Вы находитесь на странице: 1из 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendiksitis merupakan suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai

cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus

memerlukan lapara tomi dengan penyingkiran umbai cacing uang terinfeksi.

Sebagai penyakit yang paling sering memerlukan tindakan bedah kedaruratan,

apendeksitis merupakan keadaan inflamasi dan opstruksi pada apendiks

vermiformis. Apendiks vermiformis yang disebut pula umbai cacing atau lebih

dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan

melekat pada sekung dan bila mengalami peradangan disebut dengan

appendicitis. Apendiksitis dapat terjadi pada semua usia dan mengenai laki-laki

serta perempuan. Akan tetapi pada usia antara pubertas dan 25 tahun, prevalensi

apendiksitis lebih tinggi pada laki-laki, namun sejak terdapat kemajuan dalam

terapi antibiotic, insidensi dan angka kematian karena apendiksitis mengalami

penurunan. (Kowalak, 2011)

Peradangan pada apendiksitis perlu adanya penanganan yang harus

memerlukan tindak bedah yang disebut apendiktomi. Apendiktomi dapat

dilakukan dalam dua cara, yaitu cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila

apendiksitis baru di ketahui setelah terbentuk massa periapendikuler, maka


2

tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian atau terapi

antibiotic kombinasi terhadap penderita. Antibiotic ini merupakan antibiotic

yang aktif terhadap kuman aerrob dann anaerrob. Setelah gejala membaik, yaitu

sekitar 6-8 minggu, barulah apendiktomi dilakukan (Thomas, 2016).

Angka kejadian apendiksitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan Word Health

Organitation (2010) yang dikutip oleh Naulibasa (2011), angka moralitas

appendicitis adalah 21.000 jiwa , dimana populasi laki laki lebih banyak di

bandingkan perempuan. Angka mortalitas appendicitis sekitar 12.000 jiwa pada

laki laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan. Di Amerika Serikat terdapat

70.000 kasus appendicitis setiap tahunnya kejadian appendicitis di Amerika

memiliki insiden 1-2 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara kelahiran

sampai umur 4 tahun. Kejadian appendicitis meningkat 25 kasus per 10.000

pertahun di Amerika Serikat. Di Indonesia appendicitis cukup tinggi dan

merupakan penyakit urutan keempat setelah dyspepsia, gastritis dan duodenitis.

(Stefanus Satrio , 2016). Secara umum di Indonesia, Apendicitis Masih

merupakan alas an terbesar untuk pasien melakukan operasi setiap tahunnya.

Hasil laporan dari RS Gatot Soebroto, menyebutkan bahwa appendicitis di

sebabkan oleh pola makan pasien yang rendah akan serat setiap harinya

(Depkes RI , 2016)

Derajat kesehatan dapat ditingkatkan oleh masyarakat itu sendiri dan orang-

orang yang bekerja dalam bidang kesehatan khususya bidang keperawatan.


3

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang

komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kolompok, dan

masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan

manusia. Salah satu pelayanan keperawatan yang holistik adalah perawat harus

memandang pasien secara keseluruhan baik fisik, emosional, sosial dan budaya.

Aspek non fisik seperti pemenuhan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual

jangan sampai terabaikan, seperti tentang kecemasan, kesedihan, dan

kemarahan adalah tugas seorang perawat untuk membantu pasien dalam

keadaan sehat dan sakit (Hamid, 2010)

Kecemasan sering sekali ditemukan pada saat perawatan di rumah sakit yaitu

dapat membuat pasien merasa bingung dan terasing, hal ini biasanya dijumpai

pada pasien yang sedang menjalani perawatan terutama pada pasien yang akan

menjalani tindakan operasi dan anastesi. Perawat juga mempunyai peranan

yang sangat penting dalam perawatan pre operasi, perawat diharapkan dapat

memberikan perawatan yang baik sehingga operasi bisa berjalan lancar.

Keperawatan pre operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua

pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan

membahayakan bagi pasien itu sendiri, sehingga sering kali pasien dan

keluarganya menunjukkan sikap yang sedikit berlebihan dengan kecemasan


4

yang dialami. Kecemasan yang dialami biasanya terkait dengan segala macam

prosedur asing misalnya prosedur operasi baik pembedahan atau prosedur

anatesi yang harus dijalani. Tingkat keberhasilan pembedahan itu sendiri sangat

tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara

tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anastesi dan perawat)

disamping peranan pasien pre operasi yang cooperatif selama proses pre

operatif (Effendi, 2005)

Pasien yang akan menjalani prosedur operasi sering sekali mengalami cemas.

Kecemasan adalah pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat

diobservasi secara langsung serta merupakan suatu tindakan emosional tanpa

obyek yang spesifik. Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu

keadaan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan berbeda dengan rasa

takut, karakteristik rasa takut yaitu adanya obyek atau sumber yang spesifik dan

dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk

dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus

yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang berisifat fisik dan

psikologis ketika individu dapat mengidentifikasi dan menggambarkannya

(Suliswati, 2009).

Kecemasan pasien terhadap tindakan operasi dan anastesi sering dianggap

sebagai suatu ancaman, baik secara aktual ataupun potensial terhadap integritas

tubuh seseorang, keadaan seperti inilah yang sering menyebabkan seseorang


5

mengalami cemas dan untuk setiap orang berbeda dalam menanggapinya.

Pasien yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan kecemasannya sering kali

mengalami kesulitan pada saat pre operasi. kesulitan yang dialami pasien

sebelum pelaksanaan operasi dirasakan dengan adanya keluhan-keluhan fisik

maupun psikologis (Carpenito, 2014).

Kecemasan pasien pre operasi dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu

dengan obat-obatan maupun dengan terapi yaitu terapi alternatif dan terapi

komplementer atau terapi energy(brunner 2016)

Salah satu jenis terapi yang dapat menimbulkan relaksasi sehingga dapat

mengurangi tingkat kecemasan dan belum banyak di terapkan di Indonesia

adalah terapi warna (Kusuma, 2010).

Terapi warna yang dikenal juga dengan nama chromatherapy merupakan

terapi yang didasarkan pada pernyataan bahwa setiap warna tertentu

mengandung energi-energi penyembuh. Dalam bidang kedokteran, menurut

Kusuma (2010) terapi warna digolongkan sebagai electromagnetic medicine

atau pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Salah satu warna yang

dapat dimanfaatkan dan memiliki efek positif yaitu warna hijau (Kusuma,

2010). Warna hijau dapat menimbulkan rasa nyaman, rileks, mengurangi

tingkat kecemasan , menyeimbangkan, dan menenangkan emosi (Kusuma,

2010).
6

Warna hijau berefek pada sistem saraf secara keseluruhan, terutama

bermanfaat bagi sistem saraf pusat. Warna ini memiliki efek penenang,

mengurangi iritasi dan kelelahan, serta dapat menenangkan gangguan emosi

dan sakit kepala (Vernolia, 2012 dalam Edge, 2013).

Untuk mengkaji lebih lanjut terkait dengan penerapan teknik terapi warna

hijau pada pasien apendiksitis, di awali dengan pengkajian data awal pada

lokasi penelitian yang akan di laksanakan penelitian ini, yaitu pada RUMKI TK

II Prof dr J.A latumeten, didapatkan hasil penderita apendiksitis selama 3 tahun

terakhir adalah sebagai berikut

Tabel 1.
Jumlah penderita apendiksitis dalam 3 tahun terakhir di RS Tk
II Prof. dr.J.A. Latumetten Ambon
Tahun Jenis Jumlah Persentasi
No kelamin pasien ( %)
1. 2014 Laki - laki 28 32,70 %
Perempuan 24
2. 2015 Laki - laki 24 31,44%
Perempuan 26
3. 2016 Laki - laki 25 35,84%
Perempuan 32
Jumlah keseluruhan 159 100
Sumber :Rekam medik RS TK II Prof. dr. J.A latumeten, 2017

Berdasarkan data tabel diatas, didapatkan bahwa terjadi peningkatan angka

penyakit apendiksitis pada RUMKI TK II Prof dr J.A latumeten, data tersebut

juga ditunjang dari hasil wawancara dengan pihak ruangan, bahwa keluhan

pada saat masuk RS yaitu dengan cemas akibat dari proses penyakit, hal ini
7

menjadi salah satu dasar awal dilakukannya penelitian terkait dengan masalah

nyeri di hadapi pasien.

Dari penjelasan d iatas peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut

untuk mengangkat masalah tersebut untuk dijadikan bahan penelitian dalam

bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan pada Tn Z

dengan pre op apendiksitis dalam upaya mengurangi tingkat kecemasan

dengan teknik terapi warna hijau di ruang yudha RUMKIT Tk II Prof dr J.A

Latumetten ambon “.

B. RUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana

Penerapan Asuhan Keperawatan Pada “Tn Z “ Dengan Pre Op Apendiksitis

Dalam Upaya Mengurangi Tingkat Kecemasan Dengan Teknik Terpi Warna

Hijau Di Ruangan Yudha RUMKIT Tk II Prof dr J.A Latumetten Ambon

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh tehnik terapi warna hijau terhadap tingkat

kecemasan pasien

pre op di RUMKIT Tk II Prof dr J.A Latumetten Ambon

2. Tujuan khusus
8

a. Dapat melakukan pengkajian pada “Tn Z” dengan Pre Op Apendiksitis

Dalam Upaya Mengurangi Tingkat Kecemasan Dengan Teknik Terapi

Warna Hijau Di Ruangan Yudha di RUMKIT Tk II Prof dr J.A

Latumeten Ambon

b. Dapat menentukan diagnose keperawatan pada “Tn Z” dengan Pre Op

Apendiksitis Dalam Upaya Mengurangi Tingkat Kecemasan Dengan

Teknik Terapi Warna Hijau Di Ruang Yudha RUMKIT Tk II Prof dr

J.A Latumeten Ambon

c. Dapat membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada “Tn

Z” dengan Pre Op Apendiksitis Dalam Upaya Mengurangi Tingkat

Kecemasan Dengan Teknik Terapi Warna Hijau Di Ruang Yudha

RUMKIT Tk II Prof dr J.A Latumeten Ambon

d. Dapat melakukan implementasi pada “Tn Z” dengan Pre Op

Apendiksitis Dalam Upaya Mengurangi Tingkat Kecemasan Dengan

Teknik Terapi Warna Hijau Di Ruang Yudha RUMKIT Tk II Prof dr

J.A latumeten ambon

e. Dapat melakukan evaluasi pada “Tn Z” dengan Pre Op Apendiksitis

Dalam Upaya Mengurangi Tingkat Kecemasan Dengan Teknik Terapi

Warna Hijau Di Ruang Yudha RUMKIT Tk II Prof dr J.A Latumeten

Ambon
9

D. MANFAAT PENELITIAN

Harapan Peneliti bahwa dengan penelitian ini nantinya akan

bermanfaat bagi semua pihak meliputi:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan

sebagai masukan pada ilmu pengetahuan dan acuan pengembangan

penelitian Dalam ilmu praktek keperawatan khususnya mengenai

teknik terapi warna hijau, pre operasi dan kecemasan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan dalam mempersiapkan pasien yang akan

menjalani prosedur operasi dan perawatan sebelum operasi, sebagai

upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

b. Institusi Pendidikan Kesehatan.

Sebagai bahan rekomendasi penatalaksanaan cemas pada pasien,

terutama tindakan keperawatan dalam menangani kecemasan

pasien sebelum tindakan operasi.


10

c. Peneliti lain

Sebagai bahan masukan atau acuan bagi penelitan selanjutnya

khususnya bidang kesehatan untuk mengembangkan dan mencari

metode lain dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan pasien

pre operasi.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Karya tulis ilmiah ini di susun oleh peneliti sendiri bukan jiplakan dari

peneliti yang lain , meskipun pernah ada peneliti sebelumnya yang mengangkat

masalah kecemasan yaitu : ance agnes riri amd kep dengan judul “asuhan

keperawatan pada Tn.Z dengan pre op apendiksitis dalam upaya mengurangi

kecemasan dengan teknik music religi di RSUD. M. HAULUSSY AMBON ”

sedangkan perbedaannya yaitu peneliti meneliti tentang “asuhan keperawatan pada

Tn.Z dengan pre op apendiksitis dalam upaya mengurangi kecemasan dengan

teknik terapi warna hijau di RUMKIT TK. II. Dr. J.A. LATUMETEN AMBON “

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika dengan penelitian ini dibagi dari dari beberapa bagian yang

saling berkaitan dan disusun secara sistematika bagian awal terdiri dari : lembaran

judul , motto, lembar persetujuan ,lembar pengesahan , kata pengantar, daftar isi

.Bab I pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian , manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan . Bab


11

II Tinjauan pustaka terdiri dari : konsep dasar remaja , konsep dasar keputihan ,

konsep dasar asuhan keperawatan komunitas dan kerangka konsep penelitian .Bab

III metode penelitian terdiri dari : jenis penelitian, subjek penelitian, definisi

operasional, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data .Bab IV hasil

dan pembasan. Bab V kesimpulan dan saran bagian akhir terdiri dari : daftar

pustaka dan lampiran lampiran .

Вам также может понравиться

  • LP Waham
    LP Waham
    Документ13 страниц
    LP Waham
    Lyanaa Wattimenaa
    Оценок пока нет
  • Analisa Data DM
    Analisa Data DM
    Документ3 страницы
    Analisa Data DM
    Lyanaa Wattimenaa
    Оценок пока нет
  • Tugas Jurnal
    Tugas Jurnal
    Документ6 страниц
    Tugas Jurnal
    Lyanaa Wattimenaa
    Оценок пока нет
  • Anti Korupsi
    Anti Korupsi
    Документ6 страниц
    Anti Korupsi
    Lyanaa Wattimenaa
    Оценок пока нет
  • Supervisi
    Supervisi
    Документ13 страниц
    Supervisi
    Lyanaa Wattimenaa
    Оценок пока нет
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Документ5 страниц
    Surat Pernyataan
    Lyanaa Wattimenaa
    Оценок пока нет
  • Askep Katarak
    Askep Katarak
    Документ19 страниц
    Askep Katarak
    Lyanaa Wattimenaa
    Оценок пока нет
  • Contoh Kasus Florence
    Contoh Kasus Florence
    Документ1 страница
    Contoh Kasus Florence
    Lyanaa Wattimenaa
    100% (1)