Вы находитесь на странице: 1из 133

BAB II LANDASAN TEORI II - 1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Perencanaan

Dalam merencanakan suatu bangunan gedung, harus berpedoman dengan

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan berlaku di Indonesia.

Peraturan tersebut yang dapat digunakan antara lain :

1. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI

1.3.53.1987).

2. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung (SNI-1726-2012).

3. Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain

(SNI 1727:2013).

4. Tata Cara atau Persyaratan Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan

Gedung (SNI-2847-2013).

Tujuan utama dari struktur adalah memberikan kekuatan pada suatu

bangunan. Maka dari itu, Suatu konstruksi bangunan gedung juga harus

direncanakan kekuatannya terhadap suatu pembebanan. Struktur bangunan

dipengaruhi oleh beban mati (dead load) berupa berat sendiri, beban hidup (live

load) berupa penurunan pondasi, tekanan tanah atau air, pengaruh temperature

dan beban akibat gempa.

Suatu beban yang bertambah dan berkurang secara berkala disebut beban

bergoyang, beban ini sangat berbahaya apabila periode penggoyangnya berimpit

dengan periode struktur dan apabila beban ini diterapkan pada struktur selama

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 2

kurun waktu yang cukup lama, dapat menimbulkan lendutan. Lendutan yang

melampaui batas yang direncanakan dapat merusak struktur bangunan tersebut.

Maka rancangan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal

seperti apartemen, perkantoran, rumah sakit dan rumah susun memerlukan

pendekatan tim antara barbagai disiplin ilmu perancangan, fabrikasi bahan, dan

konstruksi bangunan. Walaupun pendekatan rancangan yang menyeluruh ini harus

diterapkan pada semua bangunan arsitektur, hal ini sangat penting apabila kita

kaitkan dengan skala bangunan tinggi yang memerlukan sistem penunjang

struktur yang rumit dimana gaya-gaya fisik dan lingkungan merupakan penentu

rancangan yang utama. Bangunan harus mampu menghadapi gaya-gaya vertikal

gravitasi dan gaya-gaya horizontal angin di atas tanah serta gaya-gaya gempa di

bawah tanah. Kulit bangunan harus menahan perbedaan suhu, tekanan udara dan

kelembaban antara lingkungan luar dan dalam bangunan. Elemen-elemen struktur

bangunan harus tanggap terhadap semua gaya ini batang-batangnya harus disusun

dan disambung satu sama lain sehingga dapat menyerap gaya-gaya ini dan

meneruskannya dengan aman ke tanah dengan usaha sesedikit mungkin. Pada

umumnya bangunan gedung bertingkat menggunakan struktur beton bertulang

meskipun tidak sedikit yang menggunakan struktur baja. Pada saat ini,

kecenderungan bahan beton yang digunakan pada elemen struktur gedung

bertingkat adalah beton Ready Mix. Kuat tekan untuk bahan ready-mix ini bisa

mencapai ( 62 Mpa ) jauh di atas beton biasa yang kuat tekannya hanya ( 25 MPa

– 30 Mpa ).

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 3

2.1.1 Beton Bertulang

Beton sudah dikenal masyarakat sejak lama dan hampir seluruh

masyarakat pernah melihat/melakukan kegiatan pelaksanaan pencampuran adukan

beton, baik dengan cara biasa berdasarkan pengalaman maupun dilakukan secara

teknis dengan pengendalian yang baik.

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,

atau agregat-agregat lain dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat

dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau

lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik

tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas dan waktu

pengerasan. (Mc Cormac, 2004:1)

Sifat utama dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, tetapi juga

bersifat getas/mudah patah atau rusak terhadap beban Tarik. Dalam perhitungan

struktur, kuat tarik beton ini biasanya diabaikan. Sedangkan sifat utama baja

tulangan, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban tekan. Karena baja

tulangan harganya mahal, maka sedapat mungkin dihindari penggunaan baja

tulangan untuk memikul beban tekan.

Dari sifat utama tersebut, maka jika kedua bahan (beton dan baja tulangan)

dipadukan menjadi satu-kesatuan secara komposit, akan diperoleh bahan baru

yang disebut beton bertulang. Beton bertulang ini mempunyai sifat sesuai dengan

sifat bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban

tekan. Beban tarik pada beton bertulang ditahan oleh baja tulangan, sedangkan

beban tekan cukup ditahan oleh beton.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 4

Dengan melihat definisi beton dan baja secara umum tersebut, maka dapat

kita simpulkan bahwa definisi dari beton bertulang adalah campuran campuran

dari bahan-bahan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), semen dan juga

air yang di dalamnya diberi tulangan dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak

kurang dari nilai minimum yang di syaratkan dengan atau tanpa prategang, dan

direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama

dalam memikul gaya-gaya yaitu lentur maupun lateral.

Berdasarkan penjelasan diatas maka beton bertulang tersusun dari

penggabungan antara beton dan tulangan baja.

1. Beton

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,

dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat.

Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir

dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah

karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya.

Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih

bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. Pada saat bahan-bahan tersebut

dicampurkan terjadi lah suatu reaksi kimia yang dinamakan proses hidrasi.

Hasilnya beton pun mengalami proses pengikatan yang diikuti dengan proses

pengerasan.

Kelebihan dan kekurangan (karakteristik) beton dibandingkan dengan

bahan bangunan lain diantaranya adalah, sebagai berikut :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 5

 Kelebihan Beton :

1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.

2. Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan

terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.

3. Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan

ukuran sesuai keinginan.

4. Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu

memikul beban yang berat.

5. Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang

retak maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses

perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke tempat yang posisinya

sulit.

6. Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan

tahan kebakaran.

 Kekurangan Beton :

1. Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh

karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).

2. Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat

dilatasi (expansion joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi

tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.

3. Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan

suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-

retak akibat perubahan suhu.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 6

4. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat

dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak

beton.

5. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di

detail secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja

tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

Beton sebagaimana kita ketahui adalah material yang kuat menahan gaya

tekan, dan sangat lemah menahan gaya tarik. Makanya tegangan pada beton yang

paling sering diamati adalah tegangan tekannya, bukan tegangan tarik. Ketika

beton menerima tegangan tekan beton akan memendek, mengalami perubahan

panjang atau terjadi regangan. Dan regangannya itu linear.

Namun perilaku linearnya itu tidak bertahan lama, apabila tegangannya ditambah

terus menerus, maka regangannya tetap naik, tetapi perilaku betonnya sudah tidak

linear lagi.

Dan tegangan itu mencapai puncak tegangan yaitu fc’ di sekitar regangan

0.002, kemudian turun sedikit hingga hancur di regangan 0.003. ini tipikal

perilaku beton pada umumnya menurut Hassoun dan Al-Manaseer, dalam

bukunya yang berjudul structural concrete – theory dan design dan bisa kita amati

pada Gambar 2.1 berikut ini.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 7

Sumber: http://strukturbeton.web.id/blog/kurvategangan-regangan-beton/

(20/11/2016, 16:35)

Keterangan gambar : 1000 psi = 6.9 Mpa.

Gambar 2.1 Kurva hubungan tegangan regangan pada beton

Berikut lebih sederhananya lagi mengenai grafik tegangan-regangan beton

yang dinyatakan dalam bentuk kurva hubungan tegangan-regangan dibawah ini.

Dapat kita amati bahwa terdapat beberapa titik acuan yang menandakan fase

terjadinya tegangan maupun regangan pada beton. Terdapat empat fase kurva

tegangan-regangan pada beton, dimulai dari titik awal, kemudian secara kontinue

beton menerima tegangan tekan hingga akhirnya beton mengalami perubahan

panjang atau terjadi regangan dan regangannya itu linear. Namun perilaku

liniernya itu tidak bertahan lama apabila tegangan terus dinaikan, reganagan tetap

naik hingga beton mengalami titik luluh artinya regangnya sudah tidak linear lagi,

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 8

beton masih dapat menerima beban hingga titik ultimate (ultimate tensile

strength), selanjutnya terakhir fase beton mengalami keruntuhan (titik putus).

Gambar 2.2 Diagram hubungan tegangan-regangan pada beton

2. Baja Tulangan

Baja adalah logam yang terbentuk dari campuran besi dan karbon. Dalam

struktur beton bertulang, baja digunakan sebagai tulangan yang ditanam di dalam

beton. Tulangan baja diklaim sangat kuat terhadap beban tarik dan beban tekan.

Namun karena harga tulangan baja terbilang mahal, maka hindari memanfaatkan

tulangan baja untuk menopang beban tekan suatu bangunan. Adapun standar pada

struktur baja di Indonesia dijelaskan dalam SNI 03-1729-2002.

Tulangan baja yang digunakan dalam pembuatan beton bertulang bisa

berupa besi polos maupun besi ulir. Simbol untuk menyatakan diameter polos

adalah Ф dan pada besi ulir dituliskan dengan D. Di bawah ini contoh-contoh

penulisan keterangan dan ukuran suatu baja.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 9

Kelebihan dan kekurangan (karakteristik) tulangan baja dibandingkan

dengan bahan bangunan lain diantaranya adalah, sebagai berikut :

 Kelebihan Baja :

1. Kuat tarik (juga kuat tekan) tinggi, memungkinkan membuat struktur

yang langsung dengan bentang yang panjang.

Hal lain dapat mempertinggi ruang efektif bangunan serta volume

ruang.

2. Kemudahan pemasangan, dapat difabrikasi di bengkel, selanjutnya

dipasang di lapangan. Profil baja sudah standar serta mudah diperoleh

3. Homogen, Sifat baja lebih homogen karena proses produksinya

dikendalikan dengan baik. Faktor ketidakpastian mutu bahan lebih

kecil.

4. Daktail, Dapat mengalami deformasi yang besar pada tegangan yang

cukup tinggi sehingga dapat mencegah robohnya bangunan secara

tiba-tiba.

5. Proses perakitan di lapangan berlangsung cepat.

 Kekurangan Baja :

1. Lemah terhadap suhu relatif tinggi bila dibandingkan dengan bahan

beton, mudah meleleh (bukan terbakar). Bahan kayu dengan dimensi

besar juga lebih tahan terhadap serangan api.

2. Perlu biaya pemeliharaan dari bahaya karat.

3. Mudah menekuk karena komponen yang langsing.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 10

Baja tulangan yang digunakan untuk perencanaan harus mengunakan baja

tulangan ulir/sirip (deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar) hanya

dapat digunakan untuk tulangan spiral dan tendon, kecuali untuk kasus-kasus

tertentu.

Baja termasuk dalam kategori benda yang memiliki bentuk hubungan

tegangan-regangan. Jika sebuah benda diberi gaya tarik atau tekan, maka benda

tersebut akan meregang (berdeformasi memanjang atau memendek), Namun jika

suatu ketika gaya tersebut dihilangkan, maka benda tersebut akan kembali seperti

semula (seperti sebelum diberi gaya). Keadaan ini disebut sebagai keadaan elastis,

yaitu suatu keadaan dimana benda kembali dari bentuk deformasinya ketika

beban/gaya yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan. Dalam kondisi elastis,

besarnya gaya berbanding lurus dengan besarnya deformasi.

Namun ada suatu keadaan dimana jika gaya atau beban yang bekerja pada

benda tersebut ditambah besarnya, benda tersebut tidak bisa kembali ke bentuk

semula atau kembali seperti sebelum benda tersebut berdeformasi. Keadaan ini

disebut sebagai keadaan Plastis atau Inelastis. Pada kondisi awal dimana beban

bekerja, perpanjangan (deformasi) akan hilang jika beban dihilangkan. Tapi jika

beban terus ditingkatkan sehingga tegangan terus bertambah, maka pada suatu

titik atau batas tertentu, perpanjangannya tidak bisa hilang seluruhnya alias terjadi

regangan permanen. Titik dimana mulai terjadi perpanjangan (deformasi) secara

permanen adalah titik leleh, sedangkan regangan yang terjadi saat titik ini terjadi

disebut sebagai regangan leleh dan tegangan yang mengakibatkannya disebut

tegangan leleh. Saat titik leleh ini tercapai, maka hubungan tegangan-regangan

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 11

sudah tidak linear lagi, perpanjangan (deformasi) dari benda sudah tidak elastis

lagi, tapi sudah plastis atau inelastis, jadi sedikit saja tegangannya dinaikan, maka

perpanjangan (deformasi) akan menjadi berkali-kali lipat jika dibandingkan saat

deformasinya masih elastis.

Dan seandainya tegangan terus ditambah, maka pada suatu titik tertentu

perpanjangan (deformasi) akan mencapai batasnya. Titik saat deformasinya sudah

mencapai batas disebut titik batas atau titik ultimate. Dimana saat titik ini tercapai,

deformasi benda sudah mencapai puncaknya (tinggal menunggu saat untuk putus /

runtuh saja), tidak ada kenaikan tegangan yang berarti tapi deformasi (regangan)

yang terjadi terus bertambah, ini ditunjukan dengan garis kurva yang turun setelah

titik batas tercapai (lihat Gambar 2.3), sehingga sampai suatu titik dimana

deformasi (regangan) sudah mencapai putus (runtuhnya). Titik dimana regangan

sudah mencapai runtuh (putus) disebut sebagai titik putus / runtuh, dan regangan

yang terjadi disebut sebagai regangan putus/runtuh.

Gambar 2.3 Diagram hubungan tegangan regangan pada baja tulangan

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 12

Untuk meningkatkan kekuatan lekatan antara tulangan dengan beton di

sekelilingnya telah dikembangkan jenis tulangan uliran pada permukaan tulangan,

yang selanjutnya disebut sebagai baja tulangan deform atau ulir. Mengacu SII-

0136-80, Dipohusodo menyebutkan pengelompokan baja tulangan untuk beton

bertulang sebagaimana ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Jenis dan kelas baja tulangan menurut SII 0136-80

Batas Ulur Kuat Tarik


Jenis Kelas Simbol
Maksimum (MPa) Minimum (MPa)

Polos 1 BJTP-24 235 382

2 BJTP-30 294 480

Ulir 1 BJTD-24 235 382

2 BJTD-30 294 480

3 BJTD-35 343 490

4 BJTD-40 392 559

5 BJTD-50 490 610

Sumber : Mengacu SII 0136-80 dalam buku Struktur Beton Bertulang oleh
Istimawan Dipohusodo

Berdasarkan SNI 03-2847-2013, untuk melindungi tulangan terhadap

bahaya korosi maka di sebelah tulangan luar harus diberi selimut beton. Untuk

beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus disediakan untuk

tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Batasan tebal selimut beton bertulang

Tebal Selimut
Kondisi Struktur
(mm)

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 13

a) Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu

berhubungan dengan tanah 70

b) Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca :

- Batang D-19 hingga D-56 50

- Batang D-16, jaring kawat polos P16 atau ulir D16

dan yang lebih kecil 40

c) Beton yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca

atau tanah :

Pelat dinding, pelat berusuk :

- Batang D-44 dan D-56 40

- Batang D-36 dan yang lebih kecil 20

Balok, kolom :

- Tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral 40

Komponen struktur cangkang, pelat melipat :

- Batang D-19 dan yang lebih besar 20

- Batang D-16, jaring kawat polos P16 atau ulir D16

dan yang lebih kecil 15

Sumber : Persyaratan Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2013

2.1.2 Karakteristik dan Jenis-jenis Pembebanan

Tujuan utama dari rancang bangun struktur adalah untuk menyediakan

ruang agar dapat digunakan untuk berbagai macam fungsi, aktifitas atau

keperluan. Contoh dari pemanfaatan struktur antara lain adalah :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 14

 Struktur bangunan gedung (building) yang digunakan untuk tempat hunian

atau beraktifitas,

 Struktur jembatan (bridge) atau terowongan (tunnel) yang digunakan

untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat lainnya.

 Struktur bendungan, yang digunakan untuk penampungan dan pengelolaan

/ pemanfaatan air, dan masih banyak lagi bentuk struktur.

Karena struktur terbuat dari bahan yang bermassa, maka struktur akan

dipengaruhi oleh beratnya sendiri. Berat sendiri dari struktur dan elemen-elemen

struktur disebut sebagai beban mati (dead load) . Selain beban mati, struktur

dipengaruhi juga oleh beban-beban yang terjadi akibat penggunaan ruangan.

Beban ini disebut sebagai beban hidup (live load). Selain itu struktur dipengaruhi

juga oleh pengaruh-pengaruh dari luar akibat kondisi-kondisi alam seperti

pengaruh angin, salju, gempa, atau dipengaruhi oleh perbedaan temperatur, serta

kondisi lingkungan yang merusak (misalnya pengaruh bahan kimia, kelembaban,

atau pengkaratan).

Dalam meninjau suatu beban, kita tidak boleh hanya menentukan besaran

atau intensitasnya saja, tetapi juga harus meninjau dalam kondisi bagaimana

beban tersebut diterapkan pada struktur.

Sehubungan dengan sifat elastisitas dari bahan-bahan struktur, setiap

sistem atau elemen struktur akan berdeformasi jika dibebani, dan akan kembali

kebentuknya yang semula jika beban yang bekerja dihilangkan. Oleh karena itu

struktur mempunyai kecenderungan untuk bergoyang kesamping (sidesway), atau

melentur ke bawah (deflection ) jika dibebani.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 15

Waktu yang diperlukan oleh struktur untuk melakukan suatu goyangan

lengkap, disebut periode getar atau waktu getar struktur. Suatu struktur biasanya

mempunyai sejumlah periode getar, dimana periode getar yang terpanjang disebut

periode dasar atau periode alami (fundamental period). Pada umumnya bangunan-

bangunan Teknik Sipil mempunyai kekakuan lateral yang beraneka ragam,

sehingga mempunyai periode getar yang berlainan juga. Periode getar dari

struktur bangunan Teknik Sipil, pada umumnya berkisar antara 0,2 detik untuk

bangunan yang rendah atau sangat kaku, sampai 9 detik untuk bangunan yang

sangat tinggi atau sangat fleksibel.

Dalam merencanakan struktur bangunan bertingkat analisis terhadap beban

– beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Pedoman Perencanaan

Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SKBI-1.3.53.1987. Beban–beban tersebut

penulis uraikan sebagai berikut :

1. Beban Mati (Dead Load)

Untuk keperluan analisis dan desain struktur bangunan, besarnya beban

mati harus ditaksir atau ditentukan terlebih dahulu. Beban mati adalah beban-

beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur dan mempunyai karakteristik

bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis, dan partisi. Berat dari

elemen-elemen ini pada umumnya dapat diitentukan dengan mudah dengan

derajat ketelitian cukup tinggi. Untuk menghitung besarnya beban mati suatu

elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut berdasarkan

volume elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah

ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 16

peraturan pembebanan. Volume suatu material biasanya dapat dihitung dengan

mudah, tetapi kadang kala akan merupakan pekerjaan yang berulang dan

membosankan.

Beban mati juga dapat diartikan merupakan berat dari semua bagian dari

suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-

penyelesaian, mesin – mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari gedung itu.

Berat satuan atau berat sendiri dari beberapa material konstruksi dan

komponen bangunan gedung dapat ditentukan dari peraturan yang berlaku di

Indonesia yaitu Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 atau

peraturan tahun 1987. Informasi mengenai berat satuan dari berbagai material

konstruksi yang sering digunakan perhitungan beban mati dicantumkan dalam

tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Berat Sendiri Material Gedung dan Komponen Gedung

3
Material Gedung Berat (kg/m )
Baja 7850
Batu alam 2600
Batu belah, batu bulat, batu gunung ( berat tumpuk ) 1500
Batu karang ( berat tumpuk ) 700
Batu pecah 1450
Besi tuang 7250
Beton 2200
Beton Bertulang 2400
Kayu ( kelas I ) 1000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa
diayak) 1650
Pasangan bata merah 1700
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200
Pasangan batu cetak 2200

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 17

Pasangan batu karang 1450


Pasir (kering udara sampai lembab) 1600
Pasir (jenuh air) 1800
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1850
Tanah lempung dan lanau ( kering udara sampai
lembab ) 1700
Tanah lempung dan lanau ( basah) 2000
Timah hitam 11400
Komponen Gedung Kg/m2
Adukan, per cm tebal
- Dari semen 21
17
- Dari kapur, semen merah atau tras
Aspal, termasuk bhan-bahan mineral penambah, per
cm tebal 14
Dinding pasangan bata merah
- Satu bata 450
- Setengah bata 250

Dinding pasangan batako


Berlubang :
- Tebal dinding 20 cm (HB 20) 200
- Tebal dinding 10 cm (HB 10) 120
Tanpa Lubang :
- Tebal dinding 15 cm 300
- Tebal dinding 10 cm 200
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya
tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri
dari :
- Semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis),
dengan tebal maksimum 4 mm
11
- Kaca, dengan tebal 3 – 5 mm 10
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa
langit-langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk
beban hidup maksimum 200 kg/m2 40
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang
maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m 7
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per
m2 bidang atap 50
Penutup atas sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2
bidang atap 40
Penutup atap seng gelombang (BJLS-25) tanpa

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 18

gordeng 10
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan
beton, tanpa adukan, per cm tebal 24
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11
Sumber: Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
SKBI-1.3.53.1987

2. Beban Hidup (Live Load)

Fungsi dari elemen struktur khususnya pelat lantai, adalah untuk

mendukung beban-beban hidup yang dapat berupa berat dari orang-orang atau

hunian, perabot, mesin-mesin, peralatan, dan timbunan-timbunan barang.

Beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban–beban pada lantai

yang berasal dari barang–barang yang dapat berpindah, mesin–mesin serta

peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan

dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibakan

perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap ke

dalam beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat

genangan maupun akibat tekanan jatuh ( energi kinetik ) butiran air. Meskipun

dapat berpindah-pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja secara

perlahan-lahan pada struktur. Yang termasuk ke dalam beban penggunaan adalah

berat manusia, perabot, barang yang disimpan, dan sebagainya. Semua beban

hidup mempunyai karakteristik dapat berpindah atau bergerak. Secara umum

beban ini bekerja dengan arah vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat juga

berarah horisontal.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 19

Beban hidup yang bekerja pada struktur dapat sangat bervariasi, sebagai

contoh seseorang dapat berdiri di mana saja dalam suatu ruangan, dapat

berpindah-pindah, dapat berdiri dalam satu kelompok. Perabot atau barang dapat

berpindah-pindah dan diletakkan dimana saja di dalam ruangan. Dari penjelasan

ini, jelas tidak mungkin untuk meninjau secara terpisah semua kondisi

pembebanan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu dipakai suatu pendekatan

secara statistik untuk menetapkan beban hidup ini, sebagai suatu beban statik

terbagi merata yang secara aman akan ekuivalen dengan berat dari pemakaian

terpusat maksimum yang diharapkan untuk suatu pemakaian tertentu.

Beban hidup aktual sebenarnya yang bekerja pada struktur pada umumnya

lebih kecil dari pada beban hidup yang direncanakan membebani struktur. Akan

tetapi, ada kemungkinan beban hidup yang bekerja sama besarnya dengan beban

rencana pada struktur. Jelaslah bahwa struktur bangunan yang sudah direncanakan

untuk penggunaa tertentu harus diperiksa kembali kekuatannya apabila akan

dipakai untuk penggunaan lain. Sebagai contoh, bangunan gedung yang semula

direncanakan untuk apartemen tidak akan cukup kuat apabila digunakan untuk

gudang atau kantor.

Besarnya beban hidup terbagi merata ekuivalen yang harus diperhitungkan

pada struktur bangunan gedung, pada umumnya dapat ditentukan berdasarkan

standar yang berlaku. Beban-beban hidup untuk bangunan gedung tersebut penulis

uraikan dalam tabel sebagai berikut.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 20

Tabel 2.4 Beberapa Intensitas Beban Hidup

3
Beban Hidup Berat (kg/m )
a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut
dalam b 200
b. Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan
gudang-gudang tidak penting yang bukan untuk toko,
125
pabrik atau bengkel
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
restoran, hotel, asrama dan rumah sakit 250
d. Lantai ruang olahraga
400
e. Lantai ruang dansa 500
f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk
pertemuan yang lain daripada yang disebut dalam a s/d e,
seperti mesjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat,
bioskop dan panggung penonton dengen tempat duduk 400
tetap
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap
atau untuk penonton yang berdiri 500
h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam c
300
i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam d, e, f dan g
500
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d,
e, f dan g 250
k. Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan,
ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan
ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup 400
yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
l. Lantai gedung parkir bertingkat:
- Untuk lantai bawah
800
- Untuk lantai tingkat lainnya 400
m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang
berbatasan, dengan minimum 300
Sumber: Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
SKBI-1.3.53.1987

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 21

3. Beban Angin (Wind Load)

Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari

kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian

bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin,

akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi

kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan

atau hisapan pada bangunan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi besar gaya yang ada pada saat udara

bergerak disekitar benda adalah kecepatan angin. Kecepatan angin rencana untuk

berbagai lokasi geografis ditentukan dari observasi empiris Kecepatannya sekitar

60 mph (96 km/jam) sampai sekitar 100 mph (161 km/jam) dan didaerah pantai

sekitar 120 mph (193 km/jam). Kecepatan rencana biasanya didasarkan atas

periode 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin tinggi dengan ketinggian

di atas tanah, maka tinggi kecepatan rencana juga demikian. Selain itu perlu juga

diperhatikan apakah bangunan itu terletak diperkotaan atau di pedesaan. Analisis

yang lebih rumit juga memasukkan renpos-embusan yang merupakan fungsi dari

ukuran dan tinggi struktur, kekasaran permukaan, dan benda-benda lain disekitar

struktur. Peraturan bangunan lokal harus diperhatikan untuk menentukan beban

angin atau kecepatan rencana.

Bedasarkan PPUG 1987 untuk menghitung pengaruh angin pada struktur

bangunan dapat disyaratkan sebagai berikut :

- tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 22

- tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai

harus diambil minimum 40 km/m2

- untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mungkin

mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar, tekanan tiup angin (p)

dapat ditentukan berdasarkan rumus :

v2
p  (kg / m 2 ) …………………………………………..........(2.1.1)
16

Dimana : v adalah kecepatan angin (m/detik).

Sedangkan koefisien angin untuk gedung tertutup :

a. Dinding vertikal

- Di pihak angin …………………………………………. + 0,9

- Di belakang angin ……………………………………… - 0,40

b. Atap segitiga dengan sudut kemiringan α

- Dipihak angin : α < 65° ………………………………. .0,02α–0,4

65° < α <90° ……………………………… + 0,90

- Dibelakang angin, untuk semua α …………….……….. - 0,40

4. Beban Gempa (Earth Quake Load)

Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada

kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi salah satu

yang utama adalah benturan pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi

permukaan kerak bumi. Lokasi gesekan ini terjadi disebut fault zones. Kejutan

yang berkaitan dengan benturan tersebut menjalar dalam bentuk gelombang.

Gelombang ini menyebabkan permukaan bumi dan bangunan di atasnya bergetar.

Pada saat bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 23

adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari

gerakan. Gaya yang timbul ini disebut inersia. Besar gaya-gaya tersebut

bergantung pada banyak faktor. Massa bangunan merupakan faktor yang paling

utama karena gaya tersebut melibatkan inersia. Faktor lain adalah bagaimana

massa tersebut terdistribusi, kekakuan struktur, kekakuan tanah, jenis pondasi,

adanya mekanisme redaman pada bangunan, dan tentu saja perilaku dan besar

getaran itu sendiri. Yang terakhir ini sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya

yang acak ( random ) sekalipun kadangkala dapat juga tertentu. Gerakan yang

diakibatkan tersebut berperilaku tiga dimensi. Gerakan tanah horizontal biasanya

merupakan bentuk terpenting dalam tinjauan desain struktural.

Massa dan kekakuan struktur, juga periode alami getaran yag berkaitan,

merupakan faktor terpenting, yang mempengaruhi respon keseluruhan struktur

terhadap gerakan dan besar serta perilaku gaya-gaya yang timbul sebagai akibat

gerakan tersebut. Salah satu cara untuk memahami fenomena-fenomena yang

terlibat dapat ditinjau terlebih dahulu bagaimana suatu struktur kaku memberikan

respon terhadap gerak getaran sederhana. Struktur mempunyai fleksibilitas seperti

umumnya struktur gedung. Secara umum dalam peraturan SNI-1726-2012 proses

garis besarnya masih sama, namun zonasi gempanya suda lebih detail (halus)

dibandingkan peraturan SNI-1726-2002. Tiap kota atau tempat di Indonesia akan

memiliki grafik spectrum respons masing-masing, tidak hanya terbatas pada 6

Wilayah Gempa seperti sebelumnya.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 24

Sumber:http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar 2.4 Peta Zonasi Gempa Indonesia

Sumber:http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar 2.5 Grafik Spektrum Respons Gempa Kota Jakarta


Prosedur analisis dan desain sismik yang digunakan dalam perencanaan

struktur bangunan gedung dan komponennya harus seperti yang ditetapkan dalam

pasal 7 SNI-1726-2012. Struktur bangunan gedung harus memiliki sistem

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 25

penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap, yang mampu memberikan

kekuatan, kekakuan, dan kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan

gerak tanah desain dalam batasan-batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan

yang disyaratkan. Gerak tanah desain harus diasumsikan terjadi di sepanjang

setiap arah horizontal struktur bangunan gedung. Kecukupan sistem struktur harus

ditunjukkan melalui pembentukan model matematik dan pengevaluasian model

tersebut untuk pengaruh gerak tanah desain. Gaya gempa desain, dan distribusinya

di sepanjang ketinggian struktur bangunan gedung, harus ditetapkan berdasarkan

salah satu prosedur yang sesuai dan gaya dalam serta deformasi yang terkait pada

komponen elemen struktur tersebut harus ditentukan. Prosedur alternatif yang

disetujui tidak boleh dipakai untuk menentukan gaya gempa dan distribusinya

kecuali bila gaya-gaya dalam dan deformasi yang terkait pada komponen/elemen

strukturnya ditentukan menggunakan model yang konsisten dengan prosedur yang

diadopsi.

SNI 03-1726-2012 menentukan bahwa analisis beban gempa dapat

dilakukan dengan 3 prosedur, yaitu analisis gaya lateral ekivalen, analisis

spektrum respons ragam, dan prosedur riwayat respons seismik. Penentuan

prosedur analisis yang dapat digunakan bergantung pada kategori desain seismik

struktur, sistem struktur, properti dinamis, dan keteraturan. Ketentuan prosedur

analisis yang diizinkan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung sesuai SK-SNI

1726:2012 tentang pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 26

suatu faktor keutamaan Iₑ dan jenis pemanfaatan pada rumah susun/apartemen

menurut SK-SNI 1726:2012 termasuk kategori risiko kelas II.

Tabel 2.5 Faktor Keutamaan Gempa

Kategori Risiko Faktor Keutamaan Gempa, Iₑ

I atau II 1,0

III 1,25

IV 1,50

Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan


gedung dan non gedung SNI 1726:2012

Tabel 2.6 Prosedur Analisis Yang Diizinkan (SNI 1726:2012 Tabel 13)

Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan


gedung dan non gedung SNI 1726:2012

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 27

1) Prosedur klasifikasi situs untuk desain seismik

Klasifikasi situs merupakan penjelasan mengenai prosedur untuk klasifikasi

suatu situs untuk memberikan kriteria desain seismik berupa faktor-faktor

amplifikasi pada bangunan. Dan dalam perumusan kriteria desain seismik suatu

bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan

gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs

tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Penetapan kelas situs harus

melalui penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan oleh

otoritas yang berwenang atau ahli desain geoteknik. Penentuan jenis tanah nanti

didasarkan pada hasil pengujian N-SPT.

Tabel 2.7 Klasifikasi situs

Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan


gedung dan non gedung SNI 1726:2012

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 28

2) Perhitungan Spectrum Respons Desain

a) Untuk penentuan respons parameter spektral percepatan gempa MCER di

permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2

detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi

getaran terkait percepatan pada getaran peiode pendek (Fₐ) dan faktor

amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran peiode 1 detik (Fᵥ).

Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda

1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus

ditentukan dengan perumusan berikut ini :

SMS = FₐSS

SM1 = FᵥS1

Keterangan :

SS = parameter respons spektral gempa MCER terpetakan untuk perioda pendek

S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda

1,0 detik.

Tabel 2.8 Koefisien situs, Fₐ

Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan


gedung dan non gedung SNI 1726:2012

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 29

Tabel 2.9 Koefisien situs, Fᵥ

Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan


gedung dan non gedung SNI 1726:2012
b) Menghitung parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek SDS,

dan pada perioda 1 detik SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini:

SDS = ⅔ SMS

SD1= ⅔ SM1

c) Membuat spektrum respons desain dengan acuan mengikuti SK-SNI

1726:2012

1. Untuk membuat periode yang lebih kecil dari T0, nilai Sa menggunakan

persamaan berikut :

𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝑑𝑠 (0,4 + 0,6 )
𝑇0

2. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari

atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain Sa sama dengan

Sds.

3. Untuk periode lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain Sa

diambil menggunakan persamaan :

𝑆𝑑1
𝑆𝑎 =
𝑇

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 30

Keterangan :

SDS = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek

SD1= parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik

T = perioda getar fundamental struktur

𝑆𝑑1
𝑇0 = 0,2
𝑆𝑑𝑠

𝑆𝑑1
𝑇𝑠 =
𝑆𝑑𝑠

Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan


gedung dan non gedung SNI 1726:2012
Gambar 2.6 Spektrum respons desain

d) Menghitung koefisien respons seismik (Cs)

Faktor keutamaan gempa menurut SNI 1726-2012 pasal 7.8.1 dapat

dilihat menurut kategori risiko.

Koefisien respons seismik, Cs harus dihitung dengan persamaan :


𝑆𝐷𝑆 0,737
𝐶𝑠 = 𝑅 = 8 = 0,138
( ) ( )
𝐼𝑒 1,5

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 31

Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan di atas tidak boleh

melebihi :

𝑆1 0,395
𝐶𝑠 (𝑚𝑎𝑘𝑠) = = = 0,246
𝑅 8
𝑇 ( 𝐼 ) 0,3 ( )
1,5

Nilai Cs yang dihitung juga tidak boleh kurang dari :

Cs (min) = 0,044 . Sds . Ie > 0,01

3) Perhitungan Beban Geser Dasar Seismik Statik Ekivalen

Beban gempa di dapat dari hasil perhitungan gaya geser dasar seismik (V)

yang diperoleh dari rumus :

V = Cs . W………………………………………………….. (2.1.2)

Keterangan :

Cs = koefisien respons seismik

W = berat seismik efektif

Koefisien respons seismik Cs, harus ditentukan sesuai dengan persamaan

berikut :

𝑆𝐷𝑆
𝐶𝑠 = 𝑅 …………………………………………………… (2.1.3)
(𝐼 )
𝑐

Keterangan :

SDS = parameter percepatan spectrum respons desain dalam rentang

perioda pendek

R = faktor modifikasi respons

Ic = faktor keutamaan gempa

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 32

Pada Distribusi vertikal gaya gempa, gaya gempa lateral (FX) (kN) yang

timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut :

Fx = Cvx . V……………………………………………....... (2.1.4)

dan

𝑤𝑥 ℎ𝑘𝑥
𝐶𝑣𝑥 = ………………………………………….... (2.1.5)
∑𝑛𝑖=1 𝑤𝑖 ℎ𝑘𝑖

Keterangan :

Cvx = faktor distribusi vertikal

V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur, dinyatakan

dalam kilonewton (kN)

wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang

ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x

hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, dinyatakan dalam

meter (m)

k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai

berikut :

untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik

atau lebih, k = 2 untuk struktur yang mempunyai perioda

antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar 2 atau harus

ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2

Sedangkan pada distribusi horizontal gaya gempa, geser tingkat desain

gempa di semua tingkat (Vx) (kN) harus ditentukan dari persamaan berikut:

𝑉𝑥 = ∑𝑛𝑖=𝑥 𝐹𝑖……………………………………………....... (2.1.6)

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 33

Keterangan :

Fi adalah bagian dari geser dasar seismic (V) yang timbul di tingkat i,

dinyatakan dalam kilo newton (kN)

Geser tingkat desain gempa (Vx) (kN) harus didistribusikan pada berbagai

elemen vertikal system penahan gaya gempa di tingkat yang ditinjau berdasarkan

pada kekakuan lateral relative elemen penahan vertikal dan diagfragma.

5. Beban Hujan, Salju dan Es

Beban salju hanya perlu dipertimbangkan untuk atap dan daerah lain pada

bangunan yang mengumpulkan salju seperti pada peralatan terbuka, balkon dan

teras. Beban salju, seperti disyaratkan oleh peraturan, didasarkan atas salju

maksimum pada tanah. Pada umumnya beban ini lebih tinggi dari pada beban

salju yang bekerja pada atap karena angin akan meniup salju yang longgar dari

atap atau salju akan mencair dan menguap karena kehilangan panas melalui kulit

atap. Persyaratan bangunan biasanya membolehkan pengurangan persentase dari

nilai beban pada atap pelana karena salju dapat meluncur dari atap tersebut. Akan

tetapi, beberapa kondisi atap dapat mempengaruhi perilaku angin yang kemudian

menghasilkan akumulasi beban salju setempat.

Unsur air jarang diperhitungkan ketika membuat perhitungan beban hidup,

faktor ini harus diperhatikan ketika sedang merancang. Beban hujan pada

umumnya tidak sebesar beban salju, tetapi harus diingat bahwa adanya akumulasi

air akan menghasilkan beban yang cukup besar. Beban yang besar terjadi pada

atap datar karena saluran yang mampat. Dengan menggenangnya air, atap akan

mengalami lendutan sehingga air akan semakin mengumpul dan mengakibatkan

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 34

lendutan yang semakin besar. Proses ini dinamakan genangan (ponding) dan

akhirnya dapat menyebabkan runtuhnya atap.

2.1.3 Kombinasi Pembebanan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa jenis beban yang

bekerja pada setiap struktur. Hal penting dalam menentukan beban desain adalah

pertanyaan apakah semua beban tersebut bekerja secara simultan atau tidak.

Beban mati selalu ada pada struktur sedangkan yang berubah-ubah harganya

adalah besar beban hidup dan kombinasi beban hidup.

Struktur dapat dirancang untuk memikul semua beban maksimum yang

bekerja secara simultan, tetapi struktur demikian, bagaimanapun akan berkekuatan

sangat berlebihan untuk kombinasi beban yang secara aktual mungkin terjadi

selama umur struktur. Berkenaan dengan ini banyak peraturan atau rekomendasi

mengenai reduksi beban desain apabila ada kombinasi beban tersebut.

Untuk beban pengguna pada gedung bertingkat banyak sangat tidak

mungkin semua lantai secara simultan memikul beban penggunaan maksimum.

Oleh sebab itu ada reduksi yang diizinkan dalam beban desain untuk

merencanakan elemen struktur dengan memperhatikan efek kombinasi dan beban

hidup dari banyak lantai.

Dengan mengacu pada kombinasi pembebanan Menurut pasal 9.2 SNI–

2847–2013, Agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan

layak pakai terhadap bermacam – macam kombinasi beban, maka harus dipenuhi

ketentuan dari kombinasi – kombinasi beban berfaktor sebagai berikut :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 35

1. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama

dengan

U = 1,4 D................................................................................ (2.1.7)

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga

beban atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)………………………… (2.1.8)

Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan

dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W

berikut harus ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu:

U = 1,2 D + 1,6 (A atau R) + (1,0 L atau 0,5 W)…………… (2.1.9)

U = 1,2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5 (A atau R)……………….. (2.1.10)

Dimana kombinasi beban harus memperhitungkan kemungkinan beban

hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling

berbahaya, dan

U = 0,9 D ± 1,0 W…………………………………………….. (2.1.11)

Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W, kuat

perlu U tidak boleh kurang dari Pers. (2.3.8)

2. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa (E) harus diperhitungkan

dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai:

U = 0,9 D  1,0 E…………………………………………… (2.1.12)

Dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI -1726 - 2012

tentang standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan

gedung.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 36

Keterangan :

U = Kombinasi beban terfaktor

D = Beban mati ( Dead Load )

L = Beban hidup ( Live Load )

A = Beban hidup atap

R = Beban air hujan

W = Beban angin ( Wind Load )

E = Beban gempa ( Earth Quake Load )

2.1.4 Sistem Bekerjanya Beban

Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi,

yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di

bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih

kecil.

Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen-elemen struktur

gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat

lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal

didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar

melalui pondasi.

2.1.5 Faktor Keamanan

Agar dapat terjamin bahwa suatu struktur yang direncanakan mampu

menahan beban yang bekerja, maka pada perencanaan struktur digunakan faktor

keamanan tertentu. Faktor keamanan ini terdiri atas 2 jenis, yaitu :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 37

1. Faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja pada

struktur, disebut faktor beban.

2. Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam),

disebut faktor reduksi kekuatan (  ).

2.1.5.1 Faktor Reduksi Kekuatan

Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen

struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan (  ), yang nilainya ditentukan

menurut pasal 11.3 SNI – 2847 – 2013 sebagai berikut :

1. Reduksi kekuatan lentur, tanpa beban aksial : 0,90

2. Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur :

(a) Reduksi beban aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,90

(b) Reduksi beban aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur :

Komponen struktur dengan tulangan spiral : 0,75

Komponen struktur lainnya : 0,65

3. Reduksi untuk geser dan torsi : 0,75

4. Tumpuan pada beton : 0,65

5. Daerah angkur pasca tarik : 0,85

6. Model strat dan pengikat, dan strat, pengikat, daerah pertemuan

(nodal), dan daerah tumpuan dalam model tersebut : 0,75

7. Penampang lentur dalam komponen struktur pratarik dimana

penanaman strand kurang dari panjang penyaluran :

(a) Dari ujung komponen struktur ke ujung panjang transfer : 0,75

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 38

(b) Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang penyaluran  boleh

ditingkatkan secara linier dari :0,75-0,90

2.2 Analisa Struktur Menggunakan Program ETABS v9.2

Perkembangan ilmu teknik sipil dirasakan begitu cepat karena adanya

keinginan dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat, seperti banyaknya

gedung-gedung tinggi, jembatan, bangunan air, dan sarana prasarana lainnya.

Sekarang untuk merencanakan semua itu tidak terlalu menjadi masalah dan bisa

dilakukan dengan cepat karena kecanggihan teknologi untuk mendesain bangunan

sipil.

Program ETABS v9.7.2 adalah salah satu program komputer yang

digunakan khusus untuk menganalisa struktur gedung dengan konstruksi beton,

baja dan komposit yang telah dikenal luas dikalangan Teknik Sipil. Software

tersebut mempunyai tampilan yang hampir sama dengan SAP karena

dikembangkan oleh perusahaan yang sama (Computers and Structures Inc, CSI).

Seiring dengan perkembangannya perangkat keras komputer, terutama prosesor

yang mempunyai kemampuan kecepatan semakin tinggi, perangkat lunak juga

berkembang mengikuti kemajuan perangkat keras. Secara garis besar,

perancangan model struktur baik truss maupun frame dengan software ETABS

v9.7.2 ini akan melalui 10 tahapan yaitu :

1. Samakan Satuan

2. Buat Model Struktur

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 39

3. Definisikan Material yang dipakai

4. Definisikan Profil yang dipakai

5. Aplikasikan Profil pada Struktur

6. Definisikan Beban

7. Aplikasikan Beban

8. Cek Gambar Struktur – Model ETABS

9. Run Analisis

10. Cek Hasil Analisa

Salah satu kelebihan program ini adalah kita tidak hanya berhenti pada

analisa struktur ( untuk mengetahui gaya dalam yang timbul ) saja, tetapi juga bisa

melanjutkan ke bagian check/desain struktur untuk mengetahui luas tulangan

lentur dan geser untuk balok maupun kolom.

2.3 Desain Elemen Struktur

Proses desain elemen struktur dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

(1) Desain umum, merupakan peninjauan secara garis besar keputusan-keputusan

desain. Tipe struktur dipilih dari berbagai alternatif yang memungkinkan. Tata

letak struktur, geometri atau bentuk bangunan, jarak antar kolom, tinggi lantai dan

material bangunan ditetapkan secara baik dalam tahap ini. (2) Desain terinci,

mencakup peninjauan tentang penentuan besar penampang tentang balok, kolom,

dan elemen struktur lainnya.

Strutur harus mampu memikul beban rancang secara aman tanpa kelebihan

tegangan pada material dan mempunyai deformasi yang masih dalam daerah yang

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 40

di izinkan. Kemampuan suatu struktur untuk memikul beban tanpa ada kelebihan

tegangan diperoleh dengan menggunakan faktor keamanan dalam desain elemen

struktur. Dengan memilih ukuran serta bentuk elemen dan bahan yang digunakan,

taraf tegangan pada strukrur dapat ditentukan pada taraf yang dipandang masih

dapat diterima secara aman, dan sedemikian hingga kelebihan tegangan pada

material ( misalnya ditunjukan dengan adanya retak ) tidak terjadi. Untuk

melakukan analisin maupun desain elemen struktur perlu ditetapkan kriteria yang

dapat digunakan sebagai ukuran maupun untuk menentukan apakah struktur

tersebut dapat diterima untuk penggunaan yang diinginkan atau untuk maksud

desain tertentu. Pada umumnya, kriteria-kriteria yang ditetapkan yaitu

kemampuan layan, efisiensi, konstruksi, harga, kriteria berganda dan lain-lain.

Struktur bangunan gedung terdiri dari elemen-elemen struktur yang

menyatu menjadi satu kesatuan struktur bangunan Gedung yang utuh. Pada

dasarnya, elemen-elemen struktur pada bangunan gedung yaitu pelat lantai, balok,

kolom, dan pondasi. Dan biasanya untuk bangunan-bangunan bertingkat banyak

pasti ada yang namanya shear wall atau dinding geser khusus yang penulis bahas

yaitu mengenai core wall.

2.3.1 Pelat Lantai

Pelat beton bertulang adalah struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang

dengan bidang yang arahnya horizontal, beban yang bekerja tegak lurus pada

bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila

dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Pelat beton bertulang ini

sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 41

berfungsi sebagai diafragma / unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat

untuk mendukung ketegaran balok portal.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai

lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada

dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap

beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan

terjadinya momen lentur. Oleh karena itu pelat juga direncanakan terhadap beban

lentur.

Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan

tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung

ditempat tumpuan. Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu

oleh balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok di cor secara bersama-sama

menjadi satu-kesatuan.

Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok)

menjadi salah satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat

pada balok, yaitu sebagai berikut :

1) Terletak bebas

Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja diatas balok, atau

antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat

berotasi bebas pada tumpuan tersebut (lihat Gambar 2.7 (a)).

2) Terjepit elastis

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara

monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil sehingga balok tidak cukup kuat

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 42

untuk mencegah terjadinya rotasi pelat (lihat Gambar 2.7 (b)).

3) Terjepit penuh

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara

monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah

terjadinya rotasi pelat (lihat Gambar 2.7 (c)).

Gambar 2.7 Jenis perletakan pelat pada balok

Pelat menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan pelat.

Berdasarkan kemampuannya untuk menyalurkan gaya akibat beban, pelat

dibedakan menjadi :

1. Pelat satu arah

Pelat satu arah adalah pelat dengan tulangan pokok satu arah yang akan

dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berjumpa

momen lentur pada bentang satu arah saja.

Dalam SNI 2847:2013 pasal 9.5 Bila lendutan harus dihitung, maka

lendutan yang terjadi seketika sesudah bekerjanya beban harus dihitung

dengan metoda atau formula standar untuk lendutan elastis, dengan

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 43

memperhitungan pengaruh retak dan tulangan terhadap kekakuan

komponen struktur.

Tabel 2.10 Tebal minimum balok nonprategang atau pelat satu

arah bila lendutan tidak dihitung

Tebal minimum, h
Komponen Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever
struktur sederhana menerus menerus
Komponen struktur tidak menumpu atau tidak
dihubungkan dengan partisi atau konstruksi lainnya
yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar
Pelat masif satu- l/20 l/24 l/28 l/10
arah
Balok atau pelat l/16 2/18,5 l/21 l/8
rusuk satu-arah
Sumber : Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI-

2847-2013)

CATATAN :

Panjang bentang dalam mm.

Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur

dengan beton normal dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi

lain, nilai di atas harus dimodifikasi sebagai berikut :

(a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density),

Wc, di antara 1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan

(1,65-0,0003Wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.

(b) Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 44

2. Pelat dua arah

Pelat dua arah adalah pelat dengan tulangan pokok dua arah yang akan

dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur

pada bentang dua arah.

Untuk konstuksi monolit, atau komposit penuh, suatu balok

mencakup bagian slab pada setiap sisi balok yang membentang dengan

jarak yang sama dengan proyeksi balok di atas atau di bawah slab

tersebut, yang mana yang lebih besar, tetapi tidak lebih besar dari empat

kali tebal slab.

Gambar 2.8 Contoh bagian slab yang disertakan dengan balok

Luas tulangan slab dalam masing-masing arah untuk sistem slab dua arah

harus ditentukan dari momen-momen pada penampang kritis, tetapi tidak

boleh kurang dari yang disyaratkan.

Pelat lantai yang dirancang adalah pelat lantai dua arah yang

didukung pada keempat sisinya. Untuk memudahkan perancangan akan

digunakan tabel dari grafik dan hitungan beton bertulang berdasarkan

SNI – 2847 – 2013.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 45

Syarat tebal pelat minimum menurut SNI – 2847 – 2013 adalah sebagai

berikut :

1. Untuk  m< 0,2 ketebalan pelat minimum adalah sebagai berikut ini:

a. pelat tanpa penebalan : 125 mm

b. pelat dengan penebalan : 100 mm

2. Untuk 0,2 <  m < 2,0 ketebalan pelat minimum harus memenuhi

persamaan sebagai berikut ini:

 fy 
 n 0,8 
 1400 
h= …………………………………….. (2.2.1)
36  5. . m  0,2

dan tidak boleh kurang dari 125 mm

3. Untuk  m > 2,0 ketebalan pelat minimum harus memenuhi

persamaan sebagai berikut ini:

 fy 
 n 0,8 
1400 
h=  ………………………………………… (2.2.2)
36  9.

Dan tidak boleh kurang dari 90 mm.

dengan:

h = tebal pelat minimum (cm).

Fy = tulangan leleh baja tulangan (MPa).

 = rasio kekuatan lentur penampang balok terhadap kuat lentur pelat

dengan lebar yang dibatasi secara lateral oleh garis sumbu tengah

dari panel-panel yang bersebelahan (bila ada) pada tiap sisi balok.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 46

 m = nilai rata-rata  untuk semua balok pada tepi-tepi dari suatu

panel.

 = rasio bentang bersih dalam suatu arah memanjang terhadap arah

memendek dari pelat dua arah.

 n = panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi dua

arah, diukur dari muka ke muka tumpuan pada pelat tanpa balok

dan muka ke muka balok atau tumpuan lain pada kasus lainnya.

4. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio

kekakuan α tidak kurang dari 0,8.

Ecb .lb
5.   …………………………………………………. (2.2.3)
Ecp .l p
dengan:

Ecb = modulus elastisitas balok beton

Ecp = modulus elastisitas pelat beton

Ib = momen inersia terhadap sumbu pusat penampang bruto balok

Ip = momen inersia terhadap sumbu pusat penampang bruto pelat

2.3.1.1 Pelat Beton Bertulang dengan Tulangan Tunggal

Untuk keperluan hitungan pelat persegi dengan tulangan tunggal, berikut

ini dilukiskan bentuk penampang pelat yang dilengkapi dengan distribusi

regangan dan tegangan beton serta notasinya, seperti pada Gambar berikut :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 47

Gambar 2.9 Distribusi Regangan dan Tegangan pada Pelat beton bertulang

Analisis momen pada struktur pelat dilakukan dengan menggunakan

tabel berikut ini :

Tabel 2.11 Momen didalam Pelat Persegi yang Menumpu pada Keempat Tepinya

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 48

Berikut beberapa contoh tipe perletakan pelat pada potongan denah

gedung Goodrich Mansion Apartement dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.10 Denah lantai 3 As (L-N;4-9) Tipe Perletakan untuk Pelat

(a). Perletakan pelat (b). Perletakan pelat (c). Perletakan pelat

terjepit pada 3 sisi terjepit pada 4 sisi terjepit pada 2 sisi

Gambar 2.11 Contoh Tipe Perletakan Pelat pada Potongan Denah Lantai 3

As (L-N;4-9)

(a). Tipe perletakan pelat terjepit pada ketiga sisinya

Berikut rumus perhitungan untuk pelat lantai dengan tipe

perletakan terjepit pada 3 sisi :

Untuk nilai Mlx, Mly, Mtx dan Mty diperoleh dari tabel momen diatas

Ly
dengan melihat hasil dari pembagi anatara jarak ly dengan lx ( ).
Lx

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 49

Mlx = 0,001.qu.lx².X

Mly = 0,001.qu.lx².X

Mtx = -0,001.qu.lx².X

Mty = -0,001.qu.lx².X

(b). Tipe perletakan pelat terjepit pada keempat sisinya

Berikut perhitungan untuk pelat lantai dengan tipe perletakan

terjepit pada 4 sisi :

Untuk nilai Mlx, Mly, Mtx dan Mty diperoleh dari tabel momen diatas

Ly
dengan melihat hasil dari pembagi anatara jarak ly dengan lx (Lx).

Mlx = 0,001.qu.lx².X

Mly = 0,001.qu.lx².X

Mtx = -0,001.qu.lx².X

Mty = -0,001.qu.lx².X

(c). Tipe perletakan pelat terjepit pada kedua sisinya

Berikut rumus perhitungan momen untuk pelat lantai dengan tipe

perletakan terjepit pada 2 sisi :

Untuk nilai Mlx, Mly, Mtx dan Mty diperoleh dari tabel momen diatas

Ly
dengan melihat hasil dari pembagi anatara jarak ly dengan lx (Lx).

Mlx = 0,001.qu.lx².X

Mly = 0,001.qu.lx².X

Mtx = -0,001.qu.lx².X

Mty = -0,001.qu.lx².X

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 50

2.3.1.2 Desain Penulangan Pelat

Dari perhitungan momen pada perhitungan sistem pelat diatas maka

diambil hasil perhitungan momen terbesar untuk (Mlx, Mtx, Mly,Mty).

Dengan memasukan juga data-data yang sudah direncanakan sebagai

notasi berikut :

Tebal pelat (h), Tebal Selimut (d’), Diameter tulangan (D), b, mutu beton

(f’c), dan mutu baja tulangan (fy).

Penulangan arah x :

Tulangan lapangan : Mlx(+) = kgm =Nmm

d’ = d’ + ½.D

Gambar 2.12 Perencanaan Tinggi Efektifitas Tulangan Lapangan pada Pelat

Lantai Arah x

Faktor momen pikul (K) didefinisikan diperoleh hitungan / persamaan

sebagai berikut :

Mu
K= dengan syarat K≤ Kmax
 .b.d 2

Dan Kmax didapat dari tabel faktor momen Pikul Maksimal (Kmaks)

berikut ini :
Tabel 2.12 Faktor Momen Pikul Maksimal (Kmaks) dalam MPa

Mutu beton f'c Mutu Baja Tulangan fy (MPa)


(MPa) 240 300 350 400 450 500
15 4.4839 4.2673 4.1001 3.9442 3.7987 3.6627

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 51

20 5.9786 5.6897 5.4668 5.2569 5.0649 4.8836


25 7.4732 7.1121 6.8335 6.5736 6.3311 6.1045
30 8.9679 8.5345 8.2002 7.8883 7.5973 7.3254
35 10.1445 9.6442 9.2595 8.9016 8.5682 8.2573
40 11.2283 10.6639 10.2313 9.8296 9.4563 9.1087
45 12.1948 11.5704 11.0930 10.6509 10.2407 9.8593
50 13.0485 12.3683 11.8497 11.3705 10.9266 10.5145
55 13.7846 13.0535 12.4977 11.9850 11.5109 11.0716
60 14.6670 13.8816 13.2853 12.7358 12.2283 11.7583

Tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekuivalen pada kuat nominal pelat

dapat dihitung dengan rumus :

 2.K 
a  1  1  .d

 0,85 . f ' c 

Luas tulangan perlu ( As,u ), dirumuskan dengan :

0,85. f ' c.a.b


As ,u 
fy

Jika f’c < 31,36 Mpa, Maka :

1,4
As ,u  .b.d
fy

Jika f’c > 31,36 Mpa, Maka :

f 'c
As ,u  .b.d
4. fy

Jarak tulangan :

1
. .D 2 .S
s 4
As ,u

s ≤ 2.h Catatan : dipilih nilai yang terkecil.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 52

Luas tulangan :

1
. .D 2 .S
As, tul  4
s

As,tul ≥ As,u

Tulangan Tumpuan : Mtx( - ) = kgm = Nmm

Gambar 2.13 Perencanaan Tinggi Efektifitas Tulangan Tumpuan pada Pelat

Lantai Arah x

Faktor momen pikul (K) didefinisikan diperoleh hitungan / persamaan

sebagai berikut :

Mu
K= dengan syarat K≤ Kmax
 .b.d 2

Tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekuivalen pada kuat nominal pelat

dapat dihitung dengan rumus :

 2.K 
a  1  1  .d

 0,85 . f ' c 

Luas tulangan perlu ( As,u ), dirumuskan dengan :

0,85. f ' c.a.b


As ,u 
fy

Jika f’c < 31,36 Mpa, Maka :

1,4
As ,u  .b.d
fy

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 53

Jika f’c > 31,36 Mpa, Maka :

f 'c
As ,u  .b.d
4. fy

Jarak tulangan :

1
. .D 2 .S
s 4
As ,u

s ≤ 2.h Catatan : dipilih nilai yang terkecil.

Luas tulangan :

1
. .D 2 .S
As, tul  4
s

As,tul ≥ As,u

Tulangan Bagi :

As,b = 20 % . As,u atau,

As,b = 0,002 . b . h

Dipilih nilai terbesar.

Jarak tulangan :

1
. .D 2 .S
s 4 mm
As ,u

s ≤ 5.h Catatan: dipilih nilai yang terkecil.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 54

Luas tulangan :

1
. .D 2 .S
As, tul  4 mm²
s

As,tul ≥ Ab,u

Penulangan arah y :

Tulangan Lapangan : Mly(+) = kgm = Nmm

d’ = d’ + D + ½. D

d = h – d’

Gambar 2.14 Perencanaan Tinggi Efektifitas Tulangan Lapangan pada Pelat

Lantai Arah y

Faktor momen pikul (K) didefinisikan diperoleh hitungan / persamaan

sebagai berikut :

Mu
K= dengan syarat K≤ Kmax
 .b.d 2

Tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekuivalen pada kuat nominal pelat

dapat dihitung dengan rumus :

 2.K 
a  1  1  .d

 0,85 . f ' c 

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 55

Luas tulangan perlu ( As,u ), dirumuskan dengan :

0,85. f ' c.a.b


As ,u 
fy

Jika f’c < 31,36 Mpa, Maka :

1,4
As ,u  .b.d
fy

Jika f’c > 31,36 Mpa, Maka :

f 'c
As ,u  .b.d
4. fy

Jarak tulangan :

1
. .D 2 .S
s 4
As ,u

s ≤ 2.h Catatan : dipilih nilai yang terkecil.

Luas tulangan :

1
. .D 2 .S
As, tul  4
s

As,tul ≥ As,u

Tulangan Tumpuan : Mty(-) = kgm = Nmm

d’ = d’ + D + ½. D

d = h – d’

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 56

Gambar 2.15 Perencanaan Tinggi Efektifitas Tulangan Tumpuan pada Pelat

Lantai Arah y

Faktor momen pikul (K) didefinisikan diperoleh hitungan / persamaan

sebagai berikut :

Mu
K= dengan syarat K≤ Kmax
 .b.d 2

Tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekuivalen pada kuat nominal pelat

dapat dihitung dengan rumus :

 2.K 
a  1  1  .d

 0,85 . f ' c 

Luas tulangan perlu ( As,u ), dirumuskan dengan :

0,85. f ' c.a.b


As ,u 
fy

Jika f’c < 31,36 Mpa, Maka :

1,4
As ,u  .b.d
fy

Jika f’c > 31,36 Mpa, Maka :

f 'c
As ,u  .b.d
4. fy

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 57

Jarak tulangan :

1
. .D 2 .S
s 4
As ,u

s ≤ 2.h Catatan : dipilih nilai yang terkecil.

Luas tulangan :

1
. .D 2 .S
As, tul  4
s

As,tul ≥ As,u

Tulangan Bagi :

As,b = 20 % . As,u atau,

As,b = 0,002 . b . h Catatan: dipilih nilai terbesar.

Jarak tulangan :

1
. .D 2 .S
s 4 mm
As ,u

s ≤ 5.h Catatan: dipilih nilai yang terkecil.

Luas tulangan :

1
. .D 2 .S
As, tul  4 mm²
s

As,tul ≥ Ab,u

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 58

2.3.2 Balok

Balok merupakan struktur penopang pelat yang bertujuan untuk

menghindari lendutan yang besar pada pelat yang terbebani. Analisis dan

perencanaan balok yang dicetak menjadi satu kesatuan monolit dengan pelat lantai

atau atap didasarkan pada anggapan bahwa antara pelat dengan balok terjadi

interaksi saat menahan momen lentur positif yang bekerja pada balok. Interaksi

antara pelat dan balok yang menjadi satu kesatuan pada penampangnya

membentuk huruf T sehingga itulah dinamakan sebagai balok T. Pelat akan

berlaku sebagai lapis sayap (flens). Flens juga harus direncanakan dan

diperhitungkan tersendiri terhadap balok pendukungnya.

Balok dapat diartikan juga adalah batang struktural yang berfungsi

menahan gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya,

yang mengakibatkan terjadinya lenturan/lendutan. Akibat dari gaya lentur dan

gaya lateral ini ada dua hal utama yang dialami balok yaitu kondisi tekan dan

tarik.

Sama seperti pada pelat syarat untuk dimensi awal balok direncanakan

dengan batasan pada pasal 9.5.2.2 tabel 9.5 (a) halaman 70 SNI-2847-2013, yang

tercantum dalam tabel minimum balok non pratekan atau pelat bila lendutan tidak

dihitung berikut.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 59

Tabel 2.13 Tebal minimum balok non-pratekan atau pelat satu arah bila lendutan

tidak dihitung

TEBAL MINIMUM, h
SATU KEDUA
TERTUMPU UJUNG UJUNG KANTILEVER
KOMPONEN SEDERHANA
MENERUS MENERUS
STRUKTUR
KOMPONEN STRUKTUR TIDAK MENUMPU ATAU
TIDAK DIHUBUNGKAN DENGAN PARTISI ATAU
KONSTRUKSI LAINNYA YANG MUNGKIN RUSAK
OLEH LENDUTAN YANG BESAR
Pelat masif
l/20 l/24 l/28 l/10
satu arah
Balok atau pelat
l/16 l/18,5 l/21 l/8
jalur satu arah

Sedangkan pemilihan lebar balok (b) diambil tidak boleh kurang dari sama

dengan h/2. Untuk fy selain 420 Mpa harus dikalikan dengan 0,4  fy 700 .

A. Keruntuhan lentur dan sistem perencanaan

1. Jenis keruntuhan lentur

Jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok lentur bergantung pada

sifat – sifat penampang balok dan dibedakan menjadi 3 jenis berikut :

a. Keruntuhan tekan ( brittle failure )

b. Keruntuhan Seimbang ( balance )

c. Keruntuhan tarik ( ductile failure )

Distribusi regangan pada penampang beton untuk ketiga jenis keruntuhan

lentur tersebut dilukiskan seperti gambar berikut :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 60

Gambar 2.16 Distribusi Regangan Ultimit pada Keruntuhan Lentur

a. Keruntuhan tekan ( brittle failure )

Pada keadaaan penampang beton dengan keruntuhan tekan, beton

hancur sebelum baja tulangan leleh. Hal ini berarti regangan tekan beton

sudah melampaui regangan batas 0,003 tetapi regangan tarik baja

tulangan belum mencapai leleh atau  c ' =  cu ' tetapi  s <  y seperti pada

gambar 2.16 (a). Balok yang mengalami keruntuhan seperti ini terjadi

pada penampang dengan rasio tulangan ( ρ ) yang besar dan disebut over

– reinforced.

Karena beton memiliki sifat yang kuat menahan beban tekan tetapi

getas, maka keruntuhan beton seperti ini disebut keruntuhan tekan atau

keruntuhan getas ( brittle failure ) pada balok yang mengalami

keruntuhan getas, pada saat beton mulai hancur baja tulangannya masih

kuat ( belum leleh ), sehingga lendutan pada balok relative tetap ( tidak

bertambah ). Tetapi, jika di atas balok ditambah beban besar, maka baja

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 61

tulangan akan meleleh dan dapat terjadi keruntuhan secara mendadak,

tanpa ada tanda – tanda/peringatan tentang lendutan yang membesar pada

balok. Keadaan demikian ini sangat membahayakan bagi kepentingan

kelangsungan hidup manusia, sehingga sistem perencanaan beton

bertulang yang dapat mengakibatkan over – reinforced tidak

diperbolehkan.

b. Keruntuhan seimbang ( balance )

Pada penampang beton dengan keruntuhan seimbang, keadaan beton

hancur dan baja tulangan leleh terjadi bersamaan. Hal ini berarti

regangan tekan beton mencapai regangan batas 0,003 dan regangan tarik

baja tulangan mencapai leleh pada saat yang sama, atau  c ' =  cu ' dan  s

=  y terjadi pada waktu yang sama, seperti pada Gambar 2.16 (b). Balok

yang mengalami keruntuhan seperti ini terjadi pada penampang beton

dengan rasio tulangan seimbang ( balance ). Rasio tulangan balance

diberi notasi ρb.

Karena beton dan baja tulangan mengalami kerusakan pada saat yang

sama, maka kekuatan beton dan baja tulangan dapat dimanfaatkan

sepenuhnya, sehingga penggunaan material beton dan baja tersebut

menjadi hemat. Sistem perencanaan beton bertulang yang demikian ini

merupakan system perencanaan yang ideal, tetapi sulit dicapai karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya : ketidaktepatan mutu baja

dengan mutu baja rencana, ketidaktepatan mutu beton dalam pelaksanaan

pembuatan adukan dengan mutu beton rencana, maupun kekurangan dan

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 62

ketelitian pada perencanaan hitungan akibat adanya pembulatan –

pembulatan.

c. Keruntuhan tarik ( ductile failure )

Pada keadaan penampang beton dengan keruntuhan tarik, baja

tulangan sudah leleh sebelum beton hancur. Hal ini berarti regangan tarik

baja tulangan sudah mencapai titik leleh tetapi regangan tekan beton

belum mencapai regangan batas 0,003 atau  s =  y tetapi  c ' <  cu ' ,

seperti terlihat pada Gambar 2.16 (c). Balok yang mengalami keruntuhan

seperti ini terjadi pada penampang dengan rasio tulangan ( ρ ) yang kecil

dan disebut dengan under – reinforced.

Karena kerusakan terjadi pada baja tulangan yang menahan beban

tarik lebih dulu dan baja tulangan bersifat liat, maka keruntuhan beton

seperti ini disebut keruntuhan tarik atau keruntuhan liat (ductile failure).

Pada balok yang mengalami keruntuhan liat, pada saat baja tulangan

mulai leleh betonnya masih kuat ( belum hancur ), sehingga dapat terjadi

lendutan pada balok. Jika diatas balok ditambah lagi beban yang besar,

maka lendutan balok semakin besar dan akhirnya dapat terjadi

keruntuhan. Keadaan demikian ini “ menguntungkan” bagi kepentingan

kelangsungan hidup manusia, karena ada “ peringatan” tentang lendutan

membesar sebelum runtuh, sehingga sistem perencanaan beton bertulang

yang under – reinforced ini lebih aman dan diperbolehkan.

Jika balok menahan momen lentur cukup besar, maka pada serat – serat

balok bagian atas akan mengalami tegangan tekan dan pada serat – serat balok

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 63

bagian bawah mengalami tegangan tarik. Untuk serat – serat balok bagian atas

yang mengalami tegangan tekan, tegangan ini akan ditahan oleh beton, sedangkan

untuk serat – serat balok yang mengalami tegangan tarik akan ditahan oleh baja

tulangan, kerena kuat tarik beton diabaikan.( Pasal 10.2.6. SNI 2847 -2013 ).

Pada perencanaan beton bertulang, diusahakan kekuatan beton dan baja agar

dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Untuk beton, karena sangat kuat menahan

beban tekan, maka dimanfaatkan kuat tekan beton jangan sampai melebihi batas

runtuh pada regangan tekan beton maksimal (  cu ' ) = 0,003. Sedangkan untuk baja

tulangan tarik yang tertanam di dalam beton, dapat dimanfaatkan kekuatan

sepenuhnya sampai mencapai batas leleh, yaitu tegangan tarik baja f s sama

dengan tegangan leleh fy.

a.) Gaya tekan beton

Gaya tekan beton dapat diperhitungkan dari hubungan tegangan –

regangan beton, dengan balok tegangan tekan persegi ekivalen dapat

dihitung besar gaya tekan beton Cc sebagai berikut :

Cc  0,85. f ' c.a.b ………………………………………………. (2.2.4)

b.) Gaya tarik baja tulangan

Gaya tarik baja tulangan ( Ts ) dapat dihitung dengan cara membuat

perkalian antara luas baja tulangan dan tegangan lelehnya, yaitu sebagai

berikut :

Ts  As . fy ……………………………………………………… (2.2.5)

c.) Luas tulangan longitudinal balok

Karena balok dalam keadaan seimbang, maka gaya tekan beton akan

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 64

sama dengan gaya tarik baja tulangan, diperoleh luas tulangan balok (As)

sebagai berikut :

0,85. f ' c.a.b


As  ………………………………………………. (2.2.6)
fy

Momen nominal dapat dihitung dengan persamaan berikut :

 a  a
M n  C c . d   atau M n  Ts . d   …………………….. (2.2.7)
 2  2

Faktor momen pikul ( K ) didefinisikan diperoleh hitungan / persamaan

berikut :

K ≤ Kmax → Balok Bertulangan Tunggal.

K ≥ Kmax → Balok Bertulangan Rangkap.

Mn Mu
K atau K  …………………………………… (2.2.8)
b.d 2
 .b.d 2

Tinggi balok tegangan tegangan beton tekanan persegi ekivalen pada

kuat nominal balok dapat dihitung dengan rumus :

 2.K 
a  1  1  .d ………………………………………. (2.2.9)

 0,85 . f ' c 

Untuk regangan tekan beton  c ' dibatasi sampai batas retak  cu ' sebesar

0,003 .Nilai regangan  c ' ( bukan  cu ' ) ini dapat ditentukan berdasarkan

diagram distribusi regangan didapat rumus :

a
c ' . y ……………………………………………….. (2.2.10)
 1 .d  a

Pada perencanaan / hitungan beton bertulang harus dipenuhi 2 syarat yaitu:

a.) Momen rencana Mr harus ≥ momen perlu Mu .

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 65

b.) Regangan tekan beton  c ' harus ≤  cu ' ( 0,003 ).

Untuk menghitung momen – momen rencana Mr dilaksanakan sebagai

berikut :

a.) Diperoleh tinggi balok tegangan tekan beton persegi ekivalen sebagai

berikut :

As . fy
a ……………………………………………... (2.2.11)
0,85. f ' c.b

b.) Moment rencana dihitung dengan persamaan :

Mr = .M n , dengan   0,8 ………………………………... (2.2.12)

2. Sistem perencanaan yang digunakan

Menurut peraturan beton Indonesia ( SNI 2847 - 2013 ), sistem

perencanaan beton bertulang dibatasi dengan 2 kondisi berikut :

Agar tulangan yang digunakan tidak terlalu sedikit atau rasio

tulangan ρ tidak terlalu kecil, diberikan syarat berikut ( Pasal 10.5 SNI

2847 – 2013 ) :

As
As harus ≥ As min atau ρ ≥ ρmin dengan   … (2.2.13)
(b.d )

dengan :

f 'c
As ,min  .b.d atau
4. fy

1,4
As ,min  .b.d ( dipilih yang besar )……………... (2.2.14)
fy

f 'c 1,4
 min  atau  min  ( dipilih yang besar )………(2.2.15)
4. fy fy

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 66

Agar penampang beton dapat mendekati keruntuhan seimbang,

diberikan syarat berikut ( Pasal 10.3.6.3 SNI 2847 – 2013 ) :

As
As harus ≤ As min atau ρ ≤ ρmin dengan  
(b.d )

dengan : As maks = 0,75. As,b dan ρmaks = 0,75.ρb……. (2.2.16)

B. Tinjauan penampang beton pada keruntuhan seimbang

Keadaan seimbang akan terjadi jika nilai :

fy fy
 c ' =  cu ' =0,003 dan ,  s =  y atau  s  
E s 200000

Nilai cb dapat dihitung dengan rumus :

600.d
cb  …………………………………………….. (2.2.17)
600  fy

Nilai ab  1 .cb , maka diperoleh juga rumus :

600.1 .d
ab  …………………………………………… (2.2.18)
600  fy

Dalam keadaan seimbang nilai Tulangan dihitung dengan rumus :

0,85. f ' c.ab .b


As ,b  .......................................................... (2.2.19)
fy

Rasio tulangan balance :

510.1 . f ' c
b  ……………………………………… (2.2.20)
600  fy. fy
Rasio tulangan maksimal dan minimal :

Penggunaan tulangan atau rasio tulangan pada sistem perencanaan beton

bertulang menurut SNI 2847 – 2013 dibatasi oleh :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 67

As ,min  As  As ,maks , atau

 min     maks

382,5.1 . fc'
 maks  0,75. b  ……………………….. (2.2.21)
600  fy. fy
Untuk rasio tulangan minimal, diberi batasan sebagai berikut :

- Untuk mutu beton f ' c  31,36MPa, maka :

1,4
 min  ……………………………………………… (2.2.22)
fy

- Untuk mutu beton f ' c  31,36MPa, maka :

f 'c
 min  …………………………………………… (2.2.22)
4. fy

Untuk rasio tulangan perlu :

As
 …………………………………………………… (2.2.23)
b.d

Momen pikul maksimal ( Kmaks ) , dapat dicari dengan rumus :

382,5.1 . f ' c.600  fy  225.1 


K maks  ……………. (2.2.24)
600  fy 2
2.3.2.1 Balok Persegi Panjang dengan Tulangan Tunggal

Balok dengan tulangan tunggal sering juga disebut dengan balok

bertulangan sebelah atau balok dengan tulangan saja. Untuk keperluan hitungan

balok persegi panjang dengan tulangan tunggal, berikut ini dilukiskan bentuk

penampang balok yang dilengkapi dengan distribusi regangan dan tegangan beton

serta notasinya, seperti pada Gambar berikut :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 68

Gambar 2.17 Distribusi Regangan dan Tegangan pada Balok Tulangan Tunggal

Keterangan notasi pada Gambar 2.17 :

a : tinggi balok tegangan beton tekan persegi ekivalen =β1.c , mm.

a = β1.c........................................................................... (2.2.25)

As : luas tulangan tarik, mm2.

b : lebar penampang balok, mm.

c : jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan, mm.

Cc : resultan gaya tekan beton, N.

d : tinggi efektif penampang balok, mm.

ds : jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik,

mm.

f’c : tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari, MPa.

Es : modulus elastisitas baja tulangan, diambil sebesar 200.000 MPa.

fs : tegangan tarik baja tulangan =  s .Es , dalam MPa.

fs   s .Es …………………………………………….. (2.2.26)

fy : tegangan tarik baja tulangan pada saat leleh, MPa.

h : tinggi penampang balok, mm.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 69

Mn : momen nominal aktual, Nmm.

Ts : resultan gaya tarik baja tulangan, N.

β1 : faktor pembentuk tegangan beton tekan persegi ekivalen, yang

bergantung pada mutu beton ( f’c ) sebagai berikut ( Pasal

10.2.7.3 SNI 2847 – 2013 ).

Untuk 17 MPa < f’c ≤ 28 MPa, maka β1 = 0,85

0,05.( f ' c  28)


Untuk f’c > 28 MPa, maka β1 = 0,85 
7

tetapi β1 = 0,65

c ' : regangan tekan beton,

dengan  c ' maksimal (  cu ' )  0,003

s : regangan tarik baja tulangan.

s' : regangan tekan baja tulangan.

a  1 .d s '
s ' .0,003 ………………………………….. (2.2.27)
c

y : regangan tarik baja tulangan pada saat leleh,

fy fy
y   ……………………………………. (2.2.28)
E s 200000

2.2.2.2 Balok Persegi Panjang dengan Tulangan Rangkap

Yang dimaksud dengan balok beton bertulangan rangkap ialah balok beton

yang diberi tulangan pada penampang beton daerah tarik dan daerah tekan.

Dengan dipasang tulangan pada daerah tarik dan tekan, maka balok akan lebih

kuat dalam hal menerima beban yang berupa momen lentur.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 70

Gambar 2.18 Letak Tulangan pada Balok

Distribusi Regangan dan tegangan pada balok dengan penampang beton

bertulangan rangkap :

Gambar 2.19 Distribusi Regangan dan Tegangan pada Balok

Tulangan Rangkap

Keterangan notasi pada Gambar 2.19 :

A : tinggi balok tegangan beton tekan persegi ekivalen = β1.c , mm.

a = β1.c…………………………………………………. (2.2.29)

As : luas tulangan tarik, mm2.

As’ : luas tulangan tekan, mm2.

b : lebar penampang balok, mm.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 71

c : jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan, mm.

Cc : resultan gaya tekan beton, N.

Cs : gaya tekan baja tulangan, N.

d : tinggi efektif penampang balok, mm.

ds : jarak anatara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik,

mm.

ds’ : jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan,

mm.

Es : modulus elastisitas baja tulangan, diambil sebesar 200.000 MPa.

f’c : tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari, MPa.

fs : tegangan tarik baja tulangan =  s .Es , dalam MPa.

fs   s .Es ………………………………………………. (2.2.30)

fs’ : tegangan tekan baja tulangan =  s '.E s , dalam MPa.

fy : tegangan tarik baja tulangan pada saat leleh, MPa.

h : tinggi penampang balok, mm.

Mn : momen nominal aktual, Nmm.

Ts : resultan gaya tarik baja tulangan, N.

β1 : faktor pembentuk tegangan beton tekan persegi ekivalen, yang

bergantung pada mutu beton ( f’c ) sebagai berikut (Pasal 10.2.7.3

SNI 2847 – 2013).

Untuk 17 MPa < f’c ≤ 28 MPa, maka β1 = 0,85………………... (2.2.31)

0,05.( f ' c  28)


Untuk f’c > 28 Mpa, maka β1 = 0,85  ………... (2.2.32)
7

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 72

tetapi β1 = 0,65………………………………………………….. (2.2.33)

c' : regangan tekan beton,

dengan  c ' maksimal (  cu ' )  0,003 …………………. (2.2.34)

s : regangan tarik baja tulangan.

s' : regangan tekan baja tulangan.

a  1 .d s '
s ' .0,003 ……………………………………............. (2.2.35)
c

y : regangan tarik baja tulangan pada saat leleh,

fy fy
y   ………………………………………............ (2.2.36)
E s 200000

Tegangan tekan baja tulangan fs’ dihitung dengan rumus :

a  1 .d s '
fs ' .600 …………………………………………….. (2.2.37)
a

dengan ketentuan f s ' 0

Jika f s '  fy , maka dipakai f s '  fy

Tinggi balok tegangan beton tekan persegi ekivalen ( a ) pada balok

bertulangan rangkap dihitung dengan rumus :

 As  As '. fy
a ……………………………………………….. (2.2.38)
0,85. f ' c.b

Nilai momen nominal :

Mn = Mnc + Mns ………………………………………………. (2.2.39)

 a
M nc  C c . d   , dengan Cc  0,85. f ' c.a.b …………………. (2.2.40)
 2

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 73

 a
M ns  C s . d   , dengan Cs  As ' f s ' ……………………….. (2.2.41)
 2

M r  .M n , dengan   0,8 …………………………………… (2.2.42)

dengan :

Mn = momen nominal aktual penampang balok, Nmm.

Mnc = momen nominal yang dihasilkan oleh gaya tekan beton, Nmm.

Mns = momen nominal yang dihasilkan oleh gaya tekan tulangan, Nmm.

Mr = momen rencana pada penampang balok, Nmm.

Pada perencanaan beton bertulang, baja tulangan tarik dimanfaatkan

kekuatannya sampai batas leleh, atau tegangan tulangan tarik ( fs ) besarnya sama

dengan tegangan leleh baja tulangan ( fy ).

Untuk batas tulangan tarik leleh, dengan rumus – rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan :

0,003.d d 600.d d
c  ............................................. (2.2.43)
fy 600  fy
 0,003
200000

Tinggi balok tegangan beton tekan persegi ekuivalen :

600. 1 .d d
a maks,leleh  ............................................................. (2.2.44)
600  fy

Untuk tulangan tarik yang tidak lebih dari 2 baris, praktis diambil :

dd = d ………………………………………………………. (2.2.45)

a). Untuk batas tulangan tekan leleh, dengan rumus – rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 74

Jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan :

0,003.d d 600.d d
c  …………………………… (2.2.46)
fy 600  fy
 0,003
200000

Tinggi balok tegangan beton tekan persegi ekuivalen :

600.1 .d d
a min, leleh  ………………………………………… (2.2.47)
600  fy

Untuk tulangan tarik yang tidak lebih dari 2 baris, praktis diambil :

dd = ds’ ………………………………………………………. (2.2.48)

b). Manfaat nilai amaks leleh dan amin leleh pada hitungan beton bertulang

Nilai amaks leleh dan amin leleh ini berguna untuk mengetahui kondisi

tulangan tarik dan tulangan tekan pada suatu penampang balok beton,

apakah semua tulangan tarik dan semua tulangan tekan sudah leleh atau

belum.

Pada prinsip perencanaan balok beton bertulang, semua tulangan tarik

diperhitungkan sudah leleh. Kondisi tulangan tarik sudah leleh atau

belumnya dihitung dengan nilai a ( tinggi balok tegangan tekan beton

persegi ekuivalen ), kemudian dibandingkan dengan amaks dan amin

sehingga didapat kemungkinan – kemungkinan berikut :

Untuk amaks :

1) Jika nilai a ≤ amaks leleh , berarti semua tulangan tarik sudah leleh.

2) Jika nilai a > amaks leleh , berarti tulangan tarik pada baris paling dalam

belum leleh, maka sebaiknya dimensi balok diperbesar.

Untuk amin :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 75

1) Jika nilai a ≥ amin leleh , berarti semua tulangan tekan sudah leleh.

2) Jika nilai a < amin leleh , berarti tulangan tekan pada baris paling dalam

belum leleh, sehingga nilai tegangan tekan tulangan masih lebih kecil

daripada tegangan lelehnya ( fs’ < fy ).

Untuk keadaan penampang balok beton bertulang tulangan tekan belum

leleh, berarti regangan  s <  y .

Nilai a ( tinggi balok tegangan tekan beton persegi ekuivalen ) :

a  
p 2  q  p …………….....……………………………... (2.2.49)

dengan :

600. As ' As . fy
p …………………………………………. (2.2.50)
1,7. f ' c.b

600.1 .ds'.As '


q …………………………………………... (2.2.51)
0,85. f ' c.b

2.2.2.3 Kuat Geser Balok

Karena kekuatan tarik beton jauh lebih kecil dibandingkan kekuatan

tekannya, maka desain terhadap geser merupakan hal yang sangat penting dalam

struktur beton.

Perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena geser sangat

berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok tersebut langsung hancur tanpa

adanya peringatan terlebih dahulu, juga retak diagonalnya jauh lebih lebar

dibandingkan dengan retak lentur. Perencana harus merancang panampang yang

cukup kuat untuk memikul beban geser luar rencana tanpa mencapai kapasitas

gesernya.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 76

Penulangan geser pada dasarnya mempunyai empat fungsi utama, yaitu:

a. Memikul sebagian gaya geser luar rencana Vu

b. Membatasi bertambahnya retak diagonal

c. Memegang dan mengikat tulangan memanjang pada posisinya sehingga

tulangan memanjang ini mempunyai kapasitas yang baik untuk memikul

lentur

d. Memberikan semacam ikatan pada daerah beton yang tertekan apabila

sengkang ini berupa sengkang tertutup.

Beberapa rumus yang digunakan sebagai dasar untuk perhitungan tulangan

geser / begel balok yang tercantum dalam pasal – pasal SNI 2847 – 2013, yaitu

sebagai berikut :

1) Pasal 11.1.1 SNI 2847 – 2013, gaya geser rencana, gaya geser nominal,

gaya geser yang ditahan oleh beton dan begel dirumuskan :

Vr  .Vn dan .Vn  Vu …………………………………….. (2.2.52)

Vn  Vc  Vs …………………………………………………. (2.2.53)

dengan :

Vr : Gaya geser rencana, Kn

Vn : Gaya geser nominal, kN

Vc : Gaya geser yang ditahan oleh beton, kN

Vs : Gaya geser yang ditahan oleh begel, kN

. : Faktor reduksi geser = 0,75

2) Pasal 11.1.3.1 SNI 2847 – 2013, nilai Vu boleh diambil pada jarak d (

menjadi Vud ) dari muka kolom, sebagai berikut :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 77

x
Vud  Vut  .(Vu  Vut ) …………………………………….. (2.2.54)
y

3) Pasal 11.2.1 SNI 2847 – 2013, gaya geser yang ditahan oleh beton (Vc)

dihitung dengan rumus :

1
Vc  . f ' c .b.d ……………………………………………. (2.2.55)
6

4) Pasal 11.4.7.1 SNI 2847 – 2013, gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs )

dihitung dengan rumus :

Vu  .Vc 
Vs  …………………………………………….. (2.2.56)

5) Pasal 11.4.7.9 SNI 2847 – 2013

2
Vs harus  . f ' c .b.d …………………………………….. (2.2.57)
3

2
Jika Vs ternyata  . f ' c .b.d , maka ukuran balok diperbesar.
3

6) SNI 2847 – 2013, luas tulangan geser per meter panjang balok yang

diperlukan ( Av,u ) dihitung dengan memilih nilai terbesar dari rumus

berikut :

a. Pasal 11.4.7.2

Vs .S
Av ,u  ………………………………………………. (2.2.58)
fy.d

dengan S ( Panjang Balok ) = 1000 mm

b. Pasal 11.4.6.3

b.S
Av ,u  ....................................................................... (2.2.59)
3. fy

dengan S ( Panjang Balok ) = 1000 mm

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 78

c. Pasal 11.4.6.3

75. f ' c .b.S


Av ,u  .......................................................... (2.2.60)
1200. fy

dengan S ( Panjang Balok ) = 1000 mm

7) Spasi begel ( s ) dihitung dengan rumus berikut :

1
n. . .dp 2 .S
a. Spasi begel s  4 ………………………………(2.2.61)
Av ,u

1
b. Pasal 11.4.5.1 untuk Vs < . f ' c .b.d , maka
3

d
s dan s  600 mm ………………………………… (2.2.62)
2

1
c. Pasal 11.4.5.3 untuk Vs > . f ' c .b.d , maka
3

d
s dan s  300 mm …………………………………. (2.2.63)
4

dengan :

n : jumlah kaki begel ( 2,3 atau 4 kaki )

dp : diameter begel dari tulangan polos, mm

C. Momen puntir (Torsi)

Torsi atau momen puntir adalah momen yang bekerja terhadap sumbu

longitudinal balok / elemen struktur. Torsi dapat terjadi karena adanya beban

eksentrik yang bekerja pada balok tersebut.

Menurut pasal 13.6.1 SNI 2847 – 2013, Pengaruh puntir dapat diabaikan jika

momen puntir terfaktor Tu memenuhi syarat berikut :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 79

 . f ' c  Acp 
2

Tu  . dengan   0,75 …………………………. (2.2.64)


12  Pcp 
 

Dengan : Acp : Luas penampang brutto

Pcp : Keliling penampang brutto

2.3.3 Kolom

Pada suatu konstruksi bangunan gedung, kolom adalah suatu batang tekan

vertikal dari rangka (frame) struktural yang memikul beban dari balok dan pelat.

Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah

hingga akhirnya sampai ke tanah dasar melalui pondasi. Karena kolom merupakan

komponen tekan maka keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang

dapat menyebabkan collapse (runtuhnya) lantai yang bersangkutan, dan juga

runtuh batas total (ultimate total collapse) seluruh strukturnya.

Keruntuhan kolom struktural merupakan hal yang sangat berarti ditinjau

dari segi ekonomis maupun segi manusiawi. Oleh karena itu, dalam

merencanakan kolom perlu lebih waspada, yaitu dengan memberikan kekuatan

cadangan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan pada balok dan elemen

struktural horizontal lainnya, terlebih lagi karena keruntuhan tekan tidak

memberikan peringatan awal yang cukup jelas.

Banyaknya penulangan dalam hal balok telah dikontrol agar balok dapat

berperilaku daktail. Dalam hal kolom, beban aksial biasanya dominan sehingga

keruntuhan yang berupa keruntuhan tekan sulit dihindari.

Apabila beban pada kolom bertambah, maka retak akan banyak terjadi di

seluruh tinggi kolom pada lokasi-lokasi tulangan sengkang. Dalam keadaan batas

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 80

keruntuhan (limit state of failure), selimut beton diluar sengkang (pada kolom

bersengkang) atau diluar spiral (pada kolom berspiral) akan lepas sehingga

tulangan memanjangnya akan mulai kelihatan. Apabila bebannya terus bertambah,

maka terjadi keruntuhan dan tekuk lokal (local buckling) tulangan memanjang

pada panjang tak tertumpu sengkang atau spiral. Dapat dikatakan bahwa dalam

keadaan batas keruntuhan, selimut beton lepas dahulu sebelum lekatan baja-beton

hilang.

2.3.3.1 Jenis Kolom

Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan

tulangannya, posisi beban pada penampangnya, dan panjang kolom dalam

hubungannya dengan dimensi lateralnya.

Bentuk kolom ada bermacam-macam seperti persegi, bujursangkar

ataupun lingkaran. Ada beberapa jenis kolom, yaitu :

1. Kolom dengan sengkang ikat (tied column)

Bentuk kolom biasanya persegi atau bujursangkar dengan tulangan utama

memanjang diikat oleh sengkang persegi.

2. Kolom dengan sengkang spiral (spiral column)

Bentuk kolom biasanya lingkaran atau segi-n atau dapat pula persegi.

Tulangan memanjang diikat oleh sengkang berbentuk spiral.

3. Kolom komposit (composite column)

Kolom ini biasanya menggunakan baja profil dengan penambahan

tulangan yang dibungkus oleh beton atau sebaliknya.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 81

2.3.3.2 Asumsi Dasar Perencanaan Kolom

Sama halnya dengan balok, pada perencanaan kolom juga digunakan

asumsi dasar sebagai berikut (Lihat Gambar 2.20) :

(Sumber : Ali Asroni, Kolom pondasi dan balok T Beton Bertulang)

Gambar 2.20 Distribusi Regangan Tegangan dan gaya-gaya pada kolom.

1) Pasal 12.2.2 SNI 03-2847-2002: Distribusi regangan di sepanjang tebal

kolom dianggap berupa garis lurus (linear), seperti tertulis pada Gambar 2.20

(b).

2) Pasal 12.2.2 SNI 03-2847-2002: Tidak terjadi slip antara beton dan tulangan.

3) Pasal 12.2.3 SNI 03-2847-2002: Regangan tekan maksimal beton dibatasi

pada kondisi ultimit εcu’ = 0,003 (Lihat Gambar 2.20).

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 82

4) Pasal 12.2.4 SNI 03-2847-2002: Tegangan baja tulangan tarik maupun tekan

(fs maupun fs’) yang belum mencapai leleh (< fy) dihitung sebesar modulus

elastisitas baja tulangan (Es) dikalikan dengan regangannya (εs maupun εs’).

5) Pasal 12.2.5 SNI 03-2847-2002: Kekuatan tarik beton diabaikan.

6) Pasal 12.2.7 SNI 03-2847-2002: Bila hubungan antara distribusi tegangan dan

regangan beton diasumsikan berbentuk tegangan persegi ekuivalen, maka

dipakai nilai tegangan beton sebesar 0,85.fc’ yang terdistribusi secara merata

pada daerah tekan ekuivalen (lihat Gambar 2.20 (c) yang dibatasi oleh tepi

penampang dan suatu garis lurus yang sejajar garis netral sejarak a = β1.c dari

serat tekan maksimal.

7) Pasal 12.2.7.3 SNI 03-2847-2002: Faktor β1 diambil sebagai berikut :

a). Untuk 17 MPa < f’c ≤ 28 MPa, maka β1 = 0,85

0,05.( f ' c  28)


b). f’c > 28 Mpa, maka β1 = 0,85 
7

tetapi β1 = 0,65

2.3.3.3 Ketentuan Perencanaan

Beberapa ketentuan yang penting untuk diperhatikan dlam perencanaan

kolom meliputi hal-hal berikut :

1) Luas tulangan total (Ast)

Menurut Pasal 12.9.1 SNI 03-2847-2002, luas total (Ast) tulangan

longitudinal (tulangan memanjang) kolom harus memenuhi syarat berikut :

0,01.Ag < Ast < 0,08.Ag

Dengan : Ast = Luas total tulangan memanjang, mm2

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 83

Ag = Luas bruto penampang kolom, mm2

2) Diameter tulangan geser (begel atau sengkang)

Diameter begel kolom ( ɸbegel ) disyaratkan :

10 mm < ɸbegel < 16 mm

3) Gaya tarik dan gaya tekan pada penampang kolom

Kolom yang sering dijumpai/digunakan pada bangunan gedung yaitu kolom

dengan penampang segi empat seperti telah dilukiskan pada Gambar 2.10

diatas. Jika kolom menahan beban eksentris Pn, maka pada penampang kolom

bagian bawah menahan beban tarik yang akan ditahan oleh baja tulangan,

sedangkan bagian atas pada gambar menahan beban tekan yang akan ditahan

oleh beton dan baja tulangan.

Gaya tarik bagian bawah ditahan oleh tulangan, sebesar :

Ts = As.fs

Gaya tekan yang ditahan beton bagian atas, sebesar :

Cc = 0,85.fc’.a.b

Sedangkan gaya tekan yang ditahan oleh tulangan atas (Cs), yaitu :

a). Jika luas beton tekan diperhitungkan, maka

Cs = As’.(fs’-0,85.fc’)

b). Jika luas beton tekan diabaikan, maka

Cs = As’.fs’

Biasanya kebanyakan pada perencanaan memakai rumus yang luas tulangan

beton tekan diabaikan.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 84

Selanjutnya dengan memperhatikan keseimbangan gaya vertikal pada

Gambar 2.20 (c), diperoleh gaya aksial sebagai berikut :

Pn = Cc + Cs -Ts

4) Nilai regangan dan tegangan baja tulangan

Besar regangan baja tulangan dapat ditentukan berdasarkan perbandingan 2

segitiga yang sebangun pada Gambar 2.20 (b).

Untuk regangan tarik baja tulangan bagian bawah, dihitung sebagai berikut :

  c sehingga diperoleh
s '
d c c

d c
c c
s  . '

Untuk regangan tekan baja tulangan bagian atas, dihitung sebagai berikut :

  c sehingga diperoleh
s' '
c  ds ' c

c  ds '
c c
 s ' . '

Untuk baja tulangan (tarik maupun tekan) yang sudah leleh, maka nilai

regangannya diberi notasi dengan: εy, dan dihitung dengan persamaan :

εy = fy / Es

Dengan: Es = 200000 MPa

Selanjutnya tegangan baja tulangan tarik dan tekan dihitung sebagai berikut :

fs = εs . Es dan fs’ = εs’ . Es

Jika εs (atau εs’) > εy, maka tulangan sudah leleh, dipakai:

fs (atau fs’) = fy

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 85

5) Kolom dengan beban aksial tekan kecil

Pasal 11.3.2.2 SNI 03-2847-2002 mensyinyalir, bahwa untuk komponen

struktur yang memakai fy < 400 MPa dengan tulangan simetris dan dengan

(h-ds-ds’)/h > 0,7 boleh dianggap hanya menahan momen lentur saja apabila

nilai ɸ .Pn kurang dari 0,10.fc’.Ag, sedangkan untuk kolom yang lain (fy > 400

MPa, (h-ds-ds’)/h < 0,7), boleh dianggap hanya menahan momen lentur saja

apabila nilai ɸ .Pn kurang dari nilai terkecil dari nilai 0,10.fc’.Ag dan

ɸ .Pn.b (dengan ɸ=0,65 untuk kolom dengan tulangan sengkang, dan ɸ = 0,70

untuk kolom dengan tulangan spiral).

Jika menurut pasal tersebut dapat dikatakan, bahwa untuk semua kolom

dengan beban kurang dari “ɸ .Pn kecil” (kurang dari nilai terkecil antara nilai

0,10.fc’.Ag atau ɸ .Pn.b ), nilai ɸ dapat ditingkstksn menjadi ɸ = 0,80 (hanya

menahan momen lentur saja).

Jika diambil nilai “ɸ .Pn kecil” = Puφ, maka:

Puφ diambil nilai terkecil dari nilai 0,10.fc’.Ag atau ɸ .Pn,b

Untuk kolom dengan tulangan sengkang berlaku ketentuan berikut:

a). Jika beban Pu (Pu = ɸ .Pn) > Puφ, maka nilai ɸ = 0,65

b). Jika beban Pu (Pu = ɸ .Pn) < Puφ,

0,10.Pu'
maka nilai ɸ = 0,80 
Pu

dengan:

Pu = Gaya aksial perlu atau gaya aksial tekan terfaktor, Kn.

Puφ = Gaya aksial tekan terfaktor pada batas nilai ɸ yang sesuai, Kn.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 86

Pn,b = Gaya aksial nominal pada kondisi regangan penampang

seimbang (balance), kN.

ɸ = Faktor reduksi kekuatan.

Ag = Luas bruto penampang kolom, mm2.

6) Penempatan tulangan kolom

Tulangan kolom ditempatkan/diatur seperti pada Gambar 2.11.

(Sumber : Ali Asroni, Kolom pondasi dan balok T Beton Bertulang)

Gambar 2.21 Contoh Penempatan Tulangan Kolom

Keterangan Notasi :

sb = Lapis lindung beton (Pasal 9.7.1)

= 50 mm, jika berhubungan dengan tanah atau cuaca dan D > 19 mm

= 40 mm, jika tidak berhubungan dengan tanah atau cuaca atau D < 19

mm

Sn = Jarak bersih antar tulangan (pasal 9.6.3) > 1,5 D (D=diameter tulangan)

> 40 mm.

ds1 = sb + ɸ begel + D/2

ds2 = Sn + D

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 87

7) Jumlah Tulangan longitudinal dalam satu baris

Jumlah tulangan longitudinal maksimal perbaris dirumuskan sebagai berikut :

b  2.ds1
m  1
D  Sn

dengan :

m = jumlah tulangan longitudinal perbaris (dibulatkan ke bawah,

jika angka desimal > 0,81 dapat dibulatkan ke atas)

b = lebar penampang kolom, mm.

ds1 = jarak decking pertama, sebesar tebal lapis lindung beton + ɸbegel

+ D/2, mm.

Sn = jarak bersih antar tulangan menurut Gambar 2.11, mm.

D = diameter tulangan longitudinal (tulangan memanjang), mm.

2.3.3.4 Penampang Kolom Pendek pada Kondisi Beban Sentris

Pada penampang kolom dengan kondisi beban sentris, berarti beban

tersebut tetap bekerja pada sumbu (as) longitudinal kolom, sehingga beton

maupun baja tulangan (semuanya) menahan beban tekan.

Kekuatan penampang kolom dengan beban sentris ditentukan dengan

menganggap bahwa semua baja tulangan (A1 dan A2) sudah mencapai leleh, jadi

tegangan baja tulangan fs = fs’ = fy. Di samping itu, regangan tekan beton sudah

mencapai batas maksimal, yaitu εc’ = εcu’ = 0,003.

Pada kondisi beban sentris (Po) ini dapat dianalisis seperti berikut :

Ag = b.h = luas bruto penampang kolom, mm2.

Ast = A1 +A2 = luas total baja tulangan, mm2.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 88

An = luas bersih (netto) beton = Ag – Ast, mm2.

Gaya tekan beton: Cc = 0,85.fc’.An

Gaya tekan tulangan: C1 = A1.fy ; C2 = A2.fy

dengan mempertimbangkan kesetimbangan gaya vertikal harus nol, maka

diperoleh:

Po = Cc + C1 +C2

Maka, diperoleh persamaan sebagai berikut:

Po = 0,85.fc’.(Ag - Ast) + Ast.fy

Pada kenyataannya, beban yang benar-benar sentris itu jarang sekali

dijumpai, dan dianggap tidak ada. Pada pasal 12.3.5 SNI 03-2847-2002 diberi

batasan kuat tekan nominal maksimal sebesar 80% dari beban sentris untuk kolom

dengan tulangan sengkang, atau 85% dari beban sentris untuk kolom dengan

tulangan spiral. Dengan demikian diperoleh rumus sebagai berikut:

Pn maks = 0,80.Po (kolom dengan tulangan sengkang)

Pn maks = 0,85.Po (kolom dengan tulangan spiral)

Kuat rencana dihitung dengan memasukkan faktor reduksi kekuatan ɸ

pada kuat nominalnya. Dan dapat dihitung kuat rencana pada penampang kolom

beban sentris dengan persamaan berikut:

ɸ.Pn maks = 0,80. ɸ,Po (kolom dengan tulangan sengkang)

ɸ.Pn maks = 0,85. ɸ,Po (kolom dengan tulangan spiral)

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 89

2.3.3.5 Penampang Kolom pada Kondisi Beban Eksentris : Aksial dan

Lentur

Prinsip-prinsip pada balok mengenai distribusi tegangan segiempat

ekuivalennya dapat diterapkan juga pada kolom. Pada Gambar 2.13

memperlihatkan penampang melintang suatu kolom segi empat tipikal dengan

diagram distribusi regangan, tegangan dan gaya padanya.

(Sumber : Ali Asroni, Kolom pondasi dan balok T Beton Bertulang)

Gambar 2.22 Distribusi Regangan Tegangan dan gaya-gaya pada kolom.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 90

Regangan: Tegangan: Gaya dalam:


d c
 s  0,003 f s  Es . s  f y Cc  0,85 f ' c.b.a
c
c  d'
 s '  0,003 f s '  Es . s '  f y C s  A' s . f ' s
c
Ts  As . f s

Eksentrisitas:

Mu
e ........................................................................................ (2.2.68)
Pu

Gaya tahan aksial Pn dalam keadaan runtuh:

Pn  Cc  C s  Ts ……………………………………………… (2.2.69)

Pn  0,85 f ' c .b.a  A' s . f ' s  As . f s ............................................... (2.2.70)

Momen tahanan nominal

h a h   h
Mn = Pn .e  C c     C s   d '   Ts  d   .................... (2.2.71)
2 2 2   2

Dimana: c = jarak sumbu netral, mm.

h = tinggi kolom, mm.

e = eksentrisitas beban ke pusat plastis

e’ = eksentrisitas beban ke tulangan tarik

d’ = selimut efektif tulangan tekan, mm.

Mu = Momen berfaktor, Nmm.

Pu = Gaya aksial berfaktor

Berdasarkan besarnya regangan pada tulangan baja yang tertarik,

penampang kolom dapat dibagi menjadi dua kondisi awal keruntuhan, yaitu:

1. Keruntuhan tekan, yang diawali dengan hancurnya beton yang tertekan.

2. Keruntuhan tarik, yang diawali dengan lelehnya tulangan yang tertarik.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 91

Kondisi balanced terjadi apabila keruntuhan diawali dengan lelehnya tulangan

yang tertarik sekaligus juga hancurnya beton yang tertekan.

Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada kondisi

balanced, maka:

Pn < Pnb keruntuhan tarik

Pn = Pnb keruntuhan balanced

Pn > Pnb keruntuhan tekan

1) Keruntuhan Tekan pada Kolom Segiempat

Jika beban Pn pada kondisi sentris digeser ke kanan, maka pada

penampang kolom sebelah kiri mulai menahan beban tarik relatif kecil (sehingga

baja tulangan tarik belum leleh), sedangkan penampang kolom sebelah kanan

tetap menahan beban tekan yang cukup besar (sehingga dapat menimbulkan retak

beton tekan). Kekuatan penampang kolom pada kondisi ini bergantung pada

kekuatan tekan beton, sehingga disebut keruntuhan tekan pada kolom.

Pada penampang kolom dengan kondisi beban tekan menentukan ini,

regangan tekan beton telah mencapai batas ultimit (εcu’ = 0,003), tulangan tekan

As’ telah mencapai leleh (fs’ = fy), tetapi tulangan tarik As belum leleh (εs < εy

atau fs < fy).

Karena kolom menahan beban eksentris, maka kolom akan menahan

beban aksial dan momen lentur. Beban aksial yang ditahan oleh kolom dapat

dihitung berdasarkan Gambar 2.22 (c), yaitu dengan cara menjumlahkan beban

vertikal = 0, sedangkan untuk momen lentur dihitung dari beban-beban Ts, Cc dan

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 92

Cs pada Gambar 2.22 (c) dikalikan dengan jarak masing-masing beban ke sumbu

kolom.

Jarak c (yaitu jarak antara garis netral dan batas tepi beton tekan) pada

penampang kolom dengan kondisi keruntuhan tekan adalah relatif besar. Jadi

dapar dikatakan, bahwa pada penampang kolom dengan kondisi keruntuhan

tekan berlaku syarat berikut : c > cb

2) Keruntuhan seimbang (balanced) pada kolom

Pada penampang kolom dengan kondisi seimbang, maka tulangan tarik

mencapai leleh (εs = εy) bersamaan dengan regangan beton tekan mencapai batas

retak atau batas ultimit (εc’ = εcu’ = 0,003). Pada kondisi ini diperoleh jarak

antara garis netral dan tepi beton tekan = cb.

600
cb = d ………………………………………….. (2.2.72)
600  fy

600
ab = 1 .Cb  1 .d …………………………… (2.2.73)
600  fy

Pnb = 0,85. f 'c .b.ab  A' s . f ' y  As . f y ……………………. (2.2.74)

h a  h   h
M nb  Pnb .eb  0,85 f 'c b.ab .  b   A's . f 's   d '   As . f y  d  
2 2  2   2

Cb  d '
Dimana f ' s = 0,003 Es  f y ...................................... (2.2.75)
Cb

3) Keruntuhan Tarik pada Kolom Segiempat

Jika beban aksial Pn telah berada pada kondisi penampang seimbang,

kemudian beban tersebut teru digesr ke kanan, makan luas penampang beton

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 93

tekan semakin kecil, sehingga regangan tekan beton juga semakin kecil (εc’ <

0,003) dan nilai c ikut semakin kecil pula, yaitu : c < cb

Sebaliknya, luas penampang beton tarik akan berubah semakin besar

sehingga regangan tulangan tarik melebihi batas leleh. Dengan demikian,

kekuatan penampang kolom pada kondisi ini ditentukan oleh kuat leleh tulangan

tarik, sehingga disebut keruntuhan tarik pada kolom.

Apabila tulangan tekan diasumsikan telah leleh, dan A' s  As , maka:

Pn  0,85. f 'c .b.a ........................................................................ (2.2.76)

h a h   h
M n  Pn .e  0,85 f ' c b.a    A' s . f y   d '   As . f y  d  
2 2 2   2

atau

h a  h
M n  Pn .e  0,85 f ' c b.a    As . f y  d   ....................... (2.2.77)
2 2  2

As
Jika   '
bd

h  h 
2
2 As f y d  d '
Pn  0,85 f ' c b   e     e   ............. (2.2.78)
2  2  0,85 f ' c b

fy
Dan jika m , maka :
0,85 f ' c

 h  2e  h  2e 
2
 d '  
Pn  0,85 f ' c bd      2 m 1   ........... (2.2.79)
 2d  2d   d  

2.3.3.6 Kuat Geser Kolom

Berikut gambaran untuk penjelasan letak tulangan memanjang maupun

tulangan geser (sengkang) pada kolom :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 94

Gambar 2.23 Letak Tulangan pada Kolom

Menurut SNI-1726-2012, gaya geser rencana Ve harus ditentukan dengan

memperhitungkan gaya-gaya maksimum yang dapat terjadi pada muka hubungan

balok-kolom pada setiap ujung komponen struktur. Gaya-gaya pada muka

hubungan balok-kolom tersebut harus ditentukan menggunakan kuat momen

maksimum Mpr dari komponen struktur tersebut yang terkait dengan rentang

beban-beban aksial terfaktor yang bekerja.

Gaya geser rencana Ve pada kolom dapat dihitung berdasarkan persamaan

sebagai berikut ini.

Mpr1  Mpr 2
Ve = ............................................................... (2.2.80)
H

dengan:

Ve = gaya geser rencana kolom

Mpr1 = kuat momen lentur 1

Mpr2 = kuat momen lentur 2

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 95

H = tinggi kolom

Momen-momen ujung Mpr untuk kolom tidak perlu lebih besar daripada

momen yang dihasilkan oleh Mpr untuk balok yang merangka pada hubungan

balok-kolom. Ve tidak boleh lebih kecil daripada nilai yang dibutuhkan

berdasarkan hasil analisis struktur.

Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada persamaan

sebagai berikut ini:

.Vn  Vn  Vc ............................................................................ (2.2.81)

Komponen struktur yang dibebani tekan aksial berlaku persamaan sebagai

berikut ini:

 Nu   f 'c 
Vc  1  . .b .d ................................................. (2.2.82)
 14. A  6  w
 g  

Pada daerah sepanjang sendi plastis (sepanjang λo), SNI-2847-2013 pasal

21.3.5.6 mensyaratkan untuk tetap meninjau Vc selama gaya tekan aksial termasuk

akibat pengaruh gempa melebihi Ag.f’c/10. Dalam hal ini sangat jarang gaya aksial

kolom kurang dari Ag.f’c/10. Sehingga Vc pada daerah sendi plastis bisa tetap

diabaikan (Vc = 0), hal ini karena meskipun peningkatan gaya aksial

meningkatkan nilai Vc tetapi juga meningkatkan penurunan ketahanan geser.

2.3.3.7 Diagram Interaksi Kolom

Beban yang terjadi pada kolom, biasanya berupa kombinasi antara beban

aksial dan momen lentur. Besar beban aksial dan momen lentur yang mampu

ditahan oleh kolom bergantung pada ukuran/dimensi kolom, dan jumlah serta

letak baja tulangan yang ada/terpasang pada kolom tersebut.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 96

Di dalam gambar tersebut, semua kuat beban aksial diungkapkan sebagai ϕ Pn

pada sumbu tegak dan kuat momen diungkapkan sebagai ϕ Pne pada sumbu datar.

Setiap titik yang berada pada garis penuh memberikan pasangan beban dan

momen yang diijinkan. Untuk titik-titik yang berada di daerah sebelah dalam juga

memberikan pasangan beban dan momen ijin, akan tetapi dengan

menggunakannya berarti perencanan kolom akan berlenihan (overdesigned).

Sebaliknya dengan menggunakan titik-titik yang berada di daerah luar diagram

akan di dapat pasangan beban dan momen yang menghasilkan penulangan kurang

(underdesigned).

Sumber: Istimawan Dipohusodo (1993)

Gambar 2.24. Contoh Diagram Interaksi Kolom

Untuk contoh pada buku yang dibuat oleh Istimawan Dipohusodo ini, nilai

ϕ Pn(maks) yang dihitung pada analisis, didapat dengan cara menarik garis mendatar

memotong diagram. Garis radial dari titik (0,0) menggambarkan berbagai

eksentrisitas, karena pada kenyataannya kemiringan garis ini sama dengan :

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 97

𝜙 𝑃𝑛 1
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝜙 𝑃𝑛𝑒 𝑒

Sudut yang menggambarkan eksentrisitas yang dimaksud adalah sudut terhadap

sumbu tegak diagram (e = 0). Perpotongan antara garis e = eb dengan diagram

adalah titik keadaan seimbang. Eksentrisitas yang lebih kecil daripada eb (e < eb )

akan memberikan keadaan dimana kegagalan kolom ditentukan oleh kegagalan

tekan, sedangkan sebaliknya untuk eksentrisitas yang lebih besar dari eb (e > eb )

akan memberikan keadaan di mana kegagalan kolom ditentukan oleh kegagalan

tarik.

2.3.4 Shear Wall

Pada denah bangunan tertentu, dinding geser dapat dirangkai dan

diletakkan di inti bangunan. Sistem penempatan dinding geser seperti ini sering

juga disebut dinding inti (core wall).

Gambar 2.25. Dinding Struktural Khusus (Core wall)

Gaya lateral yang bekerja pada struktur, misalnya beban angin atau beban

gempa dapat ditahan dengan berbagai cara. Kekakuan dari struktur apabila

ditambah dengan kekakuan dari dinding geser akan meningkatkan daya tahan

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 98

untuk beban angin pada beberapa kasus. Ketika struktur direncanakan untuk

menahan beban lateral yang lebih besar, seperti gempa bumi, biasanya digunakan

dinding geser pada bangunan gedung.

Dasar perhitungan untuk dinding geser menggunakan pendekatan yang

hampir sama dengan teori untuk perhitungan balok, yaitu :

1. Pada shear wall yang mengalami aksial tarik, tegangan didukung

sepenuhnya oleh tulangan.

𝑃
𝐴𝑠 = .................................................................... (2.2.83)
ᴓ 𝑥 𝑓𝑦

2. Pada shear wall yang mengalami aksial tekan, tegangan didukung oleh

kuat tekan nominal beton, dan sisanya didukung oleh tulangan.

𝑃 − (ᴓ 𝑥 𝑓 ′ 𝑐) ...................................................... (2.2.84)
𝐴𝑠 =
ᴓ 𝑥 𝑓𝑦

Dimana: As = luasan tulangan yang dibutuhkan

P = gaya aksial yang bekerja pada shear wall

f’c = tegangan nominal dari beton

fy = tegangan leleh dari baja

ø tekan = 0,6

ø tarik = 0,8

3. Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 11.9.3. Vn pada semua penampang

horisontal untuk geser dalam bidang dinding tidak boleh diambil lebih

besar dari 0,83 √f’c.hd, dimana h adalah tebal dinding

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 99

4. Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 11.9.9.3 Spasi tulangan geser horisontal

tidak boleh melebihi yang terkecil dari lw/5, 3h, dan 450 mm, dimana lw

adalah panjang keseluruhan dinding.

5. Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 11.9.4. Untuk desain untuk gaya geser

horisontal dalam bidang dinding, d harus diambil sama dengan 0,8lw.

Nilai d yang lebih besar, sama dengan jarak dari serat tekan terjauh ke

pusat gaya semua tulangan yang tertarik, boleh digunakan bilamana

ditentukan dengan analisis kompatibilitas regangan.

6. Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 11.9.9.4: Rasio luas tulangan geser

vertikal terhadap luas beton bruto penampang horisontal, ρl tidak boleh

kurang dari:

ℎ𝑤
𝜌𝑙 = 0,0025 + 0,5(2,5 − )(𝜌𝑙 − 0,0025) ......................... (2.2.85)
𝑙𝑤

lw adalah panjang keseluruhan dinding, dan hw adalah tinggi keseluruhan

dinding.

7. Menentukan kuat geser sesuai dengan SNI 2847-2013 Pasal 11.9.6 untuk

shear wall penahan gempa atau tidak menahan gempa.


1 𝑁𝑢 𝑥 𝑑 ............................... (2.2.86)
𝑉𝑐 = 4
𝑥 √𝑓 ′ 𝑐 𝑥 ℎ𝑑 + 4𝑙𝑤

𝑁𝑢
1 𝐿𝑤 (0,1.√𝑓′ 𝑐+0,2 )
𝑉𝑐 = [ 2 √𝑓 ′ 𝑐 + 𝑙𝑤ℎ
] 𝑥ℎ𝑑 ........................ (2.2.87)
𝑀𝑢 𝐿𝑤

𝑉𝑢 2

Dimana nilai Vc diambil yang paling kecil dari kedua persamaan di atas.

dimana lw adalah panjang keseluruhan dinding, dengan Nu adalah negatif

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 100

untuk tarik. Persamaan diatas tidak berlaku bila (Mu /Vu - lw/2) bernilai

negatif.

8. Perhitungan Tulangan Geser

Ø𝑉𝑐
< Vu ............................... (2.2.88)
2

Setelah direncanakan tulangan geser maka :

𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑 ........................................ (2.2.89)
𝑉𝑠 = 𝑠

ØVn = Ø ( Vc + Vs ) ......................................... (2.2.90)

Ket :

Vu = Gaya geser terfaktor

Vn = Kuat geser nominal dinding struktural

Ø = Faktor reduksi kekuatan

Ketentuan-ketentuan tambahan khusus untuk shear wall penahan gempa.

1. Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.2.2 sedikitnya harus dipakai 2 lapis

tulangan pada dinding apabila gaya geser terfaktor melebihi (1/6).Acv.√f’c

2. Batas Kuat Geser sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.4.4

2 ......................................... (2.2.91)
Ø 3 𝑥 𝐴𝑐𝑣 𝑥 √𝑓′𝑐 > Vu

3. Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.4.1. Kuat Geser Tidak Boleh

Melebihi :

1
Ø 𝑉𝑛 = 0,8 𝑥 𝐴𝑐𝑣 [ √𝑓 ′ 𝑐 + 𝜌𝑛 𝑥 𝑓𝑦 ] ........................... (2.2.92)
6

4. Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.2.1: Rasio tulangan trasversal tidak

kurang dari 0,0025 dan spasi tulangan masing-masing lapis tidak lebih dari

450 mm.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 101

5. Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.6.2 bahwa shear wall harus diberi

boundery element bila :

𝑙𝑤 𝛿𝑢
C> 𝛿𝑢 . dengan ℎ𝑤 tidak boleh lebih kecil dari 0,007.
600( )
ℎ𝑤

Evaluasi Kapasitas Boundary Elemen Shear wall :

1. Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.6.4 boundary element harus

dipasang secara horisontal dari sisi serat tekan terluar tidak kurang

daripada (c – 0,1 lw) dan c/2.

2. Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.6.4: rasio tulangan boundary tidak

boleh lebih kurang dari SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.6.4.1(a) sebesar:

0,12 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 ........................................................... (2.2.93)


𝜌𝑠 = 𝑓𝑦𝑏

𝐴𝑠
𝜌 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 = > 0,012 ............................................... (2.2.94)
𝑏𝑑

3. Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.1(b), bahwa luas tulangan

sengkang tidak boleh kurang dari:

𝑆 𝑥 ℎ𝑐 𝑓 ′ 𝑐 𝐴𝑔 .......................... (2.2.95)
𝐴𝑠ℎ = 0,3 𝑥 [ ] 𝑥 [ (𝐴𝑐ℎ) − 1 ]
𝑓𝑦ℎ

𝑆 𝑥 ℎ𝑐 𝑓′𝑐 ............................................. (2.2.96)


𝐴𝑠ℎ = 0,09 𝑥 [ ]
𝑓𝑦ℎ

4. Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.6.2: spasi tulangan boundary

elemen tidak boleh lebih dari: ¼ b dan 6 db.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 102

Gambar 2.26. Penulangan Dinding Struktural (Core wall) dan Boundary Element

Gambar 2.27. Detail Penamaan Penulangan Core wall dan Boundary Element

2.3.5 Pondasi

Secara garis besar, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu

struktur bangunan di dalam tanah dan struktur bangunan di atas tanah. Struktur

bangunan di dalam tanah sering disebut struktur bawah (sub stucture), sedangkan

struktur bangunan di atas tanah sering disebut struktur atas (up stucture).. Struktur

bawah dari suatu bangunan lazim disebut pondasi, yang bertugas untuk memikul

bangunan di atasnya.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 103

Karena pondasi harus memikul bangunan beserta beban-beban yang

bekerja pada bangunan, maka dalam perencanaan pondasi harus diperhitungkan

dengan cermat terhadap 2 macam beban, yaitu beban gravitasi dan beban lateral.

Beban gravitasi merupakan beban vertikal dengan arah dari atas ke bawah, dan

berasal dari dalam struktur bangunan, baik berupa beban mati (berat sendiri

bangunan) maupun beban hidup (orang dan peralatan di dalam bangunan).

Sedangkan beban lateral merupakan beban horizontal dengan arah dari kiri ke

kanan atau dari kanan ke kiri dan berasal dari luar struktur bangunan, baik berupa

beban yang diakibatkan oleh angin maupun beban yang diakibatkan oleh gempa.

Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefinisikan suatu

konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan

beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat

daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat

menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban yang bekerja,

gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain. Disamping itu,

tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang diijinkan. (Gunawan, 1993).

Berdasarkan struktur beton bertulang, pondasi berfungsi untuk :

a. Mendistribusikan dan memindahkan beban-beban yang bekerja pada

struktur bangunan di atasnya ke lapisan tanah dasar yang mendukung

struktur tersebut,

b. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan tidak sama pada

struktur,

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 104

c. Memberi kestabilan pada struktur dalam memikul beban horizontal

akibat angin, gempa dan lain-lain.

Fungsi ini dapat berlaku secara baik apabila kestabilan pondasi terhadap

efek guling, geser, penurunan, dan daya dukung terpenuhi. Pada pekerjaan

pondasi kegagalan suatu pekerjaan dapat terjadi karena dua macam perilaku

struktur pondasi. Pertama, seluruh pondasi atau sebagian elemennya akan masuk

terus ke dalam tanah karena tanah tidak mampu menahan beban tanpa keruntuhan,

kegagalan ini disebut sebagai kegagalan daya dukung tanah (bearing capacity

failure). Kedua, tanah pendukung tidak runtuh tetapi penurunan bangunan sangat

besar atau tidak sama, sehingga struktur atas retak dan rusak. Kegagalan itu

disebut sebagai kegagalan penurunan yang berlebihan.

Pada pondasi tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat ataupun

penurunan pondasi merata melebihi dari batas-batas tertentu, yaitu :

Tabel 2.14. Penurunan pada bangunan

No Jenis bangunan Penurunan maksimum (cm)


1 Bangunan umum 2,54
2 Bangunan pabrik 3,81
3 Gudang 5,08
4 Pondasi 0,05

Sumber : Foundation Design – W.C Teng

2.3.5.1 Jenis -jenis pondasi

Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah

disekitar bangunan tersebut, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 105

tanah padat yang mendukung pondasi. Pondasi pada tanah miring lebih dari 10 %,

maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan

bagian bawah dan atas rata. Dan berdasarkan uraian di atas, maka pondasi

digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Pondasi dangkal. Kedalaman tanah kuat untuk pondasi dangkal

diperkirakan sampai mencapai 3 m di bawah permukaan tanah. Dan

yang termasuk golongan pondasi dangkal, yaitu :

a Pondasi Staal atau Pondasi Lajur, yang dibuat dari pasangan

bata atau padangan batu kali dengan kedalaman tanah kuat

sampai 1,5 m.

b Pondasi Telapak (Foot Plate), dibuat dari beton bertulang,

dengan kedalaman tanah kuat sampai 2 m di bawah permukaan

tanah.

c Pondasi Pyler, dibuat dari pasangan batu kali, berbentuk

piramida terpancung.

2. Pondasi Sedang, kedalaman tanah kuat untuk pondasi sedang

diperkirakan sampai mencapai 4 m dibawah permukaan tanah. Pondasi

yang cocok pada kedalam ini ialah Pondasi Sumuran.

3. Pondasi dalam, adalah pondasi yang kedalaman tanah kuatnya

minimum 4,5 meter dan biasa digunakan pada bangunan- bangunan

bertingkat. Pondasi yang cocok pada kedalaman ini adalah pondasi

tiang pancang maupun borpile.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 106

Gambar 2.28. Jenis penampang pondasi dalam (Tiang pancang, borepile)

Dalam perencanaan ulang gedung ini dipergunakan pondasi tiang pancang.

Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan

gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang

pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal

tiang pancang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.

Fungsinya sama dengan pondasi dalam lainnya seperti bor pile. Bedanya ada pada

cara pengerjaannya saja. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan dengan

menggunakan alat berat diesel hammer.

Untuk jenis pondasi tiang dalam biasanya terdapat elemen struktur yang

berfungsi sebagai pengikat struktur antara struktur bawah (pondasi) dengan

struktur atas (kolom) yaitu yang disebut dengan pile cap. Maka penulis sertakan

pada landasan teori ini mengenai perencanaan pile cap.

2.3.5.2 Perencanaan Pondasi Tiang Pancang

Secara umum, perencanaan pondasi tiang mencakup daya dukung sebagai

end bearing pile (daya dukung ujung) maupun friction pile (daya dukung gesek).

Sifat tanah yang variable yang dikombinasikan dengan beban-beban yang tak

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 107

diperhitungkan sebelumnya atau gerakan tanah yang terjadi kemudian

(umpamanya oleh gempa) dapat menyebabkan penurunan berlebih.

Satu hal penting yang harus diperhatikan dalam merancang struktur bawah dalam

memenuhi stabilitas jangka panjang yaitu, perhatian harus diberikan pada

perletakan dasar pondasi. Pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup

untuk menanggulangi resiko erosi permukaan gerusan, kembang susut tanah, dan

gangguan tanah di sekitar pondasi lainnya. Adapun persyaratan-persyaratan yang

harus dipenuhi dalam perancangan pondasi adalah :

1. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampaunya kapasitas dukung

tanah harus terpenuhi.

2. Penurunan pondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang

ditoleransikan. Penurunan yang tidak seragam harus tidak mengakibatkan

kerusakan pada struktur.

Daya dukung pondasi tiang pancang yang perlu diperhitungkan meliputi

daya dukung vertikal maupun daya dukung horisontal. Untuk menentukan daya

dukung pondasi tiang pancang dapat menggunakan berbagai cara/data hasil

penyelidikan tanah, baik menggunakan data sondir, data N-SPT, maupun Soil

Properties.

Tabel 2.15 Hubungan N (“standard netration resistance”) dan tegangan ijin tanah

Keadaan konsistensi N  2
tanah (kg/cm )

Sangat lembek 0–2 0,00 – 0,30


Lembek 2–4 0,30 – 0,60

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 108

Sedang 4–8 0,60 – 1,20


Keras 8 – 15 1,20 – 2,40
Sangat keras 15 – 30 2,40 – 4,80
Keras sekali >30 4,80

Analisa-analisa kapasitas daya dukung, dilakukan dengan cara pendekatan

untuk memudahkan perhitungan. Persamaan yang dibuat, dikaitkan dengan sifat-

sifat tanah dan bidang geser yang terjadi saat keruntuhan.

Dalam menentukan kapasitas dukung tiang diperlukan klasifikasi tiang dalam

mendukung beban yang bekerja. Menurut Terzaghi, klasifikasi tiang didasarkan

pada pondasi tiang yaitu :

1. Tiang gesek (friction pile), bila tiang pancang pada tanah berbutir. Akibat

pemancangan tiang, tanah disekitar tiang menjadi padat. Porositas dan

kompresibilitas tanah akibat getaran pada waktu tiang dipancang menjadi

berkurang dan angka gesekan antara butir – butir tanah dan permukaan tiang

pada arah lateral menjadi bertambah.

2. Tiang lekat (cohesion pile), bila tiang dipancang pada tanah lunak

(permeabilitas rendah) atau tanah mempunyai kohesi yang tinggi.

3. Tiang mendukung dibagian ujung tiang (point / end bearing pile), bila tiang

dipancang dengan ujung tiang mencapai tanah keras sehingga seluruh beban

yang dipikul oleh tiang diteruskan ke tanah keras melalui ujung tiang.

4. Tiang tekan, bila tiang telah menumpu pada tanah keras dan mendapatkan

tekanan vertikal dari beban mati maupun beban hidup.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 109

5. Tiang tarik, bila tiang pancang pada tanah berbutir mendapat gaya yang

bekerja dari lendutan momen yang mengakibatkan tiang mengalami gaya

tarik.

Pada kenyataannya di lapangan, tanah sangat heterogen dan pada umumnya

merupakan kombinasi dari kelima hal tersebut di atas. Berbagai metode dalam

usaha menentukan kapasitas dukung tiang ini, tapi umumnya dibedakan dalam

dua kategori yaitu untuk tiang tunggal dan kelompok tiang.

2.3.5.2.1 Kapasitas Daya Dukung Aksial Tiang Pancang Tunggal

Berdasarkan Data SPT

Apabila kita memancang tiang sampai kedalaman tanah keras melalui lapisan

tanah lempung, maka untuk menghitung daya dukung tiang kita perhitungkan baik

berdasarkan pada tahanan ujung (end bearing) maupun pelekatan (cleef / frictio

pile).

Demikian pula harus diperhitungkan terhadap kekuatan bahan tiang itu sendiri.

Namun, untuk perencanaan pondasi tiang pancang pada tugas akhir ini kekuatan

bahan maupun perhitungan penulangannya sudah menurut ketentuan pabrikasi

(precest) yang mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PT. Jaya Beton

Indonesia.

Sesuai dengan apa yang dijelaskan diatas, untuk kapasitas daya dukung

tiang dibedakan oleh daya dukung ujung dan daya dukung gesek, dan apabila

kedua gaya tersebut dimobilisasi maka akan dapat : (Mayerhof, 1956).

Qu = 40.Nb .Ap +0,2.N .As atau,

Qult = Qp + Qs ................................. (2.2.97)

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 110

𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = ................................................ (2.2.98)
𝑆𝐹

Dengan :

Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang maksimum tunggal. (kN)

Qp = Kapasitas daya dukung ujung tiang yang didapat dari tanah

dibawah ujung pondasi. (kN)

Qs = Kapasitas daya dukung yang didapat dari gaya gesekan atau gaya

adhesi antara tiang pancang dengan tanah. (kN)

Qall = Kapasitas daya dukung tiang pancang ijin tunggal. (kN)

SF = Faktor keamanan (safety factor), biasanya bernilai 2,5 – 3.

a.) Kapasitas Daya Dukung Ujung Pondasi Tiang Pancang (Qp)

Berdasarkan data hasil pengujian SPT (Standard Penetration Test).

Daya dukung satu tiang untuk tanah lanau berpasir (Metode Mayerhof, 1956) :

Qp = 40.Nb .Ap ............................................. (2.2.99)

Dimana :

Nb = Harga rata-rata N-SPT terkoreksi pada 4D dibawah tiang (N1) dan 8D

𝑁1+𝑁2
diatas tiang (N2). Nb = , dengan Harga Nb ≤ 40
2

Ap = Luas dasar tiang (m2)

b.) Kapasitas Daya Dukung Selimut Pondasi Tiang Pancang (Qs)

Qs = 0,2.N .As ............................................. (2.2.100)

Dimana :

N = Harga rata-rata N-SPT terkoreksi sepanjang tiang, dengan Harga N

≤ 10

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 111

As = Luas selimut tiang (m2)

Perhitungan daya dukung selimut tiang akan dihitung perkedalaman 2 meter

sampai kedalam tanah keras.

2.3.5.2.2 Kapasitas Daya Dukung Lateral Tiang Pancang Tunggal

Pondasi tiang harus dirancang dengan memperhitungkan beban-beban

horizontal atau lateral. Seperti, beban angin, tekanan tanah lateral, beban

gelombang air, benturan kapal dan lain-lain. Besarnya beban lateral yang harus

didukung tiang merupakan gaya lateral pada perletakan struktur yang merupakan

hasil distribusi gaya lateral dari struktur rangka utama. Salah satu cara yang

digunakan dalam menghitung daya dukung lateral tiang adalah metode yang

diusulkan Broms.

a.) Tiang dalam tanah kohesif

Broms (1964) mengusulkan cara pendekatan sederhana untuk

mengestimasi distribusi tekanan tanah yang menahan tiang dalam tanah lempung.

Yaitu, tahanan tanah dianggap sama dengan nol dipermukaan tanah sampai

kedalaman 1,5 kali diameter tiang (1,5d) dan konstan sebesar 9cu untuk

kedalaman lebih besar dari 1,5d. Tahanan lateral tiang dalam tanah kohesif dapat

diperhitungkan dengan grafik pada gambar berikut:

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 112

Gambar 2.29. Tahanan lateral ultimit tiang dalam tanah kohesif (Broms, 1964)

- Tiang ujung bebas

Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas untuk tiang panjang (tidak kaku)

dan tiang pendek (kaku) diperlihatkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.30. Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas dalam tanah kohesif

(Broms, 1964)

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 113

Dengan mengambil momen terhadap titik dimana momen pada tiang

pancang mencapai momen maksimum, dapat diperoleh:

Mmaks= Hu. (e + 3𝐷⁄2 + 1⁄2 f ) (2.101)

Dengan f =𝐻𝑢⁄9. 𝑐𝑢. 𝐷 (2.72)

Momen maksimum juga dapat dinyatakan dengan persamaan:

Mmaks = 9⁄4 . D.g2.cu (2.73)

Dengan g = L - 3𝐷⁄2 – f (2.74)

- Tiang ujung jepit

Mekanisme keruntuhan tiang ujung jepit, diagram distribusi reaksi tanah

dan momen terjadi secara pendekatan diperlihatkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.31. Mekanisme keruntuhan tiang ujung jepit dalam tanah kohesif

(Broms, 1964)

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 114

Pada tiang dengan ujung jepit, Broms menganggap bahwa momen yang

terjadi pada tubuh tiang yang tertanam di dalam tanah sama dengan momen yang

terjadi di ujung atas tiang yang terjepit oleh penutup tiang (pile cap). Untuk tiang

pendek, dapat dihitung tahanan tiang ultimit terhadap beban lateral sebagai

berikut:

Hu = 9. Cu . D. (L-3𝐷⁄2 ............................................. (2.2.101)

Mmaks= Hu . ( 𝐿⁄2 - 3𝐷⁄4 ) ............................................. (2.2.102)

Jika Mmaks > My (momen yang dapat dipikul tiang). Maka tiang termasuk dalam

kriteria tiang panjang, dalam hal ini Hu dinyatakan dengan persamaan:


2.𝑀𝑦
Hu = 3𝐷⁄ 1
............................................. (2.2.103)
2 + ⁄2 .𝑓

b.) Tiang dalam tanah granuler

Untuk tiang dalam tanah granuler (c = 0), Broms (1964) menganggap

tahanan tanah ultimit (pu) sama dengan tiga kali tekanan pasif Rankine. Hal ini

berdasarkan pada bukti empiris yang diperoleh dengan membandingkan hasil

pengamatan dan hitungan beban ultimit yang dilakukan oleh Broms yang

menunjukan bahwa pengambilan faktor pengali 3 dalam beberapa hal mungkin

telalu hati-hati, karena nilai banding rata-rata antara hasil hitungan dan beban

ultimit hasil pengujian tiang adalah kira-kira 2/3. Dengan anggapan tersebut,

distribusi tekanan tanah dapat dinyatakan dengan persamaan:

Pu = 3.p0 .Kp ............................................. (2.2.104)

Dengan:

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 115

P0 = Tekanan overburden efektif

Kp = (1+ sin 𝜑" ) / (1- sin 𝜑 ' ) = tg2 .(450 + 𝜑 / 2) ................ (2.2.105)

φ' =Sudut gesek dalam efektif

Tahanan lateral tiang dalam tanah granuler dapat diperhitungkan dengan

grafik pada gambar berikut:

Gambar 2.32. Tahanan lateral ultimit tiang dalam tanah granuler (Broms, 1964)

- Tiang ujung bebas

Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas untuk tiang panjang dan tiang

pendek pada tanah granuler diperlihatkan dalam gambar berikut:

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 116

Gambar 2.33. Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas dalam tanah granuler

(Broms, 1964)

Dengan mengambil momen terhadap ujung bawah,

(1⁄2)𝛾𝑑𝐿.𝐾𝑝
Hu = ............................................. (2.2.106)
𝑒+𝐿

Momen maksimum terjadai pada jarak f dibawah permukaan tanah,

dimana:

Hu = (3 / 2)𝛾dKp.f 2 ............................................. (2.2.107)

𝐻𝑢
f = 0.82√𝐷𝐾𝑝𝛾 .................................................. (2.2.108)

Momen maksimum dapat dinyatakan dengan persamaan:

Mmaks = Hu (e+2f / 3) .................................................. (2.2.109)

Jika Mmaks>My, momen maksimum dapat diperhitungkan dengan menganggap

Mmaks = My.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 117

- Tiang ujung jepit

Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas untuk tiang panjang dan tiang

pendek pada tanah granuler diperlihatkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.34. Mekanisme keruntuhan tiang ujung jepit dalam tanah granuler

(Broms, 1964)

Untuk tiang dengan ujung jepit yang kaku (tiang pendek), beban lateral

ultimit dinyatakan dengan persamaan:

Hu = ( 3 / 2) 𝛾dL2Kp ............................................. (2.2.110)

Momen negatif yang terjadi pada kepala tiang untuk tiang pendek dapat dihitung

dengan persamaan:

Mmaks = ( 2 / 3 )Hu.L = 𝛾.D.L3.Kp ............................................. (2.2.111)

Jika Mmaks>My (untuk tiang pendek), maka keruntuhan tiang dapat didefinisikan

berprilaku sebagai tiang panjang, dimana tiang lebih dahulu patah sebelum terjadi

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 118

keruntuhan tanah. pada kondisi ini momen maksimum pada tiang sama dengan

momen yang dapat dipikul tiang. Sehingga kapasitas lateral ijin dapat

diperhitungkan dengan persamaan:


2.𝑀𝑦
Hu = 𝑒+2𝑓⁄3 ...................................................... (2.2.112)

2.3.5.2.3 Kapasitas Dukung Kelompok Tiang (Pile Group)

Dalam pelaksanaan, jarang dijumpai pondasi yang hanya terdiri dari satu

tiang saja, tetapi terdiri dari kelompok tiang (pile group). Teori membuktikan

dalam daya dukung kelompok tiang geser tidak sama dengan daya dukung tiang

secara individu dikalikan jumlah tiang dalam kelompok, melainkan akan lebih

kecil karena adanya faktor efisiensi. Daya dukung kelompok tiang dihitung

berdasarkan cleef. Di atas pile gorup biasanya diletakkan suatu konstruksi poer

(footing) yang berfungsi mempersatukan kelompok tiang tersebut.

 Jumlah Tiang (n)

Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan beban yang

bekerja pada pondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang dipakai

adalah sebagai berikut ini :


𝑃
n=𝑄 ..................................................................... (2.2.113)
𝑎

Dimana :

n = Jumlah tiang

P = beban yang bekerja

Qa = kapasitas dukung ijin tiang tunggal

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 119

 Jarak antar tiang pancang dalam kelompok (s)

Jarak antar tiang pancang didalam kelompok tiang sangat mempengaruhi

perhitungan kapasitas dukung dari kelompok tiang tersebut. Untuk bekerja

sebagai kelompok tiang, jarak antar tiang yang dipakai adalah menurut

peraturan–peraturan bangunan pada daerah masing – masing. Menurut K. Basah

Suryolelono (1994), pada prinsipnya jarak tiang (S) makin rapat, ukuran pile cap

makin kecil dan secara tidak langsung biaya lebih murah. Tetapi bila pondasi

memikul beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti menambah

atau memperbesar tahanan momen.

Daya dukung tanah oleh Dirjen Bina Marga Departemen P.U.T.L. disyaratkan

jarak tiang biasanya dipakai bila :

- Ujung tiang tidak mencapai tanah keras maka jarak tiang minimum ≥ 2,5 kali

diameter tiang atau 2,5 kali diagonal tampang tiang.

- Ujung tiang mencapai tanah keras, maka jarak tiang minimum ≥ diameter tiang

ditambah 30 cm atau panjang diagonal tiang ditambah 30 cm.

Disyaratkan juga bahwa jarak antara 2 tiang dalam kelompok tiang :

- Minimum = 0,60 m

- Maksimum = 2,00 m

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 120

Gambar.2.35. Contoh Tiang Pancang Group

 Susunan Tiang

Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap, yang secara

tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur atau

terlalu lebar, maka luas denah pile cap akan bertambah besar dan berakibat

volume beton menjadi bertambah besar sehingga biaya konstruksi membengkak

(K. Basah Suryolelono, 1994). Gambar dibawah ini adalah contoh susunan tiang:

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 121

Gambar 2.36. Contoh susunan tiang

 Efisiensi kelompok tiang

Beberapa persamaan efisiensi kelompok tiang telah diusulkan untuk

menghitung kapasitas kelompok tiang. Salah satu persamaan-persamaan tersebut

adalah yang diusulkan oleh Converse-Labarre Formula. Persamaan tersebut

adalah sebagai berikut :

(𝑛′ −1) .𝑚+ (𝑚−1) .𝑛′


Eg = 1-𝜃 > Pu ........................................ (2.2.114)
90.𝑚𝑛′

Dengan :

m = jumlah baris tiang

n’ = jumlah tiang dalam satu baris

𝜃 = Arc tg.d/s, dalam derajat

s = jarak antar pusat tiang

d = diameter tiang

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 122

2.3.5.2.4 Pembebanan Pada Pondasi Kelompok Tiang

a.) Beban Vertikal Sentris

Beban ini merupakan beban per-satuan panjang yang bekerja melalui pusat

berat kelompok tiang, sehingga beban akan diteruskan ke tanah dasar pondasi

melalui pile cap dan tiang – tiang tersebut secara terbagi rata. Bila jumlah tiang

yang mendukung pondasi tersebut maka setiap tiang akan menerima beban

sebesar berikut :
𝑉
P=𝑛 ......................................................................... (2.2.115)

Dimana :

P = Beban yang diterima tiap tiang

V = Beban vertikal yang diterima pondasi

n = Jumlah tiang yang mendukung pondasi

Gambar 2.37. Beban Vertikal Sentris

b.) Beban Vertikal dan Momen

Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang (kolom) didistribusikan pada pile

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 123

cap dan kelompok tiang pondasi berdasarkan rumus elastisitas dengan

menganggap bahwa pile cap kaku sempurna (pelat pondasi cukup tebal), sehingga

pengaruh gaya yang bekerja tidak menyebabkan pile cap melengkung atau

deformasi. Maka rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :

𝑉 𝑀𝑦 𝑥 𝑀𝑥 𝑦
Pi = 𝑛 ± ± < Pnetto ....................................... (2.2.116)
∑ 𝑥2 ∑ 𝑦2

Dimana :

Mx , My = momen masing-masing disumbu X dan Y

x, y = jarak dari sumbu x dan y ke tiang

∑ x2 , ∑ y2 = Jumlah kwadrat jarak tiang ke garis netral

V = jumlah beban vertikal

n = jumlah tiang kelompok

Pi = reaksi tiang atau beban aksial tiang ke-i

Gambar 2.38. Beban Vertikal dan Momen

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 124

2.3.5.3 Perencanaan Pile Cap

Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan

kolom di bagian atasnya. Untuk memikul suatu kolom yang cukup berat,

terkadang tidak cukup apabila hanya digunakan satu buah tiang pancang maupun

borepile saja. Dua atau lebih tiang pondasi dapat digunakan untuk memikul satu

buah kolom. Guna menyatukan tiang pancang yang jumlahnya lebih dari satu,

maka diperlukan suatu struktur pile cap yang fungsinya adalah untuk

mendistribusikan beban dari kolom ke masing-masing tiang pancang. Dimana

masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya

dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum

yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton).

Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat

pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan

beban tambahan pada pondasi. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk

segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun

berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile

cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 atau lebih pondasi yang diikat

menjadi satu.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 125

Gambar 2.39. Pile cap

Perencanaan Pile cap biasanya dilakukan dengan anggapan sebagai berikut :

1. Pile cap sangat kaku

2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen lentur

yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang.

3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu, distribusi tegangan dan

deformasi membentuk bidang rata.

Perhitungan momen lentur dan gaya geser pada pile cap didasarkan pada

asumsi bahwa reaksi dari tiap-tiap tiang pancang terpusat pada pusat berat

penampang tiang pancang (SNI 2847:2013 Pasal 15.2.3). Ketebalan minimum

dari sebuah pile cap ditentukan sebesar 300 mm sesuai dengan SNI 2847:2013

Pasal 15.7. Dan untuk dapat mentransfer beban dengan baik ke lapisan tanah,

maka jarak antar tiang dibatasi minimal sebesar 2,5 - 3 kali diameter tiang

pancang. Jarak antar tiang diusahakan sedekat mungkin untuk menghemat pile

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 126

cap, tetapi jika pondasi menerima beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar

yang berarti menambah atau memperbesar tahanan momen.

Pile cap direncanakan berdasarkan reaksi maksimum tiang individu akibat

gaya yang membebani pondasi. Berikut perhitungan pile cap untuk pondasi.

1. Kontrol penampang pile cap terhadap gaya geser

Perhitungan gaya geser 1 arah dan 2 arah untuk pile cap sama dengan

perhitnugan gaya geser 1 arah dan 2 arah pada pondasi telapak. Apabila pada

pondasi telapak pada umumnya dapat mengalami beberapa mekanisme

keruntuhan, maka pada pile cap juga berlaku demikian.

 Keruntuhan geser (Gambar 2.40.a), dimana muncul retak dalam arah

diagonal yang tidak mengakibatkan keruntuhan struktur, namun retak

akan memanjang hingga mencapai daerah tekan beton, sehingga akan

mengurangi penampang beton dan akhirnya daerah tekan beton akan

mengalami kegagalan akibat tegangan geser dan tegangan tekan.

 Keruntuhan lentur setelah retak dalam arah diagonal terbentuk. Retak

dalam arah diagonal yang terbentuk sebelumnya tidak menyebabkan

keruntuhan atau mencegah tercapainya kuat momen nominal

penampang. Jika panjang penyaluran tulangan tarik mencukupi, dan

tidak terjadi keruntuhan pada daerah tekan beton, maka tulangan tarik

akan mencapai kuat lelehnya.

 Keruntuhan tarik diagonal (Gambar 2.40.b), atau sering disebut dengan

geser pons (punching shear), pelat pondasi mengalami keruntuhan

akibat terbentuknya retak dalam arah diagonal di sekitar lokasi beban

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 127

kolom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penampang kritis akibat

geser pons terletak sejarak d/2 dari muka kolom, dengan d adalah tinggi

efektif pelat pondasi.

Gambar 2.40. Mekanisme keruntuhan pondasi pile cap

 Keruntuhan lentur terjadi sebelum retak dalam arah diagonal terbentuk.

Retak dalam arah diagonal terbentuk setelah kuat lentur penampang

tercapai.

Dalam perencanaan, keruntuhan geser hendaknya tidak terjadi sebelum

kuat lentur penamoang tercapai.

a. Kontrol gaya geser satu arah

Gambar 2.41. Analisis geser satu arah

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 128

- Gaya geser yang bekerja pada penampang kritis

𝑉𝑢 = 𝜎. 𝐿. 𝐺′ ............................................................. (2.2.117)

Dimana :

Vu = Gaya geser terfaktor

𝜎 = Tegangan yang terjadi, dengan :

Pu/A (t/m2)

Pu = Gaya aksial pada pondasi

A = Luas pondasi pile cap

L = Panjang pile cap

d = Tebal efektif pile cap

G’ = Daerah pembebanan yang diperhitungkan untuk geser satu arah

- Kuat geser beton

Penggunaan penulangan geser di dalam pondasi tidak disarankan karena

tidak praktis, terutama berkaitan dengan kesulitan pemasangan

disamping lebih praktis untuk menambah ketebalan pondasi sedikit

saja. oleh karena itu seperti halnya pondasi telapak, umumnya

perencanaan kuat geser pondasi pile cap didasarkan sepenuhnya pada

kuat geser beton saja. Perilaku pondasi yang bekerja pada satu arah

dapat disamakan dengan balok atau pelat penulangan satu arah. Sesuai

dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.11 ayat 1.1 ditentukan bahwa

penampang kritis geser satu arah pada pondasi adalah pada bidang

vertikal memotong lebar ditempat yang berjarak sama dengan tinggi

efektif dari muka beban terpusat atau bidang reaksi. Maka kuat geser

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 129

beton pada pondasi dengan penulangan satu arah diperhitungkan

sebagai berikut :
1
𝜑𝑉𝑐 = 𝜑 6 √𝑓𝑐′. 𝑏. 𝑑 ......................................................... (2.2.118)

Dimana :

b = Panjang pile cap

d = Tebal efektif pile cap = h – selimut beton

h = Tebal pile cap

Vc = Gaya geser nominal yang disumbangkan oleh beton

fc’ = Kuat tekan beton yang disyaratkan

Vu = Gaya geser terfaktor satu arah yang terjadi

- Dengan ketentuan bahwa :

𝜑𝑉𝑐 > Vu

b. Kontrol gaya geser dua arah

Gambar 2.42. Analisis geser dua arah

- Lebar penampang kritis (B’)

B’ = Lebar kolom + 2 (1/2d) ............................................ (2.2.119)

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 130

- Gaya geser yang bekerja pada penampang kritis

2
𝑉𝑢 = 𝜎 (𝐿2 − 𝐵 ′ ) ......................................................... (2.2.120)

Dimana :

𝜎 = Tegangan yang terjadi, dengan :

Pu/A (t/m2)

L = Panjang pile cap

B’ = Lebar penampang kritis pondasi pile cap

Vu = Gaya geser terfaktor dua arah yang terjadi

- Dalam SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1, dinyatakan bahwa nilai kuat geser

pondasi akibat geser dua arah untuk beton ditentukan nilai terkecil dari:

2 √𝑓𝑐 ′ .𝑏𝑜.𝑑 .................................................. (2.2.121)


1. 𝑉𝑐 = [1 + ]
𝛽𝑐 6

𝛼𝑠.𝑑 √𝑓𝑐 ′ .𝑏𝑜.𝑑


2. 𝑉𝑐 = [ 𝑏𝑜 + 2] .................................................. (2.2.122)
12

dengan : αs = 40 untuk kolom dalam

αs = 30 untuk kolom tepi

αs = 20 untuk kolom sudut


1
3. 𝑉𝑐 = 3
√𝑓𝑐 ′ . 𝑏𝑜. 𝑑 ................................................. (2.2.123)

𝑎𝑘
Dengan : 𝛽𝑐 = 𝑏𝑘

Bo = 4B’

Dimana :

Vu = Gaya geser dua arah yang terjadi

bk = Panjang kolom

ak = Lebar kolom

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 131

d = Tinggi efektif pondasi pile cap

h = Tebal pondasi pile cap

bo = Keliling penampang kritis pondasi pile cap

αs = Konstanta untuk perhitungan pondasi pile cap

- Dengan ketentuan bahwa :

𝜑𝑉𝑐 > Vu

2. Perhitungan Tulangan Pile Cap

Perhitungan momen terfaktr maksimum untuk sebuah pondasi telapak

ditentukan dalam SNI 2847:2013 pasal 15.4. dalam pasal tersebut bahwa

momen luar akibat semua gaya yang bekerja pada pondasi harus dihitung

terhadap suatu potongan bidang vertikal pada pondaasi tersebut (pada

penampang kritis) yang terletak pada :

a. Muka kolom, pedestal, dinding, untuk pondasi telapak yang memikul

kolom, pedestal atau dinding beton.

b. Setengah dari jarak yang diukur dari bagian tengah ke tepi dinding, untuk

pondasi telapak yang mendukung dinding pasangan.

c. Setengah dari jarak yang diukur dari muka kolom ke tepi pelat alas baja,

untuk pondasi yang mendukung kolom dengan pelat dasar baja.

Beban aksial Pu yang bekerja dibebankan sama rata keseluruh tiang. Masing-

masing tiang mendapatkan beban aksial sebesar Pu/np.

Momen terhadap titik berat :

- Lebar Penampang Kritis (B’)

B’ = lebar pile cap/2 – lebar kolom/2 ........................... (2.2.124)

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 132

- Berat Pile cap pada Penampang Kritis (q’)

q’ = 2400 x l x t ................................................ (2.2.125)

Berat pile cap pada penampang kritis:


𝑃𝑢 1
Mu = 2 x 𝑥𝑠− 𝑥 𝑞 ′ 𝑥 𝐵′2 ............................. (2.2.126)
4 2

ϕMn = ϕAs . fy .( d-1/2.a) .............................. (2.2.127)


𝐴𝑠 .𝑓𝑦
a = 0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏
.............................. (2.2.128)
dengan :

B’ = Lebar penampang kritis pondasi pile cap

q’ = Berat pile cap pada penampang kritis

Mu = Momen terfaktor yang terjadi

Mn = Momen nominal

As = Luas tulangan

a = bentang geser, jarak antara beban terpusat dan muka tumpuan

fy = Kuat leleh baja tulangan

fc’ = Kuat tekan beton

b = Lebar pondasi pile cap

s = Jarak antar tiang

Dengan ketentuan bahwa :

ϕMn > Mu

Untuk tulangan tekan bagian atas, bisa diberikan sebesar 20%

tulangan utama.

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement


BAB II LANDASAN TEORI II - 133

Gambar 2.43. Contoh Detail Tulangan Pile cap

Redesign Struktur Gedung Goodrich Mansion Apartement

Вам также может понравиться