Вы находитесь на странице: 1из 16

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistemik dimana


tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg atau
menggunakan obat antihipertensi. Sumber lain mengatakan hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg secara kronis. Berdasarkan klasifikasi
JNC VIII, hipertensi dapat dikategorikan menjadi prehipertensi, hipertensi derajat
I dan hipertensi derajat II.21,22

2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi


Berdasarkan etiologinya, hipertensi diklasifikasikan menjadi:
1. Hipertensi primer/esensial: hipertensi yang tidak diketahui pasti
penyebabnya;
2. Hipertensi sekunder: akibat suatu penyakit atau kelainan mendasari,
seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, freokromositoma,
hiperaldosteronisme, dan sebagainya.

Hipertensi esensial adalah penyakit yang dapat diobati dan dikontrol


namun tidak dapat disembuhkan. Hipertensi esensial merupakan penyakit
multifaktor yang timbul terutama karena interaksi faktor-faktor risiko yang
menimbulkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi esensial terjadi pada 97-98%
kasus hipertensi. Awitan hipertensi esensial biasanya terjadi antara 20 dan 50
tahun. Hipertensi esensial memiliki kecenderungan genetik yang kuat, yang dapat
diperparah oleh faktor-faktor kontribusi. Dalam penelitian ini peneliti berfokus
pada hipertensi esensial. Berikut faktor risiko hipertensi:

a. Riwayat hipertensi pada orang tua


Predisposisi genetik penyakit hipertensi dipercaya poligenik. Defek
genetik yang diturunkan ini berhubungan dengan ekskresi sodium oleh ginjal,
insulin dan sensitivitas insulin, aktivitas sistem saraf simpatis, dan Sistem
renin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan transport sodium atau kalsium
7

membran sel. Orang dengan riwayat orang tua hipertensi memiliki risiko
lebih tinggi mengalami hipertensi dibanding yang tidak.21 Riwayat hipertensi
pada orang tua terutama ibu dilaporkan memiliki hubungan dengan kejadian
hipertensi pada saat dewasa.23
b. Usia
Prevalensi hipertensi pada kelompok usia 35-44 tahun dengan 24,8%
meningkat pada usia lebih dari 65 tahun menjadi 57,6%.10 Prevalensi
hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kelompok usia 45
tahun atau lebih mempunyai peluang mendapatkan hipertensi 2,4 kali
dibandingkan dengan kelompok umur kurang dari 45 tahun.24 Satu dari dua
orang diatas 60 tahun mengalami hipertensi. Hal yang melandasi ini adalah
proses penuaan yang terjadi berdampak pada disfungsi endotel sehingga arteri
kekurangan elastisitasnya.19
c. Jenis kelamin
Menurut data WHO, dari seluruh region wilayah, prevalensi hipertensi
pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada wanita. Namun perbedaan ini
hanya signifikan secara stastistik pada regional wilayah Amerika dan Eropa. 11
Di indonesia, prevalensi hipertensi pada laki-laki sebanyak 22,8%, tidak
berbeda jauh dengan perempuan dengan prevalensi sebesar 28,8%.10
d. Obesitas
Obesitas adalah keadaan dimana terjadi kelebihan simpanan lemak di
jaringan adipose sehingga dampaknya adalah peningkatan indeks massa
tubuh dan lingkar pinggang. Kelebihan simpanan lemak pada bagian perut
disebut obesitas sentral. Obesitas sentral dapat dinilai salah satunya dengan
mengukur lingkar perut. Lingkar perut >90 cm pada laki-laki dan > 80 pada
wanita berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas dan sindrom
metabolik. Obesitas sentral dapat terjadi pada individu walaupun individu
tersebut memiliki IMT < 25 kg/m2. Berikut klasifikasi keadaan berdasarkan
berat badan:

Tabel.2.1 Klasifikasi Keadaan Berat Badan


Klasifikasi IMT
8

Underweight < 18,5 kg/m2


Normal Weight 18,5-22,9 kg/m2
Overweight > 23,0 kg/m2
Obesitas I 25,0-29,9 kg/m2
Obesitas II > 30,0 kg/m2

Obesitas sering menjadi faktor pemicu resistensi insulin dan


dislipidemia sehingga menjadi faktor risiko hipertensi. Obesitas erat sekali
hubungannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan
rendah serat. Asupan kalori yang masuk tidak seimbang dengan asupan kalori
yang keluar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat, lemak, dan protein
pada sel-sel adiposit sebagai trigliserida. 17 Risiko terkena hipertensi dengan
berat badan lebih, berpeluang 2,3 kali dibandingkan dengan berat badan
normal dan kurus. Responden dengan berat badan lebih akan terjadi
penumpukan jaringan lemak, yang dapat menyebabkan peningkatan resistensi
pembuluh darah dalam meningkatkan kerja jantung untuk dapat
memompakan darah ke seluruh tubuh.24,25
e. Merokok
Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah
banyak dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada
jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseoragg lebih dari satu bungkus rokok
sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak
merokok.24
Zat-zat kimia yang terdapat pada rokok seperti nikotin dan CO yang
masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri
dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin mengaktifkan
saraf simpatis sehingga akan membuat vasokontriksi pembuluh darah dan
meningkatkan kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen terhadap jantung
meningkat. Selain itu, nikotin juga menyebabkan disfungsi endotel vaskular,
abnormalitas lipid, dan resistensi insulin. Hasil analisis lama merokok selama 20
tahun atau lebih memberikan peluang menderita hipertensi 1,5 kali dibandingkan
lama merokok kurang dari 20 tahun.24

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi


9

Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih
berdasarkan The Eight Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII) tanpa
mengelompokkan seseorang hipertensi dengan ada atau tidaknya faktor risiko atau
kerusakan organ, yaitu:
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VIII20
Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah Tekanan darah
sistolik diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Hipertensi derajat 2 160 mmHg 100 mmHg

Prehipertensi bukan termasuk kategori penyakit melainkan sebagai


identifikasi seseorang berisiko tinggi menjadi hipertensi tetapi tidak termasuk
dalam indikasi terapi obat sehingga harus dilatih untuk merubah gaya hidup dan
mengurangi faktor risiko hipertensi.

2.1.4 Patogenesis Hipertensi


Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial. Hipertensi merupakan hasil
dari peningkatan resistensi perifer (arterioral vasokonstriksi) yang menetap,
peningkatan volume darah sirkulasi, atau keduanya.21
Pada hipertensi resistensi, tekanan sistolik dan tekanan diastolik
meningkat dalam jumlah yang sama, atau tekanan diastolik lebih dari tekanan
sistolik. Keadaan ini terjadi jika peningkatan TPR (resistensi perifer total)
memperlambat ejeksi volume sekuncup. Jadi, hipertensi terjadi setelah curah
jantung atau TPR atau keduanya meningkat.26
Peningkatan curah jantung pada hipertensi hiperdinamik disebabkan oleh
peningkatan frekuensi denyut jantung atau volume ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan aliran balik vena sehingga meningkatkan volume sekuncup
(mekanisme Frank-Starling). Begitu pula, peningkatan aktivitas simpatis dari
sistem saraf pusat dan/atau peningkatan respon terhadap katekolamin (misal,
10

akibat hormon kortisol atau tiroid) dapat menyebabkan peningkatan curah


jantung.26
Hipertensi primer merupakan hasil dari komplikasi interaksi genetik dan
lingkungan yang dimediasi oleh efek neurohormonal pada host. Mekanisme
patofisiologi multipel memediasi efek ini, termasuk sistem saraf simpatis, sistem
renin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan natriuretik peptida. Inflamasi, disfungsi
endotel, hormon yang berkaitan dengan obesitas dan resistensi insulin juga
berkontribusi pada peningkatan resistensi perifer dan peningkatan volume darah.
Peningkatan volume darah vaskular juga berkaitan dengan penurunan ekskresi
garam oleh ginjal, seringkali disebut sebagai hubungan tekanan natriuresis. Ini
berarti pada orang dengan hipertensi cenderung mengeksresikan garam-garaman
lebih sedikit melalui urin.21
Sistem saraf simpatis tadi berimplikasi pada progresivitas peningkatan
tekanan darah dan berperan pada kerusakan organ akibat hipertensi. Peningkatan
aktivitas sistem saraf simpatis menyebabkan peningkatan denyut jantung dan
vasokonstriksi sistemik, sehingga meningkatkan tekanan darah. Mekanisme
tambahan sistem saraf simpatis mengindksi hipertensi adalah perubahan struktur
pembuluh darah (remodeling vaskuler), retensi sodium ginjal, resistensi insulin,
peningkatan level renin dan angiotensin, dan efek prokoagulan.21
Pada orang dengan hipertensi, aktivitas berlebihan dari SRAA
berkontribusi pada retensi air dan garam serta meningkatkan resistensi vaskuler.
Angiotensin II pada level yang tinggi berkontribusi pada disfungsi endotelial,
resistensi insulin dan agregasi platelet. Lebih jauh lagi, angiotensin II memediasi
terjadinya remodelling arteriol sehingga terjadi perubahan struktur pembuluh
darah yang mengakibatkan peningkatan resistensi perifer secara permanen.
Angiotensin II juga berkaitan dengan kerusakan organ akibat hipertensi, termasuk
diantaranya artherosklerosis, gangguan ginjal, dan hipertrofi jantung.
Populasi dengan kebiasaan mengkonsumsi garam harian tinggi dalam
waktu lama, menunjukkan peningkatan insidensi hipertensi. Hormon natriuretik
memodulasi eksresi natrium oleh ginjal dan mereasorbsi kalium, kalsium dan
magnesium yang masih diperlukan tubuh. Retensi natrium menyebabkan retensi
air dan meningkatkan volume drah, sehingga mengakibatkan hipertensi. Bila
11

hipertensi terjadi, pembuluh darah ke ginjal mengalami vasokonstriksi dan


iskemia jaringan. Iskemia jaringan inilah yang menyebabkan inflamasi organ
ginjal dan mengakibatkan kerusakan pada glomerulus dan tubulus, sehingga
retensi natrium terus terjadi.
Obesitas diakui pula memliki peran penting sebagi faktor risiko hipertensi.
Obesitas menyebabkan perubahan adipokin seperti leptin dan adiponektin dan
juga berhubungan dengan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dan SRAA.
Obesitas berhubungan dengan inflamasi, disfungsi endotel, dan meningkatkan
komplikasi kardiovaskular dari hipertensi. Obesitas sentral seringkali dialami oleh
seseorang dengan IMT <25 Kg/m2 dan berkaitan erat dengan resistensi insulin,
walaupun individu tersebut tidak mengalami Diabetes Mellitus. Resistensi insulin
mengakibatkan penurunan pelepasan Nitrit Oksida dan vasodilator lainnya oleh
sel endotelial. Ia juga berdampak pada fungsi renal dan mengakibatkan retensi
garam oleh ginjal.21
Umumnya hipertensi primer terjadi akibat interaksi dari banyak faktor
tersebut sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah menetap dan resistensi
perifer. Patofisiologi hipertensi dapat dirangkum pada diagram dibawah.
12

Diagram 2.1 Patofisiologi Hipertensi21

2.1.5 Gejala Klinis dan Diagnosis


Kebanyakan pasien hipertensi tidak memiliki gejala. Beberapa pasien
umumnya mengalami sakit kepala, rasa seperti berputar atau penglihatan kabur.
Mencari faktor risiko lainnya seperti merokok, obesitas, diet tinggi garam dan
lemak, dislipidemia, Diabetes Mellitus dan riwayat orang tua hipertensi dapat
mengarah kecurigaan ke hipertensi.27
Kriteria diagnosis untuk hipertensi esensial adalah:27
a. Pemeriksaan fisik.
Nilai tekanan darah diambil rerata dari dua kali pemeriksaan dengan jeda 5
menit setiap kali kunjungan ke dokter. Pemeriksaan harus menggunakan
alat yang berkualitas baik dan sudah dikalibrasi, ukuran dan posisi manset
yang tepat dan teknik yang benar. Apabila tekanan darah ≥140/90 mmHg
pada dua atau lebih kunjungan, hipertensi dapat ditegakkan.
b. Pemeriksaan penunjang.
13

Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk memeriksa komplikasi yang


telah atau sedang terjadi. Pemeriksaan yang dilakukan adalah:
- Pemeriksaan laboratorium meliputi darah lengkap, kadar ureum dan
kreatinin, gula darah, lemak darah, elektrolit, kalsium asam urat, dan
urinalisis.
- Pemeriksaan lainnya berupa pemeriksaan fungsi jantung dengan
elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto toraks dan
ekokardiografi.

Diagram 2.2 Tata Laksana Hipertensi27

2.1.6 Pencegahan Primer


Framingham Heart Study menyatakan bahwa penurunan rerata tekanan
darah distolik 2 mmHg pada suatu populasi kulit putih Amerika kelompok usia
35-64 tahun berhasil menurunkan 17% prevalensi hipertensi dan 14% mengurangi
risiko stroke dan serangan jantung, serta 6% menurangi risiko penyakit jantung
koroner.19
Tata laksana hipertensi dan pencegahan primer dapat dimulai dari
modifikasi gaya hidup disamping pemberian antihipertensi dapat langsung
dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta dan hipertensi derajat 2.
Modifikasi gaya hidup yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penurunan berat badan
14

Target indeks massa tubuh yang normal pada orang Asia-Pasifik 18,5-22,9
Kg/m2. Penurunan berat badan sebanyak 4,4 kg atau lebih dapat
mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 5 hingga 7 mmHg
secara pasti.19
2. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension).
DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, makanan tinggi
serat dan rendah lemak termasuk produk susu rendah lemak jenuh/lemak
total. Penelitian yang dilakukan pada 326 responden dengan normotensi
yang melakukan diet DASH dilaporkan bahwa tekanan darah sistolik
berkurang sebesar 3,5 mmHg.19
3. Mengurangi asupan garam.
Menggurangi asupan garam sehari-hari dapat mereduksi risiko penyakit
kardovaskuler, terutama mereka yang memiliki berat badan berlebih.
Konsumsi NaCl yang disarankan adalah <6 g/hari.19
4. Aktivitas fisik
Target aktivitas fisik yang disarankan adalah 30 menit dalan sehari dan
dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Tekanan darah sistolik dapat
berkurang sekitar 4 mmHg pada responden yang melakukan aerobik secara
rutin.19
5. Berhenti atau mulai mengurangi konsumsi rokok.
Berhenti merokok dapat mencegah disfungsi endotel dinding vaskuler
lebih jauh lagi, sehingga dapat mencegah hipertensi.24
6. Pembatasan konsumsi alkohol.
Pada peminum ≥500 ml alkohol/minggu memiliki tekanan darah 4.6/3.0
mmHg lebih tinggi dibandingkan bukan peminum. Oleh sebab itu
konsumsi alkohol harus dihindari.24

2.1.7 Framingham Risk Score for Hypertension


Sejak tahun 1948, The Framingham Heart Study dibawah arahan US
National Heart Institute telah berkomitmen untuk melakukan penelitian tentang
identifikasi faktor atau karakteristik umum yang berkontribusi terhadap kejadian
penyakit jantung dan pembuluh darah. Melalui penelitian kohort tersebut hadir
sebuah skoring prediksi risiko hipertensi yang dapat dipercaya dengan
15

menggunakan data dari US Framingham Offring Study yang telah dikembangkan.


Instrumen yang berupa kalkulator skoring risiko sederhana ini berhasil
memprediksi risiko hipertensi seseorang untuk ≤4 tahun kedepan yang dilaporkan
oleh Framingham Heart Study dengan mempertimbangkan jenis kelamin, usia,
tekanan darah sistol, tekanan darah diastol, IMT, status merokok, dan riwayat
hipertensi pada orangtua.33 Instrumen ini berupa kalkulator yang dapat diakses
pada www.framinghamheartstudy.org/risk-function/hypertension. Nilai tekanan
darah yang dapat dimasukkan pada instrumen tidak boleh lebih dari 130/90
mmHg.8
Instrumen ini mudah dan dapat diaplikasikan pada pelayanan kesehatan
tingkat pertama. Peneliti membuat kuesioner yang diadaptasi dari Framingham
Risk Score for Hypertension yang dikembangkan oleh Framingham Heart Study
dengan beberapa modifikasi.

2.1.8 Peranan Penilaian Risiko Penyakit Degeneratif


Sistem pelayanan kesehatan yang berjalan sekarang menitikberatkan
dokter untuk fokus terhadap keluhan utama. Dari keluhan utama tersebut
kemudian digali riwayat penyakit sekarang dan dahulu sampai didapatkan
diagnosis kerja dan tata laksana yang sesuai dengan diagnosis pasien. Sistem
pelayanan yang berjalan sekarang tidak memberikan fokus pada promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit, padahal pendekatan melalui promosi
kesehatan dan pencegahan bisa meminimalisir beban penyakit untuk individu dan
beban finansial untuk negara.14
Pelayanan Kesehatan Prospektif memfasilitasi pasien dengan rencana
pelayanan kesehatan personal. Hal ini mencakup profil kesehayan, deskripsi status
kesehatan pasien sekarang, dan analisis risiko kesehatan yang diperbarui setiap
tahunnya. Dengan bantuan teknologi, maka diharapkan sistem baru ini bisa
mengidentifikasi individu dengan risiko tinggi dan sekaligus bisa melakukan
intervensi yang agresif untuk melakukan pencegahan berkembangnya penyakit
pada individu dan suatu komunitas. Hubungan antara individu dan dokter dalam
konteks prospective medicine tergambar dalam diagram di bawah.14
16

Hasil dari penilaian risiko pada pasien di komunitas adalah pasien yang
memiliki risiko rendah, risiko tinggi dan pasien pengidap penyakit kronik. Pasien
yang memiliki risiko tinggi adalah fokus utama yang nantinya akan dilakukan
perencanaan kesehatan pribadi seperti modifikasi risiko yang dimilikinya.
Sedangkan pada pasien hipertensi, akan dberikan tatalaksana sesuai dengan
penyakit dan komorbiditas yang dimilikinya.14

Diagram 2.3. Hubungan Pasien dan Dokter dalam Konteks Prospective Medicine14

Diagram 2.4 Aplikasi Pelayanan Kesehatan Prospektif di Tingkat Komunitas14

Kunci dari aplikasi Pelayanan Kesehatan Prospektif terhadap komunitas


adalah dengan mengelompokkan masyarakat berdasarkan risiko menderita
penyakit tertentu. Kemudian melakukan pencegahan agar risiko tersebut tidak
berkembang menjadi penyakit.
17

2.2 Kerangka Teori


18

2.3 Alur Penelitian

Masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK,


usia > 34 tahun

Bersedia menjadi responden

Dilakukan wawancara terpimpin

Dilakukan pengukuran:

Tekanan darah
BB/TB
Lingkar
pinggang

Dilakukan penilaian risiko

Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi Pasien hipertensi


19

2.4 Kerangka Konsep


20

2.5 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Skala


Pengukuran
1. Pasien Bila TD ≥140/90 Spygmomanometer Hasil Ordinal
hipertensi mmHg dan/atau pasien pengukuran
meminum obat anti- diambil
hipertensi.21 berdasarkan
rerata dari dua
kali
pemeriksaan
2. Berat badan Berat badan yang Timbangan jarum Baca Ordinal
ditetapkan oleh peneliti
pada hari pengambilan
sampel.42
3. Usia Usia ditetapkan oleh Rekam medik Baca Ordinal
peneliti pada tanggal
pengambilan sampel.
4. Jenis kelamin Jenis kelamin pasien Rekam medik Baca Nominal
yang terdapat di rekam
medik.
5. Risiko rendah Hasil 4 year risk Framingham risk Baca Ordinal
hipertensi Framingham score score: hypertension
<5%.22 calculator
6. Risiko sedang Hasil 4 year risk Framingham risk Baca Ordinal
hipertensi Framingham score 5- score: hypertension
22
10%. calculator
7. Risiko tinggi Hasil 4 year risk Framingham risk Baca Ordinal
hipertensi Framingham score score: hypertension
22
>10%. calculator
8. Aktivitas Dibagi menjadi 3 Kuesioner Wawancara Ordinal
fisik kelompok:
1. Tinggi apabila
responden melakukan
kegiatan fisik berat
minimal 150 menit atau
kegiatan fisik sedang
minimal 300 menit
21

dalam satu minggu.


2. Sedang apabila
melakukan kegiatan
fisik berat minimal 75
menit atau kegiatana
fisik sedang minimal
150 menit dalam satu
minggu.
3. Aktivitas fisik rendah
apabila kegiatan fisik
responden tidak
memenuhi kriteria
aktivitas fisik sedang
dan tinggi.40
9. Seseorang yang
merokok lebih dari 100
batang rokok dalam
Perokok sebulan atau sedang Kuesioner Wawancara Nominal
mencoba berhenti
merokok dalam sebulan
terakhir.31
10. Riwayat memiliki
Riwayat tekanan darah tinggi
hipertensi lebih dari sama dengan
Kuesioner Wawancara Nominal
pada orang 140/90 mmHg pada
tua ayah, ibu atau
keduanya.8

Вам также может понравиться