Вы находитесь на странице: 1из 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Praktik Pendidikan dan Teori Pendidikan

1. Praktik Pendidikan

Menurut Redja M. (Depdikbud: IKIP Bandung, 1991), praktik pendidikan adalah


seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek
yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan (motivasi).

2. Teori Pendidikan

Pengertian Teori, Menurut Dagobert Runers (1963:317) mengemukakan tiga


pengertian teori

a) Teori merupakan suatu hipotesis tentang segala masalah, dapat diuji, tetapi tidak perlu
diuji.
b) Teori merupakan lawan dari praktik, merupakan pengetahuan yang disusun secara
sistematis dari kesimpulan umum relatif.
c) Teori diartikan sebagai lawan dari hukuman- hukuman dan observasi, suatu deduksi
dari aksioma- aksioma dan teorema- teorema suatu sistem yang pasti (tidak perlu
diuji), secara relative kurang problematis dan lebih banyak diterima atau diyakini.

B. Pendekatan- Pendekatan dalam Teori Pendidikan

1. Pendekatan Sains

Teori pendidikan dengan pendekatan sains disebut sains pendidikan (science of


education). Henderson (1959) mengemukakan bahwa sains pendidikan pada dasrnya ingin
menyumbangkan pengetahuan yang diperoleh melalui eksperimen, analisis, pengukuran
perhitungan, klasifikasi, dan perbandingan.

Jenis- jenis sains pendidikan, Sosiologi pendidikan, Psikologi Pendidikan,


Administrasi Pendidikan, Teknologi Pendidikan, Evaluasi Pendidikan, Ekonomi pendidikan,
Pendidikan Kependudukan, Ekologi pendidikan, Bimbingan dan penyuluhan pendidikan,
pengembangan kurikulum, perencanaan pendidikan, evaluasi sistem pendidikan.

2. Pendekatan Filosofis

Pendekatan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pendekatan untuk menelaah


dan memecahkan masalah- masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat.

3. Pendekatan Religi

Pendekatan religi terhadap pendidikan, berarti bahwa suatu ajaran religi dijadikan
sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep- konsep pendidikan yang dapat dijadikan
landasan untuk melaksanakan pendidikan.

4. Pendekatan Multidisiplin

Untuk menghasilkan suatu konsep yang komprehensif dan menyeluruh dalam


mempelajari pendidikan tidak hanya dengan menggunkan salah satu pendekatan atau disiplin
saja. Yang perlu kita lakukan adalah pendekatan yang menyeluruh, pendekatan multidisiplin
yang terpadu.

5. Pendekatan dalam Penulisan

Filsafat merupakan hasil berpikir manusia dalam semua aspek kehidupannya dalam
hubungannya dengan alam semesta. Pendekatan dalam penulisan filsafat- filsafat yang akan
dipelajari.

BAB II

FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat

Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan
“shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, danshopia artinya kearifan atau
kebijakan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah. Cinta yang sangat mendalam terhadap
kearifan atau kebijakan.
B. Model- Model Filsafat

1. Filsafat Spekulatif, adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada

2. Filsafat Preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standard) penilaian


tentang nilai- nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, dan penilaian tentang seni.

3. Filsafat Analitik, dibagi menjadi dua analitik linguistic dan analitik positivistic logis.
Analitik linguistic memusatkan perhatiannya pada analisis bahasa, kata- kata, istilah-
istilah, dan pengertian- pengertian dalam bahasa. Model analitik positivistic logis dikenal
dengan neo positivism oleh Bertrand Russel yang berakar pada dan meneruskan filsafat
positivism dari Comte yang merupakan peletak dasar pendekatan kuantitatif dalam
pengembangan ilmu (science), dengan meletakan matematika sebagai dasar bagi semua
cabang ilmu.

C. Misi Filsafat

Titus (1959) mengemukakan bahwa terdapat tiga tugas utama filsafat, yaitu:

1. Mendapatkan pandangan menyeluruh


2. Menemukan makna dan nilai- nilai dari segala sesuatu
3. Menganalisis dan memadukan kritik terhadap konsep- konsep.

D. Lapangan Filsafat

Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan,
dan masalah nilai.

1. Metafisika, Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat


yang tersimpul di belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman objeknya
di luar hal yang dapat ditangkap oleh pancaindra.

2. Epistimologi, Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji


tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
Jenis- jenis pengetahuan:

a) Pengetahuan wahyu
b) Pengetahuan intuitif
c) Pengetahuan rasional
d) Pengetahuan empiris
e) Pengetahuan otoritas

Teori pengetahuan:

a) Teori korespondensi
b) Teori koherensi
c) Teori pragmatism

3. Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain
aksiologi adalah teori nilai. Karakteristik nilai

a) Nilai objektif atau subjektif


b) Nilai absolute atau berubah

Jenis- jenis nilai

a) Etika

Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
keusilaan yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.

b) Estetika

Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.

E. Filsafat dan Sains

Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya
kuantitatif dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat
disentuh dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya
1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.
3. Sains bersifat objektif

Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan
hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat
bersifat pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian- bagiannya.

F. Filsafat dan Agama

Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan


kepercayaan terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan
terhadap Tuhan. Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan.

BAB III

FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pendidikan

Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.

1. Pendidikan sebagai proses transformasi nilai bahwa pendidikan menyangkut hati


nurani, nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Nilai- nilai yang
ditransformasikan dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau
perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
2. Tujuan pendidikan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia- manuasia
yang berkebudayaan.
3. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan
maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif).
4. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat maksudnya bahwa pendidikan bukan hanya
berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus
sampai manusia meninggal dunia.
5. Pendidikan hanya untuk manusia, karena hanya manusia yang dapat memperoleh
pendidikan.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan pandangan


falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan
falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-
kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah- masalah
pendidikan secara praktis”

C. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan

Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut,
karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu, pendidikan
memerlukan filssafat.

D. Peranan Filsafat Pendidikan

Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.

E. Apakah yang menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang

Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi
keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang.

BAB IV

MAZHAB- MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Filsafat Pendidikan Idealisme

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik. Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’. Implikasi
Pendidikan. Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai
berikut:
a. Tujuan Pendidikan

Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan


bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.

b. Kedudukan Siswa

Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya.

c. Peranan Guru

Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama


bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.

d. Kurikulum

Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis


untuk memperoleh pekerjaan.

e. Metode

Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

B. Filsafat Pendidikan Realisme

Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohaniah.
Implikasi Pendidikan

Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan realisme sebagai berikut:

a. Tujuan Pendidikan

Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.

b. Kedudukan Siswa

Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam
hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
c. Peran Guru

Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut
prestasi dari siswa.

d. Kurikulum

Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan


pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.

e. Metode

Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

C. Filsafat Pendidikan Materialisme

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani,


bukan spiritual, atau supernatural. Implikasi Pendidikan. Power (1982) mengemukakan
implikasi filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:

a. Tema, Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol
secara ilmiah dan seksama.

b. Tujuan Pendidikan, Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan


kepastiannya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.

c. Kurikulum, Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan
diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.

d. Metode, Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SRconditioning), operant


conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.

e. Kedudukan Siswa, Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar.
Pelajaran sudah dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.

f. Peranan Guru, Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses
pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada


filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya
dengan apa yang dilakukan. Implikasi Pendidikan. Power (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan pragmatisme sebagai berikut:

a. Tujuan pendidikan, Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup
sosial dan pribadi.

b. Kedudukan Siswa, Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan
kompleks untuk tumbuh.

c. Kurikulum, Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan
siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan
antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.

d. Metode, Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja).

e. Peran Guru, Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa


mengganggu minat dan kebutuhannya.

E. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalaman- pengalaman


individu. Implikasi Pendidikan. Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
eksistensialisme sebagai berikut:

a. Tujuan Pendidikan, Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam
semua bentuk kehidupan.

b. Status Siswa, Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas
pilihannya. Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.

c. Kurikulum, Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan


landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di
sekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap
kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial.
Kebebasan dapat menimbulkan konflik.

d. Peranan Guru, Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru
pada hari ini , besok lusa mungkin menjadi murid.

e. Metode, Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun
yang dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.

F. Filsafat Pendidikan Progresivisme

Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai
tujuan.

1. Strategi Pendidikan

Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah
memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.

2. Pendidikan

Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.

3. Kritik terhadap Proggresivisme

a. Siswa tidak mempelajari warisan sosial

b. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan

c. Megurangi bimbingan dan pengaruh guru

d. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri


G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme

Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,


dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan
yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang menggunakan
kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad pertengahan. Tujuan pendidikan menurut
pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang
prinsip- prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat
perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina

H. Filsafat Pendidikan Esensialisme

Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya
seperti C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini
fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi
muda. Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:

1. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras.


2. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru
3. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
4. Sekolah harus mempertahamkan metode- metode tradisional yang bertautan
dengan disiplin mental.
5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum
merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.

I. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu
sekolah harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja
secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik
dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolah- sekolah
tidak harus mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga
harus berusaha merekonstruksinya. Implikasi Pendidikan. Power (1982) mengemukakan
implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:
a. Tema, Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan
rekonstruksi sosial.

b. Tujuan Pendidikan, Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial


yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi
budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.

c. Kurikulum, Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun
oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan
berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.

d. Kedudukan Siswa, Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal
yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa
hormat diterima semua latar belakang budaya.

e. Metode, Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan


(learning by doing).

f. Peran Guru, Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua
budaya, baik dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus
mewakili budaya masyarakat.

BAB V

ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Psikologi Humanistik

Psikologi humanistic menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan


tanggung jawab personal. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah aktualisasi diri
individu.

B. Behavioristik

Behaviorisme berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan


merupakan produk desain bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar ditentukan oleh
tekanan- tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. John B. Watson (1978-1958)
adalah perintis psikologi behavioristik tang utama dan B.F Skinner (1904-1990) adalah
promotor terkenalnya.

C. Konstruktivistik

Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang
digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar
BAB I

PENGERTIAN FLSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat

Pengertian filsafat anatara satu ahli filsafat atau filsuf dan ahli filsafat lainnya selalu
berada dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Namun demikian
pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secra etimologi dan secara terminologi.

1. Pengertian secra etimologi

Kata filsafat yang mendalam bahasa inggris Philoshopy dan dalam bahasa arab falsafah
yang keduanya berasal dari bahasa yunani yakni philosophia. Philosophia memiliki atas dua
suku kata yaitu philen dan shopia yang berarti cinta dan bijaksana.

2. Pengertian terminology

Dimana arti yang dikandung oleh istilah atau kata falsafah itu sendiri. Pengertian yang
dikemukakan para ahli tidak sama seperti pandangan para ahli tersebut.

Maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala
sesuatu yang ada disini, siapa kita sebenar-benarnya mengapa demikian dan hal-hal yang
dipertanyakkan lainnya. Walaupun filsafat dimulai dari keraguan-raguan dan pertanyaan itu
bukan jawaban kesepakatan terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

Adapun yang menjadi tujuan dari filsafat adalah sebagai berikut ; Filsafat bertujuan untuk
mencari hakikat dari sesuatu gejala atau fenomena secara mendalam. Yang hanya
membicarakan refleksi, radikal, dan integral.

Dan yang menjadi ciri-ciri dari filsafat adalah ; filsafat merupakan pemikiran tentang hal-
hal serta proses-proses dalam hubungan yang umum. Filsafat bertugas sebagai pengantar,
pengiring, dan seklaigus sebagai hati nurani daris segenap kegiatan ilmiah.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan

Fislafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah atau kaidah falsafah dalam bidang
pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu dari segi pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip kepercayaankepercayaan yang menjadi
dasar dari falsah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan praktis.

BAB II

FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem

Filsafat ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori-teori atau sistem pemikiran yang
dihasilkan oleh pemikiran atau filsuf besar. Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik
garis linear antara filsafat dan peniddikan.

B. Substansi Filsafat Pendidikan

Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian dari
fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan tentang
konsep-konsep dasar pendidikan. Pendidikan di Indonesia teraktualisasi dengan berdasar
pada praksis dan praktik.

Dengan memperhatikan keudukan filsafat pendidikan secara fungsional terhadap


keadaan atau perubahan serta perkembangan zaman dan alam, maka tidak jarang filsafat
pendidikan merupakan tumpuan atas berbagai pertanyaan yang bersifat makro. Dalam hal ini
telah sepatutnya filsafat pendidikan, praksis pendidikan dan praktek pendidikan mengangkat
topik tersebut sebagai substansi dan materi kajian.

C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan

Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang dijadikan
pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa merupakan asas
atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup oelh seseorang atau pedoman yang
melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang atau masyarakat tersebut ataupun bangsa
itu sendiri, termasuk didalmnya bidang pendidikan.

Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
adalah ;
1. Filsafat dalam arti filosofis merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyususn teori-teori pendidikan oleh
para ahli.
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kebutuhan nyata.
3. Filsafat dalam hal ini, filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan.
BAB III
Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
A. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

Filsafat penidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat pendidikan
pada dasarnya menggunakan cara-cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian
dari filsafat yaitu berupa hasil pemkiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai
khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan.

1. Filsafat Pendidikan Idealisme

Idealisme berpendirian, bahwa kenyataan tersusun atas gagasan atau spirit. Segala benda
yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala aktivitas adalah aktivitas adalah
aktivitas kejiwaan. Seorang pengikut idealisme menurut kattsoff (1) hakikat terdalam
pengalaman seseorang. (2) ketertiban dan susunan alam semesta. (3) adanya nilai di alam
semesta maka kita akan sampai pada pendirian penganut idealisme berdasarkan atas tututan
akan keruntutan dan akal kita.

Prinsipnya aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam ini hanya
idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata
seperti yang nampak dan tergambar.

2. Filsafat Pendidikan Realisme

Realisme dalam berbagai bentuk menurut Kattsoff menarik garis pemisah yang tajam
antara yang mengetahui dan yang diketahui dan pada umumnya cendrung kearah dualisme
atu monise materialistik. Sistem kefilsafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain
cara, adalah hal-hal yang adanya terdapat di dalam tentang dirinya sendiri dan yang
hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Pendidikan dalam hal ini proses belajar
mengajar , merupakan kondisionalisasi lingkungan, yakni perilaku akan dapat muncul pada
diri peserta didik melalui pembiasaan.

3. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pendidikan menurut pandangan pragmatisme bukan merupakn suatu proses pembentukan


dari luar dan juga bukan merupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengan
sendirinya, melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari
pengalaman-pengalaman individu yang berarti bahwa setiap manusia selalu belajar dari
pengalamannya.

4. Filsafat Eksistensialisme

Filsfat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Pendidikan, proses,


pembelajaran harus berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan pesertadidik tidak ada
pemkasaan pengusaan pengetahuan , sikap dan ketrampilan, melainkan ditawarkan. Tuntutlah
peserta didik agar dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Guru hendaknya
memberikan kebebasan kepada pesertadidik untuk memilih dan memberi mereka
pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan yang akan
membantu makna dari kehidupan mereka.

5. Filsafat Pendidikan Progresivisme

Menurut penganut aliran ini, bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus
dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada
masa yang akan datang. Dalam praktek pelaksanaan pembelajaran hendaknya diberikan
kesemoatan yang seluas-luasnya pada peserta didik untuk menemukan pengalaman-
pengalaman yang tepat dalam belajar sperti kunjungan lapangan, proyek kelompok kecil,
simulasi, bermain peran, eksplorasi internet, dan aktivitas lainnya yang meimbulkan
pengalaman belajar memecahkan atau mengatasi permasalahan pada usia dini, merupakan
persipan dan sekaligus modal yang terbaik unuk hidup menghidupi kehidupan masa depan.

6. Filsafat pendidikan parenialisme

Peranialisme mengambil regresif, karena mempunyai pendangan bahwa tidak ada jalan
lain kecuali kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan
perbuatan zaman kuno dan abad pertengahan,. Motif parealisme dengan mengambil jalan
regresif bukanlah hanya nostalgia atau rindu akan nilai-nilai lama untuk diingat atau dipuja,
melainkan berpendapat bahwa nilai tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembangunan
kebudayaan abad ke 20.

7. Filsafat pendidikan Esensialisme : Menyatakan bahwa peserta didik memiliki nilai


esensial dan perlu dipertahankan.
8. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme : Merupakan kelanjutan dari cara berfikir
progresifisme dalam pendidikan. Indinidu tidak cukup belajar di sekolah tetapi sekolah
harus mempelopori masyarakat.

BAB IV

FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pandangan Filsafat pancasila tentang manusia, masyarakat, pendidikan dan nilai.


1. Filsafat Pancasila tentang Manusia: pacasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung
tinggi oleh manusia.
2. Filsafat pancasila tentang masyarakat : Hakekat masyarakat telah dijelaskan bahwa
masyarakat-bangsa dan negara indonesia menuju masyarakat yang aman, damai,
sejahtera, terbuka,adil, dan makmur.
3. Pandangan filsafat pancasila tentang pendidikan Pendidikan berlansung di keluarga,
rumah, sekolah, dan masyarakat.
4. Pandangan filsafat pendidikan tentang nilai Pembangunan nasional adalah upaya
bangsa untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam
pembukaan UUD 1945. Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan
sumber nilai bagi bangsa indonesia.
B. Pandangan Filsafat Pendidikan PancasilanTerhadap Sistem Pendidikan Nasional
Sebagai acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 yang
baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi:
1. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah.

BAB V

HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN

A. Hakekat Pendidikan
1. Pengertian Hakekat pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang
diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas. Membentu menyadarkan anak
tentang potensi seoptimal mungkin, mmberikan pengetahuan dan keterampilan, memberikan
latihan-latihan, memotivai untuk terlibat dalam pengalaman-pengalaman yang berguna,
mengolah materi pelajaran sehingga peserta didik bernafsu untuk menguasainya dan
meningkatkan intensitas proses pembelajaran. Untuk memberi pemahaman akan hakekat dan
pengertian pendidikan, berikut ini sejumlah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku dalam usaha mendewasakan
seseorang melalui peelatihan dan pengajaran. dalam arti sempit pendidikan berarti perbuatan
atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan sebagai sebuah proses dan metode-
metode tertentu pendidikan berarti kegiatan yang bersifat kelembagaan. pendidkan adalah
usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mengalihkan segala pengetahuan dan pengalaman
kepada generasi muda. hakekat pendidikan adalah proses kegiatan mengubah perilaku
individu kearah kedewasaan.
2. Tujuan Pendidikan
Dengan adanya tujuan pendidikan, peserta didik harius mampu tujuan yang sudah
ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Pesesrta didik setelah selesai pembelajaran, maka
perumusan tujuan, spesifik, terukur, dan berubah hasil belajar, perilaku atau reformemce
peserta didik yang mencakup aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Hirarki tujuan pendidikan dapay digambarkan sebagai berikut: Jenis tujuan
kontinum, Tujuan pendidikan Nasional sangat umum, Standar Kompetensi Lulusan,
Kompetensi inti, Kompetensi dasar, Indikator sangat spesifik
3. Pilar Pendidikan
Pendidikan harus didasarkan pada cinta kasih sesama, cinta masyarakat, cinta bangsa dan
negara, sebagai modal dasra timbulnya dan berkembangnya pengabdian warga negara.
4. Aliran-aliran Pendidikan
· Nativisme: pribadi seseorang ditentukan oleh bawaan lahir
· Naturalisme: pribadian seseorang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa
· Empirisme: pekembangan seorang anak ditentukan oleh lingkungan
· Konvergensi: pendidikan dapat diberikan, dapat dari pembawaan dan
lingkungan.
· Lingkungan pendidikan: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,dan
lingkungan masyarakat.
B. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang
baik dalam kehidupan , sehingga seseorang memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi.
C. Hakekat Mnusia
Pandangan tentang manusia adalah manusia sebagai mahluk berfikir (homo sapiens),
manusia sebagai mahluk suka berbuat sesuatu (homo faber), manusia juga bisa dididik,
manusia juga suka berkawan dan berhati nurani serta memiliki rasa ingin tahu. Manusia
memiliki eksistensi manusia yakni: manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk susila, sebagai makhluk religius.
D. Hakekat Masyarakat
Masayarakat akan selalu mengalami perubahan dan perubahan yang menuntut
perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, pengatuh regional
dan global.
E. Hakekat peserta didik
Peserta didik harus merasakan suasana yang menyenangkan dilandasi rasa kasih
sayang dan penuh dengan tantangan atau motivasi sehingga peserta didik dapat
mengembangkan segala potensi dan bakat yang dimiliki.
F. Hakekat Guru atau Pendidik
Orang tua dirumah, guru di sekolah dan tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama,
pemimpin seluruhnya disebut pendidik. Karna itu para pendidik perlu memperhatikan norma
norma dan nilai susila sehingga setiap prilaku dan tindakannya dapat ditiru dan
dipertanggungjawabkan.
G. Hakekat Pembelajaran
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Kegiatan belajar telah dilakukan manusia sejak lahir untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
H. Landasan-landasan Pendidikan: landasan agama,landasan filsafat, landasan sosiologi,
landasan hukum, landasan moral.
I. Asas-asas pendidikan: asas pendidikan sepanjang hayat, asas kasih sayang, asas
demokrasi, asas keterbukaan dan transparansi, asas kualitas, asas tanggung jawab, panca
darma taman sisiwa.

SELE

Critical Book Review adalah tugas yang mengharuskan seseorang untuk mengulas, meringkas, dan
mengevaluasi buku secara kritis. Sehingga kita dapat menguasai dan memahami isi dari buku lebih dalam.
Berdasarkan pengertian diatas maka penting bagi kita untuk mengkritik buku yang berjudul
FILSAFAT PENDIDIKAN terutama pada BAB V yang idalamnya terdapat materi hakekat peserta didik,
hakekat guru atau pendidik, hakekat pembelajaran, landasan – landasan pendidikan, dan asas – asas
pendidikan. Mahasiswa Pendidikan Matematika sebagai calon pendidik harus mampu untuk memahami
materi ini agar dapat membangun sistem pendidikan yang bermutu sebagai seorang pendidik demi
memajukan pendidikan anak – anak Indonesia.
Berdasarkan yang telah dijelaskan diatas, kami memberikan batasan kritikan buku hanya pada
sistematis penulisan, EYD, dan isi yang dipaparkan pada buku FILSAFAT PENDIDIKAN BAB V
yang didalamnya meliputi materi (1)Hakekat Peserta Didik. (2)Hakekat Guru atau Pendidik. (3)Hakekat
Pembelajaran. (4)Landasan – Landasan Pendidikan, dan (5)Asas – Asas Pendidikan.

B. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari kritik buku ini yaitu : (1)Untuk mengetahui tugas mata kuliah filsafat pendidikan.
(2)Untuk mengetahui apa itu hakekat peserta didik. (3)Untuk mengetahui apa itu hakekat guru atau
pendidik. (4)untuk mengetahui apa itu hakekat pembelajaran. (5)Untuk mengetahui apa itu landasan –
landasan pendidikan. (6)Untuk mengetahui apa itu asas – asas pendidikan.
Adapun manfaat dari kritik buku ini yaitu : (1)Untuk memahami tugas mata kuliah filsafat
pendidikan. (2)Untuk memahami apa itu hakekat peserta didik. (3)Untuk memahami apa itu hakekat
guru atau pendidik. (4)Untuk memahami apa itu hakekat pembelajaran. (5)Untuk memahami apa itu
landasan – landasan pendidikan. (6)Untuk memahami apa itu asas – asas pendidikan.

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta
didiknya, baik itu di Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun
perguruan tinggi. Pemahaman pada diri peserta didik mempunyai makna bahwa guru
mengenal betul kelebihan dan kelemahan peserta didik sehingga dapat memberikan
layanan pendidikan yang tepat dan bermanfaat bagi masing masing anak.
Filsafat sudah sebagai ilmu pengetahuan yang membingungkan, dan banyak kalangan
yang mempelajari filsafat berakhir dengan rasa pusing dan ketidakmengrtian. Filsafat, dalam
arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para
ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Dengan kata lain,
teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang
filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag
dianutnya.
Usia filsafat sudah memberikan bentuk-bentuk pemikiran yang bervariasi, juga telah
melahirkan berbagai aliran dan paham yang mengideologis. Dalam filsafat juga
menguraikan pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai
kepribadian bangsa yang digali dari keyakinan yang beragama, kebudayaan, dan kreatifan
lokal, serta kesucian hati nurani manusia yang merupakan fitrah dari sang pencipta.

1.2 TUJUAN
Critical Report Book ini bertujuan untuk :
1. Membandingkan dua buku Filsafat Pendidikan dengan pengarang yang berbeda
2. Mengetahui kelamahan dan kelebihan suatu buku

1.3 MANFAAT
1. Membantu memahami karakteristik filsafat pendidikan
2. Membantu memahami perkembangan filsafat pendidikan dalam negeri.
3. Membantu mahasiswa kritisi dalam suatu hal termasuk buku dan perbandingan buku.

BAB II
ISI BUKU

BUKU UTAMA ( FILSAFAT PENDIDIKAN oleh DRs. Uyoh Sadulloh, M.Pd. )


BAB I PENDAHULUAN
A. Praktik pendidikan dan teori pendidikan
1. Praktik pendidikan
Menurut Redja M. ( Depdikbud : IKIP Bandung, 1991) praktik pendidikan adalah
seperangkat kegiatan berasama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu
aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan.
2. Teori pendidikan
Pendidikan memerlukan teori pendidikan karena teori pendidikan akan memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang
akan dicapai.
2. Teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan akan mengetahui mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
3. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolsk ukur sampai dimana kita telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.
B. Pendekatan pendekatan dalam teori pendidikan.
1. Pendekatan sains
Suatau pengkajian dengan menggunakan saint untuk mempelajari, menelaah, dan
memecahkan masalah – masalah pendidikan.
2. Pendekatan filosofis
Suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah – masalah pendidikan
dengan menggunakan metode filsafat.
3. Pendekatan Religi
Suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep – konsep
pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan pendidikan.
4. Pendekatan Multidisplin
Suatu konsep yang kompherensif dan menyeluruh dalam mempelajari pendidikan tidak bisa
hanya dengan menggunakan salah satu pendekatan atau displin saja.
5. Pendekatan dalam Penulisan
Buku ini mencoba untuk mengkaji salah satu pendekatan diatas, yaitu pendekatan secara
filosofis.

BAB II FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ philos” dan “ sophia”. Philos artinya
cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat secara
harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Berfilsafat
berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang
dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu radikal,
sistematis dan universal.
B. Model – model Filsafat
1. Filsafat spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.plato sebagai
pelopor filsafat idelisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan dengan
manusia, masyarak, dan eksistensi manusia dalam alam ini. Filsafak spekulatif adalah
upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan
keseluruhan pengalaman.
2. Filsafat prespektif
Suatu ukuran standart penilaian tentang nilai-nilai, perbuatan manusia dan penilaian tentang
seni.
3. Filsafat analitik
Terdapat 2 model analitik. Analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat sebagai analisis
logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.dan analitik positivistik logis mengacu
pada ilmu matematika dan ilmua alam serta sosial.
C. Misi Filsafat
Para filsof berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia, baik
langsung maupun tidsk langsung. Melalui pengujian yang kritis, filsof mencoba
mengevaluasi informasi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai alam semesta serta
kesibukan manusia di dunia.
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan
masalah nilai.
1. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul
di belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman objeknya di luar hal yang
dapat ditangkap oleh pancaindra.
2. Epistimologi
Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal,
struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
Jenis- jenis pengetahuan: Pengetahuan wahyu, Pengetahuan intuitif, Pengetahuan
rasional, Pengetahuan empiris, Pengetahuan otoritas
Teori pengetahuan: Teori korespondensi, Teori koherensi. Teori pragmatisme.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain aksiologi
adalah teori nilai. Karakteristik nilai
a. Nilai objektif atau subjektif
b. Nilai absolute atau berubah
Jenis- jenis nilai
a. Etika
Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu keusilaan
yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.
b. Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
E. Filsafat dan Sains
Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif
dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat disentuh
dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya
1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.
3. Sains bersifat objektif.
Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan hanya
menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat bersifat
pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian- bagiannya.
F. Filsafat dan Agama
Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan kepercayaan
terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan.
Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan.

BAB III
FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pendidikan
1. Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
2. Pendidikan sebagai proses transformasi nilai bahwa pendidikan menyangkut hati nurani,
nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Nilai- nilai yang ditransformasikan
dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah
kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
3. Tujuan pendidikan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia- manuasia yang
berkebudayaan.
4. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud
mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif).
5. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat maksudnya bahwa pendidikan bukan hanya
berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus sampai
manusia meninggal dunia.
6. Pendidikan hanya untuk manusia, karena hanya manusia yang dapat memperoleh
pendidikan.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan.
Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan pandangan
falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari segi
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan
kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan
masalah- masalah pendidikan secara praktis”
C. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan.
Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan
tersebut, karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu,
pendidikan memerlukan filssafat.
D. Peranan Filsafat Pendidikan
Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
E. Apakah yang menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi
keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang.

BAB IV
MAZHAB- MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Filsafat Pendidikan Idealisme.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’ Implikasi Pendidikan
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan bakat
atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b. Kedudukan Siswa
c. Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya.
d. Peranan Guru
e. Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung
jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
c. Kurikulum
f. Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis
untuk memperoleh pekerjaan.
d. Metode
g. Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

B. Filsafat Pendidikan Realisme


Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia
rohaniah. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
realisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.

b. Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal
disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
c. Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut
prestasi dari siswa.
d. Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan
pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
C. Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan
spiritual, atau supernatural. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:
a. Tema
Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara
ilmiah dan seksama.
b. Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kepastiannya, untuk tanggung
jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
c. Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,
selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
d. Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant conditioning,
reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
e. Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah
dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f. Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat
mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia
alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan
apa yang dilakukan. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan pragmatisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.
b. Kedudukan Siswa
Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.
c. Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa
ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara pendidikan
liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
d. Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja).
e. Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan
kebutuhannya.
E. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalaman- pengalaman
individu. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
eksistensialisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan.
b. Status Siswa
Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu
komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.

c. Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan bagi
kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di sekolah
diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan
untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial. Kebebasan
dapat menimbulkan konflik.
d. Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari ini ,
besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai
harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.
F. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai tujuan.
1. Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah
memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
2. Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
a. Kritik terhadap Proggresivisme
b. Siswa tidak mempelajari warisan sosial
c. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan
d. Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
e. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri
G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan
yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang
menggunakan kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad pertengahan. Tujuan
pendidikan menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa
memperolehpengetahuan tentang prinsip- prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak
berubah.Latar belakang filsafat perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles,
Thomas Aquina

H. Filsafat Pendidikan Esensialisme


Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya seperti
C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini fungsi
utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi muda.
Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:
1. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras.
2. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru
3. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
4. Sekolah harus mempertahamkan metode- metode tradisional yang bertautan dengan
disiplin mental.
5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan
tuntutan demokrasi yang nyata.
I. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme.
Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu sekolah
harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara
konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan
dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolah- sekolah tidak harus
mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus
berusaha merekonstruksinya.Implikasi PendidikanPower (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:
1. Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi
sosial.
2. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi
budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus
mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.
3. Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang
ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan berhak untuk
mendapatkan tempat dalam kurikulum.
4. Kedudukan Siswa
Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran
pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar
belakang budaya.
5. Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by
doing).
6. Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik
dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili
budaya masyarakat.

BAB V
ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Psikologi Humanistik
Psikologi humanistic menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan tanggung
jawab personal. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah aktualisasi diri individu.
B. Behavioristik
Behaviorisme berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan
merupakan produk desain bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar ditentukan oleh
tekanan- tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. John B. Watson (1978-1958)
adalah perintis psikologi behavioristik tang utama dan B.F Skinner (1904-1990) adalah
promotor terkenalnya.
C. Konstruktivistik
Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang
digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar.

BUKU PEMBANDING ( Filsafat Pendidikan oleh Dr. Edward Purba, MA dan Prof. Dr.
Yusnadi, MS )

BAB I : PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN.


A. PENGERTIAN FILSAFAT
Kata filsafat dalam bahasa inggris philosophy dalam bahasa arab falsafash, yang keduanya
berasal dari bahasa yunani yakni, philosophia. Philen berarti cinta dan sophia berarti
kebijaksanaan. Sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan dalam arti
yang sedalam dalamnya. Filsafat diawali dengan adanya keragu raguan, keraguan yang
menimbulkan banyak pertanyaan.
Menurut beberapa ahli . Plato “ filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli ”. Aristoteles “ filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang
meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu – ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi politik, dan estetika.
 Tujuan dan ciri – ciri pikiran kefilsafatan
Tujuan filsafat yaitu mencari hakikat dari sesuatu gejala atau fenomena secara mendalam.
Jadi didalam filsafat harus refleksi, radikal dan integral. Ciri ciri pikiran kefilsafatan yaitu
merupakan pemikiran tentang hal hla serta proses proses dalam hubungan yang umum.
 Alasan berfilsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yakni keheranan, kesangsian, dan
kesadaran akan keterbatasan.
 Peranan filsafat
Filsafat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu 1). pendobrak
yang artinya mendobrak pemikiran manusia dalam alam mistik, mitos dan hal rahasia
lainnya,; 2). Pembebas yang artinya membebaskan manusia dari belenggu cara pikir yang
mistis dan mite dari ketidaktahuannya,; 3). Pembimbing yang artinya membimbing keluarnya
manusia dari belenggu ruang gerak akal budi manusia.
B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Pendidikan diartikan sebagai proses dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh
tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, mengarahkan peserta
didik dengan berbagai problema atau persoalan dan pertanyaan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaanya. Menurut Mudyahardjo filsafat pendidikan dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
1. Filsafat praktek pendidikan yaitu analisis kritis dan kompherensif tentang bagaimana
seharusnya pendidikan diselengarakan dan dilaksanaan dalam kehidupan.
2. Filsafat ilmu pendidikan yaitu analisis kritis dan kompherensif tentang pendidikan dan
konsep – konsep psikologi pendidikan sebagai acuan teori pendidikan.
Filsafat pendidikan berusaha mencari yang fundamental yang berkaitan dengan proses
pendidikan, mendalami konsep konsep pendidikan dan memahami sebab sebab yang hakiki
yang berkaitan dengan masalah pendidikan.

BAB II : FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Filsafat pendidikan sebagai sistem
Filsafat ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori-teori atau sistem pemikiran yang
dihasilkan oleh para pemikir atau filsuf. Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik garis
linear anatara filsafat dan pendidikan. Selain pendekatan linier, pendidikan dapat disusun
dengan berpangkal kepada pendekatan tertentu dari pada pendidikan itu sendiri.
B. Substansi filsafat pendidikan
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian dari
fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan
tentang konsep-konsep dasar pendidikan.
C. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan
Filsafat sebagai pandangan hidup berisi nilai-nilai dan kebenaran yang dinjunjung tinggi oleh
penganutnya sekaligus merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup
dan kehidupan manusia, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang
berfungsi menanamkan dan mewariskan sisten norma-norma tingkah laku perbuatan yang
didasarkan pada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan tenaga
pendidikan dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin agar perlaksanaan pendidkan efektif,
maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai normatif dan
pedoman pelaksaan. Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa hubungan fungsional
anatara filsafat dan teori pendidikan adalah:
 Filsafat dalam arti filosofis merupakan cara pendekatan yang dipakai dalam memecahlan
problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
 Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat
tertentu yang memiliki relevansi dengan kebutuhan nyata.
 Filsafat dalam hal filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan
arah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.

BAB III : ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
1. Filsafat pendidikan idealisme: menyatakan bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-
gagasan. Prinsipnya aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam ini
hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam
nyata seperti yang nampak dan tergambar. Yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia
menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibanding dengan materi
kehidupan manusia.
2. Filsafat pendidkan realisme : sistem kesilsafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu
atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, dan
yang hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Salah seorang tokoh atau penganut
realisme mengemukakan bahwa manusia selalu berusaha untuk mencapai tujuan hidup.
Tujuan pertama, menyatu dalam hidup yang meruoakan kualitas hidup yang menuju
kesempurnaan, sedangkan tujuan kedua, kehidupan sejahtera, damai dan kebahagiaan
yang abadi.
3. Filsafat pendidikan Materialisme : Aliran ini menyatakan bahwa benda merupakan sumber
segalanya.
4. Filsafat pendidikan Pragmatisme : Menyatakan bahwa pengetahuan adalah apa yang
dialami oleh manusia. Menurut john dewey, pendidikan perlu didasrakan pada tiga pokok:
1). Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, 2). Pendidikan sebagai pertumbuhan, 3).
Pendidikan sebagai fungsi sosial
5. Filsafat pendidikan Eksistensialisme : Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman
pengalaman individu.
6. Filsafat pendidikan Progresivisme : Menurut aliran ini kehidupan manusia berkembang
secara terus-menerus dalam suatu arah yang positif.
7. Filsafat pendidikan Perenialisme : Perenislisme mengemukakan bahwa situasi dunia saat
ini penuh dengan kekacauan dan ketidakpastian, dan ketidak teraturan terutama dalam
kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Untuk memperbaiki keadaan tersebut, maka
kembali pada ajarab dan pandangan hidup yang kuat pada jaman dulu.
8. Filsafat pendidikan Esensialisme : Menyatakan bahwa peserta didik memiliki nilai esensial
dan perlu dipertahankan.
9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme : Merupakan kelanjutan dari cara berfikir
progresifisme dalam pendidikan. Indinidu tidak cukup belajar di sekolah tetapi sekolah harus
mempelopori masyarakat.

BAB IV : FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA


A. Pandangan Filsafat pancasila tentang manusia, masyarakat, pendidikan dan nilai.
1. Filsafat Pancasila tentang Manusia: pacasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi
oleh manusia.
2. Filsafat pancasila tentang masyarakat : Hakekat masyarakat telah dijelaskan bahwa
masyarakat-bangsa dan negara indonesia menuju masyarakat yang aman, damai,
sejahtera, terbuka,adil, dan makmur.
3. Pandangan filsafat pancasila tentang pendidikan Pendidikan berlansung di keluarga,
rumah, sekolah, dan masyarakat.
4. Pandangan filsafat pendidikan tentang nilai Pembangunan nasional adalah upaya bangsa
untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pembukaan
UUD 1945. Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan sumber nilai
bagi bangsa indonesia.
B. Pandangan Filsafat Pendidikan PancasilanTerhadap Sistem Pendidikan Nasional
Sebagai acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 yang
baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi:
1. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.
BAB V : HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN
A. Hakekat Pendidikan
1. Pengertian Hakekat pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang
diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas. Membentu menyadarkan anak
tentang potensi seoptimal mungkin, mmberikan pengetahuan dan keterampilan,
memberikan latihan-latihan, memotivai untuk terlibat dalam pengalaman-pengalaman yang
berguna, mengolah materi pelajaran sehingga peserta didik bernafsu untuk menguasainya
dan meningkatkan intensitas proses pembelajaran. Untuk memberi pemahaman akan
hakekat dan pengertian pendidikan, berikut ini sejumlah pendapat yang dikemukakan oleh
para ahli yaitu:
 pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku dalam usaha mendewasakan
seseorang melalui peelatihan dan pengajaran.
 dalam arti sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan sebagai sebuah proses dan metode-metode tertentu
 pendidikan berarti kegiatan yang bersifat kelembagaan.
 pendidkan adalah usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mengalihkan segala
pengetahuan dan pengalaman kepada generasi muda.
 hakekat pendidikan adalah proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah
kedewasaan.
2. Tujuan Pendidikan
Dengan adanya tujuan pendidikan, peserta didik harius mampu tujuan yang sudah
ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Pesesrta didik setelah selesai pembelajaran, maka
perumusan tujuan, spesifik, terukur, dan berubah hasil belajar, perilaku atau reformemce
peserta didik yang mencakup aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Hirarki tujuan pendidikan dapay digambarkan sebagai berikut: Jenis tujuan
kontinum, Tujuan pendidikan Nasional sangat umum, Standar Kompetensi Lulusan,
Kompetensi inti, Kompetensi dasar, Indikator sangat spesifik
3. Pilar Pendidikan
Pendidikan harus didasarkan pada cinta kasih sesama, cinta masyarakat, cinta bangsa dan
negara, sebagai modal dasra timbulnya dan berkembangnya pengabdian warga negara.
4. Aliran-aliran Pendidikan
 Nativisme: pribadi seseorang ditentukan oleh bawaan lahir
 Naturalisme: pribadian seseorang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa
 Empirisme: pekembangan seorang anak ditentukan oleh lingkungan
 Konvergensi: pendidikan dapat diberikan, dapat dari pembawaan dan lingkungan.
 Lingkungan pendidikan: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,dan lingkungan
masyarakat.
B. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik
dalam kehidupan , sehingga seseorang memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi.
C. Hakekat Mnusia
Pandangan tentang manusia adalah manusia sebagai mahluk berfikir (homo sapiens),
manusia sebagai mahluk suka berbuat sesuatu (homo faber), manusia juga bisa dididik,
manusia juga suka berkawan dan berhati nurani serta memiliki rasa ingin tahu. Manusia
memiliki eksistensi manusia yakni: manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk susila, sebagai makhluk religius.
D. Hakekat Masyarakat
Masayarakat akan selalu mengalami perubahan dan perubahan yang menuntut
perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, pengatuh regional
dan global.
E. Hakekat peserta didik
Peserta didik harus merasakan suasana yang menyenangkan dilandasi rasa kasih sayang
dan penuh dengan tantangan atau motivasi sehingga peserta didik dapat mengembangkan
segala potensi dan bakat yang dimiliki.
F. Hakekat Guru atau Pendidik
Orang tua dirumah, guru di sekolah dan tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama,
pemimpin seluruhnya disebut pendidik. Karna itu para pendidik perlu memperhatikan norma
norma dan nilai susila sehingga setiap prilaku dan tindakannya dapat ditiru dan
dipertanggungjawabkan.
G. Hakekat Pembelajaran
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Kegiatan belajar telah dilakukan manusia sejak lahir untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
H. Landasan-landasan Pendidikan: landasan agama,landasan filsafat, landasan sosiologi,
landasan hukum, landasan moral.
I. Asas-asas pendidikan: asas pendidikan sepanjang hayat, asas kasih sayang, asas
demokrasi, asas keterbukaan dan transparansi, asas kualitas, asas tanggung jawab, panca
darma taman sisiwa.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PERBANDINGAN ANTARA KEDUA BUKU


Kedua buku ini membahas tentang filsafat pendidikan. Kedua buku memiliki judul yang
sama dengan “ Pengantar Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok untuk
pegangan mahasiswa dalam mengambil matakuliah filsafat pendidikan, namun memiliki
pengarang yang berbeda. Pada buku ‘filsafat pendidikan’ karangan Drs. Uyoh Sadulloh,
M.Pd membahas tentang ilmu dasar filsafat dimulai dari pengertian, kemudian filsafat filsafat
pendidikan dan mazhab mazhab filsafat pendidikan serta orientasi psikologis yang
mempengaruhi filsafat pendidkan.
Sedangkan karangan Dr. Edward Purba, MA menjelaskan tentang filsafat pendidikan
mulai dengan pengertian filsfat pendidikan dan membahas aliran-aliran yang mendukung
filsafat pendidikan, membahas tentang filsafat pendidikan pancasila yang berupa dasar dari
negara indonesia. Selain itu buku ini juga membahas tentang hakekat pendidikan diberbagai
kalangan.
Dari pembahasan sub bab yang disajikan dapat diketahui bahwa buku pembanding
memiliki kelengkapan materi yang lebih dari buku utama. Hal ini dapat kita lihat pada bagian
buku pembanding memiliki 5 Bab yang berisi Materi penuh Filsafat dengan tambahan
Filsafat pendidikan panca sila sedangkan pada buku utama tidak ada. Dari segi penulisan
buku sudah benar dan baik dan mudah dipahami pembaca.

3.2 KEUNGGULAN
Pada kedua buku yang berjudul “ Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok
digunakan sebagai buku pembimbing atau buku pegangan mahasiswa matakuliah filsafat
pendidikan. Hal ini dikarenakan isi atau materi yang terkandung didalamnya tersusun secara
sistematis yang memudahkan mahasiswa untuk memahami secara berkala materi yang
dibahas pada setiap babnya. Namnun untuk bahasan yang lebih lengkap terdapat pada
buku pembanding, tetapi khusus Bab II mengenai filsafat buku utama lebih jelas dalam
memaparkan materijnya.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kedua buku ini masih digolongkan bahasa
yang dapat dipahami mahasiswa yang baru belajar ilmu filsafat. Pada bagian awal setiap
Bab pada buku pembanding terdapat indikator yang membantu mahasiswa mencapai
kompetensi ajarnya. Pada bagian akhir terdapat latihan yang diberikan untuk penugasan
mahasiswa yang berguna untuk mengevaluasi pemahaman mahasiswa mengenai materi
yang dibahas sebelumnya sehingga mahasiswa dapat lebih memahami makna materi yang
dipaparkan.

3.3 KELEMAHAN
Pada dasarnya kedua buku ini hampir tidak memiliki kekurangan, namun pada
beberapa bagian materi yang terdapat didalam bab menggunakan bahasa yang tinggi yang
sulit untuk dimengerti mahasiswa mengingat mahasiswa merupakan permulaan pada awal
pembelajaran filsafat. Selain itu tidak dicantumkan rangkuman pada akhir bab pada kedua
buku merupakan salah satu kelamahan yang ada, karna rangkuman sangat membantu
mahasiswa dalam meringkas ulang apa isi dari materi yang ada.
Kedua buku juga sama sama tidak memaparkan biografi penulis, pada buku utama
memparkan jelas mengenai filsafat pendidikan namun tidak memaparkan hakikat hakikat
pendidikan sedangkan pada buku pembanding hanya sedekit menjelaskan filsafat
pendidikan, akan tetapi cukup jelas memparkan hakikat pendidikannya.
Kedua buku tidak melampirkan gambar yang menjadi salah satu penarik perhatian
pembaca.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, ilmu yang mencari suatu kebenaran dengan cara
berpikir dan karena adanya suatu keragu raguaan. Maka dari itu dibutuhkan suatu buku
sebagai pegangan bagi mahasiswa untuk lebih memahami secra mendalam tentang mata
kuliah filsafat pendidikan. Dan untuk mendalami apa yang ada pada materi tersebut
diberikan tugas Critical Book Report sebagai salah satu cara dalam membantu mahasiswa
dalam memhami isi buku tersebut.
Dari kedua buku yang sudah dikritik dapat disimpulkan:
1. Walaupun memiliki judul buku yang samaakan tetapi kedua buku memiliki perbedaan dalam
pembahasan materinya serta bagian bagian tambahan ( pada buku pembanding terdapat ;
Indikator pembelajaran dan evaluasi dalam setiap babnya, sedangkan buku utama tidak
memiliki didalamnyan).
2. Buku Pembanding lebih lengkap pembahasannya dibandingkan dengan buku utama,
namun dilain Bab buku utama memiliki pembahasan yang lebih lengkap dibanding dengan
buku pembanding ( Bab yang membahasa pengantar Filsafat dan filsafat pendidikan )
3. Kelemahan dari kedua buku adalah tidak menampilkan biografi pengarang dan tidak
dilengkapi dengan gambar pendukung.

4.2 SARAN
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review, periview menyarankan
agar filsafat pendidikan dipelajari dan dipahami semua lapisan baik guru, orang tua maupun
masyarakat sehingga meningkatkan prestasi anak dalam berbagai hal kehidupan. Selain itu,
juga disarankan agar adanya perkembangan tindak lanjut mengenai isi buku sehingga
nantinya dilengkapi dengan gambar agar peserta didik yang membacanya lebih tertarik.
Buku Filsafat Pendidikan ini merupakan buku yang cocok dan tepat sebagai buku
pegangan mahasiswa yang menjalani mata kuliah filsafat pendidkan, karena kedua buku ini
memiliki bahasa yang dapat dimengerti mahasiswa yang baru belajar filsafat dan
penyusunan materi yang sistematis. Namun tidak menutup kemungkinan agar mahasiswa
menggunakan beberpara referensi buku lain sebagai pegangan dalam berfilsafat.

Вам также может понравиться