Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Komunikasi telah dilakukan manusia, sejak bayi berada dalam kandungan sampai
dengan kematian, sehingga bisa dikatakan komunikasi mempunyai umur yang sama tuanya
dengan umur kehidupan manusia.
Semua tingkah laku merupakan komunikasi (verbal maupun non verbal) dan semua
komunikasi akan mempengaruhi tingkah laku, sehingga komunikasi pada dasarnya dapat
menjadi suatu alat untuk memfasilitasi hubungan terapeutik atau malahan dapat berfungsi
sebagai penghalang terhadap tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Fasilitas komunikasi
bertujuan untuk memulai, membangun dan membina keterlibatan dan hubungan saling
percaya (Wilson & Kneist, 1983).
A. Hakekat komunikasi
B. Pengertian Komunikasi
1. TAYLOR, dkk (1983) “Proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan
dan meneruskan makna atau arti”.
MEDIA
Encoding Decoding
KOMUNIKATOR KOMUNIKAN
PESAN
FEEDBACK
2. Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak
melibatkan bicara dan tulisan. Sebesar 90% dari arti komunikasi berasal dari
komunikasi non verbal (Hunsaker cit.Leddy, 1998). Adapun tujuan dari komunikasi
non verbal (Stuart & Sundeen, 1995) adalah :
a. Mengekspresikan emosi
b. Mengekspresikan tingkah laku interpersonal
c. Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi social
d. Menunjukkan diri Terlibat dalam ritual
e. Mendukung komunikasi verbal
e. Cultural artifact Hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang lain
yang mungkin bertindak sebagai rangsang non verbal misalnya:baju, kosmetik,
parfum/bau badan, perhiasan, kacamata, dll.
f. Gaya berjalan Beberapa gaya berjalan menunjukkan pesan tertentu, antara lain
cara berjalan yang bersemangat dan gembira akan menunjukkan seseorang
tersebut dalam keadaan sehat.
g. Penampilan fisik umum Kulit kering, berkerut akan mengkomunikasikan pada
kita bahwa orang tersebut sedang mengalami kekurangan cairan/dehidrasi; pola
napas cepat menunjukkan seseorang sedang merasa cemas.
Kuadran 1 Kuadran 2
Kuadran 3 Kuadran 4
A B
1 2
1 2
3 4
3 4
3. Klarifikasi nilai. Nilai adalah konsep dimana seseorang memiliki standar mengenai
hal-hal yg pantas dilakukan (Stuart&Sundeen, 1995). Klarifikasi nilai perlu
dilakukan karena nilai itu bermacam-macam, dan dari sinilah seorang yang proaktif
mendasarkan pemilihan responnya. Pemilihan respon perlu didasarkan pada nilai,
nilai/standar perilaku yang pantas tersebut bila ditetapkan sebagai prinsip maka nilai
akan menjadi pusat kehidupan.
4. Role model dan rasa tanggung jawab. Perawat dapat menjadi model apabila perawat
tersebut dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi serta tidak didominasi
oleh konflik, distress atau pengingkaran & memperlihatkan perkembangan serta
adaptasi yang sehat. Perawat dituntut dapat bertanggung jawab dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan berdasarkan kode etik yang ditetapkan. Komkep.pj/KH/2010 8
Contoh :
Klien :“Saya telah melakukan beberapa kesalahan”
Perawat :“Saya ingin mendengar tentang itu. Tidak apa-apa jika anda ingin
mendiskusikan hal ini dengan saya.” Komkep.pj/KH/2010 9 4.
Klarifikasi Klarifikasi sama denga validasi yaitu menanyakan pada klien apa yang tidak
dimengerti perawat terhadap situasi yang ada.
Misalnya :
Klien :“Saya seperti patung saja disini.”
Perawat :“Mari kita lihat apakah saya mengerti apa yang bapak maksud dengan
“patung”.
5. Focusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi
sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti (Stuart & Sundeen, 1995).
6. Observasi Observasi merupakan kegiatan mengamati klien, kegiatan ini dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk
mendapatkan respon lebih lanjut. Keuntungan dari tehnik ini adalah akan
memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien
untuk mengambil keputusan. Perawat sebaiknya menghindari pemberian nasehat pada
saat pemberian informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan) Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir
pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk
menunggu respon.
9. Assertive Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan
pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain. Komunikasi
assertive (Smith, 1992) :
a. Mampu menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tertentu yang secara terus menerus melindungi hak diri
dan orang lain.
b. Memiliki perilaku yang positif mengenai komunikasi dengan jujur/terus terang dan
adil.
c. Merasa nyaman dalam mengontrol perasaan negatif misalnya cemas, tegang, malu
atau takut.
d. Merasa yakin bahwa anda dapat melakukan sendiri dengan jalan tetap menghormati
diri dan orang lain.
e. Menjaga hak diri dan orang lain sama pentingnya.
10. Menyimpulkan
a. Membawa poin – poin penting dari diskusi untuk meningkatkann pemahaman
b. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama dengan ide
dalam pikiran (Varcarolis,1990)
12. Offering self (menawarkan diri) adalah menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau
respon yang diharapkan (Schult Videbeck,1998).
Misalnya,
Perawat : “Aku akan duduk menemanimu selama 15 menit.”
13. Offering general leads (memberi petunjuk umum) Mendukung klien untuk
meneruskan (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya : “Dan kemudian?”, “Teruskan…”.
14. Giving broad opening (memberi pertanyaan terbuka) Memberikan inisiatif pada
klien, mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan.
Misalnya : “Darimana anda akan mulai?”Apa yang anda pikirkan pagi ini?”.
Kegiatan ini akan bernilai apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari
inisiatif klien dan akan menjadi non terapeutik apabila perawat mendominasi
interaksi dan menolak respon klien.
15. Placing the time in time (menempatkan urutan/waktu) Melakukan klarifikasi antara
waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan kejadian lain (Schult &
Videbeck,1998).
Misalnya : “Hal itu terjadi sebelum atau sesudah?…Apa yang terjadi sebelumnya?”.
16. Encourage descrip. of perception (mendukung deskripsi dari persepsi) Meminta pada
klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau diterima (Schult &
Videbeck,1998).
18. Restating (mengulang) Pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien (Stuart
& Sundeen, 1995). Misalnya: “Anda berkata bahwa ibu Anda meninggalkan Anda
saat Anda berumur 5 tahun”. Teknik ini bernilai terapeutik ditandai dengan perawat
mendengar dan melakukan validasi, mendukung klien dan memberikan perhatian
terhadap apa yang baru saja dikatakan klien. Teknik ini juga bisa digunakan pada
saat kita akan klarifikasi, misalnya :
Klien: “Saya benci tempat ini. Saya tidak betah di sini!”
Perawat: “Anda tidak ingin ada di sini?”
19. Reflecting (refleksi) Mengembalikan pikiran dan perasaan klien (Schult & Videbeck,
1998). Mengembalikan ide, perasaan dan pertanyaan kepada klien (Stuart &
Sundeen, 1995). Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang
penilaian atau persetujuan. Misalnya:
Klien: “haruskah saya pulang akhir minggu ini?”
Perawat: “menurut Anda haruskah Anda pulang akhir minggu ini?”
Prinsip yang harus diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah :
a. Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan suasana yang
hangat, kekeluargaan
b. Hindari interupsi, atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang gaduh
c. Hindari respon dengan kata hanya “ya atau tidak”. Respon tersebut akan
mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik, karena perawat kelihatan
kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk berkomunikasi.
d. Jangan memonopoli pembicaraan
e. Hindari hambatan personal. Jika perawat sebelum komunikasi menunjukkan rasa
tidak senang kepada klien, maka keadaan ini akan berdampak terhadap hasil yang
didapat selama proses komunikasi.