Вы находитесь на странице: 1из 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan
belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu
yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun
dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik,
ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit
AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya
baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui
dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan.
Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita
semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar, sebagai
bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa perlu
memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam makalah ini dan
mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara Penanggulangannya”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan bagaimana
masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apakah HIV/AIDS itu?

2. Bagaimana penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS tersebut?

3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis mengangkat masalah AIDS dalam Makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui HIV/AIDS tersebut.

2. Agar mengerti tentang penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS.

Page 1
3. Supaya memahami cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah untuk memberikan informasi kepada para
pembaca, utamanya bagi sesama pelajar dan generasi muda tentang AIDS, sehingga dengan
demikian kita semua berusaha untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa saja
menyebabkan penyakit AIDS.

Page 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah HIV AIDS


Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1983
dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS pertama kali dilaporkan
pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat
mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi
diketahui disebabkan oleh Peneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los
Angeles.
Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia (pandemi), termasuk
diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat sebanyak
8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta dewasa dan 1,7 anak-anak. Di Indonesia
berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat Jendaral P2M dan PLP Depertemen
Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang
yang dilaporkan oleh 23 provinsi di Indonesia. Data jumlsh penderita yang sebenarnya. Pada
penyakit ini berlaku teori “Gunung Es” dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian
kecil dari yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa 1 penderita yang
terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat terjadi
peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa
epidemic yang terjadi tidak saja mengenal penyakit (AIDS), virus (HIV) tetapi juga
reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, social, ekonomi, politik,
kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus diharapi baik oleh
negara maju maupun negara berkembang.

Page 3
2.2 Defiinisi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS.
HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam
sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari
RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro
virus dan kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak
Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih
sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika
diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat
meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

2.3 Bahaya Aids


Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan penular AIDS
selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan
penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa
mencegah virus AIDS. Selain itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan
mental dan penderitaan batin karena sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan
atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya
pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga
serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau bahkan
meninggal.
Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia tipe III
(HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari
famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah
lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.

Page 4
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus
hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein
HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada
HIV-2. Vpx meningkatkan infeksi-vitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari
protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama
kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika Barat (warga Senegal) pada tahun
1985, menyebabkan penyakit klinis tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan
HIV-.

2.4 Penyebab dan Gejala Terserang Virus HIV/AIDS


HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan
tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan
minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang
sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu
pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni
keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki,
tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak,
90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat
menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan
tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal

Page 5
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai
risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan
kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena
virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh
saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena
virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya
menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk
mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang
merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah
seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk,
nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak
jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada
rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome,
yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan
pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi
termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem
pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.

Page 6
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak
kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung
(Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,
reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit
yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi
jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar
retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit
jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak
jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita
banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur
(abnormal).

2.5 Cara Penularan


Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang pengidap.
Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi penularan bila
terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes
genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada seks
anal lebih besar disbanding seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang
reseptive dari pada yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan sempritnya
pada para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.

Page 7
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam hamil, saat
melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini
belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya
terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat
lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang
telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan
infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan
makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko
lebih kecil untuk terkena HIV.

2.6 Cara Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS

A. Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan
satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya
jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin
sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah
penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi
kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu
melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang
berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak
maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat

Page 8
dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu
yang bisa menimbulkan virus AIDS.

B. Penanganan HIV/AIDS
1. Penanganan Umum
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk memperlambat tingkat
replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan
berbagai macam kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat
penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun demikian
ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju perkembangan HIV
didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus yang dapat
menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan anti virus
seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan
menjadi semakin parah
2. Penanganan Khusus
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas permintaan
pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS dan hubungannya dengan HIV,
yang bersangkutan memandang perlu pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologic
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang berkiatan dengan
kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan konseling untuk
upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus (30.000-
50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara dratis
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang dihadapi
(pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan infeksi).

Page 9
2.7 Penyebaran Virus HIV Dalam Tubuh

Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel dan materi genetik virus
dimasukkan ke dalam DNA sel sehingga terjadi infeksi. Di dalam sel, Virus berkembng biak
pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan pertikel virus yang baru. Partikel virus
yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein yang disebut CD4,
yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki reseptor biasanya, disebut sel
CD4+ atu disebut limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
menagatur sel-sel lain pada sistem kekebalan.(misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T
stitostik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga teradi kelemahan
sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit Tpenolong melalui 3 tahap selama
beberpa bulan atau tahun.
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada
beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV sejumlah sel menurun sebanyak 40-
50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena
banyak partikel virus yang terdapat dalam luar darah. Meskipun tubuh berusaha
melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus didalam darah mencapai kadar yang
stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan
penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dak kadar
Limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter mendapati orang-orang yang berisiko
tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis.
Jika kadarnya turun hingga 200 sel/Ml darah, maka penderita menjadi rentan terhadap
infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B. Limfosit B adalah
limfosit yang menghasilkan antibodi. Seringkali HIV meyebabkan produksi antibodi

Page
10
berlebihan. Antibodi yang diperuntukkan melawan HIV dan infeksi lain ini banyak
membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan
berkurangnya kemampuan Sistem kekebalan tubuh dalam mengenali dan sasaran baru yang
harus diserang.

2.8 Pemeriksaan Laboratorium


Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV. Yang
pertama, enzymelinked immunosorbent assay(ELISA), bereaksi terhadap adanya antibodi
dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi antibodi virus
dalam jumlah besar. Karena hasil positif-palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang
besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang, dan apabila keduanya positif, maka
dilakukan uji yang lebih spesifik, Western blot. Uji Western blot juga dikonfirmasi dua kali.
Uji ini lebih kecil kemungkinannya memberi hasil positif-palsu atau negatif-palsu. Juga
dapat terjadi hasil uji yang tidak konklusif, misalnya saat ELISA atau Western blot bereaksi
lemah dan agak mencurigakan. Hal ini dapat terjadi pada awal infeksi HIV, pada infeksi yang
sedang berkembang (sampai semua pita penting pada uji Western blot tersedia lengkap), atau
pada reaktivitas-silang dengan titer retrovirus tinggi lain, misalnya HIV-2 atau HTLV-1.
Setelah konfirmasi, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan
klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi derajat penyakit dan dimulai usaha-usaha
untuk mengendalikan infeksi.
HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada tidaknya virus atau
komponen virus sebelum ELISA atau Western blot dapat mendeteksi antibodi. Prosedur-
prosedur ini mencakup biakan virus, pengukuran antigen p24, dan pengukuran DNA dan
RNA HIV yang menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) dan RNA HIV-1 plasma.
Uji-uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai imunopatogenesis, sebagai penanda
penyakit, pada deteksi dini infeksi, dan pada penularan neonatus. Bayi yang lahir dari ibu
positif-HIV dapat memiliki antibodi anti-HIV ibu dalam darah mereka sampai usia 18 bulan,
tanpa bergantung apakah mereka terinfeksi atau tidak.

Page
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Xanton disangkal mempunyai riwayat hepatitis. Xanton saat mudanya (>10 tahun yang lalu)
sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya diluar pengawalan orang tua karena kedua
orang tuanya berada di Belgia. Xanton mudah lelah sehingga menjadi malas untuk mengerjakan
sesuatu. Sering mengalami diare yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan sel-T CD4+ adalah 100 sel/mm3. Diberikan vitamin dan surat pengantar untuk
periksa darah dan urin dari dokter. Selang seminggu kemudian, pasien datang lagi membawa
hasil pemeriksaan. Diduga terinfeksi virus HIV-AIDS.
a. Data Demografi
Nama klien : Tn.Xanton
Umur : 32 Tahun
Diagnosa Medik : HIV-AIDS SEKSUAL
Tanggal Masuk :07/12/2011
Alamat :Jl. LingkarTanggap rt.007/08 no 13 APantai indah kapuk
Suku : Jawa
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Status perkawinan : menikah
Status pendidikan : SMA

b. Riwayat Penyakit
A. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu,
flu, pusing, dan diare
C. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.

Page
12
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang
sedang di derita pasien.
E. Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 ditemukan benjolan pada
leher.

c. Pemeriksaan fisik
A. Aktivitas / istirahat
Gejala:
 Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan
/ malaise
 Perubahan pola tidur
Tanda:
 Kelemahan otot, menurunnya massa otot
 Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernapasan

B. Sirkulasi
Gejala:
 Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera
(jarang terjadi)
Tanda:
 Takikardia, perubahan TD postural
 Menurunnya volume nadi perifer
 Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler

C. Integritas ego
Gejala:
 Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain

Page
13
 Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
 Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
 Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah
 Kehilangan kontrol diri dan depresi
Tanda:
 Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri
 Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang
 Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama

D. Eliminasi
Gejala:
 Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram
abdominal
 Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda:
 Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan darah
 Diare pekat yang sering
 Nyeri tekan abdominal
 Lesi atau abses rectal, personal
 Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin

E. Makanan / cairan
Gejala:
 Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah
 Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan
 Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot
 Turgor kulit buruk
 Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna
 Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal

Page
14
 Edema (umum, dependen)

F. Higiene
Gejala:
 Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda:
 Memperlihatkan penampilan yang kurang rapi
 Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri

G. Neurosensori
Gejala:
 Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental
 Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak
mampu mengingat dan konsentrasi menurun
 Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran
 Kelemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
 Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling
awal)
Tanda:
 Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor /
respon melambat
 Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
 Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia
 Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motoric
 Vocalis: hemi paresis; kejang
 Hemoragic retina dan eksudat

Page
15
H. Nyeri / kenyamanan
Gejala:
 Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
 Sakit kepala (keterlibatan ssp)
 Nyeri dada pleuritis
Tanda:
 Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
 Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
 Gerak otot melindungi bagian yang sakit

I. Pernapasan
Gejala:
 Isksering, menetap
 Napas pendek yang progresif
 Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari
adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
 Bendungan atau sesak dada
Tanda:
 Takipnea, distres pernapasan
 Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
 Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)

J. Keamanan
Gejala:
 Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya
 Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi
vaskuler mayor, insiden traumatis)
 Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
 Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS

Page
16
 Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak;
berkeringat malam
Tanda:
 Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya
 Rektum, luka-luka perianal atau abses
 Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis:
leher, ketiak, paha)
 Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan

K. Seksualitas
Gejala:
 Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan
pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak
terlindung dan seks anal
 Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
 Penggunaan kondom yang tidak konsisten
 Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus
pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas
vagina)
Tanda:
 Kehamilan atau resiko terhadap hamil

L. Interaksi sosial
Gejala:
 Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat,
teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan / kehilangan pendapatan
 Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS
 Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana

Page
17
Tanda:
 Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat
 Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan

M. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:
 Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis:
seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV)
 Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alcohol

Page
18
B. DATA FOKUS
Data subjektif Data objektif
- Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan - TTV :
- Pasien mengatakan demam TD: 130/80
- Pasien mengatakan capek N: 80x/menit
- Pasien mengatakan mudah lelah S: 390 C
- Pasien mengatakan letih RR : 26x/menit
- Pasien mengatakan lesu - Pasien tampak lesu
- Pasien mengatakan gampang terserang flu - Pasien tampak tidak segar
- Pasien mengatakan pusing - Pasien teraba benjolan di daerah leher
- Pasien mengatakan diare - Pasien mengalami berat badan menurun
- Pasien tidak nafsu makan derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
- Pasien tampak sering BAB / diare
- Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sel-T
CD4+ = 100 sel/ mm3

C. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1 DS Resiko tinggi Output yang
- Pasien mengatakan diare terhadap berlebihan
- Pasien mengatakan demam kekurangan
- Pasien mengatakan capek volume cairan
- Pasien mengatakan mudah lelah
- Pasien mengatakan letih
- Pasien mengatakan lesu
- Kemungkinan pasien mengatakan
berkeringat malam hari

DO
- TTV :
TD: 130/80

Page
19
N: 80x/menit
S: 390 C
RR : 26x/menit
- Pasien tampak lesu
- Pasien tampak tidak segar
- Pasien mengalami berat badan menurun
derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
- Pasien tampak sering BAB / diare
- Kemungkinan terlihat perubahan pada
tekanan darah
- Kemungkinan pasien terlihat pucat
- Kemungkinan pasien terlihat sianosis
- Kemungkinan pasien pingsan
- Kemungkinan pasien mengalami diare
yang intermitten
- Kemungkinan pasien mengalami
perubahan jumlah dan warna urin
- Kemungkinan pasien anoreksia
- Kemungkinan turgor kulit pasien terlihat
buruk

2 DS Perubahan Intake yang


- Pasien mengatakan capek nutrisi kurang tidak adekuat
- Pasien mengatakan mudah lelah dari kebutuhan
- Pasien mengatakan letih tubuh
- Pasien mengatakan lesu
- Pasien tidak nafsu makan
- Kemungkinan pasien mengatakan
disfagia

Page
20
DO
- Pasien tampak lesu
- Pasien tampak tidak segar
- Pasien mengalami berat badan menurun
derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
- Kemungkinan porsi makan klien tidak
habis
- Kemungkinan pasien mengalami
kelemahan otot
- Kemungkinan pasien terlihat pucat
- Kemungkinan pasien terlihat sianosis
- Kemungkinan pasien pingsan
- Kemungkinan pasien anoreksia
3 DS Infeksi Adanya virus
- Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan HIV-AIDS
- Pasien mengatakan demam
- Pasien mengatakan gampang terserang
flu
- Pasien mengatakan pusing
- Kemungkinan pasien mengatakan pusing,
sakit kepala
- Kemungkinan pasien mengatakan rasa
terbakar pada kaki
- Kemungkinan pasien mengatakan nyeri
dada pleuritis
- Kemungkinan pasien mengatakan
berkeringat malam hari

Page
21
DO
- TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 390 C
RR : 26x/menit
- Pasien teraba benjolan di daerah leher
- Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sel-T
CD4+ = 100 sel/ mm3
- Kemungkinan pasien mengalami
Takikardia
- Kemungkinan pasien terjadi lesi
- Kemungkinan pasien mengalami kejang
- Kemungkinan pasien dipsnea
- Kemungkinan pasien mengalami nyeri
panggul
- Kemungkinan pasien mengalami nyeri
abdomen
- Kemungkinan pasien mengalami tremor

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang berlebihan

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

3. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS

Page
22
E. INTERVENSI
Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
07/12/2018 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 1 x 24 jam Pantau TTV, termasuk CVP bila
diharapkan : terpasang. Catat hipertensi, termasuk
- Diare (-) perubahan postural.
- Demam (-) Rasional : indicator dari volume cairan
- Pasien tidak mudah lelah sirkulasi
- Pasien tidak berkeringat
malam hari Catat peningkatan suhu dan durasi
- TTV : demam. Berikan kompres hangat sesuai
TD: 120/80 indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering.
N: 80x/menit Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.
S: 370 C Rasional : meningkatkan kebutuhan
RR : 20x/menit metabolism dan diaphoresis yang berlebihan
berat badan pasien naik dari 54 yang dihubungkan dengan demam dalam
kg menjadi 60 kg meningkatkan cairan tak kasat mata
- BAB / diare (-)
- pasien tidak terlihat pucat Kaji turgor kulit, membrane mukosa,
- sianosis (-) dan rasa haus.
- pasien tidak pingsan Rasional : indicator tidak langsung dari
- umlah dan warna urin normal status cairan.
- anoreksia (-)
- Turgor kulit baik / lembab Pantau pemasukan oral dan memasukka
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
Rasional : mempertahankan keseimbangan
cairan, mengurangi rasa haus, dan
melembabkan membrane mukosa.

Kolaborasi :
Berikan cairan / elektrolit melalui selang

Page
23
pemberi makanan / IV
Rasional : mungkin diperlukan untuk
mendukung / memperbesar volume
sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak
adekuat, mual/muntah terus menerus.

Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,


mis.. : HB/HT
Rasional : bermanfaat dalam
memperkirakan kebutuhan cairan

Antipiretik, mis.. : asetaminofen


Rasional : membantu mengurangi demam
dan respons hiper metabolism, menurunkan
kehilangan cairan tak kasat mata.
07/12/2018 Setelah dilakukan tindakanMandiri :
keperawatan selama 3 x 24 jam, kaji kemampuan untuk mengunyah,
diharpkan : merasakan, dan menelan.
- Pasien tidak mudah lelah Rasional : lesi mulut, tenggorok, dan
- Pasien tidak letih esophagus dapat menyebabkan disfagia,
- Pasien tidak lesu penurunan kemampuan pasien untuk
- Nafsu makan bertambah, mengolah makanan dan mengurangi
porsi makan habis keinginan untuk makan.
- Pasien dapat menverna
makanan dengan baik Timbang berat badan sesuai kebutuhan.
- Berat badan naik dari 54 kg Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat
menjadi 60 kg badan yang tidak sesuai. Gunakan
- pasien tidak terlihat pucat serangkaian pengukuran berat badan dan
- pasien tidak sianosis antropometrik.
- pasien tidak anoreksia Rasional : indicator kebutuhan nutrisi /
pemasukan yang adekuat.

Page
24
Catatan : karena adanya penekanan system
imun, maka beberapa tes darah yang
umumnya digunakan untuk menguji status
nutrisi menjadi tidak berguna.

Dorong aktivitas fisik sebanyak


mungkin
Rasional : dapat meningkatkan nafsu makan
dan perasaan sehat

Catat pemasukan kalori


Rasional : mengidentifikasi kebutuhan
terhadap suplemen atau alternative metode
pemberian makanan

Kolaborasi :

Pertahankan status puasa jika di


indikasikan
Rasional : mungkin diperlukan untuk
menurunkan muntah

Suplemen vitamin.
Rasional : kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan pemasukan makanan dan/atau
kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam
system GI

Page
25
07/12/2018 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3 x 24 jam, Monitor tanda-tanda infeksi baru.
diharapkan : Rasional: Untuk pengobatan dini
- Demam (-) Mencegah pasien terpapar oleh kuman
- Pusing (-) patogen yang diperoleh di rumah sakit.
- rasa terbakar pada kaki hilang
- nyeri dada pleuritis (-) gunakan teknik aseptik pada setiap
- Pasien sudah tidak tindakan invasif. Cuci tangan sebelum
berkeringat malam hari meberikan tindakan.
- TTV Rasional : Mencegah bertambahnya infeksi
TD: 120/80
N: 80x/menit Berikan lingkungan yang bersih dan
S: 370 C berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf
RR : 20x/menit terhadap tanda infeksi dan pertahankan
- benjolan di daerah leher (-) kewaspadaan sesuai indikasi
- Hasil pemeriksaan fisik Rasional : Mencegah bertambahnya infeksi
didapatkan sel-T CD4+ = 1004.
sel/ mm3 Kolaborasi :
- Lesi (-)
- Kejang (-) Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah,
- Dipsnea (-) urine dan sputum
- nyeri panggul (-) Rasional : dilakukan untuk mengidentifikasi
- nyeri abdomen (-) penyebab demam, diagnose infeksi
- tremor (-) organism, atau untuk menentukan metode
perawatan yang sesuai

Berikan antibiotic antijamur / agen


antimikroba, missal : trimetroprim (bactrim,
septra), nistatin (mycostatin), ketokonazol,
pentamidin atau AZT/retrovir
Rasional : menghambat proses infeksi.

Page
26
Obat-obatan lainnya ditargetkan untuk
meningkatkan fungsi imun. Meskipun tidak
ada obat yang tepat, zat seperti AZT
ditujukan untuk menghalangi enzim yang
memungkinkan virus memasuki material
genetis sel T4 sehingga dapat
memperlambat perkembangan penyakit.

F. IMPLEMENTASI
Tanggal Diagnosa Implementasi
07/12/2018 1 Memantau TTV, termasuk
CVP bila terpasang.
mencatat hipertensi,
termasuk perubahan
postural.
Hasil : indicator dari volume
cairan sirkulasi normal

Mencatat peningkatan suhu


dan durasi demam.
memberikan kompres
hangat sesuai indikasi.
mempertahankan pakaian
tetap kering.
mempertahankan
kenyamanan suhu
lingkungan.
Hasil : meningkatkan
kebutuhan metabolisme

Page
27
Mengkaji turgor kulit,
membrane mukosa, dan rasa
haus.
Hasil : turgor kulit dan
membrane mukosa baik /
lembab

Memantau pemasukan oral


dan memasukka cairan
sedikitnya 2500 ml/hari.
Hasil : mempertahankan
keseimbangan cairan,
mengurangi rasa haus, dan
melembabkan membrane
mukosa.

Memberikan cairan /
elektrolit melalui selang
pemberi makanan / IV
hasil : memperbesar volume
sirkulasi, pasien tidak
anoreksia

Memantau hasil pem.


LAB sesuai indikasi, mis.. :
HB/HT
hasil : kebutuhan cairan
adekuat

Memberikan Antipiretik,
mis.. : asetaminofen

Page
28
hasil : membantu
mengurangi demam dan
respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan
cairan tak kasat mata

07/12/2018 2 Mengkaji kemampuan


untuk mengunyah,
merasakan, dan menelan.
Hasil : pasien dapat
mengunyah dan mencerna
makanan dengan baik, dan
dapat menelan

Menimbang berat badan


sesuai kebutuhan. Evaluasi
berat badan dalam hal
adanya berat badan yang
tidak sesuai. Gunakan
serangkaian pengukuran
berat badan dan
antropometrik.
Hasil : berat badan kembali
normal, kenaikan berat
badan dari 54 kg menjadi 60
kg

Mendorong aktivitas
fisik sebanyak
fisik mungkin
hasil : nafsu makan

Page
29
meningkat, dan pasien
menjadi lebih sehat

Mencatat pemasukan
kalori
hasil : kebutuhan kalori
untuk tubuh terpenuhi

Mempertahankan status
puasa jika di indikasikan
hasil : muntah berkurang

Memberikan suplemen
vitamin.
Hasil : kebutuhan vitamin
untuk tubuh terpenuhi

07/12/2018 3 Memonitor tanda-tanda


infeksi baru.
Hasil : pasien tidak terpapar
oleh infeksi kuman pathogen
di RS

Menggunakan teknik
actrim pada setiap tindakan
actrim. Cuci tangan sebelum
meberikan tindakan.
Hasil : tidak terjadi infeksi

Memberikan lingkungan
yang bersih dan berventilasi

Page
30
baik. Periksa pengunjung /
staf terhadap tanda infeksi
dan pertahankan
kewaspadaan sesuai indikasi
Hasil : tidak terjadi
penambahan infeksi yg lebih
parah
4.
Memeriksa kultur /
sensitivitas lesi, darah, urine
dan sputum
Hasil : mengurangi demam
dan tidak terjadi
pertumbuhan kuman
pathogen penyebab infeksi

Memberikan antibiotic
antijamur / agen
antimikroba, missal :
trimetroprim (actrim,
septra), nistatin
(mycostatin), ketokonazol,
pentamidin atau
AZT/retrovir
Hasil : meningkatkan fungsi
imun dan tidak terjadi
infeksi

Page
31
G. EVALUASI
Tanggal Masalah S.O.A.P Paraf & Nama jelas
08/12/2018 1 S : kebutuhan
volume cairan tubuh
pasien
terpenuhi/adekuat
O:
- Diare (-)
- Demam (-)
- Pasien tidak
mudah lelah
- Pasien tidak
berkeringat malam
hari
- TTV :
TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 370 C
RR : 20x/menit
berat badan pasien
naik dari 54 kg
menjadi 60 kg
- BAB /diare (-)
- pasien tidak
terlihat pucat
- sianosis (-)
- pasien tidak
pingsan
- umlah dan warna
urin normal
- anoreksia (-)

Page
32
- Turgor kulit baik
/ lembab
A : masalah
kekurangan volume
cairan tubuh sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan

09/12/2018 2 S : pasien tidak


mengeluh lemah lagi
O:
- Pasien tidak
mudah lelah
- Pasien tidak letih
- Pasien tidak lesu
- Nafsu makan
bertambah, porsi
makan habis
- Pasien dapat
menverna makanan
dengan baik
- Berat badan naik
dari 54 kg menjadi
60 kg
- pasien tidak
terlihat pucat
- pasien tidak
sianosis
- pasien tidak
anoreksia

Page
33
A : masalah
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
08/12/2018 3 S : pasien sudah
tidak infeksi
O:
- Demam (-)
- Pusing (-)
- rasa terbakar
pada kaki hilang
- nyeri dada
pleuritis (-)
- Pasien sudah
tidak berkeringat
malam hari
- TTV :
TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 370 C
RR : 20x/menit
- benjolan di
daerah leher (-)
- Hasil
pemeriksaan fisik
didapatkan sel-T
CD4+ = 100 sel/
mm3

Page
34
- Lesi (-)
- Kejang (-)
- Dipsnea (-)
- nyeri panggul (-)
- nyeri abdomen (-
)
- tremor (-)
A : masalah infeksi
sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan

Page
35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah:
1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh manusia,
yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi
Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan
umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami
demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak
virus HIV tersebut.
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang
dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS yang ada
hanyalah pencegahannya saja.

Page
36
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog Kedokteran.
Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series

Page
37

Вам также может понравиться