Вы находитесь на странице: 1из 5

Artikel ini saya tulis untuk melengkapi tulisan Keajaiban Portal.

Ada pertanyaan dari Mas Iwan tentang


biaya portal. Maka saya coba uraikan di sini semampu saya.

Sebelum membaca artikel ini, saya berharap kamu sudah paham tentang nama domain, server, dan
webhosting. Jika belum, coba kamu baca dulu keempat artikel berikut ini (*):

- Mengenal URL, Website dan Homepage

- Dengan Apa Website Dibangun?

- Dengan Program Apa Website Dibangun?

- Bagaimana Meng-online-kan Situs Anda?

Kalau sudah, yuk kita mulai membahas portal dan pernik-perniknya. Yang ingin kita ketahui adalah,
"Berapa biaya pembangunan dan pemeliharaan portal?"

Kalau dihitung secara keseluruhan, sebenarnya tidak ada standar yang pasti mengenai harga ini. Sebab,
banyak sekali faktor yang berperan. Ada faktor yang bersifat tetap, ada yang sangat relatif karena
menyangkut jasa (bisa berbiaya mahal tapi bisa juga gratis), ada pula yang sifatnya tentatif (karena
sesuai kebutuhan).

Tapi agar pembahasannya menjadi runut, yuk kita uraikan dulu unsur-unsur apa saja berperan dalam
membangun dan mengelola sebuah portal.

1. nama domain
2. server
3. web programming
4. web design
5. web mainenance
6. web content
7. akses internet

Dari ketujuh unsur pokok ini, yuk kita memilahnya berdasarkan sifat-sifat di

atas:

1. biaya-biaya yang bersifat tetap.


Maksudnya, biaya ini harus dikeluarkan, tidak bisa tidak. WAJIB gitu, lho.

Yang termasuk di dalam kategori ini adalah:


- biaya pembelian nama domain. Harganya bervariasi, tergantung tempat pembeliannya. Di CBN
misalnya, harga domain adalah Rp 350.000 pertahun. Ingat lho, pertahun bukan perbulan (Mungkin
kamu perlu juga membaca sebuah artikel terbaru soal perbedaan domain internasional dengan domain
indonesia).

- biaya pembelian atau penyewaan server. Kita bisa memilih untuk membeli server, atau cukup
menyewanya dari perusahaan lain (biasa disebut webhosting).

Memang ada juga server yang bisa kita pakai secara gratis, seperti Geocities.com, dan sebagainya
(termasuk server-server yang disediakan oleh situs penyedia blog. Sebenarnya, ketika nge-blog di
Multiply.com, blogger.com, blogdrive.com dan sebagainya, kita sedang menggunakan server mereka
secara gratis).

Tapi kalau kita memang serius untuk membangun portal, sebaiklah beli sajalah. Biar lebih profesional
dan menyenangkan, gitu lho.

Jika kita membeli server sendiri, maka kita harus memberinya akses internet. Kita harus
menempatkannya pada "internet data center" tertentu, biasa disebut colocation. Biasanya, jasa
colocation ini diberikan oleh perusahaan Internet Service Provider (ISP). Biaya colocation ini sangat
bervariasi. Sebagai contoh, silahkan lihat daftar harga di CBN.

Jika kita menyewa server (web hosting), kita harus membayar biaya perbulan kepada si pemilik server.
Ini bisa dianalogikan seperti orang yang indekos. Besarnya biaya perbulan ini sangat bergantung dari
fasilitas yang ia dapatkan. Semakin banyak fasilitasnya, tentu harganya makin mahal. Sebagai contoh,
coba simak perbandingan harga webhosting di CBN.

2. Biaya yang sangat relatif.


Maksudnya, tidak ada standar dalam penetapan biayanya. Yang termasuk di dalam jenis biaya ini adalah
biaya-biaya untuk membayar jasa tenaga ahli yang menangani:
- web programming
- web designing
- web maintenance (admin, webmaster, dst)

Kalau kamu menyewa jasa seorang web programmer misalnya, ia bisa menetapkan tarif yang sangat
tinggi (misalnya Rp 5 juta per pekerjaan) jika ia adalah programmer yang sudah sangat handal. Tapi jika
kamu menyewa jasa seorang programmer pemula dan baik hati, bisa saja ia cuma meminta bayaran Rp
500 ribu untuk pekerjaan yang sama. Bahkan, jika salah seorang pengelola situs kamu adalah seorang
programmer, ia bisa saja bersedia bekerja tanpa harus dibayar sepeser pun. Jadi, semuanya serba relatif,
bukan?

Hal seperti ini juga berlaku untuk web designer dan web maintenance.
3. Biaya yang bersifat tentatif.
Yang termasuk pada kategori ini adalah biaya untuk penyediaan dan pengelolaan content dan
pembayaran akses internet.

Kenapa tentatif?

Untuk content, ini sangat tergantung dari jenis portal yang kita bangun, termasuk tujuan kita
membangunnya.

Kalau kita membangun portal organisasi/komunitas yang hanya bersifat sosial, kontennya pun hanya
perlu di-update sesekali, maka biaya content bisa Rp 0 alias gratis. Para pengelola bisa menulis sendiri
artikel-artikel untuk portal mereka. Dan tentu saja, mereka tak mungkin meminta bayaran kepada
siapapun. Sebab mereka adalah pemilik.

Atau, para anggota organisasi/komunitas pun biasanya bersedia dengan ikhlas menyumbangkan tulisan
mereka. Jadi, ini benar-benar tanpa biaya.

Namun jika portal kamu adalah portal berita seperti detik.com, yang diorientasikan untuk menghasilkan
laba, maka kamu harus mengelola content ini dengan amat serius. Kamu harus menyediakan content
yang selalu up to date, selalu dinanti oleh pengunjung, dan seterusnya. Untuk itu, kamu tak bisa lagi
bergratis ria. Kamu harus menggaji sejumlah reporter atau penulis (coba baca artikel Jurnalistik untuk
Media Online dan Content Editor).

Selain itu, karena berorientasi bisnis, kamu mungkin perlu juga menggaji sejumlah staf yang umumnya
terdapat di perusahaan-perusahaan lain, seperti staf marketing, staf humas, staf keuangan, staf
administrasi, dan seterusnya. Maka jika ini yang terjadi, biaya yang harus kamu keluarkan sangat besar.

Boleh dibilang, biaya untuk content inilah yang menempati porsi terbesar dari semua jenis biaya yang
harus dikeluarkan oleh si pemilik portal. Mungkin porsinya sekitar 90 persen dari total biaya yang
dikeluarkan.

Adapun akses internet, ini juga tentatif. Karena mengelola sebuah portal, tentu kamu harus sering
online untuk mengelolanya. Nah, biaya untuk online inilah yang perlu kamu keluarkan. Berapa
jumlahnya, tentu kamu bisa mengira-ngira sendiri. Bukankah selama ini kamu sering memakai internet
dan membayar biaya pemakaiannya ke ISP langganan kamu?

Kalau kamu mengelola portal dari rumah, tentu biaya akses internet ini merupakan keniscayaan. WAJIB.
Namun jika kamu mengelolanya dari kantor, dan memakan waktu yang sedikit (sehingga tidak
mengganggu tugas-tugas kantor), maka kamu bisa saja memanfaatkan akses internet kantor, sehingga
kamu tidak perlu membayar biaya apapun.
SUMBER PENDANAAN

Setelah mengetahui unsur-unsur biaya portal, yang perlu kita ketahui selanjutnya adalah: dari mana
sumber pendanaannya.

Untuk hal ini, jawabannya sangat bervariasi. Setiap portal punya strategi yang berbeda-beda.

Dari Iklan
Yang pertama kali untuk kita ketahui adalah, bisnis online itu belum terlalu menjanjikan, khususnya di
Indonesia, Jika di Amerika, prospek bisnis seperti ini sangat cerah. Sebagai contoh, harga Google di
bursa saham katanya jauh lebih besar dari harga negara Indonesia! Bayangkan. Betapa besarnya Google
itu.

Di Indonesia, portal yang sukses masih bisa dihitung dengan jari. Kita bisa menyebut nama-nama
detik.com, kompas.com, dan beberapa nama lagi. Mereka ini bisa mengandalkan penghasilan dari iklan
dan sejenisnya.

Sedangkan situs-situs lain, yang masih sepi dari iklan, dari manakah sumber penghasilan mereka?

Berdasarkan pengamatan saya, inilah beberapa kiat yang diterapkan oleh sejumlah portal yang kurang
berhasil dalam menggaet iklan (atau memutuskan untuk tidak menerima iklan):

Dari dana pribadi dan donasi


Kiat seperti ini biasanya diterapkan oleh situs-situs yang dibangun karena niat sosial, hobi, dan
seterusnya. Dua situs yang saya kelola, yakni ajangkita.com dan penulislepas.com, didanai dengan cara
ini. Anda mau menyumbang? Hehehehe...

Bagi situs-situs seperti ini, biasanya dana yang mereka keluarkan hanya biaya-biaya yang bersifat tetap,
yakni biaya domain (ini tidak seberapa karena jumlahnya kecil) dan biaya pemeliharaan atau penyewaan
server. Kalau ada biaya untuk keperluan lain, biasanya mereka menekannya sekecil mungkin. Kalau bisa
sih, gratis saja.

Subsidi silang
Portal tersebut didanai oleh perusahaan atau organisasi lain yang berorientasi bisnis. Mungkin portal ini
dimaksudkan untuk membangun citra perusahaan, untuk menjaring komunitas, dan sebagainya. Tak ada
revenue yang dihasilkan oleh si portal. Tapi jangan khawatir, karena ada perusahaan tertentu yang
mengucurkan dana buat mereka.

Perpaduan antara bisnis online dengan bisnis offline


Menurut pengamatan saya, kiat seperti ini diterapkan dengan sangat baik, antara lain oleh situs
Disctarra.com. Mereka punya toko kaset yang tersebar di sejumlah kota. Tentu saja, mereka mendapat
laba dari toko ini. Lantas, mereka membangun portal disctarra.com yang berisi berita dan info seputar
artis, musik, film, dan sebagainya. Saya yakin, tak ada penghasilan yang mereka dapatkan dari portal ini.

Namun, pemilik situs ini cukup cerdas. Mereka juga membuka toko online melalui disctarra.com. Jadi
kita bisa berbelanja kaset, VCD, dan seterusnya dari disctarra.com. Ini tentu menjadi tambahan
penghasilan bagi mereka (walau sepengetahuan saya, prospek bisnis seperti ini pun belum terlalu bagus
di indonesia. Salah satu buktinya, toko buku online Ekuator.com baru-baru ini gulung tikar, dan berubah
haluan menjadi situs buku biasa, tidak lagi jualan buku secara online).

***

Nah, itulah sistem pembiayaan portal yang selama ini saya ketahui. Mungkin masih ada sistem lain yang
diterapkan oleh portal tertentu.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Maaf dan mohon masukannya jika ada yang keliru.

Вам также может понравиться