Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
LANDASAN TEORI
1.3.53.1987).
Gedung (SNI-1726-2012).
(SNI 1727:2013).
Gedung (SNI-2847-2013).
bangunan. Maka dari itu, Suatu konstruksi bangunan gedung juga harus
dipengaruhi oleh beban mati (dead load) berupa berat sendiri, beban hidup (live
load) berupa penurunan pondasi, tekanan tanah atau air, pengaruh temperature
Suatu beban yang bertambah dan berkurang secara berkala disebut beban
dengan periode struktur dan apabila beban ini diterapkan pada struktur selama
kurun waktu yang cukup lama, dapat menimbulkan lendutan. Lendutan yang
pendekatan tim antara barbagai disiplin ilmu perancangan, fabrikasi bahan, dan
diterapkan pada semua bangunan arsitektur, hal ini sangat penting apabila kita
struktur yang rumit dimana gaya-gaya fisik dan lingkungan merupakan penentu
gravitasi dan gaya-gaya horizontal angin di atas tanah serta gaya-gaya gempa di
bawah tanah. Kulit bangunan harus menahan perbedaan suhu, tekanan udara dan
bangunan harus tanggap terhadap semua gaya ini batang-batangnya harus disusun
dan disambung satu sama lain sehingga dapat menyerap gaya-gaya ini dan
meskipun tidak sedikit yang menggunakan struktur baja. Pada saat ini,
bertingkat adalah beton Ready Mix. Kuat tekan untuk bahan ready-mix ini bisa
mencapai ( 62 Mpa ) jauh di atas beton biasa yang kuat tekannya hanya ( 25 MPa
– 30 Mpa ).
beton, baik dengan cara biasa berdasarkan pengalaman maupun dilakukan secara
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,
atau agregat-agregat lain dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau
Sifat utama dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, tetapi juga
bersifat getas/mudah patah atau rusak terhadap beban Tarik. Dalam perhitungan
struktur, kuat tarik beton ini biasanya diabaikan. Sedangkan sifat utama baja
tulangan, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban tekan. Karena baja
Dari sifat utama tersebut, maka jika kedua bahan (beton dan baja tulangan)
yang disebut beton bertulang. Beton bertulang ini mempunyai sifat sesuai dengan
sifat bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban
tekan. Beban tarik pada beton bertulang ditahan oleh baja tulangan, sedangkan
Dengan melihat definisi beton dan baja secara umum tersebut, maka dapat
kita simpulkan bahwa definisi dari beton bertulang adalah campuran campuran
dari bahan-bahan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), semen dan juga
air yang di dalamnya diberi tulangan dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak
kurang dari nilai minimum yang di syaratkan dengan atau tanpa prategang, dan
1. Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat.
Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir
dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah
Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. Pada saat bahan-bahan tersebut
dicampurkan terjadi lah suatu reaksi kimia yang dinamakan proses hidrasi.
Hasilnya beton pun mengalami proses pengikatan yang diikuti dengan proses
pengerasan.
Kelebihan Beton :
sulit.
6. Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan
tahan kebakaran.
Kekurangan Beton :
1. Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
4. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak
beton.
Beton sebagaimana kita ketahui adalah material yang kuat menahan gaya
tekan, dan sangat lemah menahan gaya tarik. Makanya tegangan pada beton yang
paling sering diamati adalah tegangan tekannya, bukan tegangan tarik. Ketika
Namun perilaku linearnya itu tidak bertahan lama, apabila tegangannya ditambah
terus menerus, maka regangannya tetap naik, tetapi perilaku betonnya sudah tidak
linear lagi.
Dan tegangan itu mencapai puncak tegangan yaitu fc’ di sekitar regangan
0.002, kemudian turun sedikit hingga hancur di regangan 0.003. ini tipikal
bukunya yang berjudul structural concrete – theory dan design dan bisa kita amati
Sumber: http://strukturbeton.web.id/blog/kurvategangan-regangan-beton/
(20/11/2016, 16:35)
Dapat kita amati bahwa terdapat beberapa titik acuan yang menandakan fase
terjadinya tegangan maupun regangan pada beton. Terdapat empat fase kurva
tegangan-regangan pada beton, dimulai dari titik awal, kemudian secara kontinue
panjang atau terjadi regangan dan regangannya itu linear. Namun perilaku
liniernya itu tidak bertahan lama apabila tegangan terus dinaikan, reganagan tetap
naik hingga beton mengalami titik luluh artinya regangnya sudah tidak linear lagi,
beton masih dapat menerima beban hingga titik ultimate (ultimate tensile
2. Baja Tulangan
Baja adalah logam yang terbentuk dari campuran besi dan karbon. Dalam
struktur beton bertulang, baja digunakan sebagai tulangan yang ditanam di dalam
beton. Tulangan baja diklaim sangat kuat terhadap beban tarik dan beban tekan.
Namun karena harga tulangan baja terbilang mahal, maka hindari memanfaatkan
tulangan baja untuk menopang beban tekan suatu bangunan. Adapun standar pada
berupa besi polos maupun besi ulir. Simbol untuk menyatakan diameter polos
adalah Ф dan pada besi ulir dituliskan dengan D. Di bawah ini contoh-contoh
Kelebihan Baja :
ruang.
kecil.
tiba-tiba.
Kekurangan Baja :
tulangan ulir/sirip (deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar) hanya
dapat digunakan untuk tulangan spiral dan tendon, kecuali untuk kasus-kasus
tertentu.
tegangan-regangan. Jika sebuah benda diberi gaya tarik atau tekan, maka benda
suatu ketika gaya tersebut dihilangkan, maka benda tersebut akan kembali seperti
semula (seperti sebelum diberi gaya). Keadaan ini disebut sebagai keadaan elastis,
yaitu suatu keadaan dimana benda kembali dari bentuk deformasinya ketika
beban/gaya yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan. Dalam kondisi elastis,
Namun ada suatu keadaan dimana jika gaya atau beban yang bekerja pada
benda tersebut ditambah besarnya, benda tersebut tidak bisa kembali ke bentuk
semula atau kembali seperti sebelum benda tersebut berdeformasi. Keadaan ini
disebut sebagai keadaan Plastis atau Inelastis. Pada kondisi awal dimana beban
bekerja, perpanjangan (deformasi) akan hilang jika beban dihilangkan. Tapi jika
beban terus ditingkatkan sehingga tegangan terus bertambah, maka pada suatu
titik atau batas tertentu, perpanjangannya tidak bisa hilang seluruhnya alias terjadi
permanen adalah titik leleh, sedangkan regangan yang terjadi saat titik ini terjadi
tegangan leleh. Saat titik leleh ini tercapai, maka hubungan tegangan-regangan
sudah tidak linear lagi, perpanjangan (deformasi) dari benda sudah tidak elastis
lagi, tapi sudah plastis atau inelastis, jadi sedikit saja tegangannya dinaikan, maka
Dan seandainya tegangan terus ditambah, maka pada suatu titik tertentu
mencapai batas disebut titik batas atau titik ultimate. Dimana saat titik ini tercapai,
deformasi benda sudah mencapai puncaknya (tinggal menunggu saat untuk putus /
runtuh saja), tidak ada kenaikan tegangan yang berarti tapi deformasi (regangan)
yang terjadi terus bertambah, ini ditunjukan dengan garis kurva yang turun setelah
titik batas tercapai (lihat Gambar 2.3), sehingga sampai suatu titik dimana
sudah mencapai runtuh (putus) disebut sebagai titik putus / runtuh, dan regangan
yang selanjutnya disebut sebagai baja tulangan deform atau ulir. Mengacu SII-
Tabel 2.1 Jenis dan kelas baja tulangan menurut SII 0136-80
Sumber : Mengacu SII 0136-80 dalam buku Struktur Beton Bertulang oleh
Istimawan Dipohusodo
bahaya korosi maka di sebelah tulangan luar harus diberi selimut beton. Untuk
beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus disediakan untuk
Tebal Selimut
Kondisi Struktur
(mm)
atau tanah :
Balok, kolom :
ruang agar dapat digunakan untuk berbagai macam fungsi, aktifitas atau
atau beraktifitas,
Karena struktur terbuat dari bahan yang bermassa, maka struktur akan
dipengaruhi oleh beratnya sendiri. Berat sendiri dari struktur dan elemen-elemen
struktur disebut sebagai beban mati (dead load) . Selain beban mati, struktur
Beban ini disebut sebagai beban hidup (live load). Selain itu struktur dipengaruhi
pengaruh angin, salju, gempa, atau dipengaruhi oleh perbedaan temperatur, serta
atau pengkaratan).
Dalam meninjau suatu beban, kita tidak boleh hanya menentukan besaran
atau intensitasnya saja, tetapi juga harus meninjau dalam kondisi bagaimana
sistem atau elemen struktur akan berdeformasi jika dibebani, dan akan kembali
kebentuknya yang semula jika beban yang bekerja dihilangkan. Oleh karena itu
lengkap, disebut periode getar atau waktu getar struktur. Suatu struktur biasanya
mempunyai sejumlah periode getar, dimana periode getar yang terpanjang disebut
periode dasar atau periode alami (fundamental period). Pada umumnya bangunan-
sehingga mempunyai periode getar yang berlainan juga. Periode getar dari
struktur bangunan Teknik Sipil, pada umumnya berkisar antara 0,2 detik untuk
bangunan yang rendah atau sangat kaku, sampai 9 detik untuk bangunan yang
mati harus ditaksir atau ditentukan terlebih dahulu. Beban mati adalah beban-
beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur dan mempunyai karakteristik
bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis, dan partisi. Berat dari
derajat ketelitian cukup tinggi. Untuk menghitung besarnya beban mati suatu
volume elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah
ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau
mudah, tetapi kadang kala akan merupakan pekerjaan yang berulang dan
membosankan.
Beban mati juga dapat diartikan merupakan berat dari semua bagian dari
suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-
penyelesaian, mesin – mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang
Berat satuan atau berat sendiri dari beberapa material konstruksi dan
peraturan tahun 1987. Informasi mengenai berat satuan dari berbagai material
3
Material Gedung Berat (kg/m )
Baja 7850
Batu alam 2600
Batu belah, batu bulat, batu gunung ( berat tumpuk ) 1500
Batu karang ( berat tumpuk ) 700
Batu pecah 1450
Besi tuang 7250
Beton 2200
Beton Bertulang 2400
Kayu ( kelas I ) 1000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa
diayak) 1650
Pasangan bata merah 1700
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200
Pasangan batu cetak 2200
gordeng 10
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan
beton, tanpa adukan, per cm tebal 24
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11
Sumber: Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
SKBI-1.3.53.1987
mendukung beban-beban hidup yang dapat berupa berat dari orang-orang atau
Beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan
dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibakan
perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap ke
dalam beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekanan jatuh ( energi kinetik ) butiran air. Meskipun
berat manusia, perabot, barang yang disimpan, dan sebagainya. Semua beban
beban ini bekerja dengan arah vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat juga
berarah horisontal.
Beban hidup yang bekerja pada struktur dapat sangat bervariasi, sebagai
contoh seseorang dapat berdiri di mana saja dalam suatu ruangan, dapat
berpindah-pindah, dapat berdiri dalam satu kelompok. Perabot atau barang dapat
ini, jelas tidak mungkin untuk meninjau secara terpisah semua kondisi
pembebanan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu dipakai suatu pendekatan
secara statistik untuk menetapkan beban hidup ini, sebagai suatu beban statik
terbagi merata yang secara aman akan ekuivalen dengan berat dari pemakaian
Beban hidup aktual sebenarnya yang bekerja pada struktur pada umumnya
lebih kecil dari pada beban hidup yang direncanakan membebani struktur. Akan
tetapi, ada kemungkinan beban hidup yang bekerja sama besarnya dengan beban
rencana pada struktur. Jelaslah bahwa struktur bangunan yang sudah direncanakan
dipakai untuk penggunaan lain. Sebagai contoh, bangunan gedung yang semula
direncanakan untuk apartemen tidak akan cukup kuat apabila digunakan untuk
standar yang berlaku. Beban-beban hidup untuk bangunan gedung tersebut penulis
3
Beban Hidup Berat (kg/m )
a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut
dalam b 200
b. Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan
gudang-gudang tidak penting yang bukan untuk toko,
125
pabrik atau bengkel
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
restoran, hotel, asrama dan rumah sakit 250
d. Lantai ruang olahraga
400
e. Lantai ruang dansa 500
f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk
pertemuan yang lain daripada yang disebut dalam a s/d e,
seperti mesjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat,
bioskop dan panggung penonton dengen tempat duduk 400
tetap
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap
atau untuk penonton yang berdiri 500
h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam c
300
i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam d, e, f dan g
500
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d,
e, f dan g 250
k. Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan,
ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan
ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup 400
yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
l. Lantai gedung parkir bertingkat:
- Untuk lantai bawah
800
- Untuk lantai tingkat lainnya 400
m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang
berbatasan, dengan minimum 300
Sumber: Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
SKBI-1.3.53.1987
Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari
kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian
bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin,
akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi
kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan
Salah satu faktor yang mempengaruhi besar gaya yang ada pada saat udara
bergerak disekitar benda adalah kecepatan angin. Kecepatan angin rencana untuk
60 mph (96 km/jam) sampai sekitar 100 mph (161 km/jam) dan didaerah pantai
sekitar 120 mph (193 km/jam). Kecepatan rencana biasanya didasarkan atas
periode 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin tinggi dengan ketinggian
di atas tanah, maka tinggi kecepatan rencana juga demikian. Selain itu perlu juga
yang lebih rumit juga memasukkan renpos-embusan yang merupakan fungsi dari
ukuran dan tinggi struktur, kekasaran permukaan, dan benda-benda lain disekitar
- tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai
mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar, tekanan tiup angin (p)
v2
p (kg / m 2 ) …………………………………………..........(2.1.1)
16
a. Dinding vertikal
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada
kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi salah satu
permukaan kerak bumi. Lokasi gesekan ini terjadi disebut fault zones. Kejutan
Pada saat bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena
gerakan. Gaya yang timbul ini disebut inersia. Besar gaya-gaya tersebut
bergantung pada banyak faktor. Massa bangunan merupakan faktor yang paling
utama karena gaya tersebut melibatkan inersia. Faktor lain adalah bagaimana
adanya mekanisme redaman pada bangunan, dan tentu saja perilaku dan besar
getaran itu sendiri. Yang terakhir ini sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya
yang acak ( random ) sekalipun kadangkala dapat juga tertentu. Gerakan yang
Massa dan kekakuan struktur, juga periode alami getaran yag berkaitan,
terhadap gerakan dan besar serta perilaku gaya-gaya yang timbul sebagai akibat
terlibat dapat ditinjau terlebih dahulu bagaimana suatu struktur kaku memberikan
garis besarnya masih sama, namun zonasi gempanya suda lebih detail (halus)
Sumber:http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
Sumber:http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
struktur bangunan gedung dan komponennya harus seperti yang ditetapkan dalam
penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap, yang mampu memberikan
kekuatan, kekakuan, dan kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan
setiap arah horizontal struktur bangunan gedung. Kecukupan sistem struktur harus
tersebut untuk pengaruh gerak tanah desain. Gaya gempa desain, dan distribusinya
salah satu prosedur yang sesuai dan gaya dalam serta deformasi yang terkait pada
disetujui tidak boleh dipakai untuk menentukan gaya gempa dan distribusinya
kecuali bila gaya-gaya dalam dan deformasi yang terkait pada komponen/elemen
diadopsi.
prosedur analisis yang dapat digunakan bergantung pada kategori desain seismik
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Tabel 2.6 Prosedur Analisis Yang Diizinkan (SNI 1726:2012 Tabel 13)
amplifikasi pada bangunan. Dan dalam perumusan kriteria desain seismik suatu
gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs
otoritas yang berwenang atau ahli desain geoteknik. Penentuan jenis tanah nanti
permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2
getaran terkait percepatan pada getaran peiode pendek (Fₐ) dan faktor
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda
SMS = FₐSS
SM1 = FᵥS1
Keterangan :
1,0 detik.
dan pada perioda 1 detik SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini:
SDS = ⅔ SMS
SD1= ⅔ SM1
1726:2012
1. Untuk membuat periode yang lebih kecil dari T0, nilai Sa menggunakan
persamaan berikut :
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝑑𝑠 (0,4 + 0,6 )
𝑇0
2. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain Sa sama dengan
Sds.
3. Untuk periode lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain Sa
𝑆𝑑1
𝑆𝑎 =
𝑇
Keterangan :
𝑆𝑑1
𝑇0 = 0,2
𝑆𝑑𝑠
𝑆𝑑1
𝑇𝑠 =
𝑆𝑑𝑠
melebihi :
𝑆1 0,395
𝐶𝑠 (𝑚𝑎𝑘𝑠) = = = 0,246
𝑅 8
𝑇 ( 𝐼 ) 0,3 ( )
1,5
Beban gempa di dapat dari hasil perhitungan gaya geser dasar seismik (V)
V = Cs . W………………………………………………….. (2.1.2)
Keterangan :
berikut :
𝑆𝐷𝑆
𝐶𝑠 = 𝑅 …………………………………………………… (2.1.3)
(𝐼 )
𝑐
Keterangan :
perioda pendek
Pada Distribusi vertikal gaya gempa, gaya gempa lateral (FX) (kN) yang
dan
𝑤𝑥 ℎ𝑘𝑥
𝐶𝑣𝑥 = ………………………………………….... (2.1.5)
∑𝑛𝑖=1 𝑤𝑖 ℎ𝑘𝑖
Keterangan :
meter (m)
berikut :
gempa di semua tingkat (Vx) (kN) harus ditentukan dari persamaan berikut:
Keterangan :
Fi adalah bagian dari geser dasar seismic (V) yang timbul di tingkat i,
Geser tingkat desain gempa (Vx) (kN) harus didistribusikan pada berbagai
elemen vertikal system penahan gaya gempa di tingkat yang ditinjau berdasarkan
Beban salju hanya perlu dipertimbangkan untuk atap dan daerah lain pada
bangunan yang mengumpulkan salju seperti pada peralatan terbuka, balkon dan
teras. Beban salju, seperti disyaratkan oleh peraturan, didasarkan atas salju
maksimum pada tanah. Pada umumnya beban ini lebih tinggi dari pada beban
salju yang bekerja pada atap karena angin akan meniup salju yang longgar dari
atap atau salju akan mencair dan menguap karena kehilangan panas melalui kulit
nilai beban pada atap pelana karena salju dapat meluncur dari atap tersebut. Akan
tetapi, beberapa kondisi atap dapat mempengaruhi perilaku angin yang kemudian
faktor ini harus diperhatikan ketika sedang merancang. Beban hujan pada
umumnya tidak sebesar beban salju, tetapi harus diingat bahwa adanya akumulasi
air akan menghasilkan beban yang cukup besar. Beban yang besar terjadi pada
atap datar karena saluran yang mampat. Dengan menggenangnya air, atap akan
lendutan yang semakin besar. Proses ini dinamakan genangan (ponding) dan
bekerja pada setiap struktur. Hal penting dalam menentukan beban desain adalah
pertanyaan apakah semua beban tersebut bekerja secara simultan atau tidak.
Beban mati selalu ada pada struktur sedangkan yang berubah-ubah harganya
sangat berlebihan untuk kombinasi beban yang secara aktual mungkin terjadi
selama umur struktur. Berkenaan dengan ini banyak peraturan atau rekomendasi
Oleh sebab itu ada reduksi yang diizinkan dalam beban desain untuk
2847–2013, Agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan
layak pakai terhadap bermacam – macam kombinasi beban, maka harus dipenuhi
1. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama
dengan
Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga
beban atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan
hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling
berbahaya, dan
Dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI -1726 - 2012
gedung.
Keterangan :
yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di
bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih
kecil.
gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat
lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal
melalui pondasi.
menahan beban yang bekerja, maka pada perencanaan struktur digunakan faktor
1. Faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja pada
(a) Reduksi beban aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,90
(b) Reduksi beban aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur :
Sekarang untuk merencanakan semua itu tidak terlalu menjadi masalah dan bisa
sipil.
baja dan komposit yang telah dikenal luas dikalangan Teknik Sipil. Software
dikembangkan oleh perusahaan yang sama (Computers and Structures Inc, CSI).
perancangan model struktur baik truss maupun frame dengan software ETABS
1. Samakan Satuan
6. Definisikan Beban
7. Aplikasikan Beban
9. Run Analisis
Salah satu kelebihan program ini adalah kita tidak hanya berhenti pada
analisa struktur ( untuk mengetahui gaya dalam yang timbul ) saja, tetapi juga bisa
Proses desain elemen struktur dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
desain. Tipe struktur dipilih dari berbagai alternatif yang memungkinkan. Tata
letak struktur, geometri atau bentuk bangunan, jarak antar kolom, tinggi lantai dan
material bangunan ditetapkan secara baik dalam tahap ini. (2) Desain terinci,
Strutur harus mampu memikul beban rancang secara aman tanpa kelebihan
tegangan pada material dan mempunyai deformasi yang masih dalam daerah yang
di izinkan. Kemampuan suatu struktur untuk memikul beban tanpa ada kelebihan
struktur. Dengan memilih ukuran serta bentuk elemen dan bahan yang digunakan,
taraf tegangan pada strukrur dapat ditentukan pada taraf yang dipandang masih
dapat diterima secara aman, dan sedemikian hingga kelebihan tegangan pada
melakukan analisin maupun desain elemen struktur perlu ditetapkan kriteria yang
tersebut dapat diterima untuk penggunaan yang diinginkan atau untuk maksud
menyatu menjadi satu kesatuan struktur bangunan Gedung yang utuh. Pada
dasarnya, elemen-elemen struktur pada bangunan gedung yaitu pelat lantai, balok,
pasti ada yang namanya shear wall atau dinding geser khusus yang penulis bahas
Pelat beton bertulang adalah struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, beban yang bekerja tegak lurus pada
bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada
beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan
terjadinya momen lentur. Oleh karena itu pelat juga direncanakan terhadap beban
lentur.
tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung
oleh balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok di cor secara bersama-sama
menjadi satu-kesatuan.
menjadi salah satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat
1) Terletak bebas
Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja diatas balok, atau
antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat
2) Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil sehingga balok tidak cukup kuat
3) Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah
Pelat menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan pelat.
dibedakan menjadi :
Pelat satu arah adalah pelat dengan tulangan pokok satu arah yang akan
dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berjumpa
Dalam SNI 2847:2013 pasal 9.5 Bila lendutan harus dihitung, maka
komponen struktur.
Tebal minimum, h
Komponen Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever
struktur sederhana menerus menerus
Komponen struktur tidak menumpu atau tidak
dihubungkan dengan partisi atau konstruksi lainnya
yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar
Pelat masif satu- l/20 l/24 l/28 l/10
arah
Balok atau pelat l/16 2/18,5 l/21 l/8
rusuk satu-arah
Sumber : Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI-
2847-2013)
CATATAN :
dengan beton normal dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi
(a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density),
Wc, di antara 1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan
(b) Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
Pelat dua arah adalah pelat dengan tulangan pokok dua arah yang akan
dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur
mencakup bagian slab pada setiap sisi balok yang membentang dengan
jarak yang sama dengan proyeksi balok di atas atau di bawah slab
tersebut, yang mana yang lebih besar, tetapi tidak lebih besar dari empat
Luas tulangan slab dalam masing-masing arah untuk sistem slab dua arah
Pelat lantai yang dirancang adalah pelat lantai dua arah yang
Syarat tebal pelat minimum menurut SNI – 2847 – 2013 adalah sebagai
berikut :
1. Untuk m< 0,2 ketebalan pelat minimum adalah sebagai berikut ini:
2. Untuk 0,2 < m < 2,0 ketebalan pelat minimum harus memenuhi
fy
n 0,8
1400
h= …………………………………….. (2.2.1)
36 5. . m 0,2
fy
n 0,8
1400
h= ………………………………………… (2.2.2)
36 9.
dengan:
dengan lebar yang dibatasi secara lateral oleh garis sumbu tengah
dari panel-panel yang bersebelahan (bila ada) pada tiap sisi balok.
panel.
arah, diukur dari muka ke muka tumpuan pada pelat tanpa balok
dan muka ke muka balok atau tumpuan lain pada kasus lainnya.
4. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio
Ecb .lb
5. …………………………………………………. (2.2.3)
Ecp .l p
dengan:
regangan dan tegangan beton serta notasinya, seperti pada Gambar berikut :
Gambar 2.9 Distribusi Regangan dan Tegangan pada Pelat beton bertulang
Tabel 2.11 Momen didalam Pelat Persegi yang Menumpu pada Keempat Tepinya
gedung Goodrich Mansion Apartement dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.11 Contoh Tipe Perletakan Pelat pada Potongan Denah Lantai 3
As (L-N;4-9)
Untuk nilai Mlx, Mly, Mtx dan Mty diperoleh dari tabel momen diatas
Ly
dengan melihat hasil dari pembagi anatara jarak ly dengan lx ( ).
Lx
Mlx = 0,001.qu.lx².X
Mly = 0,001.qu.lx².X
Mtx = -0,001.qu.lx².X
Mty = -0,001.qu.lx².X
Untuk nilai Mlx, Mly, Mtx dan Mty diperoleh dari tabel momen diatas
Ly
dengan melihat hasil dari pembagi anatara jarak ly dengan lx (Lx).
Mlx = 0,001.qu.lx².X
Mly = 0,001.qu.lx².X
Mtx = -0,001.qu.lx².X
Mty = -0,001.qu.lx².X
Untuk nilai Mlx, Mly, Mtx dan Mty diperoleh dari tabel momen diatas
Ly
dengan melihat hasil dari pembagi anatara jarak ly dengan lx (Lx).
Mlx = 0,001.qu.lx².X
Mly = 0,001.qu.lx².X
Mtx = -0,001.qu.lx².X
Mty = -0,001.qu.lx².X
notasi berikut :
Tebal pelat (h), Tebal Selimut (d’), Diameter tulangan (D), b, mutu beton
Penulangan arah x :
d’ = d’ + ½.D
Lantai Arah x
sebagai berikut :
Mu
K= dengan syarat K≤ Kmax
.b.d 2
Dan Kmax didapat dari tabel faktor momen Pikul Maksimal (Kmaks)
berikut ini :
Tabel 2.12 Faktor Momen Pikul Maksimal (Kmaks) dalam MPa
Tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekuivalen pada kuat nominal pelat
2.K
a 1 1 .d
0,85 . f ' c
1,4
As ,u .b.d
fy
f 'c
As ,u .b.d
4. fy
Jarak tulangan :
1
. .D 2 .S
s 4
As ,u
Luas tulangan :
1
. .D 2 .S
As, tul 4
s
As,tul ≥ As,u
Lantai Arah x
sebagai berikut :
Mu
K= dengan syarat K≤ Kmax
.b.d 2
Tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekuivalen pada kuat nominal pelat
2.K
a 1 1 .d
0,85 . f ' c
1,4
As ,u .b.d
fy
f 'c
As ,u .b.d
4. fy
Jarak tulangan :
1
. .D 2 .S
s 4
As ,u
Luas tulangan :
1
. .D 2 .S
As, tul 4
s
As,tul ≥ As,u
Tulangan Bagi :
As,b = 0,002 . b . h
Jarak tulangan :
1
. .D 2 .S
s 4 mm
As ,u
Luas tulangan :
1
. .D 2 .S
As, tul 4 mm²
s
As,tul ≥ Ab,u
Penulangan arah y :
d’ = d’ + D + ½. D
d = h – d’
Lantai Arah y
sebagai berikut :
Mu
K= dengan syarat K≤ Kmax
.b.d 2
Tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekuivalen pada kuat nominal pelat
2.K
a 1 1 .d
0,85 . f ' c
1,4
As ,u .b.d
fy
f 'c
As ,u .b.d
4. fy
Jarak tulangan :
1
. .D 2 .S
s 4
As ,u
Luas tulangan :
1
. .D 2 .S
As, tul 4
s
As,tul ≥ As,u
d’ = d’ + D + ½. D
d = h – d’
Lantai Arah y
sebagai berikut :
Mu
K= dengan syarat K≤ Kmax
.b.d 2
Tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekuivalen pada kuat nominal pelat
2.K
a 1 1 .d
0,85 . f ' c
1,4
As ,u .b.d
fy
f 'c
As ,u .b.d
4. fy
Jarak tulangan :
1
. .D 2 .S
s 4
As ,u
Luas tulangan :
1
. .D 2 .S
As, tul 4
s
As,tul ≥ As,u
Tulangan Bagi :
Jarak tulangan :
1
. .D 2 .S
s 4 mm
As ,u
Luas tulangan :
1
. .D 2 .S
As, tul 4 mm²
s
As,tul ≥ Ab,u
2.3.2 Balok
menghindari lendutan yang besar pada pelat yang terbebani. Analisis dan
perencanaan balok yang dicetak menjadi satu kesatuan monolit dengan pelat lantai
atau atap didasarkan pada anggapan bahwa antara pelat dengan balok terjadi
interaksi saat menahan momen lentur positif yang bekerja pada balok. Interaksi
antara pelat dan balok yang menjadi satu kesatuan pada penampangnya
berlaku sebagai lapis sayap (flens). Flens juga harus direncanakan dan
gaya lateral ini ada dua hal utama yang dialami balok yaitu kondisi tekan dan
tarik.
Sama seperti pada pelat syarat untuk dimensi awal balok direncanakan
dengan batasan pada pasal 9.5.2.2 tabel 9.5 (a) halaman 70 SNI-2847-2013, yang
tercantum dalam tabel minimum balok non pratekan atau pelat bila lendutan tidak
dihitung berikut.
Tabel 2.13 Tebal minimum balok non-pratekan atau pelat satu arah bila lendutan
tidak dihitung
TEBAL MINIMUM, h
SATU KEDUA
TERTUMPU UJUNG UJUNG KANTILEVER
KOMPONEN SEDERHANA
MENERUS MENERUS
STRUKTUR
KOMPONEN STRUKTUR TIDAK MENUMPU ATAU
TIDAK DIHUBUNGKAN DENGAN PARTISI ATAU
KONSTRUKSI LAINNYA YANG MUNGKIN RUSAK
OLEH LENDUTAN YANG BESAR
Pelat masif
l/20 l/24 l/28 l/10
satu arah
Balok atau pelat
l/16 l/18,5 l/21 l/8
jalur satu arah
Sedangkan pemilihan lebar balok (b) diambil tidak boleh kurang dari sama
dengan h/2. Untuk fy selain 420 Mpa harus dikalikan dengan 0,4 fy 700 .
Jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok lentur bergantung pada
hancur sebelum baja tulangan leleh. Hal ini berarti regangan tekan beton
tulangan belum mencapai leleh atau c ' = cu ' tetapi s < y seperti pada
gambar 2.16 (a). Balok yang mengalami keruntuhan seperti ini terjadi
pada penampang dengan rasio tulangan ( ρ ) yang besar dan disebut over
– reinforced.
Karena beton memiliki sifat yang kuat menahan beban tekan tetapi
getas, maka keruntuhan beton seperti ini disebut keruntuhan tekan atau
keruntuhan getas, pada saat beton mulai hancur baja tulangannya masih
kuat ( belum leleh ), sehingga lendutan pada balok relative tetap ( tidak
bertambah ). Tetapi, jika di atas balok ditambah beban besar, maka baja
diperbolehkan.
hancur dan baja tulangan leleh terjadi bersamaan. Hal ini berarti
regangan tekan beton mencapai regangan batas 0,003 dan regangan tarik
baja tulangan mencapai leleh pada saat yang sama, atau c ' = cu ' dan s
= y terjadi pada waktu yang sama, seperti pada Gambar 2.16 (b). Balok
Karena beton dan baja tulangan mengalami kerusakan pada saat yang
pembulatan.
tulangan sudah leleh sebelum beton hancur. Hal ini berarti regangan tarik
baja tulangan sudah mencapai titik leleh tetapi regangan tekan beton
belum mencapai regangan batas 0,003 atau s = y tetapi c ' < cu ' ,
seperti terlihat pada Gambar 2.16 (c). Balok yang mengalami keruntuhan
seperti ini terjadi pada penampang dengan rasio tulangan ( ρ ) yang kecil
tarik lebih dulu dan baja tulangan bersifat liat, maka keruntuhan beton
seperti ini disebut keruntuhan tarik atau keruntuhan liat (ductile failure).
Pada balok yang mengalami keruntuhan liat, pada saat baja tulangan
mulai leleh betonnya masih kuat ( belum hancur ), sehingga dapat terjadi
lendutan pada balok. Jika diatas balok ditambah lagi beban yang besar,
Jika balok menahan momen lentur cukup besar, maka pada serat – serat
balok bagian atas akan mengalami tegangan tekan dan pada serat – serat balok
bagian bawah mengalami tegangan tarik. Untuk serat – serat balok bagian atas
yang mengalami tegangan tekan, tegangan ini akan ditahan oleh beton, sedangkan
untuk serat – serat balok yang mengalami tegangan tarik akan ditahan oleh baja
tulangan, kerena kuat tarik beton diabaikan.( Pasal 10.2.6. SNI 2847 -2013 ).
Pada perencanaan beton bertulang, diusahakan kekuatan beton dan baja agar
dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Untuk beton, karena sangat kuat menahan
beban tekan, maka dimanfaatkan kuat tekan beton jangan sampai melebihi batas
runtuh pada regangan tekan beton maksimal ( cu ' ) = 0,003. Sedangkan untuk baja
sepenuhnya sampai mencapai batas leleh, yaitu tegangan tarik baja f s sama
perkalian antara luas baja tulangan dan tegangan lelehnya, yaitu sebagai
berikut :
Ts As . fy ……………………………………………………… (2.2.5)
Karena balok dalam keadaan seimbang, maka gaya tekan beton akan
sama dengan gaya tarik baja tulangan, diperoleh luas tulangan balok (As)
sebagai berikut :
a a
M n C c . d atau M n Ts . d …………………….. (2.2.7)
2 2
berikut :
Mn Mu
K atau K …………………………………… (2.2.8)
b.d 2
.b.d 2
2.K
a 1 1 .d ………………………………………. (2.2.9)
0,85 . f ' c
Untuk regangan tekan beton c ' dibatasi sampai batas retak cu ' sebesar
0,003 .Nilai regangan c ' ( bukan cu ' ) ini dapat ditentukan berdasarkan
a
c ' . y ……………………………………………….. (2.2.10)
1 .d a
berikut :
a.) Diperoleh tinggi balok tegangan tekan beton persegi ekivalen sebagai
berikut :
As . fy
a ……………………………………………... (2.2.11)
0,85. f ' c.b
tulangan ρ tidak terlalu kecil, diberikan syarat berikut ( Pasal 10.5 SNI
2847 – 2013 ) :
As
As harus ≥ As min atau ρ ≥ ρmin dengan … (2.2.13)
(b.d )
dengan :
f 'c
As ,min .b.d atau
4. fy
1,4
As ,min .b.d ( dipilih yang besar )……………... (2.2.14)
fy
f 'c 1,4
min atau min ( dipilih yang besar )………(2.2.15)
4. fy fy
As
As harus ≤ As min atau ρ ≤ ρmin dengan
(b.d )
fy fy
c ' = cu ' =0,003 dan , s = y atau s
E s 200000
600.d
cb …………………………………………….. (2.2.17)
600 fy
600.1 .d
ab …………………………………………… (2.2.18)
600 fy
510.1 . f ' c
b ……………………………………… (2.2.20)
600 fy. fy
Rasio tulangan maksimal dan minimal :
min maks
382,5.1 . fc'
maks 0,75. b ……………………….. (2.2.21)
600 fy. fy
Untuk rasio tulangan minimal, diberi batasan sebagai berikut :
1,4
min ……………………………………………… (2.2.22)
fy
f 'c
min …………………………………………… (2.2.22)
4. fy
As
…………………………………………………… (2.2.23)
b.d
bertulangan sebelah atau balok dengan tulangan saja. Untuk keperluan hitungan
balok persegi panjang dengan tulangan tunggal, berikut ini dilukiskan bentuk
penampang balok yang dilengkapi dengan distribusi regangan dan tegangan beton
Gambar 2.17 Distribusi Regangan dan Tegangan pada Balok Tulangan Tunggal
a = β1.c........................................................................... (2.2.25)
c : jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan, mm.
ds : jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik,
mm.
f’c : tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari, MPa.
tetapi β1 = 0,65
a 1 .d s '
s ' .0,003 ………………………………….. (2.2.27)
c
fy fy
y ……………………………………. (2.2.28)
E s 200000
Yang dimaksud dengan balok beton bertulangan rangkap ialah balok beton
yang diberi tulangan pada penampang beton daerah tarik dan daerah tekan.
Dengan dipasang tulangan pada daerah tarik dan tekan, maka balok akan lebih
bertulangan rangkap :
Tulangan Rangkap
a = β1.c…………………………………………………. (2.2.29)
c : jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan, mm.
ds : jarak anatara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik,
mm.
ds’ : jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan,
mm.
f’c : tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari, MPa.
a 1 .d s '
s ' .0,003 ……………………………………............. (2.2.35)
c
fy fy
y ………………………………………............ (2.2.36)
E s 200000
a 1 .d s '
fs ' .600 …………………………………………….. (2.2.37)
a
As As '. fy
a ……………………………………………….. (2.2.38)
0,85. f ' c.b
a
M nc C c . d , dengan Cc 0,85. f ' c.a.b …………………. (2.2.40)
2
a
M ns C s . d , dengan Cs As ' f s ' ……………………….. (2.2.41)
2
dengan :
Mnc = momen nominal yang dihasilkan oleh gaya tekan beton, Nmm.
Mns = momen nominal yang dihasilkan oleh gaya tekan tulangan, Nmm.
kekuatannya sampai batas leleh, atau tegangan tulangan tarik ( fs ) besarnya sama
Untuk batas tulangan tarik leleh, dengan rumus – rumus yang digunakan
0,003.d d 600.d d
c ............................................. (2.2.43)
fy 600 fy
0,003
200000
600. 1 .d d
a maks,leleh ............................................................. (2.2.44)
600 fy
Untuk tulangan tarik yang tidak lebih dari 2 baris, praktis diambil :
dd = d ………………………………………………………. (2.2.45)
a). Untuk batas tulangan tekan leleh, dengan rumus – rumus yang
0,003.d d 600.d d
c …………………………… (2.2.46)
fy 600 fy
0,003
200000
600.1 .d d
a min, leleh ………………………………………… (2.2.47)
600 fy
Untuk tulangan tarik yang tidak lebih dari 2 baris, praktis diambil :
b). Manfaat nilai amaks leleh dan amin leleh pada hitungan beton bertulang
Nilai amaks leleh dan amin leleh ini berguna untuk mengetahui kondisi
tulangan tarik dan tulangan tekan pada suatu penampang balok beton,
apakah semua tulangan tarik dan semua tulangan tekan sudah leleh atau
belum.
Untuk amaks :
1) Jika nilai a ≤ amaks leleh , berarti semua tulangan tarik sudah leleh.
2) Jika nilai a > amaks leleh , berarti tulangan tarik pada baris paling dalam
Untuk amin :
1) Jika nilai a ≥ amin leleh , berarti semua tulangan tekan sudah leleh.
2) Jika nilai a < amin leleh , berarti tulangan tekan pada baris paling dalam
belum leleh, sehingga nilai tegangan tekan tulangan masih lebih kecil
a
p 2 q p …………….....……………………………... (2.2.49)
dengan :
600. As ' As . fy
p …………………………………………. (2.2.50)
1,7. f ' c.b
tekannya, maka desain terhadap geser merupakan hal yang sangat penting dalam
struktur beton.
Perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena geser sangat
berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok tersebut langsung hancur tanpa
adanya peringatan terlebih dahulu, juga retak diagonalnya jauh lebih lebar
cukup kuat untuk memikul beban geser luar rencana tanpa mencapai kapasitas
gesernya.
lentur
geser / begel balok yang tercantum dalam pasal – pasal SNI 2847 – 2013, yaitu
sebagai berikut :
1) Pasal 11.1.1 SNI 2847 – 2013, gaya geser rencana, gaya geser nominal,
Vn Vc Vs …………………………………………………. (2.2.53)
dengan :
2) Pasal 11.1.3.1 SNI 2847 – 2013, nilai Vu boleh diambil pada jarak d (
x
Vud Vut .(Vu Vut ) …………………………………….. (2.2.54)
y
3) Pasal 11.2.1 SNI 2847 – 2013, gaya geser yang ditahan oleh beton (Vc)
1
Vc . f ' c .b.d ……………………………………………. (2.2.55)
6
4) Pasal 11.4.7.1 SNI 2847 – 2013, gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs )
Vu .Vc
Vs …………………………………………….. (2.2.56)
2
Vs harus . f ' c .b.d …………………………………….. (2.2.57)
3
2
Jika Vs ternyata . f ' c .b.d , maka ukuran balok diperbesar.
3
6) SNI 2847 – 2013, luas tulangan geser per meter panjang balok yang
berikut :
a. Pasal 11.4.7.2
Vs .S
Av ,u ………………………………………………. (2.2.58)
fy.d
b. Pasal 11.4.6.3
b.S
Av ,u ....................................................................... (2.2.59)
3. fy
c. Pasal 11.4.6.3
1
n. . .dp 2 .S
a. Spasi begel s 4 ………………………………(2.2.61)
Av ,u
1
b. Pasal 11.4.5.1 untuk Vs < . f ' c .b.d , maka
3
d
s dan s 600 mm ………………………………… (2.2.62)
2
1
c. Pasal 11.4.5.3 untuk Vs > . f ' c .b.d , maka
3
d
s dan s 300 mm …………………………………. (2.2.63)
4
dengan :
Torsi atau momen puntir adalah momen yang bekerja terhadap sumbu
longitudinal balok / elemen struktur. Torsi dapat terjadi karena adanya beban
Menurut pasal 13.6.1 SNI 2847 – 2013, Pengaruh puntir dapat diabaikan jika
. f ' c Acp
2
2.3.3 Kolom
Pada suatu konstruksi bangunan gedung, kolom adalah suatu batang tekan
vertikal dari rangka (frame) struktural yang memikul beban dari balok dan pelat.
Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah
hingga akhirnya sampai ke tanah dasar melalui pondasi. Karena kolom merupakan
komponen tekan maka keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dari segi ekonomis maupun segi manusiawi. Oleh karena itu, dalam
cadangan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan pada balok dan elemen
Banyaknya penulangan dalam hal balok telah dikontrol agar balok dapat
berperilaku daktail. Dalam hal kolom, beban aksial biasanya dominan sehingga
Apabila beban pada kolom bertambah, maka retak akan banyak terjadi di
seluruh tinggi kolom pada lokasi-lokasi tulangan sengkang. Dalam keadaan batas
keruntuhan (limit state of failure), selimut beton diluar sengkang (pada kolom
bersengkang) atau diluar spiral (pada kolom berspiral) akan lepas sehingga
maka terjadi keruntuhan dan tekuk lokal (local buckling) tulangan memanjang
pada panjang tak tertumpu sengkang atau spiral. Dapat dikatakan bahwa dalam
keadaan batas keruntuhan, selimut beton lepas dahulu sebelum lekatan baja-beton
hilang.
Bentuk kolom biasanya lingkaran atau segi-n atau dapat pula persegi.
kolom dianggap berupa garis lurus (linear), seperti tertulis pada Gambar 2.20
(b).
2) Pasal 12.2.2 SNI 03-2847-2002: Tidak terjadi slip antara beton dan tulangan.
4) Pasal 12.2.4 SNI 03-2847-2002: Tegangan baja tulangan tarik maupun tekan
(fs maupun fs’) yang belum mencapai leleh (< fy) dihitung sebesar modulus
elastisitas baja tulangan (Es) dikalikan dengan regangannya (εs maupun εs’).
6) Pasal 12.2.7 SNI 03-2847-2002: Bila hubungan antara distribusi tegangan dan
dipakai nilai tegangan beton sebesar 0,85.fc’ yang terdistribusi secara merata
pada daerah tekan ekuivalen (lihat Gambar 2.20 (c) yang dibatasi oleh tepi
penampang dan suatu garis lurus yang sejajar garis netral sejarak a = β1.c dari
tetapi β1 = 0,65
dengan penampang segi empat seperti telah dilukiskan pada Gambar 2.10
diatas. Jika kolom menahan beban eksentris Pn, maka pada penampang kolom
bagian bawah menahan beban tarik yang akan ditahan oleh baja tulangan,
sedangkan bagian atas pada gambar menahan beban tekan yang akan ditahan
Ts = As.fs
Cc = 0,85.fc’.a.b
Sedangkan gaya tekan yang ditahan oleh tulangan atas (Cs), yaitu :
Cs = As’.(fs’-0,85.fc’)
Cs = As’.fs’
Pn = Cc + Cs -Ts
Untuk regangan tarik baja tulangan bagian bawah, dihitung sebagai berikut :
c sehingga diperoleh
s '
d c c
d c
c c
s . '
Untuk regangan tekan baja tulangan bagian atas, dihitung sebagai berikut :
c sehingga diperoleh
s' '
c ds ' c
c ds '
c c
s ' . '
Untuk baja tulangan (tarik maupun tekan) yang sudah leleh, maka nilai
εy = fy / Es
Selanjutnya tegangan baja tulangan tarik dan tekan dihitung sebagai berikut :
Jika εs (atau εs’) > εy, maka tulangan sudah leleh, dipakai:
fs (atau fs’) = fy
struktur yang memakai fy < 400 MPa dengan tulangan simetris dan dengan
(h-ds-ds’)/h > 0,7 boleh dianggap hanya menahan momen lentur saja apabila
nilai ɸ .Pn kurang dari 0,10.fc’.Ag, sedangkan untuk kolom yang lain (fy > 400
MPa, (h-ds-ds’)/h < 0,7), boleh dianggap hanya menahan momen lentur saja
apabila nilai ɸ .Pn kurang dari nilai terkecil dari nilai 0,10.fc’.Ag dan
ɸ .Pn.b (dengan ɸ=0,65 untuk kolom dengan tulangan sengkang, dan ɸ = 0,70
Jika menurut pasal tersebut dapat dikatakan, bahwa untuk semua kolom
dengan beban kurang dari “ɸ .Pn kecil” (kurang dari nilai terkecil antara nilai
a). Jika beban Pu (Pu = ɸ .Pn) > Puφ, maka nilai ɸ = 0,65
0,10.Pu'
maka nilai ɸ = 0,80
Pu
dengan:
Puφ = Gaya aksial tekan terfaktor pada batas nilai ɸ yang sesuai, Kn.
Keterangan Notasi :
= 40 mm, jika tidak berhubungan dengan tanah atau cuaca atau D < 19
mm
Sn = Jarak bersih antar tulangan (pasal 9.6.3) > 1,5 D (D=diameter tulangan)
> 40 mm.
ds2 = Sn + D
b 2.ds1
m 1
D Sn
dengan :
ds1 = jarak decking pertama, sebesar tebal lapis lindung beton + ɸbegel
+ D/2, mm.
tersebut tetap bekerja pada sumbu (as) longitudinal kolom, sehingga beton
menganggap bahwa semua baja tulangan (A1 dan A2) sudah mencapai leleh, jadi
tegangan baja tulangan fs = fs’ = fy. Di samping itu, regangan tekan beton sudah
Pada kondisi beban sentris (Po) ini dapat dianalisis seperti berikut :
diperoleh:
Po = Cc + C1 +C2
dijumpai, dan dianggap tidak ada. Pada pasal 12.3.5 SNI 03-2847-2002 diberi
batasan kuat tekan nominal maksimal sebesar 80% dari beban sentris untuk kolom
dengan tulangan sengkang, atau 85% dari beban sentris untuk kolom dengan
pada kuat nominalnya. Dan dapat dihitung kuat rencana pada penampang kolom
Lentur
Eksentrisitas:
Mu
e ........................................................................................ (2.2.68)
Pu
Pn Cc C s Ts ……………………………………………… (2.2.69)
h a h h
Mn = Pn .e C c C s d ' Ts d .................... (2.2.71)
2 2 2 2
penampang kolom dapat dibagi menjadi dua kondisi awal keruntuhan, yaitu:
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada kondisi
balanced, maka:
penampang kolom sebelah kiri mulai menahan beban tarik relatif kecil (sehingga
baja tulangan tarik belum leleh), sedangkan penampang kolom sebelah kanan
tetap menahan beban tekan yang cukup besar (sehingga dapat menimbulkan retak
beton tekan). Kekuatan penampang kolom pada kondisi ini bergantung pada
regangan tekan beton telah mencapai batas ultimit (εcu’ = 0,003), tulangan tekan
As’ telah mencapai leleh (fs’ = fy), tetapi tulangan tarik As belum leleh (εs < εy
beban aksial dan momen lentur. Beban aksial yang ditahan oleh kolom dapat
dihitung berdasarkan Gambar 2.22 (c), yaitu dengan cara menjumlahkan beban
vertikal = 0, sedangkan untuk momen lentur dihitung dari beban-beban Ts, Cc dan
Cs pada Gambar 2.22 (c) dikalikan dengan jarak masing-masing beban ke sumbu
kolom.
Jarak c (yaitu jarak antara garis netral dan batas tepi beton tekan) pada
penampang kolom dengan kondisi keruntuhan tekan adalah relatif besar. Jadi
mencapai leleh (εs = εy) bersamaan dengan regangan beton tekan mencapai batas
retak atau batas ultimit (εc’ = εcu’ = 0,003). Pada kondisi ini diperoleh jarak
600
cb = d ………………………………………….. (2.2.72)
600 fy
600
ab = 1 .Cb 1 .d …………………………… (2.2.73)
600 fy
h a h h
M nb Pnb .eb 0,85 f 'c b.ab . b A's . f 's d ' As . f y d
2 2 2 2
Cb d '
Dimana f ' s = 0,003 Es f y ...................................... (2.2.75)
Cb
kemudian beban tersebut teru digesr ke kanan, makan luas penampang beton
tekan semakin kecil, sehingga regangan tekan beton juga semakin kecil (εc’ <
kekuatan penampang kolom pada kondisi ini ditentukan oleh kuat leleh tulangan
h a h h
M n Pn .e 0,85 f ' c b.a A' s . f y d ' As . f y d
2 2 2 2
atau
h a h
M n Pn .e 0,85 f ' c b.a As . f y d ....................... (2.2.77)
2 2 2
As
Jika '
bd
h h
2
2 As f y d d '
Pn 0,85 f ' c b e e ............. (2.2.78)
2 2 0,85 f ' c b
fy
Dan jika m , maka :
0,85 f ' c
h 2e h 2e
2
d '
Pn 0,85 f ' c bd 2 m 1 ........... (2.2.79)
2d 2d d
maksimum Mpr dari komponen struktur tersebut yang terkait dengan rentang
Mpr1 Mpr 2
Ve = ............................................................... (2.2.80)
H
dengan:
H = tinggi kolom
Momen-momen ujung Mpr untuk kolom tidak perlu lebih besar daripada
momen yang dihasilkan oleh Mpr untuk balok yang merangka pada hubungan
berikut ini:
Nu f 'c
Vc 1 . .b .d ................................................. (2.2.82)
14. A 6 w
g
21.3.5.6 mensyaratkan untuk tetap meninjau Vc selama gaya tekan aksial termasuk
akibat pengaruh gempa melebihi Ag.f’c/10. Dalam hal ini sangat jarang gaya aksial
kolom kurang dari Ag.f’c/10. Sehingga Vc pada daerah sendi plastis bisa tetap
diabaikan (Vc = 0), hal ini karena meskipun peningkatan gaya aksial
Beban yang terjadi pada kolom, biasanya berupa kombinasi antara beban
aksial dan momen lentur. Besar beban aksial dan momen lentur yang mampu
ditahan oleh kolom bergantung pada ukuran/dimensi kolom, dan jumlah serta
pada sumbu tegak dan kuat momen diungkapkan sebagai ϕ Pne pada sumbu datar.
Setiap titik yang berada pada garis penuh memberikan pasangan beban dan
momen yang diijinkan. Untuk titik-titik yang berada di daerah sebelah dalam juga
akan di dapat pasangan beban dan momen yang menghasilkan penulangan kurang
(underdesigned).
Untuk contoh pada buku yang dibuat oleh Istimawan Dipohusodo ini, nilai
ϕ Pn(maks) yang dihitung pada analisis, didapat dengan cara menarik garis mendatar
𝜙 𝑃𝑛 1
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝜙 𝑃𝑛𝑒 𝑒
adalah titik keadaan seimbang. Eksentrisitas yang lebih kecil daripada eb (e < eb )
tekan, sedangkan sebaliknya untuk eksentrisitas yang lebih besar dari eb (e > eb )
tarik.
diletakkan di inti bangunan. Sistem penempatan dinding geser seperti ini sering
Gaya lateral yang bekerja pada struktur, misalnya beban angin atau beban
gempa dapat ditahan dengan berbagai cara. Kekakuan dari struktur apabila
ditambah dengan kekakuan dari dinding geser akan meningkatkan daya tahan
untuk beban angin pada beberapa kasus. Ketika struktur direncanakan untuk
menahan beban lateral yang lebih besar, seperti gempa bumi, biasanya digunakan
𝑃
𝐴𝑠 = .................................................................... (2.2.83)
ᴓ 𝑥 𝑓𝑦
2. Pada shear wall yang mengalami aksial tekan, tegangan didukung oleh
𝑃 − (ᴓ 𝑥 𝑓 ′ 𝑐) ...................................................... (2.2.84)
𝐴𝑠 =
ᴓ 𝑥 𝑓𝑦
ø tekan = 0,6
ø tarik = 0,8
horisontal untuk geser dalam bidang dinding tidak boleh diambil lebih
tidak boleh melebihi yang terkecil dari lw/5, 3h, dan 450 mm, dimana lw
5. Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 11.9.4. Untuk desain untuk gaya geser
Nilai d yang lebih besar, sama dengan jarak dari serat tekan terjauh ke
kurang dari:
ℎ𝑤
𝜌𝑙 = 0,0025 + 0,5(2,5 − )(𝜌𝑙 − 0,0025) ......................... (2.2.85)
𝑙𝑤
dinding.
7. Menentukan kuat geser sesuai dengan SNI 2847-2013 Pasal 11.9.6 untuk
𝑁𝑢
1 𝐿𝑤 (0,1.√𝑓′ 𝑐+0,2 )
𝑉𝑐 = [ 2 √𝑓 ′ 𝑐 + 𝑙𝑤ℎ
] 𝑥ℎ𝑑 ........................ (2.2.87)
𝑀𝑢 𝐿𝑤
−
𝑉𝑢 2
Dimana nilai Vc diambil yang paling kecil dari kedua persamaan di atas.
untuk tarik. Persamaan diatas tidak berlaku bila (Mu /Vu - lw/2) bernilai
negatif.
Ø𝑉𝑐
< Vu ............................... (2.2.88)
2
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑 ........................................ (2.2.89)
𝑉𝑠 = 𝑠
Ket :
2 ......................................... (2.2.91)
Ø 3 𝑥 𝐴𝑐𝑣 𝑥 √𝑓′𝑐 > Vu
Melebihi :
1
Ø 𝑉𝑛 = 0,8 𝑥 𝐴𝑐𝑣 [ √𝑓 ′ 𝑐 + 𝜌𝑛 𝑥 𝑓𝑦 ] ........................... (2.2.92)
6
kurang dari 0,0025 dan spasi tulangan masing-masing lapis tidak lebih dari
450 mm.
5. Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.6.2 bahwa shear wall harus diberi
𝑙𝑤 𝛿𝑢
C> 𝛿𝑢 . dengan ℎ𝑤 tidak boleh lebih kecil dari 0,007.
600( )
ℎ𝑤
dipasang secara horisontal dari sisi serat tekan terluar tidak kurang
𝐴𝑠
𝜌 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 = > 0,012 ............................................... (2.2.94)
𝑏𝑑
𝑆 𝑥 ℎ𝑐 𝑓 ′ 𝑐 𝐴𝑔 .......................... (2.2.95)
𝐴𝑠ℎ = 0,3 𝑥 [ ] 𝑥 [ (𝐴𝑐ℎ) − 1 ]
𝑓𝑦ℎ
Gambar 2.26. Penulangan Dinding Struktural (Core wall) dan Boundary Element
Gambar 2.27. Detail Penamaan Penulangan Core wall dan Boundary Element
2.3.5 Pondasi
Secara garis besar, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu
struktur bangunan di dalam tanah dan struktur bangunan di atas tanah. Struktur
bangunan di dalam tanah sering disebut struktur bawah (sub stucture), sedangkan
struktur bangunan di atas tanah sering disebut struktur atas (up stucture).. Struktur
bawah dari suatu bangunan lazim disebut pondasi, yang bertugas untuk memikul
bangunan di atasnya.
dengan cermat terhadap 2 macam beban, yaitu beban gravitasi dan beban lateral.
Beban gravitasi merupakan beban vertikal dengan arah dari atas ke bawah, dan
berasal dari dalam struktur bangunan, baik berupa beban mati (berat sendiri
Sedangkan beban lateral merupakan beban horizontal dengan arah dari kiri ke
kanan atau dari kanan ke kiri dan berasal dari luar struktur bangunan, baik berupa
beban yang diakibatkan oleh angin maupun beban yang diakibatkan oleh gempa.
beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat
daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat
gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain. Disamping itu,
tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang diijinkan. (Gunawan, 1993).
struktur tersebut,
struktur,
Fungsi ini dapat berlaku secara baik apabila kestabilan pondasi terhadap
efek guling, geser, penurunan, dan daya dukung terpenuhi. Pada pekerjaan
pondasi kegagalan suatu pekerjaan dapat terjadi karena dua macam perilaku
struktur pondasi. Pertama, seluruh pondasi atau sebagian elemennya akan masuk
terus ke dalam tanah karena tanah tidak mampu menahan beban tanpa keruntuhan,
kegagalan ini disebut sebagai kegagalan daya dukung tanah (bearing capacity
failure). Kedua, tanah pendukung tidak runtuh tetapi penurunan bangunan sangat
besar atau tidak sama, sehingga struktur atas retak dan rusak. Kegagalan itu
tanah padat yang mendukung pondasi. Pondasi pada tanah miring lebih dari 10 %,
maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan
bagian bawah dan atas rata. Dan berdasarkan uraian di atas, maka pondasi
sampai 1,5 m.
tanah.
piramida terpancung.
Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan
gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang
pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal
Fungsinya sama dengan pondasi dalam lainnya seperti bor pile. Bedanya ada pada
Untuk jenis pondasi tiang dalam biasanya terdapat elemen struktur yang
struktur atas (kolom) yaitu yang disebut dengan pile cap. Maka penulis sertakan
end bearing pile (daya dukung ujung) maupun friction pile (daya dukung gesek).
Sifat tanah yang variable yang dikombinasikan dengan beban-beban yang tak
Satu hal penting yang harus diperhatikan dalam merancang struktur bawah dalam
perletakan dasar pondasi. Pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup
untuk menanggulangi resiko erosi permukaan gerusan, kembang susut tanah, dan
daya dukung vertikal maupun daya dukung horisontal. Untuk menentukan daya
penyelidikan tanah, baik menggunakan data sondir, data N-SPT, maupun Soil
Properties.
Tabel 2.15 Hubungan N (“standard netration resistance”) dan tegangan ijin tanah
Keadaan konsistensi N 2
tanah (kg/cm )
1. Tiang gesek (friction pile), bila tiang pancang pada tanah berbutir. Akibat
berkurang dan angka gesekan antara butir – butir tanah dan permukaan tiang
2. Tiang lekat (cohesion pile), bila tiang dipancang pada tanah lunak
3. Tiang mendukung dibagian ujung tiang (point / end bearing pile), bila tiang
dipancang dengan ujung tiang mencapai tanah keras sehingga seluruh beban
yang dipikul oleh tiang diteruskan ke tanah keras melalui ujung tiang.
4. Tiang tekan, bila tiang telah menumpu pada tanah keras dan mendapatkan
5. Tiang tarik, bila tiang pancang pada tanah berbutir mendapat gaya yang
tarik.
merupakan kombinasi dari kelima hal tersebut di atas. Berbagai metode dalam
usaha menentukan kapasitas dukung tiang ini, tapi umumnya dibedakan dalam
Apabila kita memancang tiang sampai kedalaman tanah keras melalui lapisan
tanah lempung, maka untuk menghitung daya dukung tiang kita perhitungkan baik
berdasarkan pada tahanan ujung (end bearing) maupun pelekatan (cleef / frictio
pile).
Demikian pula harus diperhitungkan terhadap kekuatan bahan tiang itu sendiri.
Namun, untuk perencanaan pondasi tiang pancang pada tugas akhir ini kekuatan
(precest) yang mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PT. Jaya Beton
Indonesia.
Sesuai dengan apa yang dijelaskan diatas, untuk kapasitas daya dukung
tiang dibedakan oleh daya dukung ujung dan daya dukung gesek, dan apabila
𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = ................................................ (2.2.98)
𝑆𝐹
Dengan :
Qs = Kapasitas daya dukung yang didapat dari gaya gesekan atau gaya
Daya dukung satu tiang untuk tanah lanau berpasir (Metode Mayerhof, 1956) :
Dimana :
𝑁1+𝑁2
diatas tiang (N2). Nb = , dengan Harga Nb ≤ 40
2
Dimana :
≤ 10
horizontal atau lateral. Seperti, beban angin, tekanan tanah lateral, beban
gelombang air, benturan kapal dan lain-lain. Besarnya beban lateral yang harus
didukung tiang merupakan gaya lateral pada perletakan struktur yang merupakan
hasil distribusi gaya lateral dari struktur rangka utama. Salah satu cara yang
digunakan dalam menghitung daya dukung lateral tiang adalah metode yang
diusulkan Broms.
mengestimasi distribusi tekanan tanah yang menahan tiang dalam tanah lempung.
Yaitu, tahanan tanah dianggap sama dengan nol dipermukaan tanah sampai
kedalaman 1,5 kali diameter tiang (1,5d) dan konstan sebesar 9cu untuk
kedalaman lebih besar dari 1,5d. Tahanan lateral tiang dalam tanah kohesif dapat
Gambar 2.29. Tahanan lateral ultimit tiang dalam tanah kohesif (Broms, 1964)
Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas untuk tiang panjang (tidak kaku)
Gambar 2.30. Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas dalam tanah kohesif
(Broms, 1964)
Gambar 2.31. Mekanisme keruntuhan tiang ujung jepit dalam tanah kohesif
(Broms, 1964)
Pada tiang dengan ujung jepit, Broms menganggap bahwa momen yang
terjadi pada tubuh tiang yang tertanam di dalam tanah sama dengan momen yang
terjadi di ujung atas tiang yang terjepit oleh penutup tiang (pile cap). Untuk tiang
pendek, dapat dihitung tahanan tiang ultimit terhadap beban lateral sebagai
berikut:
Jika Mmaks > My (momen yang dapat dipikul tiang). Maka tiang termasuk dalam
tahanan tanah ultimit (pu) sama dengan tiga kali tekanan pasif Rankine. Hal ini
pengamatan dan hitungan beban ultimit yang dilakukan oleh Broms yang
telalu hati-hati, karena nilai banding rata-rata antara hasil hitungan dan beban
ultimit hasil pengujian tiang adalah kira-kira 2/3. Dengan anggapan tersebut,
Dengan:
Kp = (1+ sin 𝜑" ) / (1- sin 𝜑 ' ) = tg2 .(450 + 𝜑 / 2) ................ (2.2.105)
Gambar 2.32. Tahanan lateral ultimit tiang dalam tanah granuler (Broms, 1964)
Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas untuk tiang panjang dan tiang
Gambar 2.33. Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas dalam tanah granuler
(Broms, 1964)
(1⁄2)𝛾𝑑𝐿.𝐾𝑝
Hu = ............................................. (2.2.106)
𝑒+𝐿
dimana:
𝐻𝑢
f = 0.82√𝐷𝐾𝑝𝛾 .................................................. (2.2.108)
Mmaks = My.
Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas untuk tiang panjang dan tiang
Gambar 2.34. Mekanisme keruntuhan tiang ujung jepit dalam tanah granuler
(Broms, 1964)
Untuk tiang dengan ujung jepit yang kaku (tiang pendek), beban lateral
Momen negatif yang terjadi pada kepala tiang untuk tiang pendek dapat dihitung
dengan persamaan:
Jika Mmaks>My (untuk tiang pendek), maka keruntuhan tiang dapat didefinisikan
berprilaku sebagai tiang panjang, dimana tiang lebih dahulu patah sebelum terjadi
keruntuhan tanah. pada kondisi ini momen maksimum pada tiang sama dengan
momen yang dapat dipikul tiang. Sehingga kapasitas lateral ijin dapat
Dalam pelaksanaan, jarang dijumpai pondasi yang hanya terdiri dari satu
tiang saja, tetapi terdiri dari kelompok tiang (pile group). Teori membuktikan
dalam daya dukung kelompok tiang geser tidak sama dengan daya dukung tiang
secara individu dikalikan jumlah tiang dalam kelompok, melainkan akan lebih
kecil karena adanya faktor efisiensi. Daya dukung kelompok tiang dihitung
berdasarkan cleef. Di atas pile gorup biasanya diletakkan suatu konstruksi poer
Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan beban yang
bekerja pada pondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang dipakai
Dimana :
n = Jumlah tiang
sebagai kelompok tiang, jarak antar tiang yang dipakai adalah menurut
Suryolelono (1994), pada prinsipnya jarak tiang (S) makin rapat, ukuran pile cap
makin kecil dan secara tidak langsung biaya lebih murah. Tetapi bila pondasi
memikul beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti menambah
Daya dukung tanah oleh Dirjen Bina Marga Departemen P.U.T.L. disyaratkan
- Ujung tiang tidak mencapai tanah keras maka jarak tiang minimum ≥ 2,5 kali
- Ujung tiang mencapai tanah keras, maka jarak tiang minimum ≥ diameter tiang
- Minimum = 0,60 m
- Maksimum = 2,00 m
Susunan Tiang
Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap, yang secara
tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur atau
terlalu lebar, maka luas denah pile cap akan bertambah besar dan berakibat
(K. Basah Suryolelono, 1994). Gambar dibawah ini adalah contoh susunan tiang:
Dengan :
d = diameter tiang
Beban ini merupakan beban per-satuan panjang yang bekerja melalui pusat
berat kelompok tiang, sehingga beban akan diteruskan ke tanah dasar pondasi
melalui pile cap dan tiang – tiang tersebut secara terbagi rata. Bila jumlah tiang
yang mendukung pondasi tersebut maka setiap tiang akan menerima beban
sebesar berikut :
𝑉
P=𝑛 ......................................................................... (2.2.115)
Dimana :
Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang (kolom) didistribusikan pada pile
menganggap bahwa pile cap kaku sempurna (pelat pondasi cukup tebal), sehingga
pengaruh gaya yang bekerja tidak menyebabkan pile cap melengkung atau
𝑉 𝑀𝑦 𝑥 𝑀𝑥 𝑦
Pi = 𝑛 ± ± < Pnetto ....................................... (2.2.116)
∑ 𝑥2 ∑ 𝑦2
Dimana :
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan
kolom di bagian atasnya. Untuk memikul suatu kolom yang cukup berat,
terkadang tidak cukup apabila hanya digunakan satu buah tiang pancang maupun
borepile saja. Dua atau lebih tiang pondasi dapat digunakan untuk memikul satu
buah kolom. Guna menyatukan tiang pancang yang jumlahnya lebih dari satu,
maka diperlukan suatu struktur pile cap yang fungsinya adalah untuk
masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya
dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum
yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton).
Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat
beban tambahan pada pondasi. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk
segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun
berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile
cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 atau lebih pondasi yang diikat
menjadi satu.
2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen lentur
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu, distribusi tegangan dan
Perhitungan momen lentur dan gaya geser pada pile cap didasarkan pada
asumsi bahwa reaksi dari tiap-tiap tiang pancang terpusat pada pusat berat
dari sebuah pile cap ditentukan sebesar 300 mm sesuai dengan SNI 2847:2013
Pasal 15.7. Dan untuk dapat mentransfer beban dengan baik ke lapisan tanah,
maka jarak antar tiang dibatasi minimal sebesar 2,5 - 3 kali diameter tiang
pancang. Jarak antar tiang diusahakan sedekat mungkin untuk menghemat pile
cap, tetapi jika pondasi menerima beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar
gaya yang membebani pondasi. Berikut perhitungan pile cap untuk pondasi.
Perhitungan gaya geser 1 arah dan 2 arah untuk pile cap sama dengan
perhitnugan gaya geser 1 arah dan 2 arah pada pondasi telapak. Apabila pada
tidak terjadi keruntuhan pada daerah tekan beton, maka tulangan tarik
geser pons terletak sejarak d/2 dari muka kolom, dengan d adalah tinggi
tercapai.
𝑉𝑢 = 𝜎. 𝐿. 𝐺′ ............................................................. (2.2.117)
Dimana :
Pu/A (t/m2)
kuat geser beton saja. Perilaku pondasi yang bekerja pada satu arah
dapat disamakan dengan balok atau pelat penulangan satu arah. Sesuai
penampang kritis geser satu arah pada pondasi adalah pada bidang
efektif dari muka beban terpusat atau bidang reaksi. Maka kuat geser
sebagai berikut :
1
𝜑𝑉𝑐 = 𝜑 6 √𝑓𝑐′. 𝑏. 𝑑 ......................................................... (2.2.118)
Dimana :
𝜑𝑉𝑐 > Vu
2
𝑉𝑢 = 𝜎 (𝐿2 − 𝐵 ′ ) ......................................................... (2.2.120)
Dimana :
Pu/A (t/m2)
- Dalam SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1, dinyatakan bahwa nilai kuat geser
pondasi akibat geser dua arah untuk beton ditentukan nilai terkecil dari:
𝑎𝑘
Dengan : 𝛽𝑐 = 𝑏𝑘
Bo = 4B’
Dimana :
bk = Panjang kolom
ak = Lebar kolom
𝜑𝑉𝑐 > Vu
ditentukan dalam SNI 2847:2013 pasal 15.4. dalam pasal tersebut bahwa
momen luar akibat semua gaya yang bekerja pada pondasi harus dihitung
b. Setengah dari jarak yang diukur dari bagian tengah ke tepi dinding, untuk
c. Setengah dari jarak yang diukur dari muka kolom ke tepi pelat alas baja,
Beban aksial Pu yang bekerja dibebankan sama rata keseluruh tiang. Masing-
Mn = Momen nominal
As = Luas tulangan
ϕMn > Mu
tulangan utama.