Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
reaksi fibrous pada sinovium, dan penebalan kapsul sendi (Ervan, 2011 dalam
Yuliastari, 2012). Secara global Osteoartritis (OA) adalah penyakit persendian yang
tulang rawan sendi dan penyebabnya masih idiopatik, meskipun faktor resiko juga
berperan dalam timbulnya osteoarthritis. Kondisi seperti ini berkaitan dengan usia
lanjut (Elvira 2010). Osteoarthritis menjadi salah satu pencetus nyeri sendi, karena
& Schaible, H-G 2010). Osteoarthritis merupakan salah satu penyakit jenis rematik
yang sering dijumpai pada lansia di Indonesia, berkisar 50-60% (Muchid, dkk.
2006).
penderita Osteoarthritis di seluruh dunia sebanyak 151 juta jiwa. Di kawasan Asia
terjadi di Jawa Timur, berdasarkan data statistik Indonesia (2016), di Jawa Timur
46
jumlah lansia pada 3 tahun 2015 adalah 173.606 orang, dengan status kesehatan
baik 64.818 orang, cukup baik 72.705 orang dan status kesehatan kurang baik
osteoartritis sebesar 10% dan 13,5% (Dinkes; Jatim 2011). Osteoarthritis dapat
menyerang bagian sendi manapun, diperkirakan sendi yang sering terserang adalah
sendi-sendi yang banyak menanggung berat badan seperti lutut, panggul dan sendi
ditemukan adalah pada lokasi lutut (Arissa 2013). Laporan data dari riskesdas juga
menjadi lebih berhati-hati saat bergerak serta lebih membatasi gerakan sendi yang
sakit, sehingga pergerakan sendi kesemua arah menjadi terbatas. Kekakuan pada
otot sendi dapat terjadi akibat dari kurangnya gerakan aktif daripada gerakan pasif
yang dilakukan penderita (Isbagio 2005). Nyeri dan kaku sendi yang bertahan lama
sendi ini dapat membatasi aktivitas fisik lansia, selanjutnya lansia mengalami
dan mortalitas dari seorang lansia dapat dilihat dari aktifitas fisik lansia tersebut.
Aktifitas fisik yang meningkat juga dapat meningkatkan kesehatan serta quality of
farmakologis seperti edukasi, teapi fisik, okupasional, latihan fisik, penurunan berat
47
badan, dan merawat persendian, serta tindakan pertahanan yang menjadi pilihan
mengatakan terapi yang lebih direkomendasikan untuk OA lutut adalah terapi non
farmakologis yang bersifat terapi modalitas seperti latihan fisik, senam, latihan
farmakologis lainnya yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri sendi tetapi
kekuatan otot sendi dapat dicapai dengan adanya pergerakan melalui aktivitas fisik
adalah penurunan berat badan, akupunktur, okupasional, dan aplikasi dingin atau
panas.
telah membuktikan bahwa latihan fisik dapat menurunkan skala nyeri pada
(Nauberger et al 2007). Hasil yang sama juga didapati pada review penelitian
tentang observasi pasien osteoarthritis yaitu pasien melakukan aerobik dan latihan
kekuatan otot untuk mengurangi nyeri dan disabilitas diri di rumah (Roddy, E., et
menyatakan bahwa rasa sakit dan risiko gangguan fungsional atau cacat pada orang
dewasa tua penderita OA lutut dapat di cegah dengan menjadi lebih aktif
Olahraga fisik adalah salah satu latihan yang dapat diberikan kepada lansia
pergerakan sendi dan memiliki pengaruh besar dalam penurunan skala nyeri sendi
(Stevenson 2012). Olahraga fisik yang mudah dan sederhana yang dapat dilakukan
48
adalah senam rematik (Nurhidayah 2012). Senam rematik memiliki gerakan-
gerakan yang efektif dan berfokus pada mempertahankan lingkup gerak sendi
secara maksimal. Adapun tujuan dari senam rematik ini adalah mengurangi nyeri
sendi dan menjaga kesehatan jasmani penderita rematik. Senam rematik juga
memiliki keuntungan lain yaitu tulang menjadi lebih lentur, otot tetap kencang,
memperlancar peredaran darah, menjaga kadar lemak darah tetap normal, tidak
mudah mengalami cidera, dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih baik (Heri
2014).
tahun terakhir. Menurut narasumber sampai saat ini, banyak yang tidak mengetahui
yang dapat diterapkan oleh perawat sebagai care giver dalam memberikan
lansia.
saat ini banyak yang tidak mengetahui manfaat senam rematik. Berdasarkan
rematik terhadap penurunan skala nyeri pada lansia penderita Osteoarthritis Lutut
49
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
rematik.
osteoarthritis lutut.
2. Bagi Peneliti
4. Bagi Institusi
50
Dapat dijadikan tambahan kepustakaan untuk pengembangan ilmu
selanjutnya.
penurunan skala nyeri pada lansia penderita osteoarthritis lutut. Peneliti juga
melakukan pengukuran skala nyeri serta pengukuran gula darah sebelum dan
sesudah senam.
51
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri
aktual dan potensial yang tidak menyenangkan yang terletak pada suatu
(Prasetyo, 2010).
52
b. Teori Pola (Pattern theory)
tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat dari stimulasi reseptor yang
53
pesan dari nyeri untuk menghambat tansmisinya yang kemungkinan
(Andarmoyo, 2013).
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, nyeri
akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan). Setelah area yang rusak
2) Nyeri kronik
&Perry, 2013).
54
Tabel 2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronik
jelas penyembuhan
55
perkembangannya. Secara umum, intensitas nyeri tergantung
stimulus yang mengenai kulit, tulang sendi, otot, jaringan ikat dan
2) Nyeri neuropatik
perifer maupun sentral, nyeri ini lebih sulit ditangani daripada nyeri
disfungsi saraf pusat dan saraf tepi. Nyeri ini bersifat episodik atau
patologi karena tidak jelas tujuannya atau bisa dikatakan tidak jelas
neural, dimana serabut saraf membuat koneksi yang lebih luas dari
56
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
tajam. Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau
2) Viseral Dalam
nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri
57
alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke
4) Radiasi
yang sama akan dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda
1) 0 : Tidak Nyeri
58
3) 3-5 : Nyeri Sedang
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Kebudayaan
Andari, 2015).
59
d. Perhatian
e. Ansietas
2012).
f. Kelemahan
g. Pengalaman sebelumnya
60
ulang tetapi nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan akan lebih
h. Gaya koping
dapat menurunkan nyeri kala I, hal ini dikarenakan ibu merasa tidak
(Widjanarko, 2012).
j. Makna nyeri
61
2.2 Senam Rematik
rematik adalah gerakan yang sangat logis, efisien, dan efektif, karena
(Wahyudi, 2008).
biomedik, sendi dan rasa posisi sendi, dengan melakukan senam rematik
dan tidak menjadi beban bagi orang lain (Nunohoni & Tulaat, 2011).
dan kuat secara rohani maupun jasmani. Seorang muslim akan lebih
yang sehat dan kuat, seperti yang dijelaskan pada ayat berikut.
ص إ اص
62
Terjemahnya :
َاّلل َوَل َ احرص َع، َوفي ُك ٍّل خَي ٍّر،َّللا منَ ال ُمؤمن الضَّعيف
َّ َواست َعن ب، َلى ما َ يَنفَعُك َّ لىَ َوأ َ َحبُّ إ
َّ قَد ََّر: َو َلكن قُل،صابَكَ شَي ٌء فَالَ تَقُل لَو أَني فَ َعلتُ َكانَ َكذَا َو َكذَا
َّللاُ َوما َ شَا َء َ َ َوإن أ،ت َعجز
Terjemahannya :
“Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh
aku berbuat begini, maka akan begini dan begitu, tetapi katakanlah Allah
telah menakdirkan, dan kehendak oleh Allah pasti dilakukan. Sebab kata
63
saleh dan beraktivitas didalam urusan agama dan urusan dunia seorang
muslim.
a. Gerakan Duduk
kebelakang.
tubuh.
5) Putar tubuh bagian atas kesamping kanan dan kiri, kedua lengan
diatas pinggang.
64
b. Gerakan berbaring atau tidur
dan hembuskan.
4) Tekuk sendi panggul dan tekuk lutut dengan kedua tangan tarik
5) Pegang erat kedua tangan diatas perut, tarik kebelakang kepala dan
kebawah.
2.3 Lansia
kelompok yaitu:
65
Departemen Kesehatan RI memberikan batasan lansia sebagai berikut:
b. Usia lanjut dini (senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia
Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika
Menua adalah suatu proses normal yang berupa penuaan yang dialami
dari proses menua, sehingga penderita tidak mampu bertahan dari jejas dan
kerusakan tubuh lainnya (Darmojo & Boedhi, 2010). Secara umum seluruh
spesies yang hidup akan mengalami penuaan yang secara progresif dengan
2010).
66
Teori menua didasari oleh 3 landasan yaitu:
a. Semua proses penuaaan yang dialami oleh makhluk hidup mamalia adalah
sama.
berbeda-beda.
c. Penuaan adalah hal yang mutlak bagi setiap spesies, namun laju atau
(Stanley, 2006).
67
mempertahankan tubuhnya dari luka atau serangan sel-sel asing. Seiring
c. Teori Kekebalan
antara sel normal dan sel tidak normal, sehingga jika ada sel asing yang
masuk kedalam tubuh, antibodi bisa saja menyerang sel normalnya dan hal
terjadi pada lansia merupakan salah satu bukti bahwa peristiwa autoimun
d. Teori Fisiologik
digunakan oleh tubuh. Sebagai contoh, proses menua adalah akibat dari
adaptasi terhadap stres. Stres dapat berasal dari dalam maupun dari luar,
e. Teori Psikososial
68
lansia sudah tidak akan tertarik apalagi memperhatikan peristiwa atau isu-
f. Teori Kontinuitas
contoh, seseorang yang sebelumnya sukses, pada usia lanjut akan tetap
g. Teori Sosiologik
menjelaskan bahwa lanjut usia untuk bebas dari tanggung jawab dari
pekerjaan dan tidak perlu lagi mengejar peran lain untuk mencari
lansia sudah jarang mengikuti atau bahkan tidak sama sekali berpastipasi
pensiunan.(Fatmah, 2010).
69
h. Teori Aktifitas
aktivitas ini menjelaskan bahwa lansia yang sukses adalah yang aktif dan
ikut dalam kegiatan sosial. Jika seseorang sebelumnya sangat aktif, maka
pada usia lanjut ia akan tetap memelihara keaktifannya seperti peran dalam
karena ia tetap merasa dirinya berarti dan puas di hari tuanya. Bila lansia
ia harus segera terlibat dalam kegiatan lain seperti klub atau organisasi
yang sesuai dengan bidang atau minatnya. Teori ini menganggap bahwa
lansia dan tidak ke arah masa tua yang positif (Fatmah, 2010).
tubuh. Akan tetapi, kini proses penuaan biologis ini dihubungkan dengan
70
tanggalnya gigi, mulut kering dan penurunan motilitas esofagus (Meiner
b. Nutrisi (makanan)
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada
a. Depresi mental
b. Gangguan pendengaran
c. Bronkitis kronis
f. Anemia
g. Demensia
2.4 Osteoartritis
menyebabkan sendi akan terasa nyeri dan kaku akibat dari perubahan patologis.
71
Osteoarthritis lebih sering dijumpai pada lutut, paha dan tulang belakang.
pada lutut membuthkan waktu bertahun-bertahun dan kondisi ini akan tetap
sama selama beberapa tahun. OA lutut merupakan sumber utama rasa sakit dan
Osteoarthritis dapat disimpulkan sebagai suatu penyakit yang terjadi akibat dari
tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Karena
S, 2009).
dengan proses penuaan dan kerusakan kartilago pada sendi lutut. OA lutut
72
memiliki kemampuan berkembang cukup lambat dan penyebabnya masih
bertambahnya usia serta beberapa faktor resiko lain (Elvira 2010). Kebanyakan
OA lutut akan menyerang seseorang yang berusia 55 tahun keatas dan usia
tersebut lebih banyak berjenis kelamin wanita. Beberapa aktivitas seperti naik
turun tangga, berjalan jauh serta mengangkat barang dengan beban yang berat
menjadi faktor resiko terjadinya OA lutut. Faktor resiko lain yaitu dari olahraga
yang dapat menyebabkan trauma pada sendi seperti sepak bola, basket dan voli
(Hamijoyo, 2018). Nyeri dari OA ini akan muncul secara perlahan-lahan akibat
dari faktor resiko yang dialami oleh penderita. Nyeri tersebut akan membaik
tersebut dipaksakan. Proses nyeri akan berlangsung sekitar 15-20 menit yang
disertai dengan suara krepitus, bengkak dan kaku pada sendi (Hamijoyo, 2018).
60-64 tahun sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok umur yang
sama, dijumpai 23% menderita OA. Pada lutut kanan, sementara 16,3%
73
wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan
sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7. Sedangkan untuk
cukup baik 72.705 orang dan status kesehatan kurang baik 36.083
2008).
74
merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan
adalah kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan
Apabila terjadi peradangan dan cedera pada sendi, protein ini akan
cukup yang terjadi di antara otot dan tendon pada titik-titik tertentu saat
otot-otot dan tendon dengan sendi. Kontraksi otot yang terjadi akan
75
tersebut turut meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan cara
terdapat sebuah perubahan pada sendi yang dapat terlihat pada kartilago
(Felson, 2008).
Kolagen tipe dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat,
76
yang diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk
memecah kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja
di matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA,
(PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek
pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal
77
kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis
(Felson, 2008).
bekerja dengan beban yang berat, dan olahraga dengan resiko trauma
(Wahyuningsih, 2009).
78
Beberapa faktor resiko menurut Buku Ajar Gangguan
a. Peningkatan usia.
b. Obesitas
79
(IMT) adalah cara untuk mengetahui seseorang termasuk obesitas
c. Jenis kelamin
hasil laki-laki 10,7 % dan wanita 14,1% (Gede, Imbawan, & Putra,
2011).
d. Riwayat trauma.
resiko 5-6 kali lipat lebih tinggi untuk menderita OA lutut. Hal
80
tersebut biasanya terjadi pada kelompok usia yang lebih muda
(Maharani, 2007).
yang terjadi pada penderita. Benturan yang berat yang terjadi secara
f. Faktor genetik.
81
dikarenakan lutut yang menerima terlalu banyak beban akan
2013).
mengurangi resiko terjadinya OA, sebab tulang yang padat dan keras
82
a. Nyeri sendi
(Felson, 2008).
83
umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom
c. Kaku pagi
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari
2009).
d. Krepitasi
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien
(Soeroso, 2009).
84
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi
efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau
f. Tanda-tanda peradangan
pada pasien lanjut usia. Hal ini akan menurunkan kualitas hidup
(Soeroso, 2009).
85
dilanjutkan dengan fisioterapi, sedangkan dengan cara yang kedua
1) Terapi non-farmakologis:
25kg/m2)
2) Terapi farmakologis :
b. Analgesik topikal
c. NSAID
d. Chondroprotective
86
e. Steroid intra-artikuler
3) Terapi bedah :
c. Osteotomi
87
2.5 Kerangka Konsep
: Tidak Diteliti
: Diteliti
: Berperngaruh
obestitas, jenis kelamin, riwayat trauma, riwayat cedera sendi, faktor genetik,
kesulitan untuk bergerak. Intensitas nyeri dapat diukur secara subjektif dan
objektif. Melakukan senam rematik adalah salah satu cara untuk mengurangi
skala nyeri. Senam rematik menjadi variabel bebas yang dipercaya dapat
89
mengurangi skala nyeri pada lansia penderita osteoarthritis lutut. Dengan
gerakan yang berulang pada senam rematik ini akan terjadi peningkatan kerja
metabolisme juga ikut meningkat sehingga sisa metabolisme akan ikut terbawa
dan sesudah senam ini dilakukan, terjadi penurunan pada skala nyeri penderita
atau tidak.
variabel atau lebih yang di harapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
one group pre-test and post test, yaitu dengan dilakukannya 2 kali pengukuran
90
Subjek Pre test Treatment Post test
Z Y1 X Y2
Keterangan :
X : Senam rematik
PRE TEST
Pengukuran skala nyeri sebelum
91
dilakukan senam rematik
Tabel 3.1 Kerangka Kerja Efektivitas Senam Rematik Terhadap Penurunan
3.4.1 Populasi
92
3.4.2 Sampel
a. Kriteria
(Setiadi, 2013).
informed consent).
b. Kriteria Eksklusi
93
2) Responden menolak tindakan
3.4.3 Sampling
Suyanto, 2015):
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝐷2 )
52
𝑛=
1 + 52(0,052 )
𝑛 = 46,017
N = Besar Populasi
variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari konsep agar bisa diteliti
94
Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab suatu
95
3.6 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional Efektivitas Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri pada Lansia Penderita Ostearthritis
Lutut.
96
3.7 Instrumen Pengumpulan Data
(Arikunto, 2006).
a. Wawancara
b. Pengukuran Observasi
intervensi.
c. Skala numerik
ada nyeri, sedangkan 10 menunjukkan adanya nyeri yang hebat yang tak
tertahankan.
97
3.8 Metode Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
98
c. Teknik Pengolahan Data
1) Editing
2) Coding
bilangan. Dalam penelitian ini responden pertama akan diberi kode 1 dan
3) Processing
diolah dalam SPSS 16.0 merupakan data rerata tingkat nyeri sebelum
dilakukan senam rematik (pre test) dan rerata tingkat nyeri sesudah
4) Cleaning
atau tidak.
99
3.9 Analisa Data
sebelum dan sesudah dilakukan senam rematik untuk melihat apakah ada
penurunan skala nyeri pada penderita atau tidak ada efek dari senam tersebut.
Analisa bivariate adalah analisa yang dilakukan pada dua variabel yang
parametrik karena data berbentuk numerik dengan skala data ratio. Pada
penelitian ini akan dilakukan uji normalitas skor tingkat nyeri sebelum dan
derajat kepercayaan 95% α=0,05. Jika p≥0,05 maka data berdistribusi normal
maka akan digunakan uji paired t-test dan independent test, namun jika hasil
uji Shapiro Wilk menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka akan
jika ρ value >0,05 H0 diterima dan H1 ditolak maka kesimpulannya tidak ada
100
3.10 Penyajian Data
Data statistik perlu disajikan dalam bentuk yang mudah dibaca dan
dimengerti. Secara garis besar ada 3 cara penyajian data yang sering dipakai
Oleh karena itu etika penelitian adalah hal yang penting dalam penelitian.
dan lain-lain.
responden.
101
3.11.3 Confeidentiality (Kerahasiaan)
dan tujuan dari Senam Rematik terhadap penurunan skala nyeri pada
memutuskan sendiri hal apa saja yang bersedia dan tidak bersedia
102