibatkan oleh sistem patahan
di wilayah Papua berkisar antara 6,0 SR hingga 6,5 SR. Untuk zona gempabumi
diffuse, potensi kegempaan mencapai kekuatan 7,2 SR dengan periode ulang 72
tahun.
Tektonik Papua, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
Badan Burung atau Papua bagian timur dan Kepala Burung atau Papua bagian
barat. Kedua bagian ini menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang
ditunjukan oleh Tinggian Kemum di Kepala Burung dan Central Range di
Badan Burung. Kedua pola ini dipisahkan oleh jalur lipatan Anjakan Lengguru
berarah baratdaya-tenggara di daerah Leher Burung dan juga oleh Teluk
Cenderawasih.
Wilayah Papua didominasi oleh dua jalur sumber gempabumi utama, yaitu
zona konvergensi (subduksi) lempeng Pasifik dan Pulau Papua New Guinea
yang kompleks, jalur Sesar Sorong, dan Jalur Sesar Aiduna- Tarairua. Penyebab
utama gempabumi di daerah Papua adalah akibat tumbukan atau
‘pertarungan’ lempeng Pasifik dengan lempeng Australia. Aktivitas penukikan
lempeng kerak bumi di utara Papua, dimulai sejak miosen dan terus aktif
sampai sekarang (Hamilton, 1979). Seno dan Kaplan (1988) menyatakan bahwa
zona penukikan tersebut sebetulnya tidak aktif. Aktivitas gempabumi di
daerah ini lebih dikontrol oleh patahan Sorong di bagian utara dan aktivitas
patahan Tarera-Aiduna di selatan. Akan tetapi data kegempaan menunjukkan
bahwa kejadian gempabumi di utara Papua berkaitan dengan aktivitas
penujaman, sehingga di daerah utara Papua masih dapat dibedakan
gempabumi intraplate dan interpolate (Kertapati, 2006).
Dengan kecepatan gerak relatif lempeng Pasifik yang sekitar 120 mm/tahun,
maka bisa diterka bahwa wilayah ini mempunyai potensi bencana gempabumi
sekitar dua kali lipat lebih besar dibandingkan wilayah Sumatra dan Jawa yang

II-44
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

pergerakan lempengnya hanya 50-70 mm/tahun. Hal ini didukung dengan


data bahwa di daerah ini sudah sangat sering terjadi gempabumi besar di masa
yang lalu. Misalnya gempabumi yang disertai tsunami di Biak pada tanggal 17
Februari 1996 dengan kekuatan 8.2 Mw pada kedalaman 33 Km dengan
koordinat 0.89° LS - 136.95° BT, yang memakan korban ribuan jiwa. Gempabumi
ini berjarak 101 Km timur laut dari Biak. Dengan melihat historis kegempaan
pada zona subduksi ini, maka potensi kegempaan pada zona ini di masa yang
akan datang bisa mencapai 8,5 Mw dengan periode ulang 76 tahun (Haresh &
Boen, 1996).

2. Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan

1) Kualitas Udara
Parameter-parameter kualitas udara yang diukur dan dianalisis, meliputi
belerang/sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), carbon monoksida
(CO), debu (TSP), oksidan (Ox), hidrogen sulfida (H2S), dan ammonia (NH3).
Kualitas udara di wilayah studi dalam perencanaan pembanguan Ruas Jalan
Oksibil – Dekai saat ini belum dilakukan pengukuran. Namun berdasarkan
informasi yang diperoleh, kualitas udara di lokasi studi dapat dikatakan masih
baik. Hal ini ditandai dengan belum adanya keluhan dari masyarakat setempat
yang terganggu atau terpengaruh oleh keadaan kualitas udara yang ada. Data
mengenai kualitas udara akan disajikan setelah dilaksanakannya pengambilan
sampel di lapangan dan akan dimasukkan sebagai rona lingkungan awal (RLA)
di dalam dokumen ANDAL.

2) Tingkat Kebisingan
Keadaan rona lingkungan awal tingkat kebisingan diukur pada saat melakukan
survey pendahuluan, dan akan dilakukan pengujian tingkat kebisingan pada
saat kerangka acuan (KA) disetujui.

3. Topografi
Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan dataran
rendah. Distrik yang bertopografi dataran tinggi adalah Tembagapura, Agimuga
dan Jila. Distrik-distrik selain ketiga distrik tersebut merupakan distrik-distrik
yang memiliki topografi dataran rendah.

II-45
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Mimika

4. Kawasan Hutan
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Papua,
pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW),
Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV termasuk
dalam 3 fungsi kawasan hutan, yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi
terbatas dan hutan produksi konversi. Panjang masing-masing trase jalan
disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.14. Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan

Kawasan Hutan Panjang


No.
Simbol Fungsi Kawasan (km)

1 HL Hutan Lindung 75,89


2 HPT Hutan Produksi Terbatas 35,55
3 HPK Htan Produksi Konversi 10,42
Jumlah 121,86
Sumber : Analisis GIS berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan
Provinsi Papua Skala 1:250.000

Berdasarkan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru skala 1 : 250.000,


pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW),
Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV tidak masuk
dalam moratorium hutan primer. Dalam Keputusan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: SK.323/Menhut-II/2011, jika dalam hasil survey di lapangan
yang hasilnya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang bukan berupa gambut
dan/atau bukan hutan alam primer, maka areal tersebut dapat diberikan izin
baru.

II-46
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

2.2.1.2. Rona Lingkungan Biologi

1. Keragaman Jenis Flora


Kondisi flora dari hasil pengamatan dan rekapitulasi data awal yang ada di lokasi
rencana kegiatan dapat dijumpai berbagai jenis vegetasi sebagai berikut.
Tabel 2.15 Jenis-Jenis Flora di Lokasi Rencana Kegiatan
No Nama Latin Nama Indonesia
1 Araucaria cunninghamii Cemara arokaria
2 Librocedus sp. -
3 Grevillea robusta -
4 Metrosideros spp. Damar bindang
5 Tristania marguensis -
6 Melaleuca leucadendra L. Gelam/ Kayu Putih
7 Dacrydium elatum Kayu cina
8 Podocarpus papuanus Podocarpus/Lohansung
9 Eucalyptus deglupta Leda
10 Cinnamomum culilaban Kayu lawang
11 Massoia aromatica Kayu masohi
12 Aquilaria malaccensis Kayu gaharu
13 Formica orctodecede Anggrek alam papua
Sumber: Website Resmi Kabupaten Timika (2014)

Tabel 2.16 Jenis-Jenis Flora Tanaman Pangan, Sayuran dan Buah yang Ditanam di
Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan

No Nama Latin Nama Indonesia


1 Solanum tuberosum L. Kentang
2 Zea mays Jagung
3 Caladium sp. Keladi
4 Mannihot utilisima Ubi kayu
5 Ipomoea batatas L. Ubi jalar
6 Oryza sativa L. Padi sawah
7 Vigna angularis Kacang merah
8 Arachis hypogaea Kacang tanah
9 Glycine max Kedelai
10 Sechium edule Jacq. Labu siam
11 Ipomoea aquatica Kangkung
12 Amaranthus tricolor L. Bayam
13 Daucus carota L. Wortel
14 Allium fistulosum L. Bawang daun
15 Capsicum annuum L. Cabe besar
16 Musa paradisiaca Pisang
17 Ananas commosus Nenas
18 Persea americana Mill. Alpukat
19 Mangifera indica Mangga
20 Psidium guajava Jambu Biji

II-47
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

21 Artocarpus communis Sukun


22 Carica papaya Pepaya
23 Passiflora quadrangularis L. Markisa
24 Citrus nobilis Jeruk Siam
Sumber: Website Resmi Kabupaten Timika (2014)

2. Keragaman Jenis Fauna


Keragaman jenis fauna di lokasi kegiatan digolongkan menjadi dua yaitu fauna
terrestrial dan biota akuatik.
a. Keragaman Jenis Fauna Terrestrial
Secara umum kondisi fauna dari pengamatan dan rekapitulasi awal di rencana
lokasi kegiatan masih ditemui fauna atau satwa yang masih dilindungi. Data
keragaman jenis fauna terrestrial di lokasi rencana kegiatan adalah sebagai
berikut.
Tabel 2.17 Jenis-Jenis Fauna Terrestrial di Lokasi Rencana Kegiatan
No Nama Latin Nama Indonesia
1 Sus barbatus L. Babi
2 Ailurops ursinus Kuskus
3 Casuarius bennetti Gould. Burung Kasuari
4 Paradisaea minor Burung Cenderawasih
5 Lorius lory Nuri
6 Crocodylus novaeguineae Buaya air tawar Irian
7 Probosciger alemmus Kakatua Raja
8 Cacatua galerita Kakatua Jambul Kuning
9 Cacatua suplhurea Kakatua Kecil Jambul
10 Hystricomorpha sp. Landak
Sumber: Website Resmi Kabupaten Timika (2013)
Data BKSDA Papua (2011)
b. Keragaman Jenis Biota Akuatik
Hasil pengamatan dan rekapitulasi awal ditemui keragaman jenis biota air
tawar pada kolam yang permukaannya tidak berhubungan dengan laut,
mengandung air payau memiliki jenis biota yang berbeda yang tidak terdapat
pada tempat lain seperti udang merah. Komoditas hasil perikanan yang paling
utama adalah ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila (Oreochromis niloticus).

2.2.1.2. Rona Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Budaya

1. Kependudukan/Demografi
1) Penduduk Menurut Jenis Kelamin

II-48
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Secara administratif pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW),


PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi
Line SUTT 150 kV melintasi dua wilayah Distrik Mimika Timur, dan Distrik
Mimika Baru. Adapun data mengenai jumlah penduduk yang masuk dalam
rencana lokasi kegiatan tersaji dalam table di bawah ini.

Tabel 2.18. Jumlah Penduduk Di Lokasi Kegiatan


Jumlah Penduduk
No. Kabupaten Timika sex-ratio
Laki-laki Perempuan
1. Mimika Timur 1.291 1.192 108
2. Mimika Baru 1.091 1.007 108
Sumber : Kabupaten Timika dalam Angka 2013

Komposisi penduduk antara laki-laki dan perempuan (sex-ratio) di Distrik


Mimika Baru dan Mimika Timur sebesar 108 menunjukkan bahwa penduduk
laki-laki memiliki komposisi lebih besar dari penduduk perempuan.

2) Kepadatan Penduduk
Keadaan kepadatan penduduk di lokasi rencana tapak proyek dapat dilihat
berdasarkan pada kepadatan penduduk geografis (KPG). Dari hasil
perhitungan berdasarkan data sekunder yang ada diperoleh tentang kepadatan
penduduk, disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.19. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk


No Jumlah Luas Wilayah Kepadatan
Kabupaten Timika
. penduduk (Km2) (jiwa/km2)
1. Mimika Timur 2.483 248 10
2. Mimika Baru 2.099 267 8
Sumber :Kabupaten Timika dalam Angka 2013

Kepadatan penduduk geografis (KPG) di lokasi rencana proyek mempunyai


tingkat kepadatan rendah. KPG termasuk dalam kategori kepadatan rendah
untuk daerah perkotaan, karena tingkat kepadatan berada dibawah kategori
5.000 – 5.999 jiwa/km2 (Chafid Fandeli). Dengan kategori ini jika tingkat
pertambahan penduduk sama dengan saat penelitian maka tingkat kepadatan
penduduk akan naik sebesar 7,15%, sehingga masih dalam kategori yang sama,
maka kemungkinan tidak akan terjadi eksploitasi sumberdaya untuk
memenuhi kebutuhan hidup.

II-49
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

3) Jumlah KK dan Rata-rata Anggota Keluarga


Keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari kondisi kependudukan dan
jumlah rata-rata anggota keluarga, karena dengan jumlah rata-rata anggota
keluarga kecil mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
membaik dan menjadi lebih terjamin kehidupan keluarga sesuai dengan yang
dicanangkan program KB (Keluarga Berencana). Keragaman penduduk di
lokasi proyek dilihat dari jumlah KK dan jumlah rata-rata keluarga dapat
disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.20. Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga


Jumlah Rumah
No Kabupaten Timika Jml Pend. Rata-rata
Tangga
1. Mimika Timur 2.483 635 4
2. Mimika Baru 2.099 152 14
Sumber : Kabupaten Timika dalam Angka 2013

4) Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur


Kondisi penduduk berdasarkan kelompok umur disuatu daerah dapat
digunakan sebagai indikator angkatan kerja dan beban tanggungan keluarga
(dependency ratio). Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.22. Kondisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia di Kabupaten


Timika
Jenis Kelamin
No Kelompok Umur
L P Jml
1. 0–4 5.418 4.775 10.173
2. 5–9 7.220 6.392 13.611
3. 10 – 14 6.552 5.703 12.255
4. 15 – 19 5.910 5.104 11.014
5. 20 – 24 4.642 4.755 9.397
6. 25 – 29 4.727 5.444 10.171
7. 30 – 34 4.557 4.933 9.491
8. 35 – 39 4.679 4.783 9.462
8. 40 – 44 3.818 3.437 7.256
9. 45 – 49 2.998 2.375 5.373
10. 50 – 54 2.479 1.318 3.797
11. 55 – 59 1.126 772 1.898
11. 60 – 64 689 338 1.027
12. 65 + 541 431 973
Jumlah 55.357 50.540 105.897
Sumber : Kabupaten Timika dalam Angka 2013

II-50
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Data penduduk diatas dapat digunakan sebagai basis untuk menghitung angka
ketergantungan (dependency ratio). Hasil perhitungan diperoleh nilai angka
ketergantungan penduduk Kabupaten TImika memiliki nilai angka
ketergantungan sebesar 15,34 artinya setian 100 orang yang produktif akan
menanggung 15 orang yang tidak/belum produktif. Dilihat dari rata-rata
angka ketergantungan (dependency Ratio) yang diperoleh dari kedua kabupaten
tersebut termasuk kategori sedang, berdasarkan kategorisasi angka beban
tanggungan ini menurut Kasnawi dan Mangunrai (1996) yaitu :
 Angka Beban Tanggungan Tinggi : ≥ 70
 Angka Beban Tanggungan Sedang : 51 – 69
 Angka Beban Tanggungan Rendah : ≤ 50

2. Sosial Ekonomi
1) PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu
wilayah untuk menciptakan output atau nilai tambah pada suatu waktu
tertentu. Ada dua pendekatan dalam PDRB, yaitu pendekatan sektoral dan
pendekatan penggunaan. PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumlahan
seluruh komponen nilai tambah bruto yang diciptakan oleh sektor-sektor
ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan,
PDRB menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut.
Berdasarkan data sekunder nampak perhitungan PDRB disusun berdasarkan
pendekatan sektoral. Adapun PDRB Kabupaten Timika berdasarkan harga
yang berlaku dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.23. PDRB Kabupaten Timika Berdasar Harga Yang Berlaku (Jutaan
Rupiah)
Kabupaten Timika
No Sektor
2010* 2011**
1. Pertanian 219.814,72 248.203,00
2. Pertambangan & Penggalian 3.124,34 3.831,60
3. Industri 151,84 198,23
4. Listrik& Air Bersih 621,42 670,01
5. Bangunan 235.301,59 273.718,21
6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 31.606,97 37.839,02
7. Transportasi & Komunikasi 40.292,87 45.812,95
Keuangan, Persewaan, & Jasa 1.504,30 1.674,98
8
Perusahaan

II-51
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Kabupaten Timika
No Sektor
2010* 2011**
9. Jasa-jasa 116.733,45 142.115,45
TOTAL 648.530,08 753.393,43
Sumber : Kabupaten Timika dalam Angka 2013

Keteragan : * Angka Sementara


** Angka Sangat Sementara

Kabupaten Timika mengalami peningkatan PDRB, secara total sebesar 16,17 %


dibandingkan dengan Tahun 2010. Pada Tahun 2011 PDRB sektor Bangunan
menyumbangkan 63.67% dari Total PDRB Kabupaten Timika diikuti dengan
sektor pertanian, sektor jasa, sektor transportasi dan komunikasi serta sektor
perdagangan, hotel dan restoran, kenyataan ini menunjukan bahwa ekplorasi
terhadap kekayaan alam masih menjadi andalan dari Kabupaten Timika.

2) Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah memenfaatkan sumber daya manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa. Kegiatan ekonomi di masyarakat membutuhkan
tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja itu dapat juga disebut sebagai
kesempatan kerja (demand for labour). Semakin meningkat pembangunan,
semakin besar pula kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini berarti semakin
besar pula pemintaan akan tenaga kerja. Sebaliknya, semakin besar jumlah
penduduk, semakin besar pula kebutuhan akan lowongan pekerjaan
(kesempatan kerja). Untuk mengetahui kesempatan kerja dengan cara
mengetahui jumlah pencari kerja dibandingkan dengan tingkat penyerapannya.

Tabel 2.24. Kesempatan Kerja di Kabupaten Timika Tahun 2011


No Uraian Kabupaten Timika (2011)
1 Angkatan kerja 56.645
Bekerja 46.579
Mencari kerja 10.065
2 Bukan angkatan kerja 12.240
Total Usia kerja 68.885
TPAK 82,23
TP 17,76
Sumber : Kabupaten Timika dalam Angka 2013

II-52
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Berdasarkan data dari tabel di atas tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
di Kabupaten Timika pada tahun 2011 masyarakat banyak yang berperan atau
berpartisipasi dalam pekerjaan, besarnya nilai tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) akan menurunkan nilai tingkat pengangguran (TP).

3) Pendapatan Masyarakat
Data Pendapatan Masyarakat belum bisa diketahui karena tidak ada data
sekunder yang didapatoleh Tim Peneliti Amdal. Selanjutnya untuk
memperoleh Data Pendapatan Masyarakat akan dilakukan melalui
penggunaan data primer yang diperoleh dari survey langsung pada
masyarakat melalui instrument questioner.

4) Pengeluaran dan Pola Konsumsi


Data Pengeluaran dan Pola Konsumsi Masyarakat belum bisa diketahui karena
tidak ada data sekunder yang didapat oleh Tim Peneliti Amdal. Selanjutnya
untuk memperoleh Data Pendapatan Masyarakat akan dilakukan melalui
penggunaan data primer yang diperoleh dari survey langsung pada
masyarakat melalui instrument questioner.

5) Aktivitas dan Kelembagaan Ekonomi


Aktivitas dan kelembagaan Ekonomi di sekitar lokasi dapat dilihat dari:
a. Pertanian
Berdasarkan data Kabupaten Timika pada tahun 2011, Kabupaten Timika
memiliki luas panen padi seluas 178 Ha dengan produksi 390 ton, luas
panen ubi kayu seluas 120 Ha, ubi jalar 4.839 Ha dan keladi 161 Ha dengan
total produksi mencapai 64.573 ton. Luas panen kacang tanah dan kacang
kedelai seluas 130 Ha dan 42 Ha dengan total produksi 288 ton, sedangkan
produksi tanaman sayuran pada tahun 2011 meningkat sebesar 0.39 % dari
tahun 2010 dengan total produksi 288 ton. (Sumber: Kabupaten Timika
Dalam Angka, 2013).
Disamping budidaya bercocok tanam, aktivitas pertanian dalam arti luas
penduduk daerah disekitar lokasi pembangunan pembangunan PLTMG
Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI)
Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV adalah beternak. Jenis
ternak yang diusahakan di distrik-distrik yang tekena dampak adalah ternak
besar seperti sapi, kerbau, kambing dan babi. Disamping itu juga

II-53
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

diusahakan ternak unggas seperti ayam buras, itik dan puyuh. Data
sekunder yang diterima Tim Peneliti Amdal mengenai jumlah ternak yang
ada di Kabupaten Yahukimo masih secara umum, belum di perinci
perwilayah atau perdistrik, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di
bawah ini:

Tabel 2.26. Jumlah Ternak Besar di Kabupaten Timika


Ternak Besar
Wilayah
Sapi Kerbau Kambing Kelinci Babi
Mimika Timur 47 6 34 320 5.560
Mimika Baru 33 - 20 33 4.217
Sumber : Kabupaten Timika dalam Angka 2013

Ternak unggas diusahakan oleh masyarakat dengan pertimbangan lebih


cepat memberikan pendapatan dalam jangka pendek. Dari usaha ternak
unggas dapat dimanfaatkan daging dan telur yang dapat digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari. Keragaman ternak unggas di daerah penelitian
(rencana proyek) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.27. Jumlah Ternak Unggas di Kabupaten Pegunungan Bintang


Ternak Unggas
Ayam Ayam Entok
Wilayah Ayam Ras Ras
Kampung Pedagin Petelur
g
Mimika Timur 8.770 - - 2.344
Mimika Baru 1.498 - - 1.234
Sumber : Kabupaten Pegunungan Bintang dalam Angka 2013

b. Industri
Perindustrian yang ada di Kabupaten Timika (2011) adalah hanya industry
kecil, sedangkan industry besar dan sedang menengah belum ada

3. Sosial Budaya

1) Bahasa

Dari berbagai wilayah yang dilalui rencana pembangunan pembangunan


PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV terdapat berbagai suku

II-54
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

yang mempunyai bahasa ibu yang berbeda-beda, diantaranya adalah Bahasa


Tokuni, Una, Diuwe, Wambon, Tokuni Dan Momuna. Untuk mengetahui
kondisi daerah berdasarkan bahasa yang mendapatkan dampak dari
pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW),
Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV dapat
dilihat pada peta bahasa berikut

2) Sistem Nilai
Agama merupakan suatu Sistem Nilai dalam Masyarakat. Kondisi penduduk
secara umum berdasarkan agama di daerah rencana proyek perlu dicermati
sebagai langkah awal untuk melihat sumber potensi kerawanan yang ada,
karena perbedaan ini sering digunakan sebagai potensi ketidak harmonisan
dalam masyarakat, jika tingkat toleransi masyarakat rendah. Untuk itu kondisi
penduduk menurut agama perlu dipahami dan diketahui. Jumlah penduduk
menurut agama dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.28. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Timika


Jumlah Penduduk
No Kabupaten Timika
Islam Protestan Katolik Hindu Budha
1. Mimika Timur 87 1.225 872 - -
2. Mimika Baru 34 1.387 634 - -
JUMLAH 153 3.599 2157 - -
Sumber : Kabupaten Timika dalam Angka 2013

Penduduk di Kabupaten Timika, tertinggi masyarakat memeluk Protestan,


diikuti Islam dan Katholik. Keragaman beragama menunjukkan bahwa
masyarakat dapat hidup rukun dan damai secara berdampingan dan toleransi
dan informasi yang diperoleh di lapangan belum pernah ada permasalahan
penduduk yang dipicu oleh perbedaan agama. Dengan demikian diperkirakan
potensi kerawanan kecil dari aspek hidup beragama.

3) Pendidikan

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan


mempunyai peranan sangat penting. Salah satu masalah yang bisa menjadi
penghalang dalam pembangungan adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Oleh karena itu pembangunan di sector pendidikan ditempatkan
pada prioritas yang utama. Berbagai program pembinaan pendidikan yang

II-55
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

dilaksanakan sejak awal telah membawa kemajuan, terlihat dengan adanya


peningkatan partisipasi pada semua jenjang pendidikan. Berikut data
banyaknya sekolah di Kabupaten Timika

Tabel 2.29. Banyaknya Sekolah Berdasarkan Jenis di Kabupaten Timika Tahun


2011

Wilayah Jenis Sekolah (Unit)


TK SD SLTP SMA SMK
Kabupaten Timika 3 78 12 3 -
Sumber : Kabupaten Timika dalam Angka 2013

4) Struktur dan Stratifikasi Sosial


Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang semakin majemuk, pelapisan
sosial kemudian didasarkan pada sektor ekonomi yaitu pekerjaan yang
digeluti. Struktur dan Startifikasi Sosial di Kabupaten Timika tidak terlalu bisa
digambarkan secara jelas karena keterbatasan data.

2.2.1.3. Rona Lingkungan Kesehatan

1. Sumber Daya Kesehatan

1) Sarana Kesehatan
Sumber daya kesehatan di Kabupaten Timika 2011/2012 disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 2.30. Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Kabupaten
Timika 2011/2012
Jumlah Rasio Per- Pencapaian
Jumlah
Sumber daya Penduduk
No
Kesehatan Kabupaten Kabupaten
Pegunungan Target Pegunungan
Bintang Bintang
1 Dokter Spesialis - 6/100.000 -
2 Dokter Umum 16 40/100.000 16/105.897
3 Dokter Gigi 1 11/100.000 4/105.897

II-56
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Jumlah Rasio Per- Pencapaian


Jumlah
Sumber daya Penduduk
No
Kesehatan Kabupaten Kabupaten
Pegunungan Target Pegunungan
Bintang Bintang
4 Apoteker 2 10/100.000 2/105.897
5 Asisten Apoteker 1 - -
6 Bidan 25 100/100.000 25/105.897
7 Perawat 66 117,5/100.000 66/105.897
8 Sarjana 8 - -
Keperawatan
8 Analis Kesehatan - - -
10 Ahli Gizi 4 22/100.000 4/105.897
11 Ahli Sanitasi 3 40/100.000 3/105.897
12 Ahli Kesehatan 4 40/100.000 4/105.897
Masyarakat
13 Tenaga 4 - -
Keteknisan Medis
14 Tenaga Kesehatan 47 - -
Lainnya (Pekarya)

Sumber : Elaborasi dan Analisis Tim Amdal - Data Bersumber dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Timika 2012

II-57
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa sumber daya manusia


kesehatan di Kabupaten Timika sangat minimal, namun berperan sangat
fungsional, sehingga dapat memberikan layanan kesehatan yang dibutuhkan di
sekitar tapak proyek. Untuk optimalisasi pelayanan kesehatan ke depan perlu
diupayakan pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan di
Kabupaten Timika sesuai ketentuan rasio per-jumlah penduduk.

2) Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan di Kabupaten Timika disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.31. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Timika 2012


Kabupaten Timika
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit Umum Daerah -
2 Puskesmas 16
3 Puskesmas Pembantu 15
4 Puskesmas Keliling Roda 4 -
5 Puskesmas Keliling Roda 2 -
6 Puskesmas Keliling SepedaMotor -
7 Pos kesehatan Desa (Poskedes) -
8 Pos PelayananTerpadu(Posyandu) -
Sumber : Elaborasi dan Analisis Tim Amdal - Data Bersumber dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Timika 2012
Berdasarkan Tabel 2.31. memperlihatkan bahwa sarana kesehatan rujukan
sekunder di Kabupaten Pegunungan Bintang belum tersedia. Sedangkan sarana
pelayanan kesehatan primer (primary health care) di kedua Kabupaten telah
tersedia. Untuk itu layanan kesehatan lebih lanjut perlu ditunjang dengan
sistem rujukan baik sekunder maupun tersier.

2. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan dinilai melalui penilaian Perilaku Hidup bersih dan Sehat
(PHBS). PHBS Rumah Tangga Sehat dinilai minimal melalui 10 indikator, yaitu
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, balita diberi ASI eksklusif,
mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, melakukan aktivitas
fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, tersedia air bersih, tersedianya
jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah bukan
dari tanah. Tabel berikut menyajikan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.

II-58
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Tabel 2.32. Persentase Kelahiran Bayi Menurut Penolong Kelahiran Terakhir di


Kabupaten Timika Tahun 2010
No Penolong Kelahiran Persentase
1 Dokter 1.17
2 Bidan 3.48
3 Tenaga Medis Lain 1.17
4 Dukun 13.95
5 Family 80.24
6 Lainnya -
Sumber : Elaborasi dan Analisis Tim Amdal - Data Bersumber dari Dinas
Kabupaten Timika 2012

Berdasarkan Tabel 2.32. memperlihatkan bahwa kelahiran bayi menurut penolong


kelahiran terakhir di Kabupaten Timika Tahun 2010 sebagian besar dilakukan oleh
keluarga. Sementara itu berdasarkan standar indikator Indonesia Sehat penolong
persalinan direkomendasikan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan, dengan target 90%. Pertolongan persalinan oleh bukan
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan mempunyai risiko akan
terjadinya kematian ibu bersalin, sementara itu angka kematian ibu dijadikan
sebagai indikator derajat kesehatan bahkan kesejahteraan. Untuk itu perlu
dilakukan upaya yang lebih bersungguh-sungguh untuk melakukan persalinan
dengan penolong persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan.

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Banyaknya peserta asuransi kesehatan PT. Askes Indonesia di Kabupaten Timika


sebanyak 2.771 orang dari 105.897 jiwa (2.61%). Dalam rangka mencapai cakupan
total kesehatan (univeral health coverage) perlu diupayakan kepesertaan
masyarakat.
4. Angka Kesakitan
Data mengenai angka kesakitan sebagai gambaran pola penyakit di Kabupaten
Timika Tahun 2012, yang bisa mewakili pola penyakit di tapak proyek
pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW),
Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV. Tabel berikut
menyajikan 10 Penyakit Utama yang ada di Kabupaten Timika Tahun 2012.
Tabel 2.33. Sepuluh Penyakit Utama Rawat Jalan Puskesmas Pada Semua Umur di
Kabupaten Timika 2012

II-59
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Jenis Penyakit JenisPenyakit


No. No.
1. Malaria 6. Anemia
2. ISPA 7. Infeksi kulit / borok
3. Penyakit tulang dan sendi 8. Gastritis
4. Jamur pada kulit 9. Mastoid
5. Diare
Sumber : Elaborasi dan Analisis Tim Amdal - Data Bersumber dari Dinas
Kesehatan Timika Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 2.33, dapat disimpulkan bahwa penyakit rawat jalan di


Puskesmas di Kabupaten Timika 2012 adalah penyakit malaria. Sementara itu
target nasional angka kesakitan malaria per-1.000 penduduk sebesar 5 kasus.
Penyakit terbanyak kedua adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Penyakit tersebut menyerang saluran pernafasan bagian atas yang ditularkan
melalui udara pernafasan, sehingga sangat mudah ditularkan melalui percikan
pernapasan (droplet), untuk itu kualitas udara harus terjamin kebersihannya yang
terhindar dari pencemaran, dan dibiasakan memakai masker hidung. Penyakit
menular masih menjadi masalah prioritas dalam pembangunan kesehatan
masyarakat. Dalam daftar Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
(SK Menkes No 1457/2003), sejumlah penyakit menular dicantumkan sebagai
masalah yang wajib ditanggulangi oleh daerah dan Puskesmas kecuali terbukti
masalah tersebut memang tidak ada di daerah bersangkutan. Imunisasi,
surveilans, penanggulangan KLB, polio, TB-paru, ISPA, HIV/ADIS, DBD, diare,
malaria, kusta, filariasis, pengendalian vektor dan hygiene sanitasi tempat-tampat
umum adalah 14 pelayanan atau program yang dimasukkan diantara 31
pelayanan/program dalam daftar SPM tersebut. Berubahnya lingkungan fisik
dan biologis akibat kegiatan pembangunan jalan pembangunan PLTMG Mobile
PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120
MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV, sehingga mobilitas penduduk yang semakin
tinggi dan masih rendahya kesadaran/perilaku kesehatan penduduk, adalah
beberapa faktor yang perlu dicermati. Intervensi terhadap faktor-faktor tersebut,
disamping intervensi terhadap kasus, memerlukan dukungan stakeholders dan
memerlukan kerja sama yang luas antar sektor dan pihak lain.
Strategi pokok dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang
perlu dilakukan adalah (1) menemukan kasus dan mengobati sedini mungkin

II-60
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

serta (2) melakukan intervensi terhadap faktor risiko yang berkaitan dengan
penyakit menular tersebut. Secara umum, faktor resiko tersebut bisa dibagi 2
kelompok, yaitu (1) faktor resiko lingkungan dan (2) faktor resiko perilaku
manusia. Untuk itu dengan dibangunnya jalan Oksibil - Dekai akan memudahkan
melakukan intervensi terhadap pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
tersebut.

2.2.2. Kegiatan Yang Ada di Sekitar Lokasi Kegiatan


Kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi tapak proyek pembangunan adalah sebagai
berikut: Pemukiman, Perdagangan, Perkebunan dan Pengambilan Material dari
sungai.

2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat


Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat
Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup Dan Izin Lingkungan maka pihak
pemrakarsa wajib melibatkan masyarakat dalam proses AMDAL. Salah satu bentuk
pelibatan masyarakat yang dilakukan oleh pihak pemrakarsa adalah dengan membuat
pengumuman dan Sosialisasi mengenai kegiatan yang dilakukan pada:
 Pengumuman koran dilakukan pada Cenderawasih pos hari Senin, 18 Agustus 2014
dan Selasa, 19 Agustus 2014
 Pengumuman di lokasi kegiatan dilakukan pada 20 Juli 2014 di Kabupaten
Pegunungan Bintang dan 10 Juni 2014 di Kabupaten Yahukimo
 Konsultasi publik dilakukan pada Tanggal 15 September 2014 di Kabupaten
Yahukimo dan 18 September 2014 di Kabupaten Pegunungan Bintang.

Hasil kegiatan konsultasi publik dengan masyarakat mengenai pembangunan PLTMG


Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120
MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV yang turut dihadiri masyarakat setempat,
pemerintah di sekitar lokasi. Maka yang dapat disimpulkan dari kegiatan konsultasi
dengan masyarakat, terhadap rencana PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG
Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV,
adalah sebagai berikut :

II-61
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

1. Pada prinsipnya masyarakat mendukung adanya pembangunan PLTMG Mobile


PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120
MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV
2. Dilibatkannya dalam perekrutan tenaga konstruksi
3. Menjaga lingkungan agar tetap bersih

2.4. Dampak Penting Hipotetik

2.4.1. Identifikasi Dampak Potensial

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan


yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana kegiatan
pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW),
Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV, tanpa
memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Sehingga
pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut
merupakan dampak penting atau tidak.
Identifikasi dampak potensial merupakan tahapan awal dari proses pelingkupan,
kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan, baik
primer maupun sekunder, yang mungkin timbul pada kegiatan mulai dari tahap pra
kontruksi, kontruksi dan oprasi. Identifikasi dampak potensial ini dilakukan melalui:

1) Penelaahan pustaka
Penelaahan pustaka dilakukan guna menangkap permasalahan lingkungan yang
bersifat project specific melalui penelaahan laporan atau dokumen sejenis.
2) Diskusi
Diskusi dilakukan diantara anggota tim penyusun AMDAL guna memperoleh
kata sepakat mengenai identifikasi dampak potensial yang perlu dicermati.
Diskusi dengan anggota tim dilakukan secara sinambung terutama untuk
menurunkan jenis dan karakteristik dapak yang potensial timbul, serta sejak awal
mengkaji sifat aliran dampak.
3) Survey pendahuluan
Surve pelingkupan atau pendahuluan dilakukan guna mempertajam hasil
identifikasi dampak potensial sebelumnya, sehingga diperoleh daftar dampak

II-62
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

potensial yang sifatnya spesifik. Untuk itu dalam survey pendahuluan dilakukan
pengumpulan data melalui penggalian informasi melalui tokoh masyarakat,
pengumpulan data sekunder dari intansi terkait dan pengumpulan data primer.
4) Matrik interaksi
Setelah memperoleh data mengenai deskripsi rencana kegiatan dan rona awal
lingkungan secara umum, maka kemudian dituangkan kedalam matrik interaksi
yang menunjukkan adanya keterkaitan antara komponen rencana kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak dengan komponen lingkungan hidup yang
potensial terkena dampak. Apabila terjadi interaksi antara komponen rencana
kegiatan dan komponen lingkungan maka akan diberi tanda silang (X). Dengan
matrik interaksi ini diharapkan dapat diperoleh daftar komponen lingkunngan
yang potensial terkena dampak rencana kegiatan.
Esensi dari identifikasi dampak potensial adalah menduga semua dampak yang
berpotensi terjadi (segenap dampak lingkungan baik primer maupun sekunder dan
seterusnya yang mungkin timbul pada kegiatan mulai dari tahap pra konstruksi,
konstruksi, operasi dan pasca operasi) jika rencana kegiatan pembangunan Ruas
PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI)
Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV terlaksana. Langkah indentifikasi
dampak potensial akan menghasilkan daftar ‘dampak potensial’.
Dampak potensial akibat rencana pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW),
PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line
SUTT 150 kV yang diprakirakan akan terjadi selengkapnya disajikan dalam tabel
“Matrik Identifikasi Dampak Potensial” sebagai berikut :

II-63
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Tabel 2.34. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan Terhadap Komponen Lingkungan
C Tahap
A Tahap Pra Konstruksi B Tahap Konstruksi Operasi

2. Perawatan Jalan
Pengoperasian

1. Pengoperasian
1. Pembangunan

Peralatan dan

4. Demobilisasi
Tenaga Kerja
3. Rekruitment
2. Pembebasan

5. Pemutusan
Konstruksi
Base Camp

Hubungan
2. Mobilisasi
1. Sosialisasi
No Komponen Lingkungan

3. Pekerjaan

peralatan
Meterial
Lahan

Kerja
Jalan

Jalan
&
A. Fisik
1 Kualitas Udara x x x x x
2 Kebisingan x x x x x
3 Kualitas Air x x
4 Kehilangan Top Soil x
5 Penurunan Kemantapan Lereng x
6 Peningkatan air larian (run off) x
7 Peningkatan limbah B3 x
B. Biologi
1 Keragaman Jenis Flora x
2 Keragaman Jenis Fauna x
3 Keragaman Jenis Biota Perairan x
C. Sosial ekonomi dan Budaya
1 Pendapatan Masyarakat x x x x
2 Kesempatan Kerja dan Berusaha x x x
3 Sikap dan Persepsi Masyarakat x x x x
4 Konflik Sosial x
D. Kesehatan Masyarakat
1 Pola Penyakit x x

II-64
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

C Tahap
A Tahap Pra Konstruksi B Tahap Konstruksi Operasi

2. Perawatan Jalan
Pengoperasian

1. Pengoperasian
1. Pembangunan

Peralatan dan

4. Demobilisasi
Tenaga Kerja
3. Rekruitment
2. Pembebasan

5. Pemutusan
Konstruksi
Base Camp

Hubungan
2. Mobilisasi
1. Sosialisasi
No Komponen Lingkungan

3. Pekerjaan

peralatan
Meterial
Lahan

Kerja
Jalan

Jalan
&
E. Tranprtasi
1 Kecelakaan Lalulintas x
2 Gangguan Lalulintas x x
3 Kerusakan Jalan x

II-65
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Gambar 2.12 Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan PLTMG
Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA
& Transmisi Line SUTT 150 kV pada Tahap Pra Kontruksi

II-66
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Gambar 2.13 Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan PLTMG
Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA
& Transmisi Line SUTT 150 kV pada Tahap Kontruksi

II-67
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Gambar 2.14 Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan PLTMG
Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA
& Transmisi Line SUTT 150 kV pada Tahap Operasi

II-68
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

2.4.2. Hasil Proses Pelingkupan

Evaluasi dampak potensial dimaksutkan untuk menyaring kearah kemungkinan


besar dampak-dampak potensial hasil identifikasi, merupakan dampak yang secara
hipotetik sebagai dampak penting. Langkah ini menghasilkan daftar dampak penting
hipotetik.

Proses evaluasi dampak potensial didasarkan atas diskusi antar pakar, studi
literature yang terkait dengan kegiatan, survey lapangan pendahuluan, konsultasi
public untuk menjaring isu-isu utama serta professional judgement pakar anggota
tim sesuai bidangnya.

Prinsip dasar evaluasi dampak potensial adalah memberikan dugaan sementara


(hipotetik) secara lebih mendalam terhadap dampak-dampak potensial dengan
menekankan pada kemungkinan besar dampak tersebut secara hipotetik adalah
dampak penting. Dengan demikian penetapan mengenai besaran dampak hipotetik
serta tingkat kepentingan dampak hipotetik tetap berlandaskan pada kaidah
penetapan besaran dampak dan kepentingan dampak.

Evaluasi dampak potensial dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria


berupa pertayaan-pertayaan, yaitu:

1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tersebut sudah tinggi?


2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting sehingga
dapat memperngaruhi kehidupan sehari-hari warga masyarakat sekitar (nilai
social-ekonomi-budaya) dan komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis-
keutuhan ekosistem)?
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen
lingkungan tersebut?
4. Apakah ada aturan Kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh
dampak tersebut?

Jika terdapat minimal dua jawaban “ya” dari keempat pertayaan tersebut, maka
dampak potensial yang dievaluasi dikategorikan sebagai dampak penting hipotetik
yang harus dikaji dalam ANDAL. Evaluasi dampak potensial menjadi dapak penting
hipotetik dapat dilihat pata tabel di bawah ini.

II-69
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

II-70
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Tabel 2.35. Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampang Penting Hipotetik

No Sumber Jenis Dampak Kriteria Dikaji Penjelasan


. Dampak 1 2 3 4 dalam
ANDAL
A. Tahap Pra Prakontruksi
1. Sosialisasi Sikap dan Persepsi Tida Ya Ya Tida Ya Kegiatan sosialisasi akan dapat memperjelas rencana
Masyarakat k k kegiatan dan dampaknya bagi warga masyarakat.
Adanya kekurangan informasi atau kesimpang siuran
informasi dari renana kegiatan ini akibat kurang
tepatnya tata cara dan informasi yang disampaikan
pada saat sosialisasi kepada masyarakat akan
berdampak terhadap timbulnya sikap dan persepsi
negative masyarakat. Sikap dan persepsi masyarakat
terhadap rencana kegiatan merupakan dampak
penting hipotetik
2. Pembebasan Pendapatan Tida Ya Ya Tida Ya Tapak proyek sebagian akan ada yang mengenai
Lahan Masyarakat k k lahan milik masyarakat. Pengadaan lahan milik
masyarakat ini kan menurunkan atau kehilangan
seluruh mata pencaharian. Hilangnya mata
pencaharian penduduk terhadap rencana kegiatan
merupakan dampak penting hipotetik
Sikap dan persepsi Tida Ya Ya Tida Ya Kegiatan pengadaan/pembebasan lahan
masyarakat k k diprakirakan akan memunculkan sikap dan persepsi
negative, terutama pemilik lahan yang berada di
lokasi rencana kegiatan. Adanya kekhawatiran dari
masyarakat pemilik lahan bahwa ganti rugi yang
diberikan tidak sesuai dengan kesepakatan, atau
masyarakat khawatir akan kehilangan lahan/hutan
(lahan yang produktif) sebagai sumber mata
pencaharian. Sikap dan persepsi masyarakat
terhadap rencana kegiatan merupakan dampak

II-71
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

No Sumber Jenis Dampak Kriteria Dikaji Penjelasan


. Dampak 1 2 3 4 dalam
ANDAL
penting hipotetik
Konflik sosial Tida Ya Ya Tida Ya Dampak kegiatan pada tahap pra konstruksi yang
k k meliputi kegiatan pengadaan lahan dapat
menimbulkan sikap dan persepsi negative
masyarakat. Hal ini akan berdampak lebih lanjut
terhadap konflik social berupa gangguan ketertiban
dan kemanan masyarakat. Konflik social terhadap
rencana kegiatan merupakan dampak penting
hipotetik
3. Rekruitmen Pendapatan Tida YA Ya Tida Ya Tersedianya kesempatan kerja pada kegiatan
Tenaga Kerja Masyarakat k k konstruksi akan menimbulkan dampak terhadap
peningkatan pendapatan penduduk, sehingga
pendapatan masyarakat terhadap rencana kegiatan
merupakan dampak penting hipotetik
Kesempatan Kerja Tida Ya Ya Tida Ya Mobilisasi tenga kerja yang didalamnya mencakup
dan Berusaha k k penerimaan tenaga kerja untuk pembebasan lahan
akan meberikan kesempatan kerja dan berusaha bagi
penduduk local, sehingga kesempatan kerja dan
berusaha merupakan dampak penting hipotetik
Sikap dan Persepsi Tida Ya Ya Tida Ya Timbulnya persepsi masyarakat akan menjadi positif
Masyarakat k k pada saat salah satu anggota keluarganya diterima
sebagai tenaga kerja. Namun sikap dan persepsi ini
akan dapat menjadi negative bagi penduduk yang
tidak dilibatkan dalam kegiatan proyek. Sikap dan
persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan
merupakan dampak penting hipotetik
B. Tahap Kontruksi
1. Pembanguna Kualitas Air Tida Ya Ya Tida Ya Aktivitas tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi
n dan k k jalan dam selama berada di basecamp akan

II-72
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

No Sumber Jenis Dampak Kriteria Dikaji Penjelasan


. Dampak 1 2 3 4 dalam
ANDAL
Pengoprasia menghasilkan limbah domestic padat maupun cair
n Base Camp yang dapat mencemari lingkungan di sekitar lokasi
basecamp. Limbah domestic dari aktivitas karyawan
dapat menurunkan sanitasi lingkungan dan kualitas
air permukaan. Begitu pula dengan limbah cair
berupa grey water yang dialirkan melalui drainase
menuju badan air penerima. Dengan adanya limbah
cair domestic ini akan menambah zat pencemar di
badan air penerima. Sehingga kualitas air
merupakan dampak penting hipotetik
Peningkatan Tida Tida Tida Tida Tidak Aktivitas kegiatan dari mesin dan pekerjaan
Limbah B3 k k k k konstruksi jalan tidak menghasilkan peningkatan
limbah B3 di sekitar lokasi kegiatan, sehingga
peningkatan limbah B3 terhadap rencana kegiatan
bukan merupakan dampak penting hipotetik.
2. Mobilisasi Kualitas Udara Tida Ya Ya Tida Ya Kendaraan pengangkut peralatan dan material akan
Peralatan k k mengeluarkan gas buang kendaraan sepanjang
dan Material perjalanannya dan pada saat melewati jalan tanah
akan menghasilkan debu, selama kegiatan mobilisasi
peralatan dan material akan melewati rumah
penduduk sehingga akan berdampak terhadap
penduduk sekitar. Sehingga kualitas udara terhadap
rencana kegiatan merupakan dampak penting
hipotetik
Kebisingan Tida Tida Ya Ya Ya Kendaraan pengangkut peralatan dan material akan
k k menimbulkan kebisingan sepanjang perjalanannya
dan pada saat melewati rumah penduduk akan
berdampak mengurangi kenyamanan penduduk
berupa kebisingan yang berada dekat lokasi proyek.

II-73
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

No Sumber Jenis Dampak Kriteria Dikaji Penjelasan


. Dampak 1 2 3 4 dalam
ANDAL
Kebisingan ini tidak boleh terjadi sepanjang hari,
sehingga mesin dengan tingkat kebisingan tinggi
tidak boleh beroperasi pada malam hari karena akan
mengganggu penduduk sekitar. Tingkat kebisingan
terhadap rencana kegiatan merupkan dampak
penting hipotetik.
3. Pekerjaan Kualitas Udara Tida Ya Ya Ya Ya Alat berat yang beroperasi selama kegiatan
Kontruksi k konstruksi jalan berlangsung akan mengeluarkan gas
buang kendaraan, dan pada saat melewati jalan tanah
akan menghasilkan debu. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas udara yang ada di sekitar
tapak proyek. Kualitas udara terhadap rencana
pembangunan merupakan dampak penting hipotetik
Kebisingan Tida Tida Ya Ya Ya Kendaraan pengangkut peralatan dan material akan
k k menimbulkan kebisingan sepanjang perjalanannya
dan pada saat melewati pemukiman penduduk akan
berdampak mengurangi kenyamanan penduduk
yang berada dekat lokasi proyek. Kebisingan ini tidak
boleh terjadi sepanjang hari, sehingga mesin dengan
tingkat kebisingan tinggi tidak boleh beroperasi pada
malam hari karena akan mengganggu penduduk
sekitar. Tingkat kebisingan terhadap rencana
pembangunan merupakan dampak penting hipotetik
Kualitas Air Tida Ya Ya Tida Ya Aktivitas tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi
k k jalan dan selama berada di basecamp akan
menghasilkan limbah domestic padat maupun cair
yang dapat mencemari lingkungan di sekitar lokasi
basecamp. Limbah domestic dari aktivitas karyawan
dapat menurunkan sanitasi lingkungan dan kualitas

II-74
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

No Sumber Jenis Dampak Kriteria Dikaji Penjelasan


. Dampak 1 2 3 4 dalam
ANDAL
air permukaan. Begitu pula dengan limbah cair
berupa grey water yang dialitkan melalui drainase
menuju badan air penerima. Dengan adanya limbah
cair domestic ini akan menambah zat pencemar di
badan air penerima. Tingkat kualitas air terhadap
rencana pembangunan merupakan dampak penting
hipotetik
Kehilangan Top Tida Ya Ya Tida Ya Pada kegiatan penyiapan badan jalan diprakirakan
Soil k k akan mengeruk sebagaian dari permukaan lahan
yang sudah dibersihkan. Kehhilangan top soil
terhadap rencana pembanunan merupakan dampak
penting hipotetik
Penurunan Tida Tida Ya Ya Ya Pada tahap penyiapan badan jalan yang melewati
Kemantapan k k lereng lereng. Penurunan kemantapan lereng
Lereng terhadap rencana pebangunan merupakan dampak
penting hipotetik.
Peningkatan air Tida Ya Ya Tida Ya Pada kegiatan penyiapan lahan, diprakirakan akan
larian (run off) k k menimbulkan adanya aliran air permukaan akibat
hilangnya berbagai vegetasi yang berfungsi dalam
mengikat air hujan yang jatuh pada lahan tersebut.
Adanya peningkatan aliran air permukaan merupaan
dampak penting hipotetik. Pengingkatan air larian
(run off) merupakan dampak penting hipotetik
Keragaman Jenis Tida Ya Ya Tida Ya Kegiatan penyiapan lahan dilakukan dengan
Flora k k membersihkan lahan dari vegetasi dan pepohonan
yang ada di sepanjang jalan, sehingga hal ini akan
mengurangi keragaman jenis flora yang terdapat di
sepanjang tapak proyek. Keragaman jenis flora
terhadap rencana pembangunan merupakan dampak

II-75
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

No Sumber Jenis Dampak Kriteria Dikaji Penjelasan


. Dampak 1 2 3 4 dalam
ANDAL
penting hipotetik
Keragaman Jenis Tida Ya Ya Tida Ya Kepenurunan keragaman jenis flora pada tahap
Fauna k k penyiapan lahan akan berpengaruh terhadap
kehidupan fauna yang berasosiasi dengan
keberadaan vegetasi yang berada di lokasi tapak
proyek, sehingga penurunan keragaman flora akan
diikuti dengan keragaman fauna. Mesin mesin yang
digunakan selama masa konstruksi memiliki bunyi
yang cukup keras, dimana fauna yang sensitive
dengan hal tersebut cenderung lari dan menjauh ke
tempat yang lebih tenang. Penurunan jenis fauna
terhadap rencana pembangunan merupakan dampak
penting hipotetik
Keragaman Jenis Tida Tida Tida Tida Tidak Kegaiatan penyiapan lahan yang ada tidak secara
Biota Perairan k k k k signifikan berdampak terhadap penurunan kualitas
air permukaan di sekitar lokasi pembangunan jalan,
sehingga Penurunan diversitas biota perairan bukan
merupakan dampak penting hipoteti karena
Sikap dan Persepsi Tida Ya Ya Tida Ya Timbulnya persepsi masyarakat akan menjadi positif
Masyarakat k k pada saat salah satu anggota keluarganya diterima
sebagai tenaga kerja. Namun sikap dan persepsi ini
akan dapat menjadi negative bagi penduduk yang
tidak dilibatkan dalam kegiatan proyek. Sehingga
sikap dan persepsi masyarakat merupakan dampak
penting hipotetik
Pola Penyakit Tida Tida Ya Tida Tidak Pekerjaan kontruksi yang berada jauh dari
k k k pemukiman penduduk tidak berpotensi dalam
perubahan pola penyakit, sehingga pola penyakit
bukan dampak penting hipotetik

II-76
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

No Sumber Jenis Dampak Kriteria Dikaji Penjelasan


. Dampak 1 2 3 4 dalam
ANDAL
Gangguan Tida Tida Ya Tida Tidak Lokasi pembangunan yang jauh dari pemukiman dan
Lalulintas k k k juga sedikitnya alat transportasi yang ada disekitar
lokasi tidak berpengaruh terhadap gangguan
lalulintas yang ada. Sehingga gangguan lalulintas
bukan merupakan dampak penting hipotetik
4. Mobilisasi Kualitas Udara Tida Tida Ya Ya Ya Alat berat yang beroperasi selama kegiatan
Peralatan k k konstruksi jalan berlangsung akan mengeluarkan gas
buang kendaraan, dan pada saat melewati jalan tanah
akan menghasilkan debu. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas udara yang ada di sekitar
tapak proyek. Kualitas udara terhadap rencana
pembangunan merupakan dampak penting hipotetik
Kebisingan Tida Ya Ya Ya Ya Kendaraan pengangkut peralatan dan material akan
k menimbulkan kebisingan sepanjang perjalanannya
dan pada saat melewati pemukiman penduduk akan
berdampak mengurangi kenyamanan penduduk
yang berada dekat lokasi proyek. Kebisingan ini tidak
boleh terjadi sepanjang hari, sehingga mesin dengan
tingkat kebisingan tinggi tidak boleh beroperasi pada
malam hari karena akan mengganggu penduduk
sekitar. Tingkat kebisingan terhadap rencana
pembangunan merupakan dampak penting hipotetik
5. Pemutusan Pendapatan Tida Ya Ya Tida Ya Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan setelah
Tenaga Kerja Masyarakat k k selesainya pebangunan jalan akan menimbulkan
dampak terhadap menurunnya pendapatan
penduduk yang sebelumnya bekerja membangun
jalan. Sehingga pendapatan masyarakat merupakan
dampak penting hipotetik
Kesempatan Kerja Tida Ya Ya Tida Ya Dengan adanya pemutusan hubungan kerja berakibat

II-77
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

No Sumber Jenis Dampak Kriteria Dikaji Penjelasan


. Dampak 1 2 3 4 dalam
ANDAL
dan Berusaha k k pada hilangnya kesempatan kerja dan berusaha yang
dimiliki oleh masyarakat yang ada di sekitar kegiatan
pembangunan. Kesempatan kerja dan berusaha
merupakan dampak penting hipotetik
C. Tahap Operasi
1. Pengoprasia Kualitas Udara Tida Ya Ya Tida Ya Kendaraan yang melewati jalan ini akan
n k k mengeluarkan gas buang kendaraan sepanjang
perjalanannya dan pada saat melewati jalan tanah
akan menghasilkan debu, sehingga kualitas udara
merupakan dampak penting hipotetik
Kebisingan Tida Ya Ya Tida Ya Kendaraan yang melewati jalan ini akan
k k menimbulkan kebisingan sepanjang perjalanannya,
sehingga kebisingan merupakan dampak penting
hipotetik
Pendapatan Tida Ya Ya Tida Ya Terjadinya perpindahan barang dan jasa antar
Masyarakat k k kabupaten Pegunungan Bintang dan Yahukimo akan
menimbulkan dampak terhadap peningkatan
pendapatan penduduk. Sehingga pendapatan
masyarakat merupakan dampak penting hipotetik
Kesempatan Kerja Tida Ya Ya Tida Ya Tersedianya sarana penghubung antar kabupaten ini
dan Berusaha k k dapat menimbulkan dampak terbukanya kesempatan
kerja dan berusaha baik dengan perdanganan barang
maupun jasa antar kabupaten. Sehingga kesempatan
kerja dan berusaha merupakan dampak penting
hipotetik
Pola Penyakit Tida Ya Ya Tida Ya Terjadinya perpindahan penduduk dapat
k k mempengaruhi pola hidup dan kebiasaan yang
nantinya akan mempengaruhi pola penyakit,
dimungkinkan juga terjadinya persebaran penyakit

II-78
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

No Sumber Jenis Dampak Kriteria Dikaji Penjelasan


. Dampak 1 2 3 4 dalam
ANDAL
menular. Sehingga pola penyakit merupakan dampak
penting hipotetik
Kecelakaan Tida Ya Ya Tida Ya Dengan adanya sarana jalan ini diprakirakan akan
Lalulintas k k terjadi peningkatan jumlah kecelakaan, sehingga
kecelakaan lalulintas merupakan dampak penting
hipotetik
Kerusakan Jalan Tida Ya Ya Tida Ya Setelah dibangunnya sarana jalan ini nantinya pasti
k k dilewati kendaraan berat yang mengangkut barang
antar kabupaten, kendaraan yang melewati jalan jika
melebihi batas kemampuan jalan maka akan terjadi
kerusakan jalan. Kerusaan jalan merupakan dampak
penting hipotetik
2. Perawatan Kualitas Udara Tida Ya Ya Tida Ya Kendaraan yang melewati jalan ini akan
k k mengeluarkan gas buang kendaraan sepanjang
perjalanannya dan pada saat melewati jalan tanah
akan menghasilkan debu. Sehingga kualitas udara
merupakan dampak penting hipotetik
Kebisingan Tida Ya Ya Tida Ya Kendaraan yang melewati jalan ini akan
k k menimbulkan kebisingan sepanjang perjalanannya,
sehingga kebisingan merupakan dampak penting
hipotetik
Gangguan Tida Ya Ya Tida Ya Dengan ada nya sarana jalan ini akan meningkatkan
Lalulintas k k frekuensi kendaraan di kedua kabupaten, yang mana
diprakirakan akan menimbulkan gangguan lalulintas.
Sehingga gangguan lalulintas merupakan dampak
penting hipotetik

II-79
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Tabel 2.37. Matrik Evaluasi Dampak Penting Hipotetik Rencana Kegiatan Terhadap Komponen Lingkungan

C Tahap
A Tahap Pra Konstruksi B Tahap Konstruksi Operasi

Konstruksi Jalan

Hubungan Kerja
1. Pembangunan &
Pengoperasian

1. Pengoperasian
Peralatan dan

4. Demobilisasi
Tenaga Kerja
3. Rekruitment
2. Pembebasan
No Komponen Lingkungan

5. Pemutusan
Base Camp
2. Mobilisasi
1. Sosialisasi

2. Perawatan
3. Pekerjaan

peralatan
Meterial
Lahan
A. Fisik
DP
1 Kualitas Udara DPH DPH DPH DPH
H
DP
2 Kebisingan DPH DPH DPH DPH
H
3 Kualitas Air DPH DPH
4 Kehilangan Top Soil DPH
5 Penurunan Kemantapan Lereng DPH
6 Peningkatan air larian (run off) DPH
7 Peningkatan limbah B3 TPH
B. Biologi
1 Keragaman Jenis Flora DPH
2 Keragaman Jenis Fauna DPH
3 Keragaman Jenis Biota Perairan TPH

II-80
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

C Tahap
A Tahap Pra Konstruksi B Tahap Konstruksi Operasi

Konstruksi Jalan

Hubungan Kerja
1. Pembangunan &
Pengoperasian

1. Pengoperasian
Peralatan dan

4. Demobilisasi
Tenaga Kerja
3. Rekruitment
2. Pembebasan
No Komponen Lingkungan

5. Pemutusan
Base Camp
2. Mobilisasi
1. Sosialisasi

2. Perawatan
3. Pekerjaan

peralatan
Meterial
Lahan
C. Sosial ekonomi dan Budaya
1 Pendapatan Masyarakat DPH DPH DPH DPH
2 Kesempatan Kerja dan Berusaha DPH DPH DPH
3 Sikap dan Persepsi Masyarakat DPH DPH DPH DPH
4 Konflik Sosial DPH
D. Kesehatan Masyarakat
1 Pola Penyakit TPH DPH
E. Tranprtasi
1 Kecelakaan Lalulintas DPH
2 Gangguan Lalulintas TPH DPH
3 Kerusakan Jalan DPH

II-81
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Gambar 2.15. Diagram Alir Proses Pelingkupan Rencana Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40
MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

II-82
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

2.5. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

2.5.1. Batas Wilayah Studi

Batas wilayah studi diperoleh dengan cara menumpangsusunkan (overlay) batas


wilayah proyek, batas sosial, batas administrasi, dan batas ekologis. Resultante batas
terluar dari batas batas tersebut merupakan batas wilayah studi. Batas wilayah studi
disajikan pada peta batas wilayah studi.

1. Batas Proyek

Batas wilayah proyek merupakan ruang dari suatu usaha rencana kegiatan untuk
melakukan kegiatan persiapan, konstruksi maupun operasi. Dari ruang inilah
sumber dampak yang dihasilkan terhadap komponen lingkungan ditelah. Batas
proyek atau kegiatan yang di maksud adalah batas areal kegiatan pembangunan
PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI)
Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV.

2. Batas Ekologis

Batas ekologis ditentukan berdasarkan pengaruh langsung rencana kegiatan


terhadap komponen-komponen lingkungan atau merupakan daerah yang secara
ekologi akan terkena dampak dari berbagai bentuk proses alam dengan
memperhatikan persebaran dampak. Persebaran dampak adalah ruang dari suatu
rencana kegiatan menurut media trasportasi limbah (air dan udara) dimana proses
alami mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruangan ini adalah
lokasi di sekitar rencana usaha atau kegiatan yang secara ekologis memberikan
dampak terhadap aktifitas usaha kegiatan.

Dampak lingkungan yang timbul pada dasarnya menyebar melalui air, tanah dan
udara. Dengan demikian dalam menentukan batas ekologis perlu
mempertimbangkan ruang persebaran dampak dari kegiatan pembangunan Ruas
Jalan Oksibil - Dekai. Batas ekologis dalam studi AMDAL mencakup ekologi
daerah proyek/kegiatan baik sub ekosistem teresterial maupun sub ekosistem
aquatik/ perairan yang saling berhubungan (interaksi) dan saling
berketergantungan (interdependency).

Sub ekosistem teresterial yang dimaksud meliputi penyebaran dampak dari


pencemaran udara akibat kegiatan pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10

II-83
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi
Line SUTT 150 kV. Sedangkan sub ekosistem aquatik/perairan meliputi perairan
Sub-Daerah Aliran di sekitar kegiatan pembangunan PLTMG Mobile PP Timika
(10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA &
Transmisi Line SUTT 150 kV. Wilayah ekologis ini merupakan suatu wilayah
penerima dampak terhadap kualitas air dari proses pembangunan PLTMG Mobile
PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120
MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV.

3. Batas Sosial
Batas Sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan atau kegiatan yang
merupakan tempat berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai
tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial) yang
diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha
dan atau kegiatan. Batas sosial mencakup wilayah yang secara langsung
masyarakat akan terkena dampak sosial dari kegiatan pembangunan PLTMG
Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika
120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV yaitu Distrik Mimika Timur dan Distrik
Mimika Baru, Kabupaten Timika.

4. Batas Administrasi
Batas administratif dipertimbangkan berdasarkan ruang atau wilayah
administratif tertentu didalam lingkup tersebut terdapat aktifitas masyarakat
dalam kehidupan sosial budaya dan sosial ekonomi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan berlaku di dalam ruang tersebut. Pola persebaran dampak
lingkungan juga dipengaruhi oleh kebijakan maupun aturan pemerintah daerah
setempat. Oleh karena itu pengambilan batas wilayah studi juga
mempertimbangkan batas administrasi. Secara adimistrasi kegiatan proyek berada
di Distrik Mimika Baru dan Distrik Mimika Timur, Kabupaten Timika.

II-84
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Gambar 2.16. Peta Batas Wilayah Studi

II-85
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

2.5.2. Batas Waktu Kajian

Waktu kajian yang dimaksud adalah penjelasan tentang rentang waktu dimana
dampak diperkirakan terjadi. Ada dampak yang diperkirakan terjadi hanya selama
beberapa bulan (seperti dampak-dampak terkait langsung dengan tahap konstruksi)
dan ada dampak-dampak yang diperkirakan berlangsung selama usia kegiatan
ataupun lebih seperti dampak aliran air permukaan. Batas waktu kajian dalam studi
AMDAL kegiatan pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG
Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150
kV disajikan dalam Tabel 2.37.
Tabel 2.38. Batas Waktu Kajian Studi AMDAL
Tahun
No Dampak Lingkungan
2014 2015 2016 2017 2018 …
A. Fisik – Kimia

1 Penurunan Kualitas Udara

2 Peningkatan Kebisingan

3 Penurunan Kualitas Air

4 Peningkatan Erosi

5 Terjadinya Sedimentasi

6 Peningkatan air larian (run off)

B. Biologi

1 Penurunan Keragaman Jenis Flora

2 Penurunan Keragaman Jenis Fauna

C. Sosial – Ekonomi - Budaya

1 Peningkatan Pendapatan Masyarakat

2 Kesempatan Kerja dan Peluang

II-86
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Berusaha

Beragamnya Sikap dan Persepsi


3
Masyarakat

4 Konflik Sosial

D. Kesehatan Masyarakat

1 Perubahan Pola Penyakit

E. Transportasi

1 Kecelakaan Lalulintas

2 Kerusakan Jalan

3 Gangguan Lalulintas

II-87
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Ringkasan hasil identifikasi dampak potensial dan dampak penting hipotetik pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG
Timika 2 (40 MW), Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV adalah sebagai berikut

Tabel 2.36. Ringkasan Proses Plingkupan Studi AMDAL Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW), PLTMG Timika 2 (40 MW),
Gardu Induk (GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV
Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
I. Tahap Pra Konstruksi
1 Sosialisasi Mengutamakan Sikap dan Timbulnya Kegiatan sosialisasi Disimpulk Kampung Selama
penduduk local Persepsi persepsi rencana kegiatan an menjadi yang berada berlangsungn
untuk kegiatan Masyarakat negative terutama bertujuan DPH di dalam ya kegiatan
Sosialisasi masyarakat untuk memberikan lokasi sosialisasi
terhadap gambaran kepada kegiatan
rencana masyarakat
kegiatan mengenai rencana
kegiatan, peran serta
dan keterlibatan
masyarakat dalam
rencana kegiatan seta
memberikan
gambaran manfaat
serta dampak yang
diperoleh dari
rencana kegiatan.
Adanya kekurangan

II-88
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
informasi atau
kesimpangsiuran
informasi dari
renana kegiatan ini
akibat tidak tepatnya
tata cara dan
informasi yang
disampaikan pada
saat sosialisasi
kepada masyarakat
akan berdampak
terhadap timbulnya
sikap dan persepsi
negative masyarakat
2. Pembebasan - Mendapatkan Pendapata Hilangnya Tapak proyek Disimpulk Distrik Sesuai dengan
Lahan uang n mata sebagian akan ada an menjadi Distrik yang ketentuan
penghormatan/ Masyarakat pencaharian yang mengenai lahan DPH terlewati
tali asih atas penduduk milik masyarakat. jalan
tanah Pengadaan lahan
Ulayat/adat milik masyarakat ini
sesuai kan menurunkan
kesepakatan atau kehilangan
dan status lahan seluruh mata
yang pencaharian.

II-89
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
diusahakan
- Membuka
kesempatan
lapangan kerja
bagi masyarakat
sesuai dengan
kebutuhan dan
keahlian yang
diperlukan
- Pendekatan Sikap dan Timbulnya Kegiatan Disimpulk Kampung Selama
secara adat persepsi sikap dan pengadaan/ an menjadi yang berada kegiatan Pra
- Mendapatkan masyarakat persepsi pembebasan lahan DPH di lokasi Konstruksi
uang masyarakat diprakirakan akan kegiatan oleh karena di
penghormatan/ yang negative memunculkan sikap wilayah papua
tali asih atas dan persepsi umumnya
tanah negative, terutama kepemilikan
Ulayat/adat pemilik lahan yang tanah
sesuai berada di lokasi berdasarkan
kesepakatan rencana proyek. hak ulayat.
dan status lahan Adanya Sering terjadi
yang kekhawatiran dari tuntutan ganti
diusahakan masyarakat pemilik rugi lahan
- Membuka lahan bahwa ganti yang
kesempatan rugi yang diberikan berkepanjanga

II-90
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
lapangan kerja tidak sesuai dengan n
bagi masyarakat kesepakatan, atau
sesuai dengan masyarakat khawatir
kebutuhan dan bahwa mereka akan
keahlian yang kehilangan
diperlukan lahan/hutan (lahan
yang produktif)
sebagai sumber mata
pencaharian. Sikap
dan persepsi
masyarakat yang
negative terhadap
proyek pada
kegiatan pengadaan
lahan akan
berpengaruh
terhadap
keberlangsungan
pelaksanaan proyek
selanjutnya
- Pendekatan Konflik Munculnya Dampak kegiatan Disimpulk Kampung Selama Pra
secara adat sosial konflik social pada tahap pra an menjadi yang berada konstruksi.
- Mendapatkan sebagai konstruksi yang DPH di dalam Oleh karena di
uang dampak meliputi kegiatan lokasi wilayah papua

II-91
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
penghormatan/ turunan dari pengadaan lahan kegiatan pada
tali asih atas sikap dan dapat menimbulkan umumnya
tanah persepsi sikap dan persepsi kepemilikan
Ulayat/adat negative negative masyarakat. tanah
sesuai masyarakat Hal ini akan berdasarkan
kesepakatan terhadap berdampak lanjutan hak ilayat.
dan status lahan kegiatan terhadap gangguan Sering
yang pembangunan ketertiban dan
diusahakan jalan kemanan
- Membuka masyarakat.
kesempatan Terutama awalnya
lapangan kerja timbul dari sikap
bagi masyarakat dan persepsi
sesuai dengan negative masyarakat
kebutuhan dan terhadap kegiatan
keahlian yang jalan
diperlukan
3. Rekruitmen Penerimaan Pendapata Terjadinya Tersedianya Disimpulk Kampung 3 tahun
Tenaga Kerja tenaga kerja n perubahan kesempatan kerja an menjadi yang berada
dengan Masyarakat pendapatan pada kegiatan DPH di sekitar
mengutamakan masyarakat konstruksi akan lokasi
penduduk lokasl yang bekerja menimbulkan kegiatan
sesuai kualifikasi pada kegiatan dampak terhadap
kebutuhan konstruksi peningkatan

II-92
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
pendapatan
penduduk
Penerimaan Kesempata Terbukanya Tersedianya Disimpulk Kampung 3 tahun
tenaga kerja n Kerja dan kesempatan kesempatan kerja an menjadi yang berada
dengan Berusaha kerja sebagai pada kegiatan DPH di lokasi
mengutamakan mata konstruksi nantinya kegiatan
penduduk lokal pencaharian mencapai ….. orang
sesuai kualifikasi penduduk akan menimbulkan
kebutuhan dampak terhadap
peningkatan
pendapatan
penduduk, sehingga
dianggap dampak
penting hipotetik
sebab sebagian
adalah tenaga kerja
umum sehingga
dapat dipenuhi dari
tenaga kerja
setempat
Penerimaan Sikap dan Timbulnya Timbulnya persepsi Disimpulk Kampung 3 tahun
tenaga kerja Persepsi persepsi masyarakat akan an menjadi yang berada
mengutamakan Masyarakat negative menjadi positif pada DPH di lokasi
penduduk local saat salah satu kegiatan

II-93
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
sesuai dengan anggota keluarganya
kualifikasi diterima sebagai
kebutuhan tenaga kerja. Namun
sikap dan persepsi
ini akan dapat
menjadi negative
bagi penduduk yang
tidak dilibatkan
dalam kegiatan
proyek
II. Tahap Konstruksi
1. Pembanguna Penyediaan Kualitas Penurunan Aktivitas tenaga Disimpulk Sungai yang 3 tahun
n dan fasilitas sanitasi, Air kualitas air kerja untuk kegiatan an menjadi merupakan selama
pengoprasian jamban, tempat permukaan konstruksi jalan dam DPH badan air kegiatan
base camp sampah yang (peningkatan selama berada di penerima konstrksi
memadai kandungan basecamp akan limbah cair berlangsung
Pembuatan TDS, menghasilkan domestic
saluran drainase penurunan limbah domestic kearah hilir
dan septictank DO, padat maupun cair dari
peningkatan yang dapat pembuanga
kandungan mencemari n limbah
BOD, COD, lingkungan di sekitar cair
H2s, fosfat, lokasi basecamp. domestik
ammoniak, Limbah domestic basecamp

II-94
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
nitrit dan
dari aktivitas
nitrat akibat
karyawan dapat
limbah menurunkan sanitasi
domestic
lingkungan dan
kualitas air
permukaan. Begitu
pula dengan limbah
cair berupa grey
water yang dialitkan
melalui drainase
menuju badan air
penerima. Dengan
adanya limbah cair
domestic ini akan
menambah zat
pencemar di badan
air penerima
- Peningkata Peningkatan Aktivitas kegiatan Disimpulk
n Limbah limbah B3 dari mesin dan an menjadi
B3 yang berasal pekerjaan konstruksi TIDAK
dari kegiatan jalan akan menjadi
kontruksi menghasilkan DPH
peningkatan limbah
B3 yang dapat

II-95
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
mencemari
lingkungan di sekitar
lokasi kegiatan.
Limbah B3 ini tidak
boleh dibuang secara
sembarangan apalagi
masuk ke saluran
drainase menuju ke
badan air penerima.
Limbah B3 yang
timbul dari aktivitas
kegiatan harus
ditampung di tempat
penampungan
sementara (TPS) B3
2. Mobilisasi Pengecekan Kualitas Penurunan Kendaraan Disimpulk Kampung Selama
peralatan kendaraan layak Udara kualitas udara pengangkut an menjadi yang berada kegiatan
dan material emisi peralatan dan DPH di lokasi konstruksi
material akan kegiatan berlangsung
mengeluarkan gas
buang kendaraan
sepanjang
perjalanannya dan
pada saat melewati

II-96
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
jalan tanah akan
menghasilkan debu,
selama kegiatan
mobilisasi peralatan
dan material akan
melewati rumah
penduduk sehingga
akan berdampak
terhadap penduduk
sekitar
Tidak Kebisingan Peningkatan Kendaraan Disimpulk Kampung Selama
mengoperasikan kebisingan pengangkut an menjadi yang berada kegiatan
mesin yang peralatan dan DPH di lokasi konstruksi
memiliki tingkat material akan kegiatan berlangsung
kebisingan tinggi menimbulkan
pada waktu kebisingan
malam hari sepanjang
perjalanannya dan
pada saat melewati
rumah penduduk
akan berdampak
mengurangi
kenyamanan
penduduk yang

II-97
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
berada dekat lokasi
proyek. Kebisingan
ini tidak boleh terjadi
sepanjang hari,
sehingga mesin
dengan tingkat
kebisingan tinggi
tidak boleh
beroperasi pada
malam hari karena
akan mengganggu
penduduk sekitar
3. Pekerjaan Pengecekan Kualitas Penurunan Alat berat yang Disimpulk Kampung Selama
konstruksi kendaraan layak Udara kualitas udara beroperasi selama an menjadi yang berada kegiatan
jalan emisi kegiatan konstruksi DPH di lokasi konstruksi
jalan berlangsung kegiatan berlangsung
akan mengeluarkan
gas buang
kendaraan, dan pada
saat melewati jalan
tanah akan
menghasilkan debu.
Hal ini dapat
dikurangi dengan

II-98
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
melakukan
menggunakan alat
berat yang layak
emisi
Tidak Kebisingan Peningkatan Kendaraan Disimpulk Kampung Selama
mengoperasikan kebisingan pengangkut an menjadi yang berada kegiatan
mesin yang peralatan dan DPH di lokasi konstruksi
memiliki tingkat material akan kegiatan berlangsung
kebisingan tinggi menimbulkan
pada waktu kebisingan
malam hari sepanjang
perjalanannya dan
pada saat melewati
rumah penduduk
akan berdampak
mengurangi
kenyamanan
penduduk yang
berada dekat lokasi
proyek. Kebisingan
ini tidak boleh terjadi
sepanjang hari,
sehingga mesin
dengan tingkat

II-99
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
kebisingan tinggi
tidak boleh
beroperasi pada
malam hari karena
akan mengganggu
penduduk sekitar
Penyediaan Kualitas Penurunan Aktivitas tenaga Disimpulk Sungai yang 3 tahun
fasilitas sanitasi, Air kualitas air kerja untuk kegiatan an menjadi merupakan selama
jamban, tempat permukaan konstruksi jalan dam DPH badan air kegiatan
sampah yang (peningkatan selama berada di penerima konstrksi
memadai kandungan basecamp akan limbah cair berlangsung
Pembuatan TDS dan TSS, menghasilkan domestic
saluran drainase penurunan limbah domestic kearah hilir
dan septictank DO, padat maupun cair dari
peningkatan yang dapat pembuanga
kandungan mencemari n limbah
BOD, COD, lingkungan di sekitar cair
H2s, fosfat, lokasi basecamp. domestik
ammoniak, Limbah domestic basecamp
nitrit dan dari aktivitas
nitrat akibat karyawan dapat
limbah menurunkan sanitasi
domestic lingkungan dan
kualitas air

II-100
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
permukaan. Begitu
pula dengan limbah
cair berupa grey
water yang dialitkan
melalui drainase
menuju badan air
penerima. Dengan
adanya limbah cair
domestic ini akan
menambah zat
pencemar di badan
air
penerima.kegiatan
pembersihan lahan
da pemotongan
tebing akan
menghasilkan tanah
yang akan menjadi
lumpur pada waktu
hujan
Top soil ditimbun Top Soil Kehilangan Pada kegiatan Disimpulk Di areal Selama masa
di lokasi top soil penyiapan badan an menjadi tapak konstruksi
jalan diprakirakan DPH proyek berlangsung
akan mengeruk

II-101
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
sebagaian dari
permukaan lahan
yang sudah
dibersihkan
Memotong lereng Lereng Penurunan Pada tahap Disimpulk Di areal Selama masa
<40 atau dibuat
o kemantapan penyiapan badan an menjadi tapak konstruksi
berteras lereng jalan yang melewati DPH proyek berlangsung
lereng lereng
Dibuat saluran Air Larian Peningkatan Pada kegiatan Disimpulk Areal tapak Selama masa
drainase (run off) air larian (run penyiapan lahan, an menjadi proyek konstruksi
off) diprakirakan akan DPH berlangsung
menimbulkan
adanya aliran air
permukaan akibat
hilangnya berbagai
vegetasi yang
berfungsi dalam
mengikat air hujan
yang jatuh pada
lahan tersebut.
Adanya peningkatan
aliran air permukaan
merupaan dampak
penting hipotetik

II-102
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
- Keragaman Penurunan Kegiatan penyiapan Disimpulk Areal tapak Selama masa
Jenis Flora keragaman lahan dilakukan an menjadi proyek konstruksi
jenis flora dengan DPH berlangsung
membersihkan lahan
dari vegetasi dan
pepohonan yang ada
di sepanjang jalan,
sehingga hal ini akan
mengurangi
keragaman jenis
flora yang terdapat
di sepanjang tapak
proyek
Para Pekerja Keragaman Penurunan Kepenurunan Disimpulk Areal tapak Selama masa
dilarang berburu Jenis Fauna keragaman keragaman jenis an menjadi proyek konstruksi
hewan liar yang jenis fauna flora pada tahap DPH berlansung
ada di lokasi penyiapan lahan
rencana akan berpengaruh
pembangunan terhadap kehidupan
ruas jalan tersebut fauna yang
berasosiasi dengan
keberadaan vegetasi
yang berada di lokasi
tapak proyek,

II-103
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
sehingga penurunan
keragaman flora
akan diikuti dengan
keragaman fauna
Mesin mesin yang
digunakan selama
masa konstruksi
memiliki bunyi yang
cukup keras, dimana
fauna yang sensitive
dengan hal tersebut
cenderung lari dan
menjauh ke tempat
yang lebih tenang
- Keragaman Penurunan Penurunan diversitas Disimpulk
Jenis Biota keragaman biota perairan bukan an TIDAK
Perairan jenis biota air merupakan dampak menjadi
penting hipoteti DPH
karena kegaiatan
penyiapan lahan
yang ada tidak
secara signifikan
berdampak terhadap
penurunan kualitas

II-104
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
air permukaan di
sekitar lokasi
pembangunan jalan
- Sikap dan Timbulnya Timbulnya persepsi Disimpulk Kampung 3 tahun
Persepsi persepsi masyarakat akan an menjadi yang berada
Masyarakat negative menjadi positif pada DPH di lokasi
saat salah satu kegiatan
anggota keluarganya
diterima sebagai
tenaga kerja. Namun
sikap dan persepsi
ini akan dapat
menjadi negative
bagi penduduk yang
tidak dilibatkan
dalam kegiatan
proyek
- Pola Perubahan Pekerjaan kontruksi Disimpulk
Penyakit pola penyakit yang berada jauh an TIDAK
yang ada dari pemukiman menjadi
pada penduduk tidak DPH
masyarakat berpotensi dalam
perubahan pola
penyakit, sehingga

II-105
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
pola penyakit bukan
dampak penting
hipotetik
Gangguan Terjadinya Lokasi Disimpulk
Lalulintas gangguan pembangunan yang an TIDAK
lalulintas jauh dari menjadi
pemukiman dan juga DPH
sedikitnya alat
transportasi yang
ada disekitar lokasi
tidak berpengaruh
terhadap gangguan
lalulintas yang ada.
Sehingga gangguan
lalulintas bukan
merupakan dampak
penting hipotetik
4. Demobilisasi Pengecekan Kualitas Penurunan Kendaraan Disimpulk Kampung Selama
peralatan kendaraan layak Udara kualitas udara pengangkut an menjadi yang berada kegiatan
emisi peralatan dan DPH di lokasi konstruksi
material akan kegiatan berlangsung
mengeluarkan gas
buang kendaraan
sepanjang

II-106
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
perjalanannya dan
pada saat melewati
jalan tanah akan
menghasilkan debu,
selama kegiatan
mobilisasi peralatan
dan material akan
melewati rumah
penduduk sehingga
akan berdampak
terhadap penduduk
sekitar
Tidak Kebisingan Peningkatan Kendaraan Disimpulk Kampung Selama
mengoperasikan kebisingan pengangkut an menjadi yang berada kegiatan
mesin yang peralatan dan DPH di lokasi konstruksi
memiliki tingkat material akan kegiatan berlangsung
kebisingan tinggi menimbulkan
pada waktu kebisingan
malam hari sepanjang
perjalanannya dan
pada saat melewati
rumah penduduk
akan berdampak
mengurangi

II-107
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
kenyamanan
penduduk yang
berada dekat lokasi
proyek. Kebisingan
ini tidak boleh terjadi
sepanjang hari,
sehingga mesin
dengan tingkat
kebisingan tinggi
tidak boleh
beroperasi pada
malam hari karena
akan mengganggu
penduduk sekitar
5. Pemutusan Diadakan Pendapata Terjadinya Pemutusan Disimpulk Kampung 3 tahun
hubungan pelatihan dan n perubahan hubungan kerja yang an menjadi yang berada
kerja pemberian modal Masyarakat pendapatan dilakukan setelah DPH di sekitar
untuk masyarakat masyarakat selesainya lokasi
yang terkena pebangunan jalan kegiatan
dampak akan menimbulkan
dampak terhadap
menurunnya
pendapatan
penduduk yang

II-108
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
sebelumnya bekerja
membangun jalan
Diadakan Kesempata Hilangnya Adanya pemutusan Disimpulk Kampung Selama
pelatihan dan n Kerja dan kesempatan hubungan kerja an menjadi yang berada kegiatan
pemberian modal Berusaha kerja dan mengakibatkan DPH di sekitar konstruksi
untuk masyarakat berusaha hilangnya lokasi berlangsung
yang terkena kesempatan kerja kegiatan
dampak dan berusaha bagi
masayarakat yang
menjadi pekerja
III. Tahap Operasi
1. Pengoperasia Pengecekan Kualitas Penurunan Kendaraan yang Disimpulk Kampung Selama
n PLTMG kendaraan layak Udara kualitas udara melewati jalan ini an menjadi yang berada kegiatan
Mobile PP emisi akan mengeluarkan DPH di lokasi konstruksi
Timika (10 gas buang kendaraan kegiatan berlangsung
MW), sepanjang
PLTMG perjalanannya dan
Timika 2 (40 pada saat melewati
MW), Gardu jalan tanah akan
Induk (GI) menghasilkan debu
Timika 120
MVA &
Transmisi
Line SUTT
150 kV

II-109
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
Tidak Kebisingan Peningkatan Kendaraan yang Disimpulk Kampung Selama
mengoperasikan kebisingan melewati jalan ini an menjadi yang berada kegiatan
mesin yang akan menimbulkan DPH di lokasi konstruksi
memiliki tingkat kebisingan kegiatan berlangsung
kebisingan tinggi sepanjang
pada waktu perjalanannya
malam hari
Diadakan Pendapata Terjadinya Terjadinya Disimpulk Kampung 3 tahun
pelatihan dan n perubahan perpindahan barang an menjadi yang berada
pemberian modal Masyarakat pendapatan dan jasa antar DPH di sekitar
untuk masyarakat masyarakat kabupaten lokasi
yang terkena Pegunungan Bintang kegiatan
dampak dan Yahukimo akan
menimbulkan
dampak terhadap
peningkatan
pendapatan
penduduk
Diadakan Kesempata Terbukanya Tersedianya sarana Disimpulk Kampung 3 tahun
pelatihan dan n Kerja dan kesempatan penghubung antar an menjadi yang berada
pemberian modal Berusaha kerja sebagai kabupaten ini dapat DPH di lokasi
untuk masyarakat mata menimbulkan kegiatan
yang terkena pencaharian dampak terbukanya
dampak penduduk kesempatan kerja

II-110
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
dan berusaha baik
dengan perdanganan
barang maupun jasa
antar kabupaten
- Pola Perubahan Terjadinya Disimpulk
Penyakit pola penyakit perpindahan an menjadi
yang ada penduduk dapat DPH
pada mempengaruhi pola
masyarakat hidup dan kebiasaan
yang nantinya akan
mempengaruhi pola
penyakit,
dimungkinkan juga
terjadinya
persebaran penyakit
menular
Pemasangan Kecelakaan Naiknya Dengan adanya Disimpulk
rambu-rambu Lalulintas tingkat sarana jalan ini an menjadi
lalulintas dan kecelakaan diprakirakan akan DPH
perawatan jalan lalulintas terjadi peningkatan
jumlah kecelakaan
Pemntauan dan Kerusakan Terjadinya Setelah dibangunnya Disimpulk
perbaikan secara jalan kerusakan sarana jalan ini an menjadi
berkala jalan nantinya pasti DPH

II-111
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
dilewati kendaraan
berat yang
mengangkut barang
antar kabupaten,
kendaraan yang
melewati jalan jika
melebihi batas
kemampuan jalan
maka akan terjadi
kerusakan jalan
2. Perawatan Pengecekan Kualitas Penurunan Kendaraan yang Disimpulk
Jalan kendaraan layak Udara kualitas udara melewati jalan ini an menjadi
emisi akan mengeluarkan DPH
gas buang kendaraan
sepanjang
perjalanannya dan
pada saat melewati
jalan tanah akan
menghasilkan debu.
Sehingga kualitas
udara merupakan
dampak penting
hipotetik
Tidak Kebisingan Peningkatan Kendaraan yang Disimpulk

II-112
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Rencana Lingkungan yang
Komponen
Kegiatan Sudah
Lingkunga
N yang Direncanakan Dampak Wilayah Batas Waktu
n yang Dampak Evaluasi Dampak
o Berpotensi Sejak Awal Penting Studi Kajian
Terkena Potensial Potensial
Menimbulka Sebagai Bagian Hipotetik
Dampak
n Dampak Dari Rencana
Lingkungan Kegiatan
mengoperasikan kebisingan melewati jalan ini an menjadi
mesin yang akan menimbulkan DPH
memiliki tingkat kebisingan
kebisingan tinggi
sepanjang
pada waktu
malam hari perjalanannya,
sehingga kebisingan
merupakan dampak
penting hipotetik

Pemasangan Gangguan Terjadinya Dengan ada nya Disimpulk


rambu-rambu Lalulintas gangguan sarana jalan ini akan an menjadi
lalulintas dan lalulintas meningkatkan DPH
perawatan jalan frekuensi kendaraan
di kedua kabupaten,
yang mana
diprakirakan akan
menimbulkan
gangguan lalulintas

II-113
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

II-114
Dokumen Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan PLTMG Mobile PP Timika (10 MW) PLTMG Timika 2 (40 MW) Gardu Induk
(GI) Timika 120 MVA & Transmisi Line SUTT 150 kV

II-115

Вам также может понравиться