Вы находитесь на странице: 1из 1

1.

Metode
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Purposive
Sampling yaitu penentuan sampel yang sudah ditentukan pada 3 stasiun pengamatan
berdasarkan daerah penangkapan ikan tersebut. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ikan tembang yang ditangkap menggunakan jaring insang. Kemudian
tiap ikan di ukur panjang dan beratnya. Ikan dibedah dan diambil saluran pencernaannya
yaitu usus. Usus ikan diambil dan diukur panjang serta volumenya. Usus dimasukan ke
botol dan tambahkan formalin 4%. Isi usus dikeluarkan, dimasukkan ke botol film dan
diencerkan menggunakan aquades 2ml, diaduk agar tidak menggumpal. Setelah itu isi
usus diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10 dan di identifikasi dengan
buku identifikasi Edmondson (1959) dan Mizuno (1979).
Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan plankton net.
Pengambilan ini dilakukan pada setiap stasiun dengan satu kali ulangan. Air yang
tersaring ke plankton net, dimasukkan ke botol sampel dan diberi lugol 3-5 tetes. Setelah
itu pengamat dilangsukan di Laboratorium Ilmu Dasar (LIDA) FMIPA Universitas
Sumatera Utara. Kemudian dilakukan pengukuran parameter fisika kimia air meliputi
parameter suhu, salinitas, kecerahan, pH, dan DO.
2. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada parameter kimia fisika air,
menunjukkan bahwa suhu masing-masing stasiun berkisar antara 29-29,67°C. Niilai
salinitas yang diperoleh berkisar antara 33,67-35 ppr. Kisaran kecerahan yang di dapat
tiap stasiun antara 143-150 cm. Lalu nilai pH yang di dapat berkisar antara 7,6-8,1. Serta
DO yang di dapat dari hasil penelitian adalah 5,9-6,03 mg/l di ketiga stasiun. Dari hasil
yang didapat disimpulkan bahwa, perairan lokasi penelitian terbilang baik.
Hasil ikan yang dipat adalah 135 ekor dengan 15 ekor setiap stasiunnya.
Perhitungan berat panjang ikan dapat menduga tingkat pertumbuhan dan kemontokan
ikan. Dari analisis data penelitian diperoleh bahwa pada stasiun 1 nilai b= 2,797 dan
stasiun 2 nilai b=2,005. Ini menunjukkan bahwa pada kedua stasiun nilai b<3 yang
berarti pola pertumbuhan ikan tembang allometrik negatif. Sedangkan pada stasiun 3
nilai b=3,021, itu berarti pada stasiun 3 pola pertumbuhan termasuk allometrik positif.
Perbedaan pola pertumbuhan bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan organisme
tersebut berada, serta ketersediaan makan yang dimanfaatkan untuk menunjang
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.
Nilai Indeks bagian terbesar dihitung dengan menganalisis isi usus ikan tembang.
Dari hasil yang didapat ditemukan 6 kelas makanan yaitu Bacillariophyceae,
Chlorophyceae, Dinophyceae, Crustaceae, telur ikan dan tidak teridentifikasi.
Berdasarkan nilai IP Bacillariophyceae menjadi makanan utama ikan tembang di setiap
stasiun dengan nilai IP>40 yaitu 46,7 pada stasiun 1, 64,75 pada stasiun 2, dan 48,17 di
stasiun 3. Makanan pelengkap ikan tembang yaitu Chlorophyceae, Crustaceae, dan
kelompok tidak teridentifikasi dengan nilai 40 <IP< 4. Makanan tambahan ikan pada tiap
stasiun adalah Dinophyceae.
3. Kesimpulan
a. Komposisi isi usus pada ikan tembang di perairan Pantai Labu terdiri dari makanan
utama pada setiap stasiun yaitu dari kelas Bacillariophyceae. Makanan pelengkap yaitu
dari kelas Chlorophyceae, Crustaceae dan kelompok tidak teridentifikasi sedangkan
makanan tambahan pada setiap stasiun yaitu dari kelas Dinophyceae dan telur ikan. Index
Electivity (E) ikan terhadap jenis kegemaran makanan ikan tembang pada setiap
stasiunnya yaitu dari kelasBacillariophyceae, Dinophyceae, Crustaceae, telur ikan dan
tidak teridentifikasi.
b. Makanan alami berkorelasi sangat kuat positif dengan kecerahan, dimana bila nilai
kecerahan meningkat maka ketersediaan makanan alami di perairan juga akan meningkat
begitu juga sebaliknya.

Вам также может понравиться