Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sejauh ini proses pembelajaran
di kelas seolah-olah masih merupakan otoritas sepenuhnya pada guru. Hampir tidak ada
pihak luar yang peduli, memerhatikan serta mencermati pelaksanaan pembelajaran guru
di hadapan peserta didiknya. Bahkan sering dikatakan bahwa pekerjaan guru adalah
merupakan profesi yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, kecuali peserta didik. Apabila
ada pihak lain, baik itu pengawas, kepala sekolah, apa lagi sesama guru yang ingin tahu
bagaimana seorang guru mengajar, maka hal ini dianggap tabu dan bisa dikatakan tidak
percaya kepada seorang guru.
Hal ini tentu dipengaruhi oleh budaya tertutup yang melingkupi iklim kerja di
sekolah-sekolah. Oleh karena itu walaupun kepala sekolah dan pengawas (supervisor)
memiliki kewenangan untuk monitoring dan supervisi pembelajaran, namun hal ini
kurang maksimal dilakukan. Kunjungan kelas seakan masih merupakan formalitas, atau
bahkan hanya dilakukan bila seorang guru dianggap bermasalah.
Kondisi demikian tentu tidak mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan,
yang ruhnya terletak pada interaksi antara guru dan peserta didik di kelas. Akuntabilitas
guru menjadi rendah, dan terfokus pada bagaimana membuat peserta didik dapat
mengerjakan soal-soal ujian. Pada mata pelajaran tertentu yang tidak termasuk materi
ujian nasional, bahkan dikesankan lebih santai lagi. Pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, menyenangkan, dan bermakna bagi kehidupan peserta didik, masih jauh dari
harapan.
Dalam kondisi demikian, maka peran pengawas dan kepala sekolah sangat
diharapkan. Pengawas dan kepala sekolah harus berfungsi sebagai instrumen quality
control dalam proses pendidikan, dan pembelajaran/bimbingan. Kualitas tidak hanya
pada dimensi ketercapaian target materi dan nilai ulangan peserta didik, namun juga
kebermaknaan proses pembelajaran.
A. Landasan Yuridis
B. Landasan Konseptual
Peningkatan mutu pendidikan menuntut adanya tenaga kependidikan yang
berkualitas. Salah satu tenaga kependidikan yang dinilai strategis dalam meningkatkan
kemampuan profesional guru dan mutu pendidikan di sekolah adalah pengawas sekolah.
Istilah pengawas sekolah disebut pengawas satuan pendidikan.
Pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional berstatus
PNS yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat
berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan pada
sekolah/satuan pendidikan.
Status pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah jabatan fungsional yang
berkedudukan sebagai pelaksana teknis dalam melakukan pengawasan pendidikan
terhadap sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan.
Tugas pokok pengawas satuan pendidikan adalah membina dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan baik teknis edukatif maupun teknis administratif pada
satuan pendidikan terentu. Sedangkan tanggungjawabnya adalah meningkatnya kualitas
C. Landasan Empirik
Kondisi dan gambaran pengawas satuan pendidikan yang ada pada saat ini, dari
studi yang dilakukan POKJA Pengawas terhadap sejumlah pengawas yang mewakili
hampir semua propinsi dapat dikemukakan sbb: (1) kualifikasi akademik pengawas satuan
pendidikan yang ditunjukkan oleh tingkat pendidikan formal sangat heterogen (2) para
pengawas sekolah/satuan pendidikan telah memiliki pengalaman kerja sebagai tenaga
pendidik berstatus PNS cukup lama dan rata-rata telah berusia di atas 50 tahun (3)
rekrutmen tenaga pengawas satuan pendidikan yang tidak terprogram dan tidak teruji
secara akademik (4) lemahnya pembinaan karir dan pembinaan profesi pengawas
sehingga kompetensi profesional pengawas tidak lebih baik dari kompetensi guru (5)
jabatan pengawas sekolah kurang diminati dibandingkan dengan jabatan kepala sekolah
disebabkan rekrutmen dan penghargaan pengawas yang tidak memadai serta (6)
kurangnya dukungan yang diberikan kepada pengawas untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pengawas satuan pendidikan.
a. Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau
tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh
para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau
beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat
Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah
supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD
dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA
dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama
untuk MI, MTs, MA, dan MAK. Contoh silabus (terlampir).
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran,
b) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,
c) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai,
d) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2) Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
b) Elaborasi
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a)bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran,
b)melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
d)merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,
B. Supervisi Pembelajaran
Supervisi pembelajaran atau supervisi akademik adalah pelaksanaan pengawasan
akademik, yakni penilaian dan pembinaan guru yang dilakukan oleh pengawas.
b. Analisis Kebutuhan
Secara hakiki, analisis kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan
antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan dan yang secara nyata
dimiliki. Langkah-langkah menganalisis kebutuhan, yaitu: 1) mengidentifikasi masalah-
-------, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta.
-------, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses pada Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
-------, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, Jakarta.
-------, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta.
-------, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Jakarta.
Baso Intang Sappaile, 2007. Kompetensi Mengajar Minimal Bagi Guru Baru (Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 12, No. 2), Balitbang Depdiknas, Jakarta.
-------, 2007. Kualifikasi Akademik Guru Pendidikan Dasar (Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Edisi Khusus I, Tahun ke-13), Balitbang Depdiknas, Jakarta.
Dewey, John, 1964. Democracy in Education. New York: The Macmillan Co.
Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead &
Company.
Heininch, Robert, Michael Molenda and Jame Russell, 1989. Instructional Media and the
New Technologies of Instruction. New York: Macmillan Publishing Co.
http://www.newhorizons.org/trans/nea_keys.htm
http://www.co-nect.net
http://www.europa.eu.int
-------, 1993. Instructional Design Theories and Models. Vol. I. Hillsdale, NJ: Lawrence
Erlbaum Associates.
Thompson, M.M, 1962. The History of Education. New York: Barnes and Noble, Inc.
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Contoh:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA/MA
Kelas/Semester : I/1
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Pertemuan : 4 x 2 x 45 menit
4. Materi Ajar :
a. Unsur-unsur gas mulia memiliki 8 elektron valensi (elektron pada kulit terluar)
kecuali Helium yang memiliki 2 elektron valensi. Oleh sebab itu unsur-unsur gas
mulia stabil (sulit bereaksi dengan unsur lain).
b. Unsur-unsur golongan IA (alkali) memiliki satu elektron valensi dan golongan IIA
(alkali tanah) memiliki 2 elektron valensi merupakan unsur-unsur logam. Untuk
menjadi stabil unsur-unsur golongan IA melepaskan 1 elektron valensi
membentuk ion positif satu sehingga menyerupai konfigurasi elektron gas mulia
Contoh :
11Na → 10Na+ + 1e menyerupai konfigurasi elektron 10Ne (2, 8)
(2, 8, 1) (2, 8)
Contoh :
12Mg → 10Mg2+ + 2e menyerupai konfigurasi elektron 10Ne (2, 8)
(2, 8, 2) (2, 8)
c. Unsur-unsur golongan VIA memiliki 6 elektron valensi dan golongan VIIA memiliki
7 elektron valensi, merupakan unsur-unsur non logam. Untuk mencapai
kestabilan unsur-unsur golongan VIA dan VIIA lebih mudah menerima elektron
valensi dari unsur lain membentuk ion negatif dari pada melepaskan elektron
valensinya.
Contoh:
8O + 2e → 10O2- menyerupai konfigurasi elektron 10Ne (2, 8)
(2, 6) (2, 8)
d. Ikatan ion terbentuk dari unsur logam dan nonlogam dengan melakukan serah
terima elektron karena adanya gaya elektrostatik.
Contoh :
11Na → 10Na+ + 1e
(2, 8, 1) (2, 8)
17Cl + 2e → 18 Cl-
(2, 8, 7) (2, 8, 8)
b. Kegiatan inti :
1) Menjelaskan kestabilan gas mulia berdasarkan konfigurasi elektronnya.
2) Mengidentifikasi unsur yang dapat melepaskan atau menerima elektron
valensi untuk mencapai kestabilannya atau menyerupai konfigurasi elektron
gas mulia.
3) Menggambarkan susunan elektron valensi (struktur Lewis) atom gas mulia
(duplet dan oktet) dan dibandingkan dengan susunan elektron valensi atom
bukan gas mulia serta hubungannya dengan kestabilan unsur.
4) Diberikan contoh unsur yang mudah melepaskan elektron valensinya
membentuk ion positif dan contoh unsur yang mudah menerima elektron
valensi dari unsur lain membentuk ion negatif. Ke dua unsur tersebut
bergabung membentuk ikatan ion dengan melakukan serah terima elekton.
5) Mengilustrasikan proses terjadinya ikatan ion, misalnya laki-laki (muatan
positif) dan perempuan (muatan negatif) saling tertarik membentuk ikatan
perkawinan.
6) Memberi contoh senyawa ion dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, garam
dapur (NaCl).
c. Kegiatan akhir (Penutup)
Guru dan siswa membuat simpulan tentang konfiguarsi elektron yang stabil,
unsur-unsur yang mudah melepaskan atau menerima elektron valensi serta
proses terbentuknya ikatan ion. Selanjutnya guru melakukan penilain atau tes
hasil belajar dan pemberian tugas untuk mengetahui apakah indikator dan
Lampiran 4.
Contoh Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran dengan skala lima.
LEMBAR PENILAIAN
Petunjuk
Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka
pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
I PRAPEMBELAJARAN
1. Memeriksa kesiapan siswa 1 2 3 45
2. Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 45
B. Pendekatan/strategi pembelajaran
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)
1 2 3 4 5
yang akan dicapai
8. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5
9. Menguasai kelas 1 2 3 4 5
10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 5
11. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
1 2 3 4 5
kebiasaan positif
12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
1 2 3 4 5
direncanakan
F. Penggunaan bahasa
21. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar 1 2 3 4 5
MONITORING DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN Halaman 43
NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR
22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 5
III PENUTUP
23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan
1 2 3 4 5
siswa
24. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
1 2 3 4 5
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
Total Skor
Dengan ini saya menyatakan bahwa penilaian yang saya lakukan sesuai dengan
kondisi peserta yang sebenarnya, dan apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya
tidak benar, saya bersedia mempertanggungjawabkannya.
........................, .................
Penilai, Penilai,
(....................................) (....................................)
NIP/NIK NIP/NIK