Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Dari tahun ke tahun konsumsi baja dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat,
berdasarkan data dari Worldsteel Association (2015) menunjukkan konsumsi baja kasar dunia
sampai dengan 2014 mencapai 1.537 juta ton. Beberapa tahun terakhir permintaan besi dan baja
dunia semakin tinggi, di Indonesia kebutuhan baja nasional terus mengalami peningkatan seiring
Berdasarkan data dari SEAISI (South East Asia Iron and Steel Institute) konsumsi baja Indonesia
pada tahun 2014 lalu adalah 13,4 juta ton dengan total produksi sebesar 8 juta ton. Sementara itu
pada tahun 2015 konsumsi baja Indonesia mencapai 15 juta ton dengan produksi 8 juta ton (Bank
Mandiri, 2015). Selama ini dalam memenuhi total kebutuhan besi dan baja Indonesia masih
Sementara berdasarkan data Kementeian ESDM total Sumber Daya bijih besi baik dalam bentuk
besi laterit, besi primer dan pasir besi di Indonesia mencapai 1,68 miliar ton yang tersebar di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Pulau Jawa dan Nusa Tenggara dengan total cadangan pasir
besi sebesar 605,03 juta ton (Badan Geologi, 2013). Dengan total cadangan pasir besi yang ada,
Indonesia mampu mengembangkannya menjadi bahan baku industri dasar logam dan besi.
Masih minimnya penggunaan pasir besi sebagai bahan baku industri besi dan baja
dikarenakan sampai saat ini pasir besi hanya digunakan pada industri semen, sementara itu
potensi pasir besi yang dimiliki Kulonprogo sangatlah cukup untuk dikembangkan sebagai
aplikasi alternatif dalam memenuhi kebutuhan industri besi dan baja di Indonesia dengan total
cadangan 37 juta ton, namun masih perlunya dilakukan penelitian tentang metode dan proses
pengelolaan yang lebih tepat sesuai dengan kareteristik yang dimiliki. Seperti halnya yang telah
dilakukan di Negara Selandia Baru dalam memanfaatan pasir besi sebagai bahan baku pembuatan
1
BAB II
PENGOLAHAN BAHAN GALIAN PASIR BESI
Pasir besi dari hasil penambangan, diangkut menggunakan belt conveyor menuju ke
trommel screen 28 mesh kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan pasir besi
dari pengotornya seperti batu, akar tanaman, rumput, dan kotoran lainnya yang masih
tercampur dengan pasir besi pada saat pengangkutan pasir besi ke stockpilebahan baku
pasir besi, dengan menyemprotkan air ke dalam trommel screen 28 mesh agar tidak ada
pasir besi yang masih menempel pada kotoran saat penyaringan berlangsung.
Setelah pasir besi terpisah dari pengotornya pada trommel screen 28 mesh, maka tahapan
selanjutnya adalah pasir besi yang telah tersaring akan masuk ke dalam Magnetic drum
separator 1200 Gauss melalui belt conveyor untuk memisahkan pasir besi yang
mengandung konsentrat berupa magnetite, ilmenite, dan hematite dan tailing berupa
Setelah diperoleh konsentrat berupa magnetite, ilmenite, dan hematite maka tahapan
selanjutnya adalah pasir besiyang mengandung magnetite, ilmenite, dan hematite tersebut
masuk ke dalam Magnetic drum separator 500 Gauss melalui belt conveyor untuk
memisahkan pasir besi yang masih mengandung konsentrat berupa magnetite dan ilmenite
Setelah diperoleh konsentrat berupa magnetite dan ilmenite maka tahapan selanjutnya
adalah pasir besi yang masih mengandung konsentrat berupa magnetite dan ilmenite akan
masuk ke dalam Trommel Screen 100# melalui belt conveyor kemudian dilakukan
2
penyaringan untuk memisahkan konsentrat berupa magnetite dan ilmenite dari middling
Setelah diperoleh konsentrat berupa magnetite dan ilmenite dengan ukuran yang halus
maka tahapan selanjutnya adalah pasir besi masuk ke dalam magnetic drum separator 300
6. Pengolahan Tailing
Setelah diperoleh tailing berupa vanadinite, kuarsa, dan hematite, dari pemisahan
konsentrat dan tailing menggunakan Magnetic Drum Separator 1200 Gauss dan Magnetic
Drum Separator 500 Gauss. Maka,tahapan selanjutnya adalah tailing tersebut akan
dari tailing akhir berupa kuarsa yang akan dibuang ke bekas tambang.
1. Belt Conveyor adalah pesawat pengangkut yang digunakan untuk memindahkan muatan
dalam bentuk satuan atau tumpahan dengan arah horizontal atau membentuk sudut dakian
(inklinasi) dari suatu sistem operasi yang satu ke sistem operasiyang lain dalam suatu line
2. Trommel Screen berbentuk seperti tabung besar, tabung tersebut terdapat lubang-lubang.
Trommel Screen terdiri dari input dan output, dimana feed masuk ke dalam input. Di
dalam input, feed tersebut diputar oleh screen dengan kecepatan yang ditentukan. Feed
3
yang tidak diinginkan akan keluar dengan sendirinya melalui lubang yang melalaui
output. Feed yang diinginkan akan masuk dalam penampung (storage) kemudian dialirkan
(Diamagnetic).
4
Gambar 2.4 magnetik separator
4. Humprey Spiral menggunakan gaya gerak serta dibantu aliran air untuk memisahkan
concentrate dengan tailing. Di mana material yang mempunyai berat jenis lebih besar
akan berada pada bagian dalam aliran serta material yang mempunyai berat jenis ringan
akan berada pada bagian luar aliran, sedangkan biasanya material yang berada di tengah
tengah aliran itu merupakan material yang memiliki berat yang sedang.
Gambar 2.5 humprey spiral sebagai alat pengolahan tailing pasir besi
Ketika pengolahan harus menghasilkan kadar Fe yang tinggi maka middling mineral harus
masuk dalam jalur tailing hal ini akan menyebabkan sebagian mineral besi yaitu mineral besi
yang terikat dengan pengotor atau middling masuk dalam jalur tailing. Hasil akhirnya adalah
recovery Fe menjadi turun atau rendah. Ketika pengolahan harus mendapatkan recovery Fe yang
5
tinggi maka middling mineral akan masuk dalam konsentrat. Karena middling mineral mengikat
mineral pengotor maka konsentrat yang dihasilkan akan memiliki kadar Fe rendah. Di sini sangat
jelas bahwa middling mineral menjadi sangat kompromis dalam pengolahan. Artinya jika
middling mineral tetap seperti apa adanya maka kadar dan recovery akan menjadi saling
berlawanan.
Jika pengolahan pasir besi menargetkan kadar Fe sekitar 59 persen maka Fe yang dapat
direcover atau diambil hanya sekitar 52 persen. Artinya sekitar 48 persen Fe akan masuk jalur
tailing.Sebaliknya, jika pengolahan pasir besi menargetkan recovery Fe sekitar delapan puluh
persen maka konsentrat hanya akan memiliki kadar Fe sekitar 54 persen. Artinya sejumlah
Pengaruh ukuran partikel pasir besi terhadap kandungan Fe setelah dilakukan konsentrasi dapat
dilihat pada Gambar 7 di bawah.Pada ukuran yang kasar sekitar 500 mikron, kandungan Fe
Gambar 2.6 pengaruh ukuran pasir besi terhadap kadar Fe dalam konsentrat
6
Dari gambar diketahui, jika pasir besi yang diolah memiliki ukuran 100 sampai 500 mikron,
maka kandungan Fe dalam konsentrat tidak akan pernah mencapai 61 persen. Kandungan Fe
hanya akan mencapai angka 59 -61 persen, jika pasir besi yang berukuran lebih besar daripada
125 mikron dikeluarkan dari proses pengolahan dengan cara diayak. Tentu saja hal ini akan
Mineral besi utama dalam pasir besi memiliki sifat kemagnetan yang tinggi. Sedangkan
mineral pengotornya atau gangue memiliki sifat kemagnetan yang rendah. Sehingga mineral besi
dan mineral gangue memiliki selisih kemagnetan yang tinggi. Perbedaan sifat kemagnetan ini
menjadi alasan utama, mengapa peningkatan kadar Fe atau mineral besi dalam pasir besi selalu
Beberapa alat konsentrator lain yang biasa digunakan dalam pengolahan pasir besi adalah spiral
konsentrator atau palong, sluice box. Alat ini memanfaatkan perbedaan sifat fisik densitas.
Prinsip pemisahannya berdasarkan pada perilaku partikel dalam aliran fluida tipis. Konsentrasi
Sifat kemagnetan mineral besi dalam pasir besi sangat kuat sehingga operasi
konsentrasinya dapat menggunakan magnetic separator dengan intensitas rendah yakni kurang
dari 1200 gauss. Sebagian pasir besi terdapat di daerah pesisir atau pantai. Oleh karena itu,
pengolahan selalu dilakukan dengan metoda basah yakni ditambahkan air dengan perbandingan
tertentu.
7
Gambar 2.7 Diagram Alir Konsentrasi Pasir Besi (ardra.biz)
Gambar di atas menunjukkan salah satu contoh pengolahan pasir besi dengan kadar Fe
awal 37 persen. Pengolahan menggunakan dua tahap pemisahan dengan magnetic separator tipe
double drum. Dari pengolahan ini diperoleh konsentrat akhir yang mengandung Fe sebesar 56
persen.
8
BAB III
INDUSTRI PASIR BESI DI PT. JOGJA MAGASA IRON
Potensi pasir besi di Kulon Progo telah diketahui melalui penelitian oleh Aneka Tambang
pada tahun 1970an dan studi geologis yang dilaksanakan oleh AMDEL pada 1973. Namun,
momen sesungguhnya yang membuat potensi tersebut bergerak menjadi rencana investasi adalah
diadakannya suatu studi oleh Lurgi dan Davey McKee pada tahun 1985 yang melakukan test-
work dan kemudian menemukan bahwa terdapat potensi deposit pasir besi yang mengandung
titani-ferrous magnetite di sepanjang 22 kilometer garis pesisir Kulon Progo. Proses itu berlanjut
ketika sebuah perusahaan konsultan geologi, Mackay & Schnellmann, mengestimasi bahwa
eksplorasi target di Kulon Progo dapat mencapai 336 hingga 560 juta ton pasir besi. Mengetahui
bahwa sejak penelitian tersebut potensi pasir besi tersebut ditelantarkan dan tidak diolah dengan
menggunakan istilah “the deposits atYogyakarta have lain idle since that time”. AKD Ltd,
saham (shareholders).
Sejak tahun 2005, PT Jogja Magasa Iron yang dimiliki oleh keluarga Hamengku Buwono X,
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga merupakan Sultan Yogyakarta, mendapatkan
Kuasa Pertambangan (KP) Eksplorasi Bahan Galian Pasir Besi dan Mineral Pengikutnya dari
Kemudian karena bermitra dengan Indo Mines. Ltd. dan dikategorikan sebagai Penanaman
Modal Asing (PMA), maka Kuasa Pertambangan dikonversi menjadi Kontrak Karya (KK) sesaui
dengan UU. No. 1/1967 dan UU. No.11/1967. Kontrak Karya ini kemudian mendapat persetujuan
Pencadangan Wilayah dari otoritas tertinggi di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan Keputusan
9
Mineral/ESDM No. 1614 tahun 2004 dengan syarat menyetorkan uang jaminan kesungguhan
No.1603/40/MEM/2003).
Pendanaan Lokal : 7 Juta USD per tahun selama 10 tahun dan selanjutnya 2
persen.
Penambangan : 2011
Luas konsesi pertambangan direncanakan sekitar 3,000 ha, atau 22 kilometer sepanjang sungai
Bogowonto hingga sungai Progo selama 25 tahun. Proyek ini akan mencakup tiga kecamatan
yang juga akan mencakup pertanian lahan pasir milik petani dan pemukiman sepanjang 1,8
kilometer dari pantai. Secara khusus, proyek tersebut akan menggusur pertanian lahan pantai di
enam desa yaitu Karangwuni, Garongan, Pleret, Bugel, Karangsewu, dan Banaran. Area proyek
10
Area Proyek Pertambangan Pasir Besi Kulon Progo, Yogyakarta.
Sebagaimana disebut dalam Kontrak Karya, Indomine, Ltd akan menguasai 70% saham dari
proyek ini, sementara Jogja Magasa Iron akan memiliki sisa saham sekitar 30%. Investasi pada
proyek pertambangan pasir besi ini berkisar antara 6000 juta USD. Selain pertambangan pasir
besi, proyek ambisius ini direncanakan akan juga membangun kompleks industri pasir besi,
termasuk empat pabrik pemrosesan sehingga tidak hanya pasir besi yang dihasilkan melainkan
Kabupaten Kulon Progo yang beribukota di Wates memiliki luas wilayah sebesar 58.627,512 ha
(586,28 km2). Kulon Progo terdiri dari 12 kecamatan, 87 desa, 1 kelurahan yaitu Kelurahan
Wates sebagai kelurahan percontohan, dan 917 pedukuhan. Secara administratif, Kabupaten
1. Bagian Barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah yakni Kabupaten Purworejo
2. Bagian Utara berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah yakni Kabupaten Magelang
11
3.2.2 Pembagian Wilayah Menurut Aspek Geografis
Secara umum, daerah utara Kulon Progo merupakan dataran tinggi dengan ketinggian antara 500
sampai 1000 meter di atas permukaan air laut. Daerahnya meliputi Kecamatan Kokap, Girimulyo,
Samigaluh dan Kalibawang. Di wilayah ini terdapat jajaran perbukitan yang dinamakan
menyimpan potensi alam yang melimpah ruah. Sehingga beberapa tempat di tempat ini
diperuntukkan sebagai kawasan budidaya konservasi flora dan fauna. Walaupun begitu, karena
letaknya yang curam beberapa tempat disana sering dilanda tanah longsor.
Di bagian tengah wilayah Kabupaten Kulon Progo, secara umum merupakan daerah perbukitan
dengan ketinggian antara 100 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Daerahnya memang
bergelombang namun tidak securam yang terdapat di dataran tinggi. Wilayahnya meliputi
Kecamatan Sentolo, Pengasih, Nanggulan, dan beberapa tempat di Lendah. Wilayah tengah
merupakan peralihan dari dataran tinggi yang berada di utara dengan dataran rendah yang berada
di paling selatan wilayah Kulon Progo. Relatif sangat jarang dilanda bencana kecuali banjir yang
kadang menerpa ketika musim penghujan. Namun tetap tidak sampai di pemukiman.Menuju
selatan merupakan wilayah di Kulon Progo yang berketinggian paling rendah, yakni sekitar 0
sampai 100 meter di atas permukaan air laut. Daerahnya meliputi Kecamatan Wates, Panjatan,
Secara umum hampir semua wilayah Kulon Progo tidak kekurangan, tetapi wilayah selatan yang
paling baik dari segi pengairan. Oleh karena itu, daerah selatan didominasi dengan area
persawahan dan ladang. Wilayah Pantai Kulon Progo yang memanjang dari barat ke timur
memiliki panjang 24,9 km merupakan daerah yang rawan bencana banjir karena beberapa
wilayahnya merupakan bekas rawa yang dikeringkan pada jaman dulu. Hamparan wilayah
Kabupaten Kulon Progo memang sangat bervariasi, menurut ketinggian tanahnya wilayah
Kulonprogo dapat dipresentasekan sebanyak 17,58% berada pada ketinggian kurang dari 7 m
diatas permukaan laut (dpal), 15,20% berada pada ketinggian 8 sampai 25 m dpal, 22,84% berada
pada ketinggian 26 sampai 100 m dpal, 33,0% berada pada ketinggian 101 sampai 500 m dpal
kemiringan kurang dari 20, kemudian 18,70% berada pada kemiringan 30 sampai 150, lalu
22,46% berada pada kemiringan 160 sampai 400 dan 18,73 % berada pada kemiringan lebih dari
400. Mengenai curah hujan, berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik Kulon Progo,
selama tahun 2010 rata-rata curah hujan perbulan adalah 194 mm dan hari hujan 12 hh per bulan.
Keadaan rata-rata curah hujan hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember 2010 sebesar 331 mm
dengan jumlah hari hujan 16 hh sebulan. Kecamatan yangmempunyai rata-rata curah hujan per
bulan tertinggi pada tahun 2010 berada di Kecamatan Samigaluh sebesar 296 mm dengan jumlah
13
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Pengolahan pasir besi melewati beberapa tahapan yaitu pemisahan pasir besi dan pengotor
di trommel, pasir besi masuk ke magnetic drum separator 1200 gauss, pasir besi masuk ke
magnetic drum separator 500 gauss, pasir besi masuk ke trommel screen 100 mesh, selanjutnya
pasir besi masuk ke magnetic drum separator 300 gauss serta tahapan pengolahan terakhir yaitu
pengolahan tailing. Tailing tersebut di pompa menggunakan alat humprey spirsl untuk
memisahkan vanadinite
4.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan – kekurangan dan kesalahan dalam tatacara penulisan maupun
pembahasannya. Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan
untuk menjadi acuan dalam penulisan makalah berikutnya.
14