Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KELUARGA

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah

tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, dimana antara satu

dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu anggota

keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan, maka akan berpengarung

terhadap anggota-anggota yang lain dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya

(Effendi, 1998).

a. Bentuk Tipe Keluarga (Effendi, 1998)

1) Keluarga inti (Nuclear Familly), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak-anak.

2) Keluarga besar (ETtended Familly), adalah keluarga inti ditambah sanak saudara,

misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan

sebagainnya.

3) Keluarga berantai (Serial Familly), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4) Keluarga duda/janda (Composite), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian

atau kematian.

b. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

Pemegang kekuasaan keluarga menurut (Effendi, 1998):

1) Patrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.
2) Matrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalah keluarga adalah pihak ibu.

3) Equalitarian, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak

ayah dan ibu.

c. Peranan Anggota Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Menurut

(Effendi, 1998) penaran dalam keluarga adalah:

1) Peranan ayah

Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pecari nafkah, pendidik,

pelindung, kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya, anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2) Peranan ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga, mengasuh dan

pendidik, pelindung dari salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta

sebagai anggota masnyarakat dari lingkungannya, pencari nafkah tambahan

dalam keluarga.

3) Peranan anak

Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik fisik,

mental maupun spiritial.

d. Fungsi Keluarga

1) Fungsi biologis

Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi

kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggora keluarga.

2) Fungsi psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman dan memberikan kasih sayang diantara

anggota keluarga.

3) Fungsi sosial

Membina sosialisasi pada anak dan membentuk norma tingkah laku sesuai tingkat

perkembangan anak.

4) Fungsi ekonomi

Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, mencari sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan

datang.

5) Fungsi Pendidikan

Menyekolahkan anak untuk membekali pendidikan, ketrampilan dan membentuk

perilaku sesuai bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa yang akan datang, memenuhi peranannya sebagai orang

dewasa dan mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.

6) Gambaran Keluarga Sehat

Gambaran keluarga sehat dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental maupun sosial.

b) Cepat meminta bantuan tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan bila

timbul masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga.

c) Di rumah tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk P3K.

d) Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat.

e) Selalu memperhatikan kesehatan keluarga dan masyarakat.

B. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah proses penyatuan sel sperma dari laki-laki dan ovum dari

perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya

kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir.

Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari

ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2012).

2. Karakteristik

a. Tanda tidak pasti

1) Amenorhe (berhentinya menstruasi)

2) Mual (nausa)

3) Ngidam

4) Pingsan

5) Sering miksi

6) Konstipasi/obstipasi

7) Pigmentasi kulit

8) Varises

b. Tanda kemungkinan

1) Pembesaran perut pada bulan ke-4 kehamilan

2) Adanya tanda hegar (konsistensi rahim menjadi lunak)

3) Tanda goodle (perlunakan serviks teraba seperti ujung bawah daun telinga)

4) Tanda Chadwick (perubahan warna pada vulva menjadi agak kebiru-biruan)

5) Tanda piscaseck (pembesaran uterus tidak simetris)


6) Adanya kontraksi Braxton hiks (uterus mudah berkontraksi bila di beri

rangsangan)

7) Teraba ballotmen

8) Periksa tes biologis

c. Tanda pasti

1) Terasa gerakan janin pada usia kehamilan 20 minggu

2) Terdengar denyut jantung janin pada usia kehamilan 12 minggu

3) Teraba bagian-bagian janin

4) Terlihat kerangka janin di USG.

3. Klasifikasi

Kehamilan terjadi dalam 3 trimester, yaitu :

a. Kehamilan TM I : masa konsepsi – 14 minggu

b. Kehamilan TM II : ≥ 14 minggu – 27 minggu

c. Kehamilan TM III : ≥ 28 minggu – 40 minggu

4. Proses kehamilan

a. Fertilisasi

Fertilisasi adalah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tempat bertemunya ovum

dan sperma terjadi di daerah ampulla tuba sebelum keduanya bertemu melalui tiga

fase, yaitu :

1) Tahap I : Penembusan korona radiate. Dari 200-300 juta hanya 300-350 yang

sampai dituba fallopi yang bisa menembus korona radiate karena sudah

mengalami kapasitasi.

2) Tahap II : Penembusan zona pelusida, spermatozoa lain ternyata bisa menempel

dizona pelusida tetapi hanya satu yang mampu menembus Oosit.


3) Tahap III : Tahap penembusan Oosit dan membrane sel sperma setelah menyatu

maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom dirloid (44 autoson dan

2 gonosom) dan terbentuklah jenis kelamin baru (XX untuk perempuan dan XY

untuk laki-laki).

b. Pembelahan

Zigot membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel, 8 sel dan 16 sel disebut

blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar, setelah 3 hari

sel akan membelah membentuk morula (4 hari). Saat morula masuk kedalam rongga

rahim dan mulai menembus zona pelusida masuk kedalam ruang antar sel yang ada

didalam. Antar sel menyatu dan terbentuklah sebuah rongga (blastokel) sehingga

disebut blastokista (4-5 hari). Sel bagian dalam disebut ambrioblas dan bagian luar

disebut trofoblas dan siap berimplantasi (5-6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat

lanjut.

c. Nidasi/Implantasi

Penanaman sel telur yang sudah dibuahi kedalam dinding uterus pada awal

kehamilan terjadi pada post superior korpus uteri bagian anterior dan posterior. Pada

saat implantasi, selaput lender rahim sedang berada pada fase sekretorik (2-3 hari

setelah ovulasi).

5. Perubahan anatomi

Tanda fisik pertama adalah perdarahan sedikit dan spoting, selanjutnya nyeri dan

pembesaran payudara dan diikuti oleh rasa kelelahan dan sering BAK. Morning

sickness dan mual muntah biasanya dimulai sekitar 8 minggu sampai 12 minggu.

Pertumbuhan uterus diatas simpisis pubis dapat dirasakan biasanya mengalami

kenaikan berat badan sebanyak 1-2 kg pada TM ini.

a. Minggu ke 4 (bulan ke 1)
Ibu terlambat menstruasi, payudara terasa nyeri dan membesar, kelelahan dan sering

BAK. Keadaan ini berlangsung selama 3 bulan, berikutnya HCG ada didalam urine

selama 9 hari setelah konsepsi.

b. Minggu ke 8 (bulan ke 2)

Mual dan muntah terjadi sampai 12 minggu atau lebih, uterus berubah jadi bentuk

globular, tanda gehar dan goodle muncul, keputihan meningkat, penambahan berat

badan belum terlihat nyata. Pada minggu ke 8 mulai tanpah 12-13 nodul kecil

disekitar areola yang merupakan pelebaran pembuluh darah vena disekitar mammae.

Panjang janin kira-kira 250 mm dan jantung mulai memompa darah.

c. Minggu ke 12 (bulan ke 3)

Tanda chadwick muncul dan uterus naik keatas simpisis pubis, putting susu

membesar dan melunak, areola meluar, terjadi hiperpigmentasi disekitar areola dan

putting. Panjang janin 7-9 cm embrio mulai menjadi janin, mulai terasa gerakan

janin.

d. Minggu ke 16 (bulan ke 4)

Panjang janin 10-17 cm, berat janin 100 gram tangan janin mulai menggenggam,

kaki menendang aktif dan jenis kelamin sudah dapat ditentukan.

e. Minggu 20 (bulan ke 5)

Panjang janin 18-27 cm, berat janin 300 gram lanugo menutupi tubuh, verniks

melindungi tubuh, mulai terbentuk alis, bulu mata dan rambut. Janin menelan dan

menendang.

f. Minggu 24 (bulan ke 6)

Panjang janin 28-34 cm, berat janin 600 gram dan kerangka berkembang.

g. Minggu 28 (bulan ke 7)
Panjang janin 35-38 cm, berat janin 1000 gram, janin mulai bisa bernafas, menelan

dan mengatur suhu. Terbentuk surfaktan dalam paru-paru, mata mulai membuka dan

menutup.

h. Minggu 32 (bulan ke 8)

Panjang janin 42,5 cm, berat janin 1700 gram janin mulai menyimpan zat besi,

kalsium dan fosfor. Kulit merah dan gerakan aktif.

i. Minggu 36-40 (bulan ke 9)

Panjang janin 46-50 cm, berat janin 2500-3000 gram kulit penuh lemak dan organ

sudah sempurna. Kepala mulai masuk PAP.

6. Tanda bahaya kehamilan

a. Trimester I

1) Mual muntah berlebihan (Hiperemisis gravidarum)

2) Perdarahan pervaginam

3) Hipertensi gravidarum

4) Nyeri perut bagian bawah

5) Selaput kelopak mata pucat (anemia)

b. Trimester II

1) Sakit kepala hebat

2) Penglihatan kabur

3) Bengkak pada wajah, kaki dan tangan

4) Gerakan janin berkurang

c. Trimester III

1) Perdarahan pervaginam

2) Gerakan janin tidak terasa

3) Nyeri perut yang hebat


4) Keluar air ketuban sebelum waktunya

5) Kejang

6) Demam tinggi

7. Pemeriksaan kehamilan

a. Trimester I, dilakukan untuk mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum

membahayakan jiwa.

b. Trimester II, sama seperti TM I ditambah kewaspadaan khusus terhadap hipertensi

kehamilan dan deteksi dini gejala lain.

c. Trimester III, mendeteksi letak dan kondisi yang memungkinkan untuk persalinan di

rumah sakit.

8. Kebutuhan dasar ibu hamil

a. Oksigen, paru-paru bekerja lebih berat untuk keperluan ibu dan janin. Terlebih saat

hamil tua, sebelum kepala masuk panggul paru-paru terdesak ke atas sehingga

menyebabkan sesak nafas. Maka ibu diharuskan latihan pernafasan, tidur dengan

posisi miring kiri.

b. Nutrisi, gizi pada saat hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori/hari. Ibu hamil

harus mengkonsumsi yang mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan.

Seperti sayur-sayuran, buah, daging, ikan, telur, kacang-kacangan.

c. Personal hygiene, personal hygiene pada ibu hamil dilakukan untuk mengurangi

kemungkinan infeksi.

d. Eliminasi, ibu hamil cenderung lebih sering BAK karena kandung kemih tertekan

oleh pembesaran uterus, BAB normal konsistensi lunak. Untuk melancarkan dan

mengurangi kandung kemih ibu hamil diharuskan cukup banyak minum dan

menjaga kebersihan sekitar alat kelamin.


e. Seksual, berhubungan seksual selama hamil tidak dilarang selama tidak ada riwayat

abortus sebelumnya hingga umur kehamilan 16 minggu, karena pada saat itu

plasenta sudah terbentuk dan kemungkinan terjadi abortus menurun.

f. Istirahat, ibu hamil harus mengurangi pekerjaan berat/melelahkan, dianjurkan untuk

tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam.

g. Perawatan payudara, juga penting putting harus dibersihkan kalau terbasahi oleh

kolostrum, putting susu yang masuk diusahakan keluar dengan teknik pemijatan

yang dilakukan tiap kali mandi.

9. Asuhan Antenatal

a. Kunjungan Pertama

Kunjungan pertama ibu hamil bagi bidan adalah untuk mengenal factor resiko ibu

dan janin. Bila dijumpai kelainan, baik pada pemeriksaan fisik maupun lab perlu di

beri tindakan khusus. Pada kunjungan pertama dilakukan :

1) Anamnesa

Pada wanita haid terlambat dan diduga hamil ditanyakan hari pertama haid

terakhir (HPHT). Tafsiran persalinan dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan

siklus haidnya teratur dengan menggunakan rumus naegle. Tanyakan riwayat

kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang pernah

dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah di derita.

2) Pemeriksaan umum

Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan umum, status

gizi dan tanda-tanda vital, pada mata dinilai ada tidaknya ikterus pada sclera,

konjungtiva, edema dan clousma. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi,

periksa juga jantung, paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.

3) Pemeriksaan obstetric
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan

kosongkan kandung kemih, kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan

pemeriksaan dilakukan disisi kanan ibu.

a) Pemeriksaan luar

Cara pemeriksaan yang umum dilakukan adalah cara Leopold, yaitu :

Lepold I : untuk menentukan TFU sehingga dapat diketahui usia

kehamilan dan untuk menentukan bagian pada fundus.

Leopold II : untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan

dimana letaknya bagian kecil.

Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan

apakah bagian terbawah anak sudah masuk atau belum ke PAP.

Leopold IV : untuk menetukan apa yang menjadi bagian bawah dan

seberapa masuknya bagian bawah kedalam rongga panggul.

b) Pemeriksaan dalam

Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui :

 Bagian bawah janin.

 Kalau bagian yang terbawah adalah kepala dapat ditentukan posisi untuk

UUB, dagu, hidung, orbital, mulut dan sebagainya.

 Kalau letak sungsang dapat diraba asnus, sacrum dan tuber ischii.

 Pembukaan serviks, turunya bagian terbawah janin.

 Evaluasi keadaan vagina, serviks dan panggul.

c) Pemeriksaan panggul

Distansia spinarum : biasanya 23 – 26 cm

Distansia cristarum : biasanya 26 – 29 cm

Conjugate ekterna : biasanya 15 – 20 cm


Lingkar panggul : 80 – 90 cm.

b. Kunjungan ulang

Jadwal kunjungan pada kehamilan 0 – 28 minggu di lakukan tiap 4 minggu, 28 – 36

setiap 2 minggu, setelah 36 minggu dilakukan tiap minggu sampai bayi lahir. Setiap

kunjungan dilakukan pengukuran berat badan ibu, tekanan darah, TFU, Leopold dan

DJJ.

Ada beberapa keadaan yang menambah resiko kehamilan, tidak secara langsung

meningkatkan resiko kematian ibu. Keadaan tersebut dinamakan factor resiko,

diantaranya :

1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2) Anak lebih dari 4.

3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun.

4) Tinggi badan kurang dari 145 cm.

5) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm.

6) Riwayat keluaraga yang menderita penyakit kencing manis, hipertensi, dan

riwayat cacat congenital.

Resiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang

secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi, meliputi :

1) Hb kurang dari 11 gr%

2) Tekanan darah tinggi (systole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg).

3) Oedema yang nyata.

4) Eklamsia

5) Perdarahan pervaginam.

6) Ketuban pecah dini.

7) Letak lintang pada usia kehamilan mulai dari 32 minggu.


8) Letak sungsang pada primigravida.

9) Infeksi berat / sepsis.

10) Persalinan premature

11) Kehamilan ganda.

12) Janin besar.

13) Penyakit kronis ibu, jantung, paru, ginjal, dll.

C. Resiko tinggi kehamilan

1. Terlalu Tua (Primi Tua)

a. Pengertian Terlalu Tua (Primi Tua)

Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35 tahun. Pada usia ini

organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu hamil

mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.

b. Resiko Yang Dapat Terjadi

Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu tua (primi tua ≥ 35 tahun) adalah :

1) Hipertensi/tekanan darah tinggi

2) Pre-eklamspsi

3) Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan dimulai

4) Persalinan macet: ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat lahir

dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.

5) Perdarahan setelah bayi lahir

6) Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah/BBLR < 2500gr

c. Alasan yang perlu diketahui adalah :

1) Pada usia ini kondisi kesehatan ibu mulai menurun

2) Fungsi rahim menurun

3) Kualitas sel telur berkurang


d. Meningkatnya komplikasi medis dan persalian

Terlalu Tua (Hamil Usia > 35 tahun) Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas

tropiknya, sehingga pada ibu dengan umur lebih tua cenderung mempunyai bayi

yang berat badannya lebih rendah. Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu

sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih

besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan.

Selain itu, hal yang paling dikhawatirkan jika usia ibu diatas 35 tahun ialah kualitas

sel telur yang dihasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada usia ini punya resiko

4 kali lipat dibanding sebelum usia 35 tahun.

e. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi Pada Usia Tua

Risiko kehamilan yang mungkin terjadi saat terjadi kehamilan usia ibu mencapai 35

tahun atau lebih. Terdapat risiko pada ibu dan risiko pada bayi. Sel telur itu kan

sudah ada di dalam organ reproduksi sejak wanita dilahirkan. Namun, setiap bulan

sel telur itu dilepaskan satu per satu karena sudah matang. Berarti, sel telur yang

tersimpan selama hampir 40 tahun ini usianya juga sudah cukup tua. Karena, selama

itu sel telur mungkin terkena paparan radiasi. Di usia ini, wanita akan lebih sulit

mendapatkan keturunan karena tingkat kesuburan yang sudah menurun.

1) Resiko Pada Bayi.

a) Kehamilan di atas usia 35 itu berisiko melahirkan bayi yang cacat. Kecacatan

yang paling umum adalah down syndrome (kelemahan motorik, IQ rendah)

atau bisa juga cacat fisik.

b) Adanya kelainan kromosom dipercaya sebagai risiko kehamilan di usia 35

tahun. Pertambahan usia dapat menyebabkan terjadinya kelainan terutama

pada pembelahan kromosom. Pembelahan kromosom abnormal menyebabkan

adanya peristiwa gagal berpisah yang menimbulkan kelainan pada individu


yang dilahirkan. Terjadinya kelahiran anak dengan sindroma down, kembar

siam, autism sering disangkut pautkan dengan masalah kelainan kromosom

yang diakibatkan oleh usia ibu yang sudah terlalu tua untuk hamil. Akan tetapi

hal inipun masih berada di dalam penelitian lanjut mengenai kebenarannya.

c) Seiring bertambah usia maka resiko kelahiran bayi dengan down syndrome

cukup tinggi yakni 1:50. Hal ini berbeda pada kehamilan di usia 20-30 tahun

dengan rasio 1:1500.

d) Selain itu, bayi yang lahir dari kelompok tertua lebih cenderung untuk

memiliki cacat lahir dan harus dirawat di unit perawatan intensif neonatal.

e) Kebanyakan akan mengalami penurunan stamina. Karena itu disarankan untuk

melakukan persalinan secara operasi caesar. Hal ini dilakukan bukan tanpa

alasan namun mengingat untuk melahirkan normal membutuhkan tenaga yang

kuat.

f) Pada ibu hamil dengan usia 35 tahun ke atas kebanyakan tidak kuat untuk

mengejan karena nafas yang pendek. Akibatnya bayi bisa mengalami stres

karena saat proses persalinan pembukaan mulut rahim akan terasa sulit.

Kebanyakan kasus kehamilan di usia 40 tahun ke atas akan mengalami

kesulitan saat melahirkan secara normal. Apalagi untuk ibu hamil yang

hipertensi, maka sangat dianjurkan untuk melakukan persalinan dengan

operasi caesar. Untuk menyelamatkan ibu dan juga bayi.

2) Risiko pada ibu.

a) Memasuki usia 35, wanita sudah harus berhati-hati ketika hamil karena

kesehatan reproduksi wanita pada usia ini menurun. Kondisi ini akan makin

menurun ketika memasuki usia 40 tahun.


b) Risiko makin bertambah karena pada usia 40 tahun, penyakit-penyakit

degeneratif (seperti tekanan darah tinggi, diabetes) mulai muncul. Selain bisa

menyebabkan kematian pada ibu, bayi yang dilahirkan juga bisa cacat.

c) Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan komplikasi seperti,

placenta previa, pre-eklampsia, dan diabetes.

d) Risiko keguguran juga akan meningkat hingga 50 persen saat wanita

menginjak usia 42 tahun. Terjadi perdarahan dan penyulit kelahiran. Elastisitas

jaringan akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Di usia semakin

lanjut, maka sering terjadi penipisan dinding pembuluh darah meskipun kasus

tidak terlalu banyak dijumpai, namun masalah pada kualitas dinding pembuluh

darah khususnya yang terdapat di dinding rahim, dengan adanya pembesaran

ruang rahim akibat adanya pertumbuhan janin dapat menyebabkan perdarahan

e) Hamil di usia 35 merupakan kehamilan dengan resiko komplikasi yang tinggi.

Menurut penelitian yang dilakukan Royal College of Obstetricians and

Gynaecologists, perempuan yang hamil di akhir usia 30-an dan 40-an lebih

beresiko mengalami hipertensi saat kehamilan (preeclampsia), kehamilan di

luar rahim (kehamilan etopik), mengalami keguguran.

f) Kualitas sel telur yang lemah menyebabkan penempelan janin pada dinding

rahim lemah sehingga sering menimbulkan perdarahan.

g) Terjadi pre eklampsia. Pre eklampsia atau perdarahan yang disebabkan oleh

adanya tekanan darah yang tinggi melebihi batas normal sering menjadi

penyebab kematian ibu yang melahirkan. Pre eklampsia banyak dikaitkan

dengan usia ibu yang terlalu tua untuk hamil.

h) Kesulitan melahirkan. Proses melahirkan butuh energi yang ekstra. Tanpa

adanya tenaga yang kuat, maka ibu dapat sulit mengejan sehingga justru
berbahaya bagi bayi yang dilahirkan. Semakin tua usia ibu dikhawatirkan

tenaga sudah relatif menurun, meskipun tidak dapat disamaratakan antara

individu satu dengan lainnya.

i) Di saat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit

sehingga bayi bisa mengalami stres. Oleh karena itu, proses melahirkan pada

ibu yang berusia 40 tahun pada umumnya dilakukan secara Caesar.

f. Pencegahan

1) Rajin menjaga kebugaran tubuh, Anda tak perlu terlalu khawatir. Karena, Anda

tetap bisa melahirkan secara normal. Anda dan bayi pun akan sehat-sehat saja.

2) Berkonsultasi kepada dokter mengenai asupan gizi yang perlu bagi kesehatan

kehamilan. Jangan lupakan menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumi

makanan sehat bernutrisi yang dibutuhkan untuk ibu hamil dan janin dalam perut.

3) Karena adanya sejumlah risiko komplikasi ini, Anda yang berusia 35 tahun ke

atas cukup besar kemungkinannya untuk melahirkan secara Caesar.

4) Sejumlah resiko di atas tetap dapat diminimalkan dengan berkonsultasi secara

intensif dengan dokter kandungan.

5) Ibu hamil dengan usia beresiko lebih sering melakukan pemeriksaan dan

konsultasi. Segeralah melakuan screening atau tes untuk mencegah atau

mengurangi resiko yang membahayakan ibu dan anak. Pemeriksaan yang bisa

dilakukan seperti, USG, Triple Test dengan mengambil sampel darah, Nuchal

Translucency yang mengukur ketebalan belakang leher janin, dan Amniocentesis

yaitu pengambilan cairan ketuban dari dalam rahim, yang selanjutnya dikirim ke

laboratorium genetik untuk dilihat adakah kelebihan atau kelainan kromosom.

6) Disarankan untuk mengonsumi minuman suplemen asam folat dan rajin

mengunjungi dokter spesialis kandungan.


7) Melakukan olahraga low impact juga bisa dilakukan untuk melatih stamina

selama menjalani kehamilan.


BAB III

TIJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA PADA

Tn. N SURABAYA RT 06 RW 03 No 32 KOTA BENGKULU

DATA SUBYEKTIF

1. Stuktur Keluarga

a. Nama Kepala Keluarga : Tn. N

b. Umur : 39 tahum

c. Jenis Kelamin : Laki-Laki

d. Agama : Islam

e. Pendidikan : SMA

f. Pekerjaan : Swasta

g. Pendapatan : Rp 1000.000-1.500.000

h. Alamat : Surabaya Rt 6 Rw 03 no 32 Kota Bengkulu

i. Suku / Bangsa : Indonesia

j. Daftar Anggota Keluarga :

NO Nama Hub. umur L Gol. agama pendidikan pekerjaan

klg P Darah

1 Tn. N kk 39 Th L B Islam SD

2 Ny. N Istri 39 Th P O Islam SD

3 An.K Anak 21 Th L O Islam SMA

4 An.J Anak 12 Th L O Islam SD


2. Sifat Keluarga

Anggota keluarga yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga adalah

suami.

3. Kebiasaan hidup sehari-hari

a. Kebiasaan makan

1) Waktu makan : Teratur

2) Cara mengolah makanan :

a) Memenuhi syarat kesehatan : tidak

b) Menu dalam seminggu bervariasi: iya

3) Makan garam beryodium: iya

4) Makanan pantangan dalam keluarga: tidak ada

b. Hygiene perorangan/keluarga

1) Kebiasaan mandi 3 kali sehari.

2) Kebiasaan menggosok gigi 2 kali sehari.

3) Kebiasaan keramas 2 hari sekali.

4. Penghasilan dalam satu bulan

a. Ayah = Rp 1.000.000 – 1.500.000

b. Ibu =-

c. Anggota keluarga lain = 1.500.000,-

5. Kegiatan sosial kemasyarakatan

a. Kedudukan keluarga dalam masyarakat:

Ya, sebutkan :

X Tidak
b. Partisipasi keluarga dalamkegiatan kemasyarakatan:

Ya, sebutkan :

X Tidak

6. Kebiasaan dalam keluarga berkaitan dengan budaya:

Tujuh bulanan

Puputan

Pantangan-pantangan bagi ibu hamil dan nifas

Lain-lain :

7. Riwayat KesehatanAnggota Keluarga (tiga bulan terakhir)

No Nama Anggota Jenis Upaya Ket

Keluarga Penyakit Penanggulangan

8. Kebiasaan memeriksakan diri

a. Waktu : Bila sakit

b. Tempat : Puskesmas

9. Alasan : Mudah di jangkau

10. Riwayat Obstetri dan Ginekologi (Paritas, Penggunaan Kontrasepsi, Kesehatan

Reproduksi).

a. Paritas

Ny. N : 2 (dua)
b. Penggunaan kontrasepsi : belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

11. Stress dan koping

Persepsi dan Tanggapan Keluarga terhadap Masalah :

Tanggapan keluarga terhadap masalah yang dihadapi selalu dirundingkan dengan

anggata keluarga secara baik-baik terutama anggota keluarga yang tidak sehat dibawa ke

Puskesmas.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum Ny. N : Baik

2. Pemeriksaan TTV Ny. N

TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,5 0C

Nadi : 88 x/menit RR : 20 x/menit

3. Kepala

Bersih, rambut tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan.

4. Wajah

Warna : Tidak pucat

Odema : Tidak ada

Closmagravidarum : Tidak ada

5. Mata

Bentuk : Simetris

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

6. Hidung

Bentuk :Simetris

Kebersihan :Bersih

Pembengkakan kelenjar polip :Tidak ada


7. Telinga

Bentuk :Simetris

Kebersihan :Bersih

Kelainan :Tidak ada

8. Mulut dan Gigi

Warna :Bibir tidak pucat

Caries :Tidak ada

Kebersihan :Bersih

9. Leher

Pembengkakan kelenjar Limpe :Tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid :Tidak ada

10. Ketiak

Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada

11. Dada

Bentuk :Simetris

Tarikan dinding dada :Tidak ada

Hyperpigmentasi :Ada

Kelainan :Tidak ada

12. Perut

a. Ny. N :

1) palpasi

Leopold I : TFU 3 jari atas simfisis (Ballotement)

Leopold II : Belum dilakukan

Leopold III : Belum dilakukan

Leopold IV : Belum dilakukan


2) Auskultasi

Perut : Bising usus (+)

DJJ : Belum terdengar

13. Genetalia

Varises : Tidak ada

Odema : Tidak ada

15 Ekstremitas

Bentuk : Simetris

Varises : Tidak ada

Kelainan : Tidak ada

Odema : Tidak ada

ANALISA DATA

1. Penjajakan Kesehatan Tahap I

a. Ancaman kesehatan

1) Kurangnya pengetahuan ibu tentang Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan

terlalu tua ≥ 35 tahun

2) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang bahaya merokok.

b. PHBS (Sehat, Kurang Sehat atau Tidak sehat)

Sehat.

c. Situasi krisis

1) Racun dalam rokok dapat terisap oleh ibu, dan akan berakibat fatal bagi

kesehatan ibu dan janin.

2) Apabila ibu tidak mengetahui tentang kehamilan beresiko tinggi maka Resiko

yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu tua ≥ 35 tahun adalah :


Hipertensi/tekanan darah tinggi, Pre-eklamspsi, Ketuban pecah dini: yaitu

ketuban pecah sebelum persalinan dimulai, Persalinan macet: ibu yang mengejan

lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan

lahir biasa, Perdarahan setelah bayi lahir, Bayi lahir dengan berat badan lahir

rendah/BBLR < 2500 gram.

PERUMUSAN MASALAH

Penjajakan Kesehatan Tahap II

No Data Masalah Kesehatan

1. Kurangnya pengetahuan Tn N Kekurangtahuan keluarga Tn. N

mengenai bahaya asap rokok mengenai bahaya asap rokok

2. Kurangnya pengetahuan keluarga Kekurangtahuan keluarga Tn. N

tentang PHBS mengenai PHBS

3. Kurangnya pengetahuan ibu Kekurangtahuan ibu tentang

tentang kehamilan beresiko tinggi kehamilan beresiko tinggi pada

pada kehamilan terlalu tua ≥ 35 kehamilan terlalu tua ≥ 35

tahun tahun

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA Tn. A

Masalah Rencana
No Tujuan Implementasi Evaluasi
Kebidanan Kebidanan

1. Kurangnya Setelah Menjelaskan keluarga

pengetahuan dilakukan Memberitahu pada mengerti

keluarga konseling keluarga keluarga tentang


tentang tentang PHBS tentang PHBS PHBS

PHBS diharapkan PHBS

anggota

keluarga

menjadi sehat

dan tidak sakit

2. Kurangnya Setelah Memberitahu Menjelaskan Ibu mengerti

pengetahuan dilakukan ibu tentang pada ibu tentang

ibu tentang konseling kehamilan tentang kehamilan

kehamilan tentang beresiko tinggi kehamilan beresiko tinggi

beresiko kehamilan pada kehamilan beresiko pada kehamilan

tinggi pada berisiko tinggi terlalu tua ≥ 35 tinggi pada terlalu tua ≥ 35

kehamilan diharapkan tahun kehamilan tahun

terlalu tua ≥ ibu untuk terlalu tua ≥

35 tahun sering 35 tahun

memeriksakan

kehamilannya

sehingga

dapat

mendeteksi

secara dini

jika terjadi

ketidak

normalan

pada
kehamilannya.

3. Kurangnya Setelah Memberitahu Menjelaskan Tn Amengerti

pengetahuan dilakukan keluarga mengenai dan mampu

Tn A penyuluhan mengenai zat bahaya menjelaskan

mengenai tentang yang merokok bagi kembali

bahaya bahaya terkandung di tubuh perokok tentang bahaya

merokok. merokok dalam rokok. maupun orang merokok

diharapkan Tn di sekitarnya.

A sadar akan

bahaya

merokok.
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. N didapatkan data, usia 39 tahun, ibu hamil

anak ketiga, tidak pernah abortus,. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa kehamilan ibu

beresiko tinggi tetapi ibu tidak ada keluhan apapun.

Pada pembahasan ini, penulis mengungkapkan bahwa antara landasan teori dengan

kasus Ny. N G3 P2 A0 UK 13 minggu terjadi kesenjangan. Walaupun tidak ada keluhan,

sebagai bidan kita harus tetap waspada dan siap jika sewaktu-waktu terjadi gawat ibu

maupun janin.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga

karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, dimana antara satu dengan yang

lainnya saling tergantung dan berinteraksi.

Kehamilan adalah proses penyatuan sel sperma dari laki-laki dan ovum dari

perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya

kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir.

Terlalu Tua adalah ibu hamil pada usia ≥ 35 tahun. Pada usia ini organ kandungan

menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat,

terjadi persalinan macet dan perdarahan.

Kehamilan yang berulang akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah

dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan

berkurang bila dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin. Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin, bila

terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 orang

anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan,

persalinan, dan nifas.


B. Saran

Penulis menyadari masih terlalu banyak kesalahan serta kekurangan pada penulisan

serta penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan

saran serta kritik yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki Asuhan Kebidanan

ini.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gd. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC

Moctar, R. 2002. Sinopsis Obstetri 2. Jakarta. EGC

Вам также может понравиться