Вы находитесь на странице: 1из 8

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No.

2: 119- 126

PENGARUH UMUR SIMPAN AIR TEBU TERHADAP TINGKAT


KEMANISAN TEBU (Saccharum Ofiicinarum)

(EFFECT OF SAVING AGE FROM SUGARCANE’S WATER STORAGE LIFE TO


SWEETENESTLEVEL OF SUGARCANE’ WATER)
Leny Destriyani1, Tamrin2 dan M. Zen Kadir3

1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2
Dosen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

komunikasi penulis, email : Leny.destriyani@yahoo.com

Naskah ini diterima pada 24 April 2014; revisi pada 23 Mei 2014;
disetujui untuk dipublikasikan pada 28 Mei 2014

ABSTRACT
Sugarcane is the most important farm commodity in Indonesia. Sugarcane has a short storage life, therefore it
takes an alternative storage to extend its storage life that will add value to the sugarcane. The storage of sugarcane
by its waterstorage is an alternative option. The purpose of this research is to determine the storage life of
sugarcane by its water after harvesting, searching for information on sugar levels forming on the storage of
sugarcane by its water, and observe the changes in weight and fhysical sugarcane’s water during retention. This
research was configured in two ways, first by sugarcane’s water storage at low temperatures 10 ºC and second by
room temperature. From this research, each experiments showed different result. The sugarcane’s storage life old
out until 9 days with the experiment using plastic packaging at low temperatue of 10 ºC with the treatment of
sugarcane water with the packaging and without plastic packaging. The experiment using room temperature
without any plastic packaging last out until 5 days. In each experiments, each showed the increasing in total
dissolved solids until the third day, it will decrease everyday, the conclusion is the sugarcane is more efficiently
stored on lowtemperature.

Keywords: sugarcane’s water, temperature, packaging, sweetenestLeve, storage life

ABSTRAK
Tebu merupakan komoditas perkebunan terpenting di Indonesia. Tebu mempunyai umur simpan yang tidak
lama, karena itu dibutuhkan alternatif penyimpanan untuk memperpanjang umur simpan sehingga memberikan
nilai tambah pada gula tebu.Penyimpanan tebu berdasarkan air tebu merupakan pilihan alternatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui umur simpan tebu berdasarkan air tebu setelah pemanenan, mencari
informasi pembentukan kadar gula pada penyimpanan tebu berdasarkan air tebu, dan mengetahui perubahan
bobot dan fisik air tebu selama penyimpanan. Penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu peyimpanan
berdasarkan air tebu pada suhu rendah 10 ºC dan suhu lingkungan dengan perlakuan air tebu kemasan plastik
dan air tebu taanp kemasan. Dari penelitian ini setiap perlakuan menunjukan hasil yang berbeda-beda.Umur
simpan air tebu paling lama 9 hari dengan perlakuan air tebu kemasan plastik pada suhu rendah 10 ºC. Umur
simpan paling cepat 5 hari dengan perlakuan air tebu suhu ruang tanpa kemasan. Pada setiap perlakuan masing-
masing mengalami kenaikan total padatan terlarut sampai hari ketiga setelah itu terjadi penurunan setiap harinya.
Air tebu lebih efisien disimpan pada suhu rendah.

Kata Kunci: air tebu, suhu, kemasan, tingkat kemanisan, umur simpan

119
Pengaruh umur simpan air tebu.... (Leny D, Tamrin dan Zen Kadir)

I. PENDAHULUAN pertumbuhan sejalan dengan banyaknya air yang


dapat ditranspirasikan oleh tanaman tebu
Tanaman tebu (Saccharum Officinarum) (Harsanto, 2011).
merupakan tanaman semusim, yang mempunyai
sifat tersendiri sebab dalam batangnya terdapat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur
zat gula (Supriyadi, 1992). Tebu adalah simpan air tebu setelah pemanenan yang
komoditas perkebunan penting di Indonesia. disimpan pada suhu ruang dan suhu rendah
Perkebunan tebu berkaitan erat dengan industri dengan perlakuan air tebu kemasan plastik dan
gula dan produk derivate tebu (hilir). Kondisi air tebu tanpa kemasan, mengetahui kondisi
hulu perkebunan tebu merupakan hal penting kandungan tingkat kemanisan air tebu selama
dalam mewujudkan tujuan swasembada gula penyimpanan, mengetahui kadar gula pada air
nasional (Fitriani dkk., 2013). tebu selama penyimpanan. Kualitas air tebu yang
dihasilkan oleh tebu sangat mempengaruhi gula
Banyaknya kendala yang dialami petani tebu yang dihasilkan dan akan mempengaruhi setiap
pada proses pengangkutan dari kebun ke pabrik proses pengolahan menjadi gula. Baik dan buruk
pengolahan gula membuat kadar gula tebu nira yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa
setelah ditebang menjadi berkurang dan waktu faktor. Faktor yang pertama adalah jenis atau
yang dibutuhkan kurang efisien sehingga banyak varietas tebu sebagai bahan baku pembuatan
tebu yang terbuang dan tidak diolah karena gula. Gula yang dihasilkan dari proses pengolahan
kendala tersebut. Penelitian ini memberikan cara tebu sangat dipengaruhi oleh jenis tebu yang
efisien pada petani untuk melakukan diolah (Kuspratomo, 2012).
penyimpanan tebu tersebut agar tidak terjadi
kerugian. Faktor yang mempengaruhi Penurunan kandungan sukrosa setelah masa
penurunan kualitas nira tebu adalah penundaan panen menunjukan pola penurunan yang relatif
giling tebu karena proses respirasi berjalan dan sama. Pola penurunan sukrosa secara cepat
penguraian sukrosa yang dapat mengakibatkan terjadi pada awal penyimpanan kemudian
penurunan kandungan gula (Kuspratomo, 2012) selanjutnya terjadi kecenderungan penurunan
yang relatif stabil (Siswoyo dkk., 2006).
Defisit gula Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi gula nasional mulai Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
dirasakan sejak tahun 1967. Defisit ini terus memberikan informasi tentang penanganan
meningkat dan hanya bisa dipenuhi melalui pascapanen tebu dengan melakukan
impor gula. Masalah klasik yang hingga kini penyimpanan air tebu pada suhu yang tepat
sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas untuk memperpanjang umur simpan air tebu
tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. sebelum dilakukannya pengolahan dan
Produktivitas dan rendemen yang ada, yaitu di memberikan informasi dasar untuk
bawah 100 ton/ha untuk penanaman tebu di pengembangan penelitian lebih lanjut tentang
lahan tegalan dengan rendemen gula di bawah penyimpanan air tebu. Selama ini tebu hanya
10%. Rendahnya produktivitas ini berakibat pula diolah menjadi gula, sementara tetes tebu dapat
pada rendahnya efisiensi pengolahan gula dijadikan untuk pembuatan etanol dan bahan
nasional (Indrawanto, 2010). pembuatan bahan untuk membuat bumbu
masak monosodium glutamate (Misran, 2005).
Tebu dibudidayakan sebagai salahsatu tanaman .
penghasil bahan pemanis (sukrosa) yang II. BAHAN DAN METODE
tersimpan dalam batang tebu dan merupakan
bahan penghasil gula kristal melalui proses Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober
industri. Dalam batang tebu terkandung sukrosa sampai dengan September 2013 di Laboratorium
berkisar 8–16%, fiber serat berkisar 11–16%, Rekayasa Bioproses dan Pascapanen Jurusan
air 69–76% dan padatan lainnya. Tebu Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
mengalami transpirasi yaitu penguapan air Lampung, Bandar lampung. Alat yang digunakan
melalui daun, transpirasi berperan dalam pada penelitian penyimpanan air tebu
mempertahankan temperatur tanaman, dan laju pascapanen ini adalah thermometer,
120
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 119- 126

hygrothermometer, kamera, kulkas, mengetahui kelembaban udara pada masing-


refraktometer atago digital model PR 201 dengan masing.
skala pengukuran 0–60 º Brix, plastik proepylen
ukuran tebal 0,5 mm, labu takar, timbangan 2.3 Susut Bobot
digital, dan pisau stainless steel. Bahan yang Susut bobot ini dapat dihitung menggunakan
digunakan dalam penelitian ini adalah air tebu rumus:
yang segar setelah dipanen. Air tebu sebanyak 1
W=
liter untuk setiap percobaan.

Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 Keterangan :


perlakuan dengan 3 kali ulangan yaitu : W = Susut bobot (g)
P1 : Air tebu yang dikemas dalam plastik Wo = Bobot awal (g)
disimpan pada ruangan terbuka dan Wn = Bobot Akhir (g)
berventilasi serta terhindar dari cahaya
matahari. 2.4 Total Padatan Terlarut
P2 : Air tebu tanpa kemasan disimpan pasa Pengukuran nilai kandungan total padatan
ruangan terbuka dan berventilasi serta terlarut (TPT) air tebu dilakukan dengan
terhindar dari cahaya matahari. menggunakan refraktometer atago model IPR
P3 : Air tebu yang dikemas dalam plastik 201 dengan skala pengukuran 0-60°Brix,
disimpan pada suhu rendah (±10ºC). pengukuran air tebu tidak menggunakan
P4 : Air tebu tanpa kemasan disimpan pada suhu polmeter karena alat pada penelitian ini tidak
rendah (±10ºC). tersedia untuk mengukur sukrosa maka hanya
dilakukan pengukuran sukrosa yang masih
Setiap perlakuan menggunakan air tebu yang tercampur dengan padatan terlarut lainnya. Air
diperas setelah dipanen. Setiap unit percobaan tebu diambil kemudian setiap sampel diteteskan
menggunakan 1 liter air tebu untuk setiap ke alat refraktometer. Hasil pengukuran nilai
penyimpanan. Pengamatan yang dilakukan pada Total Padatan Terlarut (TPT) diperoleh dengan
penelitian ini adalah: pengukuran total padatan satuan °Brix.
terlarut, umur simpan air tebu, suhu, RH
(kelembaban), dan susut bobot air tebu. 2.5 Umur simpan air tebu
Umur simpan air tebu diukur setelah tebu
2.1 Suhu Penyimpanan dipanen kemudian diperas kemudian dsimpan
Pengukuran suhu penyimpanan air tebu sampai air tebu terjadi fermentasi. Setelah lewat
dilakukan dengan menggunakan thermometer dari fermentasi, air tebu hanya dapat digunakan
yang diletakkan di ruangan dan di kulkas untuk dalam kandungan alkohol. Umur simpan dibatasi
mengetahui suhu ruang dan suhu kulkas, dan oleh fisik air tebu yang disebabkan oleh mikroba
diamati setiap harinya pada jam 4–5 sore hari. yang terjadi selama fermentasi sehingga
Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari menimbulkan bau, jamur, dan tekstur yang tidak
dan berjalan secara optimal pada suhu 30p C. diinginkan.
Penyimpanan sukrosa yang paling efektif dan
optimal pada suhu 15p C (Dinas Perkebunan, III.HASIL DAN PEMBAHASAN
2011).
3.1 Suhu dan RH Penyimpanan
2.2 RH Penyimpanan Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu
Pengukuran RH dilakukan menggunakan ruang berkisar 30–31 ºC, sedangkan suhu rendah
hygrothermometer yang diletakkan di ruangan berkisar 9–11 ºC. Perubahan suhu pada
dan pada suhu rendah hygrothermometer penyimpanan air tebu dapat pada Gambar 1. Pada
dihubungkan menggunakan kabel yang penelitian RH menunjukkan kelembaban udara
disambungkan kedalam suhu kulkas, untuk pada setiap harinya mengalami perubahan.
Perubahan RH dapat dilihat pada Gambar 2.

121
Pengaruh umur simpan air tebu.... (Leny D, Tamrin dan Zen Kadir)

Gambar 1. Suhu ruang dan suhu rendah (kulkas) air tebu

LAMP
Gambar 2. RH ruang dan RH rendah (kulkas) air tebu
Hasil dari penelitian menunjukkan RH mengalami
fluktuasi, RH ruang berfluktuasi berkisar antara
60–62 karena cuaca pada saat pengukuran tidak
sama sehingga suhu pada ruangan tidak seragam.
fermentasi dan pembusukan yang diakibatkan
oleh udara yang mengandung mikroba sehingga
air tebu cepat kehilangan bobotnya. Sedangkan
air tebu pada suhu rendah lebih lambat
Sedangkan RH kulkas berfluktuasi berkisar antara terjadinya penyusutan karena pada suhu
69–70, karena pada saat penelitian terkadang rendah mikroba lambat dalam memecahkan
kulkas terbuka dan tertutup. sukroksa menjadi air dan alkohol. Air tebu
layak untuk dikonsumsi hanya 2 hari, karena
3.2 Susut bobot air tebu pada hari ketiga air tebu telah terjadi
Pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan fermentasi menjadi alkohol dan air.
bahwa air tebu mengalami susut bobot selama Penyimpanan tebu yang lebih lama adalah pada
penyimpanan. Hasil pengukuran bobot air tebu perlakuan air tebu dalam kemasan pada suhu
selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 3. rendah, karena pada kemasan udara tidak
mudah keluar pada saat proses penguapan
Dari grafik di atas dapat dilihat penurunan susut
sebelum fermentasi. Tebu yang ditunda giling
bobot air tebu ruangan lebih cepat dibandingkan
dapat menyebabkan susut bobot tebu. Tebu
dengan air tebu yang disimpan pada suhu rendah.
lebih memiliki ketahanan dalam
Pada awal penyimpanan air tebu terjadi
mempertahankan bobot tebu sebelum digiling
penguapan sebelum terjadinya proses fermentasi.
hingga 3 hari setelah hari ke–3 bobot
Pada suhu ruang air tebu lebih cepat terjadi mengalami penurunan bobot yang sangat cepat
122
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 119- 126

Gambar 3. Penurunan bobot air tebu pada suhu ruang dan suhu rendah
(Kuspratomo, 2012). Dari pernyataan tersebut menjadi fruktosa dan glukosa sehingga pada
air tebu kehilangan bobotnya lebih cepat karena penelitian ini air tebu yang sudah terjadi
tebu yang disimpan dalam bentuk ruas saja akan fermentasi pengukuran tingkat kemanisannya
kehilangan bobotnya sampai 3 hari karena dihentikan. Kemanisan air tebu diukur
penguapan. Air tebu juga melakukan penguapan berdasarkan total padatan terlarut. Air tebu
sebelum terjadinya proses fermentasi dimulai. kemasan plastik pada suhu rendah adalah
Proses penguapan tersebut membuat air tebi penyimpanan air tebu yang memliki umur
kehilangan jumlah air yang keluar sehingga total simpan lebih lama. Air tebu kemasan plastik pada
padatan terlarut meningkat. suhu rendah dapat mempertahankan TPT
sampai hari ke–4, kemudian terjadi fermentasi
3.3 Total Padatan Terlarut
air tebu yang mengandung alkohol mencapai 9
Dari pengamatan yang dilakukan total padatan
hari. Sedangkan air tebu pada suhu ruang tanpa
terlarut mengalami penurunan. Total padatan
kemasan sangat cepat melakukan fermentasi
terlarut air tebu dapat dilihat pada Gambar 4.
sehingga gula cepat berubah menjadi alkohol
Berdasarkan hasil pengamatan, air tebu dan air, dan menimbulkan bau asam dan tidak
mengalami fermentasi yang mengubah sukrosa layak untuk dikonsumsi. Air tebu layak

.TEP
Gambar 4. Penurunan total padatan terlarut air tebu suhu ruang dan suhu rendah

123
Pengaruh umur simpan air tebu.... (Leny D, Tamrin dan Zen Kadir)

dikonsumsi sampai hari kedua karena air tebu penyimpanan air tebu memiliki umur simpan
pada hari ketiga dan selanjutnya sudah terjadi yang berbeda-beda di setiap perlakuannya.
fermentasi sehingga air tebu mengental dan Kesegaran tebu yang ditunda akan semakin
kandungan sukrosa merubah menjadi alkohol menurun seiring dengan meningkatnya respirasi
dan air. Air tebu pada suhu ruang sangat cepat dan penguapan oleh tebu. Semakin penundaan
terjadi penurunan TPT karena pada suhu ruang giling makan semakin menurun kemurnian tebu
udara mengandung mikroba yang dapat (Kuspratomo, 2012). Berikut adalah histogram
bercampur dengan air tebu sehingga mikroba umur simpan air tebu selama penyimpanan.
berkembang biak pada air tebu kemudian air
tebu terjadi fermentasiyang mengubah sukrosa Berdasarkan histogram di atas dapat dilihat
menjadi fruktosa dan glukosa lalu mengubahnya bahwa penyimpanan menggunakan media
lagi menjadi alkohol dan air. Fermentasi alkohol plastik pada suhu rendah lebih lama dibandingkan
atau alkoholisasi adalah proses perubahan gula pada air tebu disimpan pada suhu ruang dengan
alkohol dan CO2 oleh mikroba, terutama oleh kemasan plastik. Air tebu yang disimpan dengan
khamir Saccharomyces cerevisiae. Karbohidrat menggunakan kemasan plastik pada suhu ruang
akan dipecah dahulu menjadi gula sederhana adalah 6 hari tetapi air tebu sudah mengandung
yaitu dengan hidrolisis pati menjadi unit-unit alkohol dan tidak layak untuk digunakan dalam
glukosa (Idral, dkk., 2012). Kualitas gula diukur bentuk alkohol, tetapi air tebu terjadi fermentasi
dengan menganalisis air tebu perahan pertama pada hari ke–3 dan masih dapat dikonsumsi,
dan meliputi derajat brix. Derajat brix adalah zat sedangkan air tebu yang disimpan tanpa
padat kering yang terlarut dalam larutan (g/100g kemasan plastik pada suhu ruang adalah 5 hari
larutan) yang dihitung sebagai sukrosa dan dan sudah mengandung alkohol, karena pada
padatan trelarut lainnya. Gula reduksi f brix hari ke–2 air tebu telah terjadi fermentasi dan
merupakan inversi dari sukrosa dan fruktosa. menimbulkan bau asam sehingga pengukuran
Kenaikan % brix yang terjadi secara menyeluruh dihentikan. Enzim dan alkohol pada fermentasi
disebabkan karena terjadinya penguapan. air tebu tidak diketahui karena pada saat
Semakin banyak jumlah air yang keluar, jumlah penelitian tidak menganalisa enzim dan jenis
padatan yang terlarut akan semakin meningkat alkohol yang terdapat pada air tebu yang sudah
(Kuspratomo, 2012). terfermentasi. Air tebu yang disimpan dengan
menggunakan kemasan plastik pada suhu rendah
3.4 Umur Simpan
adalah 9 hari, dan terjadi fermentasi pada hari
Umur simpan merupakan suatu parameter yang
ke-4, sedangkan air tebu yang disimpan tanpa
menunjukkan kemampuan produk untuk
kemasan plastik pada suhu ruang adalah 7 hari,
bertahan dan layak konsumsi. Berdasarkan
pada hari ke-3 air tebu telah terjadi fermentasi
penelitian yang dilakukan terhadap

.TEP
Gambar 5. Histogram umur simpan air tebu selama penyimpanan
124
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 119- 126

dan menimbulkan bau busuk sehingga IV. KESIMPULAN


pengukuran dihentikan. Umur simpan air tebu
yang disimpan dengan plastik lebih panjang 4.1 Kesimpulan
dibandingkan umur simpan air tebu yang tidak Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
menggunakan plastik, karena air tebu tanpa 1. Umur simpan air tebu untuk dikonsumsi
kemasan terkontaminasi langsung dengan udara paling lama 4 hari pada penyimpanan air
yang mengandung mikroba sehingga air tebu tebu kemasan plastik suhu rendah 10 ºC.
cepat berjamur dan tidak layak untuk Sedangkan air tebu untuk hasil fermentasi
dikonsumsi. Umur simpan air tebu ini yang mengandung alkohol adalah 9 hari
berpengaruh terhadap rendemen tebu pada suhu rendah 10 ºC.
pascapanen. Rendemen tebu adalah kandungan 2. Kandungan TPT air tebu mengalami
gula di dalam tebu yang dinyatakan dengan penurunan setelah terjadi penguapan dan
persen. Bila dinyatakan rendemen 10 %, artinya kemanisan air tebu mengalami perubahan
bahwa dari 100 kg tebu yang digiling akan setelah air tebu berfermentasi karena air
diperoleh gula sebanyak 10 kg (Wahyudi, 2013). tebu telah mengandung alkohol dan berbau
Penyimpanan air tebu ini akan berpengaruh asam.
terhadap rendemen karena pada penelitian ini
saat proses penyimpanan air tebu mengalami B. Saran
fermentasi dimana sukrosa diubah menjadi 1. Diharapkan dapat dilakukan analisis
fruktosa dan glukosa kemudian diubah lagi terhadap alkohol yang dihasilkan pada
menjadi alkohol dan air sehingga pada fermentasi dari tebu dan air tebu.
penyimpanan ini disimpulkan bahwa rendemen 2. Diharapkan dapat dilakukan pengukuran
akan hilang pada air tebu yang disimpan dalam polimeter terhadap kandungan sukrosa.
waktu yang panjang. 3. Suhu rendah pada penelitian selanjutnya
harus lebih tinggi dari penelitian ini (15 ºC).

125
Pengaruh umur simpan air tebu.... (Leny D, Tamrin dan Zen Kadir)

DAFTAR PUSTAKA Kuspratomo, A.D., Burhan, dan M. Fakhry. 2012.


Pengaruh Varietas Tebu, Potongan dan
Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2011. Penundaan Giling Terhadap Nira Tebu.
Potensi Pengembangan dan Teknologi Agrointek. Vol. 6. No. 2. Hal.: 123–132.
Budidaya Tebu Lahan Kering di Provinsi
Lampung. Bandar Lampung. 91 Hal. Misran, E. 2005. Industri Tebu menuju Zero
Waste Industry. Teknologi Proses. Vol. 4. No.
Fitriani, Sutarni, dan L. Irawati. 2013. Faktor- 2. Hal.: 6–10.
Faktor yang Mempengaruhi Produksi,
Curahan Kerja dan Konsumsi Petani Tebu Siswoyo, T.A., I. Oktavianawati, B. Sugiharto, dan
Rakyat di Provinsi Lampung. Ilmiah Esai. U. Murdiyanto. 2006. Perubahan Kandungan
Vol. 7, No.1. 10 hal. Sukrosa dan Aktivitas Invertase pada Batang
Tebu Selama Pemanenan. Zuriat. Vol. 17, No.
Harsanto, U. 2011. PSMI Training Modul 2011. 2. Hal.: 132–138.
PT Pemuka Sakti Manis Indah Plantation
Departemen. Pakuan Ratu-Way Kanan. Supriyadi, A. 1992. Rendemen Tebu Liku-Liku
Bandar Lampung. 55 hal. Permasalahannya. KANISIUS. Yogyakarta.
61 hal.
Idral, D.D., M. Salim, dan E. Mardiah. 2012.
Pembuatan Bioetanol dari Ampas Sagu Wahyudi, R. 2013. Budidaya Tanaman Tebu.
dengan Proses Hidrolisis Asam dan Dikutip dari http: //mentari-
Menggunakan (Saccharomyces cerevisiae). dunia.blogspot.com/2013/06/budidaya-
Kimia Unand. Vol. 1, No. 1. Hal.: 34–39. tanaman-tebu.html. [17 Oktober 2013]. 5 hal.

Indrawanto, C. 2010. Budidaya dan Pasca Panen


TEBU. Penerbit ESKA Media. Jakarta. 45 hal.

126

Вам также может понравиться