Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BUKU INFORMASI
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil INA.5223.213.01.04.04
DAFTAR ISI
BAB I
PENGANTAR
b) Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap
pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun
Pelatihan Individual / Mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :
c) Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan
peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
• Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai
pernyataan keterampilan.
• Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan
peserta pelatihan.
• Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai
keterampilan.
• Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.
• Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.
• Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
1.4.2 Standarisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu
standar tertentu.
1.4.4 Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu
kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta
lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada
kompetensi yang dipelajari.
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
BATASAN VARIABEL
PANDUAN PENILAIAN
2. Konteks penilaian
2.1. Unit ini dapat dinilai di dalam atau di luar tempat kerja.
2.2. Penilaian mencakup peragaan dan praktek baik di tempat kerja lapangan maupun di
dalam ruangan.
2.3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan
keterampilan penunjang yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK).
6. Memecahkan masalah 1
7. Menggunakan teknologi 1
BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
3.1.1 Persiapan/Perencanaan
a) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar
dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang
harus diikuti.
b) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
c) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
d) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.
3.1.4 Implementasi
a) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
b) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek.
c) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.
BAB IV
BIMBINGAN TEKNIS PADA MITRA KERJA
4.1. Umum
Salah satu tugas utama pelaksana lapangan adalah memberikan bimbingan teknis pada
sub kontraktor/mandor sebelum suatu item pekerjaan dimulai. Tujuan dari bimbingan teknis
tersebut adalah menjelaskan secara rinci apa yang harus dikerjakan mandor/sub
kontraktor pada pekerjaan tersebut sehingga biaya, mutu dan waktu yang dipersyaratkan
dapat tercapai.
Pelaksanaan bimbingan teknis dapat dilaksanakan pada waktu rapat koordinasi dengan
mandor/sub kontraktor atau rapat pada saat suatu item pekerjaan akan dimulai.
b. Saluran Sekunder
1. Difinisi
Saluran sekunder adalah cabang saluran induk. Kecepatan air
pada saluran sekunder diusahakan agar supaya tidak terlalu
lambat dan tidak terlalu cepat. Apabila kecepatan air di saluran
terlalu lambat, maka akan terjadi pengendapan di saluran,
sedangkan kalau terlalu cepat akan menimbulkan erosi pada
dasar dan sisi saluran.
2. Jenis Saluran Sekunder
Jenis saluran sekunder terdiri dari saluran tanah dan saluran
tanah yang dilining. Lining terdiri dari bahan beton atau pasangan
c. Saluran Tersier
1. Difinisi
Saluran tersier adalah cabang saluran sekunder. Kecepatan air
pada saluran tersier juga diusahakan agar supaya tidak terlalu
lambat dan tidak terlalu cepat. Apabila kecepatan air di saluran
terlalu lambat, maka akan terjadi pengendapan di saluran,
sedangkan kalau terlalu cepat akan menimbulkan erosi pada
dasar dan sisi saluran.
2. Jenis Saluran Tersier
Jenis saluran tersir biasanya terdiri dari saluran tanah, karena
saluran tersier biasanya diserahkan pengelolaannya kepada
petani atau P3A. Pada keadaan tertentu saja saluran tersier boleh
dilining. Batas ujung saluran tersier adalah bangunan box tersier
yang membagi air irigasi ke saluran quarter yang langsung
menuju ke sawah
d. Saluran Quarter
1. Difinisi
Saluran quarter adalah cabang saluran tersier. Kecepatan air
pada saluran quarter juga diusahakan agar supaya tidak terlalu
lambat dan tidak terlalu cepat. Apabila kecepatan air di saluran
terlalu lambat, maka akan terjadi pengendapan di saluran,
sedangkan kalau terlalu cepat akan menimbulkan erosi pada
dasar dan sisi saluran.
1. Difinisi
Saluran sub quarter adalah cabang saluran quarter. Kecepatan air
pada saluran sub quarter biasanya sudah lambat, karena terdiri
dari saluran tanah yang dibuat oleh petani sendiri
f. Saluran Pembuang
1. Difinisi
Saluran pembuang adalah saluran yang menampung air
pembuangan irigasi dari sawah Kecepatan air pada saluran
pembuang biasanya sudah lambat, karena terdiri dari saluran
tanah.
2. Jenis Saluran Pembuang
Jenis saluran pembuang biasanya terdiri dari saluran pembuang
quarter, pmbuang tersier, saluran pembuang sekunder dan
saluran pembuang induk atau saluran pembuang kolektor, yang
menampung air buangan ke saluran pembuang alam atau sungai.
1. Difinisi
Saluran pembuang primer adalah saluran pembuang yang
menampung air pembuangan irigasi dari sawah pada beberapa
petak tersier. Kecepatan air pada saluran pembuang biasanya
sudah lambat, karena terdiri dari saluran tanah .Saluran
pembuang ini biasa juga disebut saluran pembuang kolektor
a. Bangunan Utama
1. Definisi
Bangunan Utama dapat didefinisi sebagai : semua bangunan
yang direncanakandi sepanjang sungai atau aliran air untuk
membelokkan air ke dalam jaringan saluran irigasi agar dapat
dipakai untuk keperluan irigasi, biasanya dilengkapi dengan
kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen yang
berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur air yang masuk.
2. Kesahihan / Validitas.
Kriteria, praktek-praktek yang dianjurkan, pedoman serta metode-
metode perencanaan yang dibicarakan dalam bagian
perencanaan Bangunan Utama ini sahih untuk semua bangunan
yang beda tinggi energinya (muka air hulu terhadap muka air hilir)
tidak lebih dari 6 meter.
Untuk bangunan-bangunan ini diandaikan bahwa luas pembuang
sungai kurang dari 500 km2 dan bahwa debit maksimum
pengambilan adalah 25 m3/dt. Batasan ini dipilih karena
mencangkup bangunan utama yang dapat direncanakan
berdasarkan kriteria yang diberikan di sini.
Untuk bangunan-bangunan di luar ruang lingkup ini, diperlukan
nasihat-nasihat ahli. Juga untuk bangunan-bangunan yang
dicakup dalam standar ini, jika diperkirakan akan timbul masalah-
masalah khusus, maka diperlukan konsultasi dengan ahli-ahli
yang bersangkutan.
Lembaga-lembaga yang dapat menyediakan jasa keahlian adalah:
- Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan di Bandung,
yang memberikan jasa-jasa keahlian di bidang Hidrologi,
Geologi, Mekanika Tanah serta Teknik Hidrolika. Lembaga ini
memiliki laboratorium hidrolika dengan staf yang sangat
berpengalaman.
- Sub-Direktorat Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi I dan II,
serta Direktorat Sungai.
Ö Bangunan Pengelak
Bangunan pengelak adalah bagian dari bangunan utama yang
benar-benar dibangun di dalam air. Bangunan ini diperlukan
untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan
irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau
dengan memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti
pada tipe bendung saringan bawah (bottom rack weir).
Lampiran Gambar 4.2.2. Denah dan potongan melintang bendung gerak dan potongan
melintang bendung saringan bawah.
Ö Pembilas
Pada tubh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan
pem bilas (Lihat gambar 4.2.3.) guna mencegah masuknya
bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi.
Pembilas dapat direncanakan sebagai :
1. Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan
2. Pembilas bawah
3. Shunt undersluice
4. Pembilas bawah tipe boks
Tipe (2) sekarang umum dipakai, tipe (1) adalah tipe
tradisional, tipe (3) dibuat di luar lebar bersih bangunan
pengelak dan tipe (4) menggabung pengambilan dan pembilas
dalam satu bidang atas bawah.
Perencanaan pembilas dengan dinding pemisah dan pembilas
bawah telah diuji dengan berbagai penyelidikan model.
Ö Umum
Bangunan dapat digolongkan menjadi dua, yakni bangunan
yang mempengaruhi dan yang tidak mempengaruhi muka air
hulu.
Termasuk dalam kategori pertama adalah bendung pelimpah
dan bendung gerak. Kedua tiper tersebut mampu
membendung air sampai tinggi minimum yang diperlukan. Pintu
bendung gerak mempunyai pintu yang dapat dibuka selama
banjir guna mengurangi tinggi pembendungan. Bendung
pelimpah tidak bisa mengurangi tinggi muka air hulu sewaktu
banjir.
Kategori bangunan kedua meliputi pengambilan bebas, pompa
dan bendung saringan bawah. Tak satu pun dari tipe-tipe
bangunan ini yang mempengaruhi muka air.
Semua bangunan ini dapat dibuat dari pasangan batu atau
beton, atau campuran kedua bahan ini yang masing-masing
bahan bangunannya mempengaruhi bentuk dan perencanaan
bangunan tesebut.
Bahan-bahan lain jarang dipakai di Indonesia dan tidak akan
dibicarakan disini.
2. Bangunan Pengatur
Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran ditempat-
tempat dimana terletak bangunan sadap dan bagi.
Khususnya di saluran-saluran yang kehilangan tinggi energinya
harus kecil (misal di kebanyakan saluran garis tinggi), bangunan
pengatur harus direncana sedemikian rupa sehingga tidak banyak
rintangan sewaktu terjadi debit rencana. Misalnya pintu sorong
harus dapat diangkat sepenuhnya dari dalam air selama terjadi
debit rencana,kehilangan energi harus kecil pada pintu skot balok
jika semua balok dipindahkan.
Di saluran-saluran sekunder dimana kehilangan tinggi energi tidak
merupakan hambatan, bangunan pengatur dapat direncana tanpa
menggunakan pertimbangan-pertimbangan di atas.
Gambar 4.2.4 Saluran primer dengan bangunan pengatur dan sadap ke saluran sekunder
Gambar 4.2.5. Perubahan debit dengan variasi muka air untuk pintu aliran atas dan aliran
bawah.
Gambar 4.2.6. Saluran sekunder dengan bangunan pengatur dan sadap ke berbagai
arah.
Gambar 4.4 Bangunan pengatur : Pintu aliran bawah dengan mercu tetap.
3. Bangunan Sadap
Ö Bangunan Sadap Sekunder
Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran
sekunder dan, dan oleh sebab itu, melayani lebih dari satu
petak tersier. Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini lebih
dari sekitar 0,250 m3/dt.
Ada tiga tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan
sadap sekunder, yakni :
- Alat ukur Romijn
- Alat ukur Crump-de-Gruyter
- Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar
Tipe mana akan dipilih bergantung pada ukuran saluran
sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi
energi yang diizinkan.
Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai
hingga debit sebesar 2 m3/dt, dalam hal ini dua atau tiga pintu
Romijn dipasang bersebelahan. Untuk debit-debit yang lebih
besar, harus dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat
ukur yang terpisah, yakni alat ukurambang lebar.
c. Bangunan Pelengkap
1. Gorong-gorong
Ö Umum
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk
membawa aliran air (Saluran Irigasi atau Pembuang) melewati
bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan, atau
jalan kereta api.
Gorong-gorong (lihat Gambar 4.2.7.) mempunyai potongan
melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu
maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang mungkin
berada di atas muka air. Dalam hal ini gorong-gorong berfungsi
sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas.
Pada gorong-gorong aliran bebas, benda-benda yang hanyut
dapat lewat dengan mudah, tetapi biaya pembuatannya
umumnya lebih mahal dibanding gorong-gorong tenggelam.
Dalam hal gorong-gorong tenggelam, seluruh potongan
melintang berada di bawah permukaan air. Biaya pelaksanaan
lebih murah, tetapi bahaya tersumbat lebih besar.
Ö Penutup minimum.
Penutup diatas gorong-gorong pipa di bawah jalan atau tanggul
yang menahan berat kendaraan harus paling tidak sama
dengan diameternya, dengan minimum 0,60 m.
Gorong-gorong pembuang yang dipasang di bawah saluran
irigasi harus memakai penyambung yang kedap air, yaitu
dengan ring penyekat dari karet. Seandainya sekat
penyambung tidak ada, maka semua gorong-gorong di bawah
2. Kecepatan aliran
Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam sipon harus
tinggi. Tetapi, kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya
kehilangan tinggi energi. Oleh sebab itu keseimbangan antara
kecepatan yang tinggi dan kehilangan tinggi energi yang diizinkan
5. Kisi-kisi penyaring
Kisi-kisi penyaring (lihat gambar 4.2.12.) harus dipasang pada
bukaan / lubang masuk bangunan dimana benda-benda yang
menyumbat menimbulkan akibat-akibat yang serius, misalnya
pada sipon dan gorong-gorong yang panjang.
Kisi-kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja dan mencakup
seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih agar bisa dibersihkan dengan
penggaruk (Rake).
6. Pelimpah
Biasanya sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di hulu
bangunan itu. Pelimpah samping adalah tipe paling murah dan
sangat cocok untuk ini. Debit rencana pelimpah sebaiknya diambil
60% atau 120% dari Qrencana.
7. Sipon Jembatan
Kadang-kadang akan sangat menguntungkan untuk membuat apa
yang disebut jembatan-sipon. Bangunan ini membentang di atas
lembah yang lebar dan dalam. Mungkin juga (dan ekonomis)
unutk membuat “talang bertekanan”.
1. Potongan melintang
Potongan melintang bangunan tersebut ditentukan oleh nilai
banding b/h, di mana b adalah lebar bangunan dan h adalah
kedalaman air. Nilai-nilai banding berkisar antara 1 sampai 3 yang
menghasilkan potongan melintang hidrolis yang lebih ekonomis.
4. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang atau flum
didasarkan pada debit, kecepatan dan faktor-faktor lain. Harga-
harga tinggi jagaan dapat diambil dari KP-03 saluran, pasal 4.3.6
Saluran pasangan.
Untuk talang yang melintas sungai atau pembuang, harus dipakai
harga-harga ruang bebas berikut :
- Pembuang intern Q5 + 0,50 m
- Pembuang ekstern Q25 + 1,00 m
- Sungai : Q25 + ruang bebas bergantung kepada keputusan
perencanaan, tapi tidak kurang dari 1,50 m. Perencanaan akan
mendasarkan pilihan pada karakteristik sungai yang akan
5. Bahan
Pipa-pipa baja sering digunakan untuk talang kecil karena mudah
dipasang dan sangat kuat. Untuk debit kecil, pipa-pipa ini lebih
ekonomis daripada tipe-tipe bangunan atau bahan lainnya. Tetapi
baja memiliki satu ciri khas yang harus mendapat perhatian
khusus baja mengembang (ekspansi) saat kena panas, ekspansi
baja lebih besar dari bahan-bahan lainnya.
Oleh sebab itu harus dibuat sambungan ekspansi. Sambungan
ekspansi hanya dapat dibuat di satu sisi saja atau ditengah pipa,
bergantung kepada bentang dan jumlah titik dukung (Bearing
point).
Pipa-pipa terpendam tidak begitu memerlukan sarana-sarana
semacam ini karena variasi temperatur lebih kecil dibanding unutk
pipa-pipa di udara terbuka.
Flum dibuat dari kayu, baja atau beton. Untuk menyeberangkan
air lewat saluran pembuang atau irigasi yang lain, petani sering
menggunakan flum kayu. Flum baja atau beton dipakai sebagai
talang. Untuk debit-debit yang besar, lebih disukai flum beton.
Kedua tipe bangunan tersebut dapat berfungsi ganda jika dipakai
sebagai jembatan orang (baja) atau kendaraan (beton). Flum
merupakan saluran tertutup jika dipakai sebagai jembatan jalan.
f. Bangunan Terjun
1. Umum
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan
permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum
saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat
bagian fungsional, masing-masing memiliki sifat-sifat perencanaan
yang khas.
- Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi
superkritis.
- Bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah
- Bagian tepat di sebelah hilir potongan U, yaitu tempat di mana
energi direndam.
2. Bagian pengontrol
Pada bagian pertama dari bangunan ini, aliran di atas ambang
dikontrol. Hubungan tinggi energi yang memakai ambang sebagai
acuan (h1) dengan debit (Q) pada pengontrol ini bergantung pada
ketinggian ambang (p1), potongan memanjang mercu bangunan,
kedalaman bagian pengontrol yang tegak lurus terhadap aliran,
dan lebar bagian pengontrol ini.
Gambar 4.2.15. Ilustrasi peristilahan yang berhubungan dengan bangunan peredam energi
1. Umum
Bangunan pembuang silang dibutuhkan karena adanya aliran air
buangan atau air hujan dari saluran ke bawah. Untuk melindungi
saluran dari bahaya aliran semacam ini, dibuatlah bangunan
pembuang silang. Kalau trase saluran biasanya mengikuti garis-
garis kontur tanah, maka atas dasar pertimbangan-pertimbangan
ekonomis, sering perlu untuk membuat pintasan pada saluran
pembuang alamiah atau melalui punggung medan. Bila memintas
saluran pembuang alamiah, aliran saluran bisa dilewatkan di
bawah saluran pembuang itu dengan sipon, atau aliran saluran
pembuang dapat dilewatkan di bawah saluran dengan
menggunakan gorong-gorong. Jika tak terdapat saluran alamiah,
atau karena pertimbangan ekonomis, maka aliran buangan dapat
diseberangkan melalui saluran dengan overchute atau aliran-
aliran kecil dapat dibiarkan masuk kesaluran melalui lubang-
lubang pembuang.
Air buang silang kadang-kadang ditampung di saluran pembuang
terbuka yang mengalir sejajar dengan saluran irigasi di sisi atas.
Saluran-saluran pembuang ini bisa membawa air ke suatu saluran
alamiah, melewati bawah saluran tersebut dengan gorong-gorong;
2. Sipon
Apabila saluran irigasi harus melintas saluran pembuang yang
besar, maka kadang-kadang lebih ekonomis untuk mengalirkan air
saluran tersebut lewat di bawah saluran pembuang dengan
menggunakan sipon, daripada mengalirkan air buangan lewat di
bawah saluran irigasi dengan gorong-gorong. Sipon memberikan
keamanan yang lebih besar kepada saluran karena sipon tidak
begitu tergantung pada prakira yang akurat mengenai debit
pembuang di dalam saluran pembuang yang melintas. Tetapi
sipon membutuhkan banyak kehilangan tinggi energi dan jika
saluran pembuang itu lebar dan dalam, maka biayanya tinggi.
3. Gorong-gorong
Apabila potongan saluran terutama dibangun didalam timbunan
karena potongan itu melintas saluran pembuang, maka gorong-
gorong merupakan bangunan yang baik untuk mengalirkan air
buangan lewat di bawah saluran itu. Gorong-gorong kecil mudah
tersumbat sampah, terutama jika daerah pembuang ditumbuhi
semak belukar. Untuk mengatasi masalah ini dapat digunakan
kisi-kisi penyaring. Tetapi kisi-kisi semacam ini kadang-kadang
lebih memperburuk penyumbatan.
Aturan dasar dalam menentukan lokasi gorong-gorong adalah
memanfaatkan saluran alamiah yang pola limpasan air (runoff)
aslinya hanya sedikit terganggu. Jadi, bila saluran irigasi melintas
pembuang alamiah pada bagian asimetris / tidak tegak lurus
(skew), maka biasanya akan lebih baik untuk menempatkan
gorong-gorong pada bagian asimetris dengan saluran, daripada
mengubah garis saluran masuk atau keluar. Jika saluran alamiah
berubah arahnya antara lubang masuk dan lubang keluar gorong-
gorong, mungkin diperlukan tikungan horisontal dalam saluran
tekan gorong-gorong.
Apabila saluran tekan berada pada gradasi seragam, maka
kemiringan saluran itu sebaiknya cukup curam guna mencegah
4. Overchute
Overchute dipakai untuk membawa air buangan lewat di atas
saluran. Bangunan ini berupa potongan flum beton segi empat
yang disangga dengan tiang-tiang pancang, atau berupa saluran
tertutup, seperti pipa baja. Potongan flum beton terutama dipakai
untuk aliran pembuang silang yang besar, atau untuk dipakai di
daerah-daerah di mana penggunaan pipa terancam bahaya
tersumbat oleh sampah yang hanyut.
Bagian keluar (outlet) mungkin berupa peralihan standar, tetapi
kadang-kadang berupa perendam energi, seperti misalnya kolam
olak. Bagian keluar mungkin juga terdiri dari potongan boks beton
melalui tanggul saluran sisi bawah (downhill) kendaraan yang lalu
lalang di jalan inspeksi. Fasilitas yang sama bisa dibuat ditanggul
saluran sisi atas jika diperlukan.
a. Jalan
1. Umum
Jaringan jalan di suatu daerah irigasi melayani kebutuhan yang
berbeda dan dipakai oleh pengguna yang berbeda-beda pula ;
jalan adalah jaringan angkutan barang dan produksi. Dalam kaitan
ini jalan digunakan oleh penduduk. Jalan juga dipakai untuk
keperluan-keperluan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
Dalam hubungan ini, jalan digunakan oleh staf dinas irigasi.
Berbagai fungsi jaringan jalan ini harus diperhitungkan selama
perencanaan.
Sebagian besar dari jalan yang dibangun sebagai bagian dari
jaringan irigasi, dan dipelihara oleh dinas pengairan akan dibuat di
sepanjang atau diatas tanggul saluran irigasi dan pembuang.
Tujuan utama pembangunan jalan-jalan ini adalah untuk
menyediakan jalan menuju jaringan irigasi dan pembuang.
Jembatan merupakan bagian yang penting dari jaringan tersebut.
Jembatan dan jalan inspeksi bagi kendaraan dan orang untukl
menyeberang saluran irigasi dan pembuang merupakan tanggung
jawab perencana irigasi. Ia harus merencana prasarana-
prasarana ini dan pemeliharaanya dilakukan oleh staf E&P proyek
irigasi yang bersangkutan.
2. Jalan Inspeksi
Jalan Inspeksi direncana, dibangun dan dipelihara oleh dinas
pengairan. Jalan ini terutama digunakan untuk memeriksa,
mengeksploitasi dan memelihara jaringan irigasi dan pembuang,
yakni saluran dan bangunan-bangunan pelengkap Akan tetapi, di
kebanyakan daerah pedesaan, jalan-jalan ini juga sekaligus
berfungsi sebagai jalan utama dan oleh karena itu juga dipakai
oleh kendaraan-kendaraan komersial dengan pembebanan as
yang lebih berat dibandingkan dengan kendaraan-kendaraan
inspeksi.
Ö Klasifikasi
Semua jalan inspeksi digolongkan sebagai jalan kelas III atau
lebih rendah lagi menurut Standar Bina Marga No.13/1970
Kelas III 5 m 3 m
Kelas IV 5 m 3 m
Kelas V 1,5 m -
Ö Potongan melintang
Tipe-tipe potongan melintang jalan inspeksi disajikan Gambar
4.2.18.
Ö Trase
Jalan inspeksi biasanya dibangun di atas tanggul saluran atau
pembuang. Jika ini dianggap tidak ekonomis, jarak maksimum
antara jalan inspeksi dan saluran atau pembuang adalah 300
m.
Kecepatan maksimum rencana bagi kendaraan di jalan ini
sebaiknya diambil 40 km/jam. Untuk perencanaan geometri
Ö Pelaksanaan
Ada dua jenis perkerasan yang akan digunakan :
1. Permukaan kerikil yang dipadatkan setebal 15 cm
2. permukaan bitumen diletakkan pada base 15 cm dan
subbase 15 – 40 cm
(1) Jalan dengan perkerasan kerikil (jalan tahan cuaca)
Penggunaan kerikil alamiah untuk perkerasan setebal 15 cm
adalah suatu pemecahan paling murah. Bahannya dengan
kriteria berikut:
1. Harga CBR (California Bearing Ratio) tidak boleh kurang dari
20 jika ditentukan dengan kepadatan lapangan.
2. Gradasi (menurut pemadatan 95% mod.AASHTO) harus
mengikuti pedoman yang diberikan pada tabel 8.2
Apabila jalan dibangun diatas tanggul yang dipadatkan maka
daya dukung tanah dasarnya (tanah yang dipadatkan)
Catatan :
1. Karena harga-harga yang diberikan pada tabel 8.3 merupakan perkiraan saja, maka bilamana
mungkin harga-harga CBR tersebut hendaknya dites di laboratorium, pada kandungan air tanah
yang sesuai
2. Tabel 4.3. tidak dapat dipakai untuk tanah-tanah yang mengandung mika atau zat-zat organic dalam
jumlah yang cukup banyak. Tanah demikian biasanya dapat dikenali secara visual
3. Uji CBR di laboratorium diperlukan untuk tanah dasar yang berupa Lumpur murni dengan muka air
tanah yang dalamnya lebih dari 1,0 m.
3. Bangunan Atas
Untuk jembatan-jembatan pada jalan Kelas I dan II perencanaan
dan gambar-gambar standarnya sudah ada dari Bina Marga.
Jembatan-jembatan pada jalan kelas III, IV dan V adalah
jembatan-jembatan pelat beton bila bentangnya kurang dari 5 m.
Untuk bentang yang lebih besar dipakai balok T (Lihat gambar
4.2.20.)
Bahan-bahan lain bisa dipakai untuk membuat jalan inspeksi dan
jembatan orang, jika bahan-bahan itu tidak mahal. Kayu dan baja
atau bahan komposit (baja dikombinasi dengan beton) sering
dipakai untuk membuat jembatan. Khususnya untuk jembatan
orang yang ringan bebannya dan dapat mempunyai bentang yang
lebih besar, jembatan kayu atau baja lebih ekonomis daripada
jembatan beton.
Biaya pemeliharaan yang tinggi dan umur bangunan yang labil
pendek pada jembatan kayu dan jembatan baja, sebaiknya
dipertimbangkan dalam evaluasi.
Gambar 4.2.20. Tipe potongan melintang jembatan balok T dan jembatan pelat.
Gambar 4.2.22. Kedalaman pondasi serta lindungan terhadap erosi untuk pilar jembatan
Materi pokok yang harus disiapkan untuk bimbingan teknis antara lain berupa :
- Spesifikasi teknik;
- Gambar kerja;
- Metode kerja;
- Skedul kerja mingguan;
- Prosedur K3;
- Syarat-syarat administrasi;
- Instruksi kerja.
Contoh-contoh dari spesifikasi teknik dan metode kerja lihat pada modul
pelaksanaan pekerjaan saluran irigasi.
Pekerjaan Pembesian
Bagian teknik
Di dalam pelaksanaan bimbingan teknis, untuk pekerjaan yang rutin dan sering
dilaksanakan (missal pengecoran beton, pekerjaan pasangan batu kali) maka
mandor borong/sub kontraktor dianggap sudah mampu dan sering mengerjakan
sehingga tidak perlu pelaksana lapangan memberikan contoh pelaksanaan.
Tapi pada pekerjaan spesifik misal pekerjaan geotekstil maka pelaksana lapangan
perlu memberikan contoh pelaksanaan, berupa demonstrasi yang dilaksanakan di
depan para mandor/sub kontraktor.
Pelaksanaan bimbingan teknis sebaiknya dengan Tanya jawab (two way traffic)
sampai para mandor/sub kontraktor dapat betul-betul memahami apa yang akan
dikerjakan nantinya.
Secara periodic dibuat laporan pelaksanaan bimbingan teknis yang berisi item
pekerjaan, tanggal pelaksanaan, lokasi pekerjaan, materi singkat dari bimbingan
teknis tersebut dan data tambahan yang diperlukan.
Laporan tersebut di atas didokumentasikan dengan baik sesuai prosedur yang
berlaku.
BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
5.1.2. Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat
kerja. Penilai akan :
a. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses
belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta.
b. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki
dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta.
c. Mencatat pencapaian/ perolehan peserta.
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu
peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam CBT mendorong kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber
yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk
menggunakan sumber-sumber alternative lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-
sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/tidak ada.