Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
(Kelompok 1)
Bastian 04112621761001
Nika Andriani 04112621761002
Nur Asini 04112621761003
Sabrina Prihantika 04112621761004
Wina Safutri 04112621761005
Meiliza Indriani 04112621761006
Bambang Nuryadi 04112681721001
Meyrisa Bastari 04112681721002
Precelia Fransiska04112681721003
Diana 04112681721004
Dosen Pengasuh :
dr. Nova Kurniati, Sp.PD
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya
makalah dengan judul ”Mekanisme Sistem Imun Humoral Non Spesifik dan
Spesifik dalam Menghadapi Bakteri Ekstraseluler” ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Imunologi.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan dimasa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan..................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Bakteri.......................................................................... 3
2.2 Sel Bakteri ................................................................................ 3
2.2.1 Ciri-cir Bakteri ..................................................................... 3
2.2.2 Struktur Bakteri.............................................................. 3
2.2.3 Bentuk-bentuk Bakteri................................................... 5
2.2.4 Jenis-jenis Bakteri.......................................................... 5
2.2.5 Contoh Bakteri Ekstraseluler ........................................ 8
2.3 Respon Imun ........................................................................... 8
2.3.1 Pengertian ...................................................................... 8
2.3.2 Fungsi Respon Imun ...................................................... 8
2.4 Respon Imun Terhadap Bakteri Ekstraseluler .........................10
2.4.1 Respon Imun Non Spesifik Terhadap Bakteri
Ekstraseluler
11
2.4.2 Respon Imun Spesifik Terhadap Bakteri Ekstraseluler.. 17
2.5 Respon dan Bentuk Imun Terhadap Infeksi Bakteri ............. 14
2.5.1 Respon imun terhadap infeksi bakteri tergantung
kepada
24
2.5.2 Bentuk Imunitas Terhadap Bakteri ................................ 24
2.6 Sifat Patogenitas Bakteri......................................................... 25
2.7 Mekanisme Patogen Menghindari Efek Sistem Imun............. 25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 27
PERTANYAAN DISKUSI....................................................................... 28
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tujuan dari pembuatan makalah ini, selain untuk memenuhi salah satu
tugas kuliah adalah:
1. Untuk memahami respon imun humoral non spesifik dan spesifik
terhadap bakteri ekstraseluler
2. Untuk memahami respon imun humoral spesifik terhadap bakteri
ekstraseluler
3. Untuk mengetahui sifat patogenitas bakteri ekstraseluler
4. Untuk mengetahui mekanisme patogen menghindari efek sistem imun
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Gambar 2. Bakteri Gram (-)
1. Dinding sel
Dinding sel bakteri sangat tipis, tersusun atas peptidoglikan, yakni
polisakarida yang berikatan dengan protein. Berdasarkan struktur
peptidoglikan bakteri dapat dibedakan menjadi:
a. Bakteri gram positif, peptidoglikan di luar membran plasma dan bila
diberi tinta cina akan menimbulkan warna. Contoh : Clostridium
tetani, Bacillus anthracis, Staphylococcus albus, Staphylococcus
aureus.
b. Bakteri gram negatif, peptidoglikan terletak antara membran plasma
dan membran luar, bila diberi tinta cina tidak menimbulkan perubahan
warna. Contoh: E. coli, Salmonella typhosa, Vibrio cholera, Neissiria
gornorrhoe.
2. Membran sel
Tersusun atas molekul lemak dan protein dan bersifat selektif permeabel.
3. Isi Sel
Tersusun atas organel-organel seperti:
a. Inti, bersifat prokarion terdiri atas benang kromatin DNA dan RNA
b. Mesosom, yang diduga berfungsi sebagai mitokondria
c. Volutin, yaitu zat yang banyak mengandung DNA
d. Ribosom, sebagai tempat sintesis protein
e. Lembar fotosintesis, khusus bakteri yang berfotosintesis (bakteri
ungu), terdapat lipatan ke arah sitoplasma yang berisi lembar
fotosintesis
4
f. Plasmid, adalah DNA non kromosom, plasmid mengandung gen-gen
seperti gen kebal antibiotik, gen patogen. Dalam satu bakteri dapat
terbentuk 10-20 plasmid. Ukuran plasmid 1/1000 kali DNA
kromosom.
4. Flagel
Flagel merupakan alat gerak bagi bakteri.
5
Aktinobakteria, bakteri ini memiliki peptidoglikan pada dinding
selnya serta tidak memiliki selaput inti. Contohnya beberapa
genus :
Staphyilococcus
Streptococcus
6
Gambar 5. Bakteri berdasarkan jumlah dan letak flagela
b. Bakteri autotrof
Fotoautotrof
Kemoautotrof seperti: Nitrosomonas, Nitrobacter dan
Nitrosococcus.
7
b. Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak menggunakan oksigen
bebas dalam proses respirasinya. Misal: Streptococcus lactis.
Bakteri anaerob obligat adalah bakteri yang hanya hidup dalam
suasana tanpa oksigen. Misal: Clostridium tetani.
Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan
atau tanpa oksigen. Misal: Escherichia coli, Salmonella thyposa.
2.3.1 Pengertian
Respon imun adalah sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari sel
atau gabungan sel, molekul-molekul, dan atau jaringan yang berperan
dalam penolakan mikroorganisme penyebab infeksi.
8
c. Fungsi memori yaitu kemampuan melalui pengalaman kontak
sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih
cepat dan lebih kuat dengan kontak pertama.
9
Gambar 7. Contoh-contoh mikroba patogen
10
membentuk abses (luka) dan mengeluarkan eksotoksin untuk merusak
jaringan sehingga mempermudah pertumbuhan bakteri. Sebagian
eksotoksin mempunyai efek sitotoksis contoh:
1. Toksin difteri menghambat sintesis protein secara enzimatik
menghambat faktor elongasi 2 yang diperlukan untuk mensintesis
semua peptida.
2. Toksin kolera merangsang sintetsis cAMP oleh sel epitel usus
sehingga menyebabkan sekresi aktif mengakibatkan kehilangan cairan
contohnya pada diare yang berat.
3. Toksin tetanus merupakan suatu neurotoksin yang terikat
motoremplate pada neuro musculo ganglion menyebabkan kontraksi
persisten menurun.
Endotoksin merupakan lipid A sebagai bagian dari lipopolisakarida
membran luar bakteri Gram-negatif. Ketika bakteri patogen terbenam
dalam permukaan sel inang, akan menyebabkan pelepasan senyawa
protein seperti komplemen dan sitokin berlebih yang dapat ikut
merusak sel atau jaringan inang di sekitarnya.
11
ketempat infeksi, sitokin juga menginduksi panas dan sintesis CRP/
APP (Accute Phase Protein).
a. Komplemen
12
Merupakan salah satu sistem enzim serum yang berfungsi dalam
inflamasi, opsonisasi partikel antigen dan kerusakan membran
patogen. Kumpulan sembilan protein plasma (C1-C9) bukan antibodi
yang diperlukan pada reaksi antigen-antibodi sehingga terjadi
kerusakan jaringan atau kematian mikroba serta lisis sel.
13
antigen
2. Jalur Klasik : Diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada
antigen (kompleks imun)
3. Jalur Lektin
CRP yang merupakan salah satu protein fase akut, yang termasuk
golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi
akut sebagian respons imunitas nonspesifik. Sebagai opsonin, CRP
mengikat berbagai mikroorganisme, protein C pneumokok yang
membnetuk kompleks dan mengaktifkan komplemen jalur klasik.
14
Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit
inflamasi. CRP dapat meningkat 100x atau lebih dan berperan pada
imunitas non spesifik yang dengan bantuan Ca ++ dapat mengikat
molekul antara lain fosforilkolin yang ditemukan pada permukaan
bakteri. Sisntesis CRP yang meningkat meninggikan vskositas
plasma dan laju endap darah. Adanya CRP yang tetap tinggi
menunjukan infeksi yang persisten
15
memproduksi mereka ( isyarat autokrin ) atau pada sel
tetangga ( parakrin isyarat ) untuk mengatur respon imun.
d. Sitokin
Sitokin sebagai mediator inflamasi tidak berdiri sendiri dalam
sepsis, masih banyak faktor lain (nonsitokin) yang sangat berperan
dalam menentukan perjalanan penyakit. Respon tubuh terhadap
patogen melibatkan berbagai komponen sistem imun dan sitokin, baik
yang bersifat proinflamasi maupun anti-inflamasi. Termasuk sitokin
proinflamasi adalah Tumor Necrosis Factor (TNF), Interleukin-1 (IL-
1), dan interferon-γ (IFN-γ) yang bekerja membantu sel untuk
menghancurkan mikroorganisme yang menginfeksi.
Masuknya mikroorganisme penginfeksi ke dalam tubuh akan
menimbulkan reaksi yang berlebihan dari sistem imun dan
menyebabkan aktivasi APC yang akan mempresentasikan
mikroorganisme tersebut ke limfosit. APC akan mengeluarkan
mediator-mediator proinflamasi seperti TNF-α, IL-1, IL-6, C5a dan
lainnya, yang menimbulkan SIRS dan MOD yang dihasilkan oleh sel
limfosit akan menyebabkan limfosit teraktivasi dan berproliferasi serta
berdiferensiasi menjadi sel efektor.
16
Gambar 13. Respon imun spesifik terhadap mikroba ekstraseluler dan
toksinnya. Produksi antibodi dan aktivasi sel CD4
17
a. Imunoglobulin (IgA, IgD, IgE, IgG dan IgM)
18
3. IgA bekerja sebagai opsonin, oleh karena neutrofil, monosit dan
makrofag memiliki reseptor untuk Fcα (Fcα-R) sehingga
meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan menetralkan
toksin.
4. Difagositosis oleh sel PMN.
19
Antibodi juga dapat mengaktifkan komplemen untuk melisis mikroba.
Imunitas selular yang diperankan oleh limfosit T melalui limfokin yang
dilepas sel T akan meningkatkan produksi antibodi oleh sel plasma, fungsi
sel fagosit untuk memfagosit mikroba; dan sel NK untuk melisis sel yang
dihuni virus. Limfokin juga meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel
prekursor Tc serta fungsi sel Tc untuk melisis sel yang dihuni mikroba.
Inteleukin (IL-2, IL-12) dan IFN-γ meningkatkan imunitas selular.
Imunitas selular adalah mekanisme utama tubuh untuk terminasi infeksi
mikroba intraselular seperti infeksi virus, parasit dan bakteri intraselular.
20
2. Netralisasi toksin bakteri oleh IgM dan IgG untuk mencegah
penempelan terhadap sel target serta meningkatkan fagositosis untuk
eliminasi toksin tersebut.
3. Aktivasi komplemen oleh IgM dan IgG untuk menghasilkan
mikrobisid MAC serta pelepasan mediator inflamasi akut.
b. Sitokin
Merupakan substansi seperti hormon yang berfungsi sebagai sinyal
intraseluler yang mengatur respon inflamasi lokal dan sistemik terhadap
antigen asing. Sekrsinya dibatasi sesuai kebutuhan.
Jenis-jenis sitokin pada imun humoral spesifik:
- Limfokin, sitokin yang diskresikan oleh sel limfosit
- IFN γ, IL-2, IL-3, IL-4, IL-5, IL-7 dan GM-SCF (Granulocyte
Monocyte-Colony Stimulating Factor)
21
Gambar 15. Mekanisme sitokin dalam respon imun spesifik
humoral
IL-2
IL-3
- Diproduksi oleh : sel T (Th1 dan Th2), sel NK, mastosit
- Fungsi : pertumbuhan dan diferensiasi lineage sel hematopoetik
IL-4
22
Gambar 17. Mekanisme sitokin IL-4
IL-5
- Sumber : CD4+ T-cells terutama Th-2, sel mast yang teraktivasi
- Fungsi : aktivasi eosinofil mature, stimulasi pertumbuhan dan
diferensiasi eosinofil, dan stimulasi proliferasi sel B untuk
memproduksi IgA.
23
Struktur dinding sel, jenis bakteri (Gram+/ Gram-), mikrobakteria
dan Sphyrochaeta (lapisan luar bakteri Gram negatif terdiri dari
lipid dan sel sitotoksik tertentu sehingga terjadi fagositosis.
24
Gambar 18. Mekanisme patogen menghindar efek sistem imun
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
26
Baratawidjaja, karnen garna.2012.Imuologi Dasar.Edisi ke 10.Jakarta: FKUI
Anonim.2012. Beritaku Bakteri dan Alga Biru. Diakses pada Januari 2017 dari:
http://berita-online233.blogspot.co.id/2012/04/bakteri-dan-alga-biru.html
Pratama, S. 2012. Reaksi Imun Terhadap Infeksi Bakteri dan parasit. Diakses pada
Januari 2017 dari:
http://www.slideshare.net/SuryaPratama3/r-eaksi-imun-terhadap-infeksi-
bac-dan-par
Aninkunin, A. Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri. Diakses pada Januari 2017
dari:https://www.scribd.com/doc/292928037/Respon-Imun-Tubuh-
Terhadap-Bakteri
PERTANYAAN DISKUSI
27
Dijawab oleh Nur Asini:
Pada sistem imun humoral yang berperan adalah sel B. Jika sel B
jumlahnya sedikit maka respon imun yang diharapkan tidak sempurna. Jika sel
B sedikit maka jumlah sel plasma yang dihasilkan sedikit sehingga Antibodi
yang terbentuk juga sedikit. Contohnya bila kuman Staphylococcus (bakteri
gram +) masuk ke tubuh, tidak semua bisa di ‘kill’ atau dilawan, jadi agar
bakteri ekstraseluler bisa semuanya mati dibutuhkan jumlah sel B yang cukup
pula.
28
Jika sudah diberikan antibiotik tapi masih belum sembuh, bisa jadi kuman/
bakterinya sudah resisten, maka perlu dilakukan uji resistensi bakteri terhadap
antibiotik, dengan mengkultur biakan bakteri. Jadi kita bisa tau bakteri mana
yang sudah resisten dan masih sensitif pada antibiotik tertentu sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan.
29