Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1. Praktik Pendidikan
2. Teori Pendidikan
a) Teori merupakan suatu hipotesis tentang segala masalah, dapat diuji, tetapi tidak perlu
diuji.
b) Teori merupakan lawan dari praktik, merupakan pengetahuan yang disusun secara
sistematis dari kesimpulan umum relatif.
c) Teori diartikan sebagai lawan dari hukuman- hukuman dan observasi, suatu deduksi
dari aksioma- aksioma dan teorema- teorema suatu sistem yang pasti (tidak perlu
diuji), secara relative kurang problematis dan lebih banyak diterima atau diyakini.
1. Pendekatan Sains
2. Pendekatan Filosofis
3. Pendekatan Religi
Pendekatan religi terhadap pendidikan, berarti bahwa suatu ajaran religi dijadikan
sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep- konsep pendidikan yang dapat dijadikan
landasan untuk melaksanakan pendidikan.
4. Pendekatan Multidisiplin
Filsafat merupakan hasil berpikir manusia dalam semua aspek kehidupannya dalam
hubungannya dengan alam semesta. Pendekatan dalam penulisan filsafat- filsafat yang akan
dipelajari.
BAB II
FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan
“shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, danshopia artinya kearifan atau
kebijakan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah. Cinta yang sangat mendalam terhadap
kearifan atau kebijakan.
B. Model- Model Filsafat
1. Filsafat Spekulatif, adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada
3. Filsafat Analitik, dibagi menjadi dua analitik linguistic dan analitik positivistic logis.
Analitik linguistic memusatkan perhatiannya pada analisis bahasa, kata- kata, istilah-
istilah, dan pengertian- pengertian dalam bahasa. Model analitik positivistic logis dikenal
dengan neo positivism oleh Bertrand Russel yang berakar pada dan meneruskan filsafat
positivism dari Comte yang merupakan peletak dasar pendekatan kuantitatif dalam
pengembangan ilmu (science), dengan meletakan matematika sebagai dasar bagi semua
cabang ilmu.
C. Misi Filsafat
Titus (1959) mengemukakan bahwa terdapat tiga tugas utama filsafat, yaitu:
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan,
dan masalah nilai.
a) Pengetahuan wahyu
b) Pengetahuan intuitif
c) Pengetahuan rasional
d) Pengetahuan empiris
e) Pengetahuan otoritas
Teori pengetahuan:
a) Teori korespondensi
b) Teori koherensi
c) Teori pragmatism
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain
aksiologi adalah teori nilai. Karakteristik nilai
a) Etika
Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
keusilaan yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.
b) Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya
kuantitatif dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat
disentuh dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya
1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.
3. Sains bersifat objektif
Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan
hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat
bersifat pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian- bagiannya.
BAB III
FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pendidikan
Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut,
karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu, pendidikan
memerlukan filssafat.
Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi
keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang.
BAB IV
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik. Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’. Implikasi
Pendidikan. Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai
berikut:
a. Tujuan Pendidikan
b. Kedudukan Siswa
c. Peranan Guru
d. Kurikulum
e. Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohaniah.
Implikasi Pendidikan
a. Tujuan Pendidikan
b. Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam
hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
c. Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut
prestasi dari siswa.
d. Kurikulum
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
a. Tema, Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol
secara ilmiah dan seksama.
c. Kurikulum, Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan
diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
e. Kedudukan Siswa, Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar.
Pelajaran sudah dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f. Peranan Guru, Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses
pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
a. Tujuan pendidikan, Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup
sosial dan pribadi.
b. Kedudukan Siswa, Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan
kompleks untuk tumbuh.
c. Kurikulum, Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan
siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan
antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
a. Tujuan Pendidikan, Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam
semua bentuk kehidupan.
b. Status Siswa, Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas
pilihannya. Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
d. Peranan Guru, Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru
pada hari ini , besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode, Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun
yang dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai
tujuan.
1. Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah
memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
2. Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya
seperti C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini
fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi
muda. Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:
Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu
sekolah harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja
secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik
dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolah- sekolah
tidak harus mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga
harus berusaha merekonstruksinya. Implikasi Pendidikan. Power (1982) mengemukakan
implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:
a. Tema, Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan
rekonstruksi sosial.
c. Kurikulum, Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun
oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan
berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
d. Kedudukan Siswa, Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal
yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa
hormat diterima semua latar belakang budaya.
f. Peran Guru, Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua
budaya, baik dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus
mewakili budaya masyarakat.
BAB V
A. Psikologi Humanistik
B. Behavioristik
C. Konstruktivistik
Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang
digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar
BAB I
A. Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat anatara satu ahli filsafat atau filsuf dan ahli filsafat lainnya selalu
berada dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Namun demikian
pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secra etimologi dan secara terminologi.
Kata filsafat yang mendalam bahasa inggris Philoshopy dan dalam bahasa arab falsafah
yang keduanya berasal dari bahasa yunani yakni philosophia. Philosophia memiliki atas dua
suku kata yaitu philen dan shopia yang berarti cinta dan bijaksana.
2. Pengertian terminology
Dimana arti yang dikandung oleh istilah atau kata falsafah itu sendiri. Pengertian yang
dikemukakan para ahli tidak sama seperti pandangan para ahli tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala
sesuatu yang ada disini, siapa kita sebenar-benarnya mengapa demikian dan hal-hal yang
dipertanyakkan lainnya. Walaupun filsafat dimulai dari keraguan-raguan dan pertanyaan itu
bukan jawaban kesepakatan terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Adapun yang menjadi tujuan dari filsafat adalah sebagai berikut ; Filsafat bertujuan untuk
mencari hakikat dari sesuatu gejala atau fenomena secara mendalam. Yang hanya
membicarakan refleksi, radikal, dan integral.
Dan yang menjadi ciri-ciri dari filsafat adalah ; filsafat merupakan pemikiran tentang hal-
hal serta proses-proses dalam hubungan yang umum. Filsafat bertugas sebagai pengantar,
pengiring, dan seklaigus sebagai hati nurani daris segenap kegiatan ilmiah.
Fislafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah atau kaidah falsafah dalam bidang
pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu dari segi pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip kepercayaankepercayaan yang menjadi
dasar dari falsah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan praktis.
BAB II
FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori-teori atau sistem pemikiran yang
dihasilkan oleh pemikiran atau filsuf besar. Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik
garis linear antara filsafat dan peniddikan.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian dari
fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan tentang
konsep-konsep dasar pendidikan. Pendidikan di Indonesia teraktualisasi dengan berdasar
pada praksis dan praktik.
Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang dijadikan
pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa merupakan asas
atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup oelh seseorang atau pedoman yang
melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang atau masyarakat tersebut ataupun bangsa
itu sendiri, termasuk didalmnya bidang pendidikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
adalah ;
1. Filsafat dalam arti filosofis merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyususn teori-teori pendidikan oleh
para ahli.
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kebutuhan nyata.
3. Filsafat dalam hal ini, filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan.
BAB III
Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
A. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
Filsafat penidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat pendidikan
pada dasarnya menggunakan cara-cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian
dari filsafat yaitu berupa hasil pemkiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai
khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan.
Idealisme berpendirian, bahwa kenyataan tersusun atas gagasan atau spirit. Segala benda
yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala aktivitas adalah aktivitas adalah
aktivitas kejiwaan. Seorang pengikut idealisme menurut kattsoff (1) hakikat terdalam
pengalaman seseorang. (2) ketertiban dan susunan alam semesta. (3) adanya nilai di alam
semesta maka kita akan sampai pada pendirian penganut idealisme berdasarkan atas tututan
akan keruntutan dan akal kita.
Prinsipnya aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam ini hanya
idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata
seperti yang nampak dan tergambar.
Realisme dalam berbagai bentuk menurut Kattsoff menarik garis pemisah yang tajam
antara yang mengetahui dan yang diketahui dan pada umumnya cendrung kearah dualisme
atu monise materialistik. Sistem kefilsafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain
cara, adalah hal-hal yang adanya terdapat di dalam tentang dirinya sendiri dan yang
hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Pendidikan dalam hal ini proses belajar
mengajar , merupakan kondisionalisasi lingkungan, yakni perilaku akan dapat muncul pada
diri peserta didik melalui pembiasaan.
4. Filsafat Eksistensialisme
Menurut penganut aliran ini, bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus
dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada
masa yang akan datang. Dalam praktek pelaksanaan pembelajaran hendaknya diberikan
kesemoatan yang seluas-luasnya pada peserta didik untuk menemukan pengalaman-
pengalaman yang tepat dalam belajar sperti kunjungan lapangan, proyek kelompok kecil,
simulasi, bermain peran, eksplorasi internet, dan aktivitas lainnya yang meimbulkan
pengalaman belajar memecahkan atau mengatasi permasalahan pada usia dini, merupakan
persipan dan sekaligus modal yang terbaik unuk hidup menghidupi kehidupan masa depan.
Peranialisme mengambil regresif, karena mempunyai pendangan bahwa tidak ada jalan
lain kecuali kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan
perbuatan zaman kuno dan abad pertengahan,. Motif parealisme dengan mengambil jalan
regresif bukanlah hanya nostalgia atau rindu akan nilai-nilai lama untuk diingat atau dipuja,
melainkan berpendapat bahwa nilai tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembangunan
kebudayaan abad ke 20.
BAB IV
BAB V
A. Hakekat Pendidikan
1. Pengertian Hakekat pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang
diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas. Membentu menyadarkan anak
tentang potensi seoptimal mungkin, mmberikan pengetahuan dan keterampilan, memberikan
latihan-latihan, memotivai untuk terlibat dalam pengalaman-pengalaman yang berguna,
mengolah materi pelajaran sehingga peserta didik bernafsu untuk menguasainya dan
meningkatkan intensitas proses pembelajaran. Untuk memberi pemahaman akan hakekat dan
pengertian pendidikan, berikut ini sejumlah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku dalam usaha mendewasakan
seseorang melalui peelatihan dan pengajaran. dalam arti sempit pendidikan berarti perbuatan
atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan sebagai sebuah proses dan metode-
metode tertentu pendidikan berarti kegiatan yang bersifat kelembagaan. pendidkan adalah
usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mengalihkan segala pengetahuan dan pengalaman
kepada generasi muda. hakekat pendidikan adalah proses kegiatan mengubah perilaku
individu kearah kedewasaan.
2. Tujuan Pendidikan
Dengan adanya tujuan pendidikan, peserta didik harius mampu tujuan yang sudah
ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Pesesrta didik setelah selesai pembelajaran, maka
perumusan tujuan, spesifik, terukur, dan berubah hasil belajar, perilaku atau reformemce
peserta didik yang mencakup aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Hirarki tujuan pendidikan dapay digambarkan sebagai berikut: Jenis tujuan
kontinum, Tujuan pendidikan Nasional sangat umum, Standar Kompetensi Lulusan,
Kompetensi inti, Kompetensi dasar, Indikator sangat spesifik
3. Pilar Pendidikan
Pendidikan harus didasarkan pada cinta kasih sesama, cinta masyarakat, cinta bangsa dan
negara, sebagai modal dasra timbulnya dan berkembangnya pengabdian warga negara.
4. Aliran-aliran Pendidikan
· Nativisme: pribadi seseorang ditentukan oleh bawaan lahir
· Naturalisme: pribadian seseorang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa
· Empirisme: pekembangan seorang anak ditentukan oleh lingkungan
· Konvergensi: pendidikan dapat diberikan, dapat dari pembawaan dan
lingkungan.
· Lingkungan pendidikan: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,dan
lingkungan masyarakat.
B. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang
baik dalam kehidupan , sehingga seseorang memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi.
C. Hakekat Mnusia
Pandangan tentang manusia adalah manusia sebagai mahluk berfikir (homo sapiens),
manusia sebagai mahluk suka berbuat sesuatu (homo faber), manusia juga bisa dididik,
manusia juga suka berkawan dan berhati nurani serta memiliki rasa ingin tahu. Manusia
memiliki eksistensi manusia yakni: manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk susila, sebagai makhluk religius.
D. Hakekat Masyarakat
Masayarakat akan selalu mengalami perubahan dan perubahan yang menuntut
perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, pengatuh regional
dan global.
E. Hakekat peserta didik
Peserta didik harus merasakan suasana yang menyenangkan dilandasi rasa kasih
sayang dan penuh dengan tantangan atau motivasi sehingga peserta didik dapat
mengembangkan segala potensi dan bakat yang dimiliki.
F. Hakekat Guru atau Pendidik
Orang tua dirumah, guru di sekolah dan tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama,
pemimpin seluruhnya disebut pendidik. Karna itu para pendidik perlu memperhatikan norma
norma dan nilai susila sehingga setiap prilaku dan tindakannya dapat ditiru dan
dipertanggungjawabkan.
G. Hakekat Pembelajaran
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Kegiatan belajar telah dilakukan manusia sejak lahir untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
H. Landasan-landasan Pendidikan: landasan agama,landasan filsafat, landasan sosiologi,
landasan hukum, landasan moral.
I. Asas-asas pendidikan: asas pendidikan sepanjang hayat, asas kasih sayang, asas
demokrasi, asas keterbukaan dan transparansi, asas kualitas, asas tanggung jawab, panca
darma taman sisiwa.
SELE
Critical Book Review adalah tugas yang mengharuskan seseorang untuk mengulas, meringkas, dan
mengevaluasi buku secara kritis. Sehingga kita dapat menguasai dan memahami isi dari buku lebih dalam.
Berdasarkan pengertian diatas maka penting bagi kita untuk mengkritik buku yang berjudul
FILSAFAT PENDIDIKAN terutama pada BAB V yang idalamnya terdapat materi hakekat peserta didik,
hakekat guru atau pendidik, hakekat pembelajaran, landasan – landasan pendidikan, dan asas – asas
pendidikan. Mahasiswa Pendidikan Matematika sebagai calon pendidik harus mampu untuk memahami
materi ini agar dapat membangun sistem pendidikan yang bermutu sebagai seorang pendidik demi
memajukan pendidikan anak – anak Indonesia.
Berdasarkan yang telah dijelaskan diatas, kami memberikan batasan kritikan buku hanya pada
sistematis penulisan, EYD, dan isi yang dipaparkan pada buku FILSAFAT PENDIDIKAN BAB V
yang didalamnya meliputi materi (1)Hakekat Peserta Didik. (2)Hakekat Guru atau Pendidik. (3)Hakekat
Pembelajaran. (4)Landasan – Landasan Pendidikan, dan (5)Asas – Asas Pendidikan.
Adapun tujuan dari kritik buku ini yaitu : (1)Untuk mengetahui tugas mata kuliah filsafat pendidikan.
(2)Untuk mengetahui apa itu hakekat peserta didik. (3)Untuk mengetahui apa itu hakekat guru atau
pendidik. (4)untuk mengetahui apa itu hakekat pembelajaran. (5)Untuk mengetahui apa itu landasan –
landasan pendidikan. (6)Untuk mengetahui apa itu asas – asas pendidikan.
Adapun manfaat dari kritik buku ini yaitu : (1)Untuk memahami tugas mata kuliah filsafat
pendidikan. (2)Untuk memahami apa itu hakekat peserta didik. (3)Untuk memahami apa itu hakekat
guru atau pendidik. (4)Untuk memahami apa itu hakekat pembelajaran. (5)Untuk memahami apa itu
landasan – landasan pendidikan. (6)Untuk memahami apa itu asas – asas pendidikan.
1.2 TUJUAN
Critical Report Book ini bertujuan untuk :
1. Membandingkan dua buku Filsafat Pendidikan dengan pengarang yang berbeda
2. Mengetahui kelamahan dan kelebihan suatu buku
1.3 MANFAAT
1. Membantu memahami karakteristik filsafat pendidikan
2. Membantu memahami perkembangan filsafat pendidikan dalam negeri.
3. Membantu mahasiswa kritisi dalam suatu hal termasuk buku dan perbandingan buku.
BAB II
ISI BUKU
BAB II FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ philos” dan “ sophia”. Philos artinya
cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat secara
harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Berfilsafat
berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang
dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu radikal,
sistematis dan universal.
B. Model – model Filsafat
1. Filsafat spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.plato sebagai
pelopor filsafat idelisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan dengan
manusia, masyarak, dan eksistensi manusia dalam alam ini. Filsafak spekulatif adalah
upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan
keseluruhan pengalaman.
2. Filsafat prespektif
Suatu ukuran standart penilaian tentang nilai-nilai, perbuatan manusia dan penilaian tentang
seni.
3. Filsafat analitik
Terdapat 2 model analitik. Analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat sebagai analisis
logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.dan analitik positivistik logis mengacu
pada ilmu matematika dan ilmua alam serta sosial.
C. Misi Filsafat
Para filsof berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia, baik
langsung maupun tidsk langsung. Melalui pengujian yang kritis, filsof mencoba
mengevaluasi informasi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai alam semesta serta
kesibukan manusia di dunia.
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan
masalah nilai.
1. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul
di belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman objeknya di luar hal yang
dapat ditangkap oleh pancaindra.
2. Epistimologi
Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal,
struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
Jenis- jenis pengetahuan: Pengetahuan wahyu, Pengetahuan intuitif, Pengetahuan
rasional, Pengetahuan empiris, Pengetahuan otoritas
Teori pengetahuan: Teori korespondensi, Teori koherensi. Teori pragmatisme.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain aksiologi
adalah teori nilai. Karakteristik nilai
a. Nilai objektif atau subjektif
b. Nilai absolute atau berubah
Jenis- jenis nilai
a. Etika
Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu keusilaan
yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.
b. Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
E. Filsafat dan Sains
Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif
dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat disentuh
dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya
1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.
3. Sains bersifat objektif.
Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan hanya
menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat bersifat
pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian- bagiannya.
F. Filsafat dan Agama
Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan kepercayaan
terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan.
Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan.
BAB III
FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pendidikan
1. Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
2. Pendidikan sebagai proses transformasi nilai bahwa pendidikan menyangkut hati nurani,
nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Nilai- nilai yang ditransformasikan
dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah
kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
3. Tujuan pendidikan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia- manuasia yang
berkebudayaan.
4. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud
mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif).
5. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat maksudnya bahwa pendidikan bukan hanya
berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus sampai
manusia meninggal dunia.
6. Pendidikan hanya untuk manusia, karena hanya manusia yang dapat memperoleh
pendidikan.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan.
Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan pandangan
falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari segi
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan
kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan
masalah- masalah pendidikan secara praktis”
C. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan.
Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan
tersebut, karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu,
pendidikan memerlukan filssafat.
D. Peranan Filsafat Pendidikan
Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
E. Apakah yang menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi
keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang.
BAB IV
MAZHAB- MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Filsafat Pendidikan Idealisme.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’ Implikasi Pendidikan
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan bakat
atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b. Kedudukan Siswa
c. Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya.
d. Peranan Guru
e. Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung
jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
c. Kurikulum
f. Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis
untuk memperoleh pekerjaan.
d. Metode
g. Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
b. Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal
disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
c. Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut
prestasi dari siswa.
d. Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan
pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
C. Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan
spiritual, atau supernatural. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:
a. Tema
Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara
ilmiah dan seksama.
b. Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kepastiannya, untuk tanggung
jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
c. Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,
selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
d. Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant conditioning,
reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
e. Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah
dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f. Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat
mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
c. Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan bagi
kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di sekolah
diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan
untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial. Kebebasan
dapat menimbulkan konflik.
d. Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari ini ,
besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai
harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.
F. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai tujuan.
1. Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah
memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
2. Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
a. Kritik terhadap Proggresivisme
b. Siswa tidak mempelajari warisan sosial
c. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan
d. Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
e. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri
G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan
yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang
menggunakan kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad pertengahan. Tujuan
pendidikan menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa
memperolehpengetahuan tentang prinsip- prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak
berubah.Latar belakang filsafat perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles,
Thomas Aquina
BAB V
ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Psikologi Humanistik
Psikologi humanistic menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan tanggung
jawab personal. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah aktualisasi diri individu.
B. Behavioristik
Behaviorisme berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan
merupakan produk desain bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar ditentukan oleh
tekanan- tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. John B. Watson (1978-1958)
adalah perintis psikologi behavioristik tang utama dan B.F Skinner (1904-1990) adalah
promotor terkenalnya.
C. Konstruktivistik
Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang
digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar.
BUKU PEMBANDING ( Filsafat Pendidikan oleh Dr. Edward Purba, MA dan Prof. Dr.
Yusnadi, MS )
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 KEUNGGULAN
Pada kedua buku yang berjudul “ Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok
digunakan sebagai buku pembimbing atau buku pegangan mahasiswa matakuliah filsafat
pendidikan. Hal ini dikarenakan isi atau materi yang terkandung didalamnya tersusun secara
sistematis yang memudahkan mahasiswa untuk memahami secara berkala materi yang
dibahas pada setiap babnya. Namnun untuk bahasan yang lebih lengkap terdapat pada
buku pembanding, tetapi khusus Bab II mengenai filsafat buku utama lebih jelas dalam
memaparkan materijnya.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kedua buku ini masih digolongkan bahasa
yang dapat dipahami mahasiswa yang baru belajar ilmu filsafat. Pada bagian awal setiap
Bab pada buku pembanding terdapat indikator yang membantu mahasiswa mencapai
kompetensi ajarnya. Pada bagian akhir terdapat latihan yang diberikan untuk penugasan
mahasiswa yang berguna untuk mengevaluasi pemahaman mahasiswa mengenai materi
yang dibahas sebelumnya sehingga mahasiswa dapat lebih memahami makna materi yang
dipaparkan.
3.3 KELEMAHAN
Pada dasarnya kedua buku ini hampir tidak memiliki kekurangan, namun pada
beberapa bagian materi yang terdapat didalam bab menggunakan bahasa yang tinggi yang
sulit untuk dimengerti mahasiswa mengingat mahasiswa merupakan permulaan pada awal
pembelajaran filsafat. Selain itu tidak dicantumkan rangkuman pada akhir bab pada kedua
buku merupakan salah satu kelamahan yang ada, karna rangkuman sangat membantu
mahasiswa dalam meringkas ulang apa isi dari materi yang ada.
Kedua buku juga sama sama tidak memaparkan biografi penulis, pada buku utama
memparkan jelas mengenai filsafat pendidikan namun tidak memaparkan hakikat hakikat
pendidikan sedangkan pada buku pembanding hanya sedekit menjelaskan filsafat
pendidikan, akan tetapi cukup jelas memparkan hakikat pendidikannya.
Kedua buku tidak melampirkan gambar yang menjadi salah satu penarik perhatian
pembaca.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, ilmu yang mencari suatu kebenaran dengan cara
berpikir dan karena adanya suatu keragu raguaan. Maka dari itu dibutuhkan suatu buku
sebagai pegangan bagi mahasiswa untuk lebih memahami secra mendalam tentang mata
kuliah filsafat pendidikan. Dan untuk mendalami apa yang ada pada materi tersebut
diberikan tugas Critical Book Report sebagai salah satu cara dalam membantu mahasiswa
dalam memhami isi buku tersebut.
Dari kedua buku yang sudah dikritik dapat disimpulkan:
1. Walaupun memiliki judul buku yang samaakan tetapi kedua buku memiliki perbedaan dalam
pembahasan materinya serta bagian bagian tambahan ( pada buku pembanding terdapat ;
Indikator pembelajaran dan evaluasi dalam setiap babnya, sedangkan buku utama tidak
memiliki didalamnyan).
2. Buku Pembanding lebih lengkap pembahasannya dibandingkan dengan buku utama,
namun dilain Bab buku utama memiliki pembahasan yang lebih lengkap dibanding dengan
buku pembanding ( Bab yang membahasa pengantar Filsafat dan filsafat pendidikan )
3. Kelemahan dari kedua buku adalah tidak menampilkan biografi pengarang dan tidak
dilengkapi dengan gambar pendukung.
4.2 SARAN
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review, periview menyarankan
agar filsafat pendidikan dipelajari dan dipahami semua lapisan baik guru, orang tua maupun
masyarakat sehingga meningkatkan prestasi anak dalam berbagai hal kehidupan. Selain itu,
juga disarankan agar adanya perkembangan tindak lanjut mengenai isi buku sehingga
nantinya dilengkapi dengan gambar agar peserta didik yang membacanya lebih tertarik.
Buku Filsafat Pendidikan ini merupakan buku yang cocok dan tepat sebagai buku
pegangan mahasiswa yang menjalani mata kuliah filsafat pendidkan, karena kedua buku ini
memiliki bahasa yang dapat dimengerti mahasiswa yang baru belajar filsafat dan
penyusunan materi yang sistematis. Namun tidak menutup kemungkinan agar mahasiswa
menggunakan beberpara referensi buku lain sebagai pegangan dalam berfilsafat.