Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB III

STRUKTUR DAN KURIKULUM

A. Muatan Nasional
Pada struktur kurikulum 2013 (K-13), SMP Widya Wiyata merujuk pada :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 pasal 77 B ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar pada setiap
satuan pendidikan dan program.”
b. Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68
Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Struktur kurikulum memuat muatan kurikulum tingkat
nasional, muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasan satuan pendidikan,
yang meliputi Kompetensi Inti, Mata Pelajaran, Beban Belajar, Kompetensi Dasar, dan
Muatan Pembelajaran. Adapun Rumusan Kompetensi Inti menggunakan notasi sebagai
berikut :
1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Struktur kurikulum 2013 memuat mata pelajaran kelompok A terdiri atas 7 mata
pelajaran dan mata pelajaran kelompok B terdiri atas 4 mata pelajaran termasuk muatan lokal
seperti tertera pada tabel struktur kurikulum.
Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam per
minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit. Struktur Kurikulum SMP/MTs adalah sebagai
berikut:

23
Tabel Struktur Kurikulum SMP/MTs

B. Muatan Lokal
1. Muatan Lokal Wajib Bahasa Daerah
Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Atas Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat
tinggalnya.
Dalam Pasal 77 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional dinyatakan
bahwa : (1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal; (2) Muatan lokal dikembangkan dan
dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan
lokal ditentukan oleh sekolah masing-masing.

24
a. Prinsip Pengembangan Muatan Lokal
Prinsip Pengembangan muatan lokal sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang
Implementasi Kurikulum perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai
berikut :
1) Utuh, pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan berbasis
kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.
2) Kontekstual, pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya,
potensi, dan masalah daerah.
3) Terpadu, pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan,
termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri.
4) Apresiatif, hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan,
lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah.
5) Fleksibel, jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya
bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.
6) Pendidikan Sepanjang Hayat, pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil
belajar, tetapi juga mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus- menerus.
7) Manfaat, pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan
mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global.
b. Rambu-Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal
Dalam pelaksanaan pendidikan muatan lokal di SMP Widya Wiyata memperhatikan
rambu-rambu dalam ketentuan di Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum antara lain sebagai
berikut :
1) Muatan lokal diajarkan pada setiap jenjang kelas mulai dari tingkat pra satuan pendidikan
hingga satuan pendidikan menengah. Khusus pada jenjang pra satuan pendidikan, muatan
lokal tidak berbentuk sebagai mata pelajaran.
2) Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian yang
dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.
3) Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran khusus muatan
lokal.

25
4) Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan selama tiga
tahun.
5) Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif, psikomotor, dan
action).
6) Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio.
7) Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata pelajaran
muatan lokal.
8) Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik satuan
pendidikan.
9) Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat bekerja
sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.
Merujuk Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah sebagaimana disebut dalam lampiran peraturan
tersebut menyatakan bahwa “Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara
terintegrasi dengan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah
apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam
pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.”
Selain itu, Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/188/KTSP/ 013/2005
Tahun 2005 Tentang Kurikulum Bahasa Jawa di SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs; dan
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2014 Tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah
sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah/Madrasah juga memberikan peluang untuk menambah
mata pelajaran Bahasa Daerah.
Atas dasar rujukan peraturan tersebut di atas, maka SMP Widya Wiyata menambah
mata pelajaran Bahasa Daerah (Jawa) sebagai mata pelajaran tersendiri yang terpisah dari mata
pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Dalam Struktur Kurikulum SMP Widya Wiyata mata
pelajaran Bahasa Jawa dimasukan ke dalam kelompok B. Adapun jumlah jamnya adalah 2
jam/minggu pembelajaran sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2014
Tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah/Madrasah.
Adapun KI dan KD pelaksanaan muatan lokal untuk mata pelajaran Bahasa Jawa di
SMP Widya Wiyata adalah sebagai berikut :

26
Kompetensi Inti Mata Pelajaran Bahasa Jawa
Kompetensi
Deskripsi
Inti
Sikap
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
Spiritual (KI-
dianutnya.
1)
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),
Sikap Sosial
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
(KI-2)
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
Pengetahuan konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
(KI-3) tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
Keterampilan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
(KI-4) menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori

Jadi Mata Pelajaran dalam muatan lokal di SMP Widya Wiyata adalah sebagai
berikut :

a. Bahasa Daerah (Jawa)


Tujuan :

Membina ketrampilan berbahasa Jawa baik lisan maupun tertulis dalam upaya
mempertahankan nilai-nilai budaya setempat masyarakat Jawa dalam wujud komunikasi
dan apresiasi sastra Jawa.

b. Baca Tulis Qur’an


Tujuan :
Membina ketrampilan dan kemampuan menulis, membaca dan mendalami kandungan al-
qur’an baik di sekolah maupun di masyarakat dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan pengamalan nilai-nilai islam baik di lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.

27
c. Baca Gali Alkitab (non Muslim)
BGA (Baca Gali Alkitab) adalah suatu metode yang dapat membantu kita untuk membaca,
memahami, dan melakukan firman Tuhan.. BGA menuntut peserta didik untuk baca alkitab.
Setelah dibaca lalu ditarik pemahamannya, apa artinya, dan apa aplikasinya.
Langkah-langkah dalam BGA:
1. Berdoa
Berdoalah supaya Roh Kudus menolong kita
2. Bacalah
Bacalah satu bagian Alkitab (perikop)
3. Renungkanlah
a. Apa yang kubaca?
b. Apa pesan yang Allah sampaikan kepadaku?
c. Pelajaran/pengajaran
d. Perintah/nasihat
e. Larangan
f. Janji Teladan
g. Ucapan syukur
h. Doa
i. Mengakui dosa
j. Tekad
k. Berdoalah supaya Tuhan memampukan kita dalam menjalani respon kita

C. Beban Belajar
Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program
pendidikan dengan menggunakan sistem paket
Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program
pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan
beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang
berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem
Paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.

28
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan
penugasan mandiri tidak terstruktur untuk mencapai standar kompetensi lulusan serta
kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
Kegiatan tatap adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta
didik dengan pendidik.
Penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
berupa pendalaman materi pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dan dirancang oleh
pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur
ditentukan oleh pendidik, sedangkan penugasan mandiri tidak terstruktur diatur sendiri oleh
peserta didik.
Struktur Kurikulum 2013
SMP Widya Wiyata Tahun Pelajaran 2018/2019
ALOKASI BEBAN
BELAJAR PER
MATA PELAJARAN
MINGGU
VII VIII IX
Kelompok A:
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu pengetahuan Alam 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B:
1. Seni Budaya* 2 2 2
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan* 2 2 2
3. Prakarya (ITPreneur) 2 2 2
4. Bahasa Daerah (Jawa)* 1 1 1
5. Baca Tulis Al-Qur’an* 1 1 1
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 38 38 38

29
Keterangan :
* Tambahan jam pelajaran Bahasa jawa @ 1 jam pembelajaran sesuai dengan Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2014 Tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah
sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah/Madrasah juga memberikan peluang untuk
menambah mata pelajaran Bahasa Daerah.
* Tambahan jam pelajaran BTQ @ 1 jam pembelajaran sesuai dengan Peraturan Bupati
Nomor 63 Tahun 2011 Tentang Standar Pendidikan Muatan Lokal Baca Tulis Al
Qur’an Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Beban Belajar di SMP Widya Wiyata

Satu jam Minggu Waktu


Jumlah jam
pembelajaran efektif per pembelajaran
Kelas pembelajaran per
tatap muka / tahun / jam per
minggu
menit pelajaran tahun
VII 40 38 38 1482
VIII 40 38 38 1482
IX 40 38 38 1410

D. Kegiatan Pengembangan Diri


1) Kegiatan pengembangan diri secara terprogram
Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan
khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara
individual, kelompok, dan atau klasikal melalui penyelenggaraan:
a) Layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan Konseling
b) Bidang agama
c) Bidang MIPA dan IPS
d) Bidang jurnalistik
e) Bidang olahraga
f) Bidang seni
g) English Frienship Communication (EFC)
h) Pramuka
i) Karya Ilmiah Remaja
j) Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS)

30
2) Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram
Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai
berikut :
a) Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, ibadah
khusus keagamaan bersama, baca tulis fiksi non fiksi, kerokhanian, jalan sehat,
senam kebugaran dan pemeliharaan kebersihan lingkungan.
b) Spontan adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti:
pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri,
mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
c) Keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti; berpakaian
rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan
orang lain, datang tepat waktu, bersikap sopan dan ramah.
d. Program Pengembangan Diri di SMP Widya Wiyata
Berdasarkan kondisi obyektif di SMP Widya Wiyata, maka kegiatan Pengembangan Diri
yang dipilih dan ditetapkan meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram, yaitu:
1) Kegiatan Terprogram
Kegiatan pengembangan diri terprogram adalah kegiatan yang direncanakan secara
khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi peserta didik secara individu,
kelompok, dan klasikal (sesuai dengan kebutuhan dan kondisi) melalui
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler dan layanan konseling.
SMP Widya Wiyata mengadakan kegiatan ekstrakurikuler sebanyak 5 macam
kegiatan yang mendukung 4 kecakapan hidup, yaitu keilmuan (akademik), kesenian
dan oleh raga, keterampilan (vokasional), dan sosial. Kegiatan ekstrakurikuler yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Pelayanan Konseling
Tujuan :
 Membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan kesulitan belajar siswa.
 Memberikan advis dalam pengembangan karir siswa.
 Memberikan advis dalam pemilihan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
 Melayani siswa dalam pemberian konseling khususnya terhadap siswa yang
memiliki masalah dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

31
Hasil yang dicapai :
 siswa dapat terbantu dalam menyelesaikan permasalahan kesulitan belajar
siswa.
 Siswa dapat mengembangkan karir sesuai dengan minat dan baktnya.
 Siswa dapat memilih sekolah yang sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
 Siswa merasa didampingi dalam upaya memberikan solusi terhadap masalah
yang dialami dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya
b. Bidang keilmuan
Kegiatan ekstrakurikuler bidang keilmuan ditekankan pada rasa kingintahuan
siswa dalam bidang tertentu, dan lebih diarahkan pada observasi, penelitian
sederhana atau studi banding. Dengan demikian siswa dapat menjawab pikiran
kritis tentang ilmu yang mereka dalami sekaligus memperdalam pengetahuan
yang mereka dapat dari sekolah. Sedangkan dibidang keterampilan siswa
diharapkan mampu menguasai berbagai bidang keahlian khusus, misalnya
keterampilan mengoperasikan komputer dengan aplikasi MS Word, Exel, power
point, dan inernet, serta keterampilan berbahasa.
1) Ekstrakurikuler Pramuka
Tujuan :
 Memberikan wahana kepada peserta didik untuk berlatih berorganisasi.
 Melatih peserta didik agar trampil dan mandiri.
 Melatih peserta didik untuk mempertahankan hidup.
 Menanamkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air.
2) Ekstrakurikuler ICT
Ekstrakurikuer ICT merupkan kegiatan ekstrakurikule yang wajib diikuti oleh
seluruh siswa-siswi SMP Widya Wiyata, karena memiliki kompetensi atau
keahlian dibidang komputer adalah salah satu keunggulan penyelenggaran
pendidikan di SMP Widya Wiyata.

32
Tujuan :
 Membekali siswa dengan keahlian di bidang komputer khususnya untuk
aplikasi Microsoft Word, Microsoft exel, Microsoft power point, dan
internet.
 Mempersiapkan siswa sejak dini dalam menghadapi ketatnya persaingan
dalam dunia kerja.
Hasil yang dicapai :
1. Siswa memiliki keahlian di bidang komputer khususnya untuk aplikasi
Microsoft Word, Microsoft exel, Microsoft power point, dan internet.
2. Siswa memiliki kesiapan sejak dini dalam menghadapi ketatnya persaingan
dalam dunia kerja.
3) English Club
English Club merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperdalam & mengembangkan
keterampilan berbahasa Inggris seperti reading, writing, listening dan speaking.
Lebih-lebih siswa ditekankan pada kemampuan speaking yaitu conversation
(percakapan)
4) Karya Ilmiah Remaja (KIR)
Tujuan :
 Melatih siswa berpikir kritis.
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah.
 Mengikutsertakan siswa dalam kompetisi / lomba penuisan karya ilmiah
Hasil yang dicapai :
 Siswa terlatih dan terbiasa berpikir kritis.
 Kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah meningkat.
 Siswa dapat mengikuti kompetisi / lomba penuisan karya ilmiah
5) Latihan Dasar Kepemimpinan untuk anggota OSIS (Organisasi Siswa
Intra Sekolah)
Tujuan :
 Membekali anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dengan
pengetahuan tentang manajemen dan kepemimpinan.

33
 Membekali anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dalam membuat
proposal kegiatan.
 Sebagai upaya silaturahmi dan koordinasi antar anggota OSIS (Organisasi
Siswa Intra Sekolah) dan pembina.
Hasil yang dicapai :
 Anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) mendapat pengetahuan
tentang manajemen dan kepemimpinan.
 Anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dapat membuat proposal
kegiatan.
 Terjalinnya silaturahmi dan koordinasi antar anggota OSIS (Organisasi
Siswa Intra Sekolah) dan pembina.
6) Training Jurnalistik bagi anggota Mading (Majalah Dinding)
Tujuan :
 Membekali anggota Mading (Majalah Dinding) dengan pengetahuan tentang
jurnalistik.
 Membekali anggota Mading (Majalah Dinding) dalam reportase dan
penulisan berita maupun essei.
 Sebagai upaya silaturahmi dan koordinasi antar anggota Mading (Majalah
Dinding) dan pembina.
Hasil yang dicapai :
 Anggota Mading (Majalah Dinding) mendapat pengetahuan tentang
manajemen dan kepemimpinan.
 Anggota Mading (Majalah Dinding) dapat melakukan reportase dan menulis
berita maupun essei dalam Mading.
 Terjalinnya silaturahmi dan koordinasi antar anggota Mading (Majalah
Dinding)dan pembina
c. Bidang Kesenian dan oleh raga
1) Bidang Kesenian
Kesenian merupakan salah satu unsur dari dari kebudayaan, namun demikian
orang menganggap bahwa kebudayaan adalah kesenian. Hal ini memang dapat

34
dipahami karena kesenian simbol dan memiliki nilai estetika, sehingga dapat
dikatakan sebagai salah satu parameter kultur suatu bangsa.
 Dance.
Dance adalah dance yang memadukan tari tradisional dengan tari modern
dengan diiringi musik-musik modern.
Tujuan :
 Mengembangkan dance di sekolah
 Mempersiapkan siswa dalam penampilan mengisi acara pada peringatan
hari-hari besar Islam atau event-event yang diadakan oleh sekolah.
Hasil yang dicapai :
 Dance dapat berkembang di sekolah.
 Perwakilan siswa yang memiliki kemampuan dalam dance dapat
ditampilkan untuk mengisi acara pada peringatan hari-hari besar Islam
atau event-event yang diadakan oleh sekolah.
 Vocal
Vocal adalah dancek suara untuk meningkatkan kemmpuan siswa dalam
bernyanyi.
Tujuan :
 Mengembangkan vocal di sekolah
 Mempersiapkan siswa dalam penampilan mengisi acara pada peringatan
hari-hari besar Islam atau event-event yang diadakan oleh sekolah.
Hasil yang dicapai :
 Vocal dapat berkembang di sekolah.
 Perwakilan siswa yang memiliki kemampuan dalam vocal dapat
ditampilkan untuk mengisi acara pada peringatan hari-hari besar Islam
atau event-event yang diadakan oleh sekolah.
2) Olahraga
 Futsal
Tujuan :
 Mengembangkan kemampuan olahraga futsal.
 Mempersiapkan dalam berbagai kompetisi futsal.

35
Hasil yang dicapai :
 Kemampuan olahraga futsal siswa menjadi meningkat.
 Sekolah dapat mengirimkan regu futsal dalam berbagai kompetisi futsal.
 Bela diri Judo
Tujuan :
 Mengembangkan kemampuan olahraga bela diri Judo.
 Mempersiapkan dalam berbagai kompetisi bela diri Judo.
Hasil yang dicapai :
 Kemampuan olahraga bela diri Judo siswa menjadi meningkat.
 Sekolah dapat mengirimkan regu bela diri Judo dalam berbagai kompetisi
bela diri Judo.
 Renang
Tujuan :
 Mengembangkan kemampuan olahraga renang.
 Mempersiapkan dalam berbagai kompetisi renang.
Hasil yang dicapai :
 Kemampuan olahraga renang siswa menjadi meningkat.
 Sekolah dapat mengirimkan regu renang dalam berbagai kompetisi
renang.
d. Keterampilan (vokasional)
1) Jurnalistik Mading (Majalah Dinding)
Tujuan :
 Melatih siswa dalam bidang jurnalistik.
 Melatih siswa dalam menulis.
 Mengembangkan kreativitas siswa.
Hasil yang dicapai :
 Siswa terlatih dan terbiasa dalam bidang jurnalistik.
 Siswa terlatih dan terbiasa dalam menulis.
 Kreativitas siswa dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam
Mading (Majalah Dinding)

36
2) OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)
Tujuan :
 Melatih siswa dalam berorganisasi.
 Melatih jiwa kepemimpinan siswa.
 Mengembangkan kreativitas siswa.
 Melatih siswa dalam pengelolan dana OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah) dan kegiatan siswa.
Hasil yang dicapai :
 Siswa terlatih dan terbiasa dalam berorganisasi.
 Siswa terlatih dalam memimpin suatu kegiatan siswa.
 Kreativitas siswa dapat dikembangkan dan diimplementasikan di sekoah.
 Siswa terlatih dan terbiasa dalam pengelolan dana dan kegiatan siswa
e. Sosial
1) Home Visit, berkunjung atau bersilaturahmi ke rumah guru, sesama siswa
untuk lebih mempererat tali silaturahmi diantara civitas akademika SMP Widya
Wiyata.
2) Bakti Sosial, menghadiri acara bersih-bersih lingkungan dan/atau kegiatan
sosial lingkungan lain di lingkungan sekitar sekolah.
3) Kegiatan Tidak Terprogram
Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga
kependidikan yang diikuti oleh semua peserta didik.
1) Rutin
 Upacara bendera setiap hari senin
 Sholat dhuha setiap hari senin
 Menjalankan sholat dhuhur secara berjama’ah setiap hari Kamis
2) Spontan
 Membuang sampah pada tempatnya
 Menyampaikan salam bila bertemu teman, guru, atau tenaga kependidikan dan
bersalaman.
 Tidak meludah di sembarang tempat

37
3) Keteladanan

 Berpakaian tertib dan rapi,

 Berbahasa yang baik dan santun,

 Berbudi pekerti luhur,

 Rajin membaca,

 Memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain,

 Hadir tepat waktu (tidak terlambat),

 Bersikap sopan dan ramah

 Percaya diri

 Saling berbagi
 Saling menghormati.
f. Mekanisme pelaksanaan kegiatan pengembangan diri
1) Kegiatan Pengembangan Diri yang bersifat rutin/terstruktur dilaksanakan pada waktu
pembelajaran efektif dengan mengalokasikan waktu khusus dalam jadwal pelajaran,
dibina oleh guru dan konselor.
2) Kegiatan pengembangan diri pilihan (terprogram) dibina oleh guru, praktisi atau
alumni yang memiliki kualifikasi, berdasarkan surat keputusan Kepala Sekolah.
3) Pengembangan Diri untuk kelas IX (sembilan) lebih diarahkan pada Program
Pendalaman Materi Lulusan (P2ML) untuk mata pelajaran yang diujikan secara
nasional dan dilaksanakan pada jam ke-11 dan 12

Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri

No Nama Kegiatan Hari Waktu


1 Pramuka Jum’at 07.00 – 08.10

Literasi dan Karya Ilmiah Remaja


Kamis 11.20 – 13.10
2 (KIR) Kelas VII

Literasi Karya Ilmiah Remaja Kamis 07.00 – 08.20

38
(KIR) Kelas VIII

3 Robotik Rabu 14.30 – 15.30

4 EFC Sabtu 11.00 – 13.00

5 Catur Jumat 12.00 – 13.00

6 Basket Kamis 18.30 – 21.00

7 Futsal Jumat 14.30 – 16.00

8 Renang Selasa 14.30 – 16.00

9 Judo Kamis 15.30 – 17.00

4) Alokasi waktu pengembangan diri untuk kelas VII dan VIII dialokasikan 2 jam
pelajaran (ekuivalen 2 X 40 menit).
5) Penilaian kegiatan pengembangan diri dinilai dan dilaporkan secara berkala
(setiap semester) kepada sekolah dan orang tua dalam bentuk nilai kualitatif.
E. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Standar ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapaian oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan
dalam suatu kompetensi dasar dengan skala 0-100. Kriteria ideal ketuntasan untuk penilaian
pada aspek pengetahuan dan keterampilan masing-masing indikator adalah 75 (skala 0-100).
Sedangkan untuk aspek penilaian sikap kriteria ketuntasan minimal adalah ”BAIK”.
SMP Widya Wiyata menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan
acuan :
a. Tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung
dalam penyelenggaraan pembelajaran.
b. SMP Widya Wiyata meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk
mencapai kriteria ketutasan ideal.
c. KKM peserta didik SMP Widya Wiyata dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan
skala 0-100 untuk penilaian Pengetahuan dn Keterampilan dan dengn memberikan
predikat ”BAIK” untuk penilian sikap.
d. KKM ditetapkan untuk setiap mata pelajaran mulai dari kelas VII hingga kelas IX

39
e. Menetapkan KKM dilakukan oleh forum guru yang berada di lingkungan SMP Widya
Wiyata dengan pertimbangan dari guru sekolah lain.
f. Penetapan KKM dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimum untuk setiap
kompetensi dasar (KD).
g. Penetapan Kriterian Ketuntasan Minimum (KKM) setiap KD dimaksud, dilakukan
melalui analisis Indikator Pencapaian (IP) pada KD yang terkait, karena indikator
merupakan acuan/rujukan bagi guru untuk membuat soalujian, baik ujian harian,
mingguan, bulanan, semester atau tugas-tugas. Soal ujian atau tugas-tugas harus mampu
mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian,
pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ujian dimaksud. Karena
seluruhnya memiliki hasil yang setara.
h. Setiap Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian (IP) dimungkinkan adanya
perbedaan nilai KKM dan penetapannya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Tingkat Kompleksitas (Kesulitan dan kerumitan setiap KD/IP yang harus dicapai
oleh peserta didik.
2) Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam
pencapaiannya didukung sekurang-kurangnya satu dari kondisi antara lain :
 SDM yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan kepada
peserta didik.
 SDM yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
 Waktu yang cukup lama karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang
tinggi, sehingga dalam pembelajarannya memerlukan pengulangan atau latihan.
3) Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar siswa dapat
mencapai ketuntasan belajar, sarana dan prasarana pendukung yang sesuai dengan
tuntutan kompetensi yang harus dicapai siswa, dll.
4) Sarana pendukung, dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing
sekolah (Tenaga, Sarana Pendidikan yang sangat esensial, biaya pendidikan, dll).
5) Intake (Tingkat kemampuan rata-rata siswa di sekolah yang bersangkutan)
i. Penetapan KKM di kelas VII didasarkan pada hasil seleksi pada saat Peneriamaan Peserta
Didik Baru (PPDB), sedangkan untuk penetapan KKM semester/kelas berikutnya
didasarkan pada tingkat pencapaian kompetensi siswa pada semester/kelas sebelumnya.

40
j. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat rasional pada saat guru
menetapkan nilai ketuntasan belajar minimum anatara lain sebagai berikut :
1) KKM setiap KD merupakan rata-rata nilai KKM setiap Indikator. KKM setiap KI
(K-13) dan KD (KTSP 2006) merupakan penjumlahan rata-rata nilai ketuntasan
belajar minimum setiap KD.
2) Nilai KKM tersebut, dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa
(KHBS/Rapor) dan harus diinformasikan kepada seluruh warga sekolah dan orang
tua siswa.
3) Selanjutnya dalam melakukan penetapan KKM agar mengacu pada buku pedoman
umum dan pedoman khusus penilaian kurikulum dan pedoman lainnya yang telah
diterbitkan oleh Direktorat Dikmenum, atau referensi lainnya yang relevan.
k. Penghitungan KKM di Widya Wiyata Png menggunakan rumus sebagai berikut :
1) Kompleksitas
 Tinggi =1
 Sedang =2
 Rendah =3
2) Sarana Pendukung
 Tinggi =3
 Sedang =2
 Rendah =1
3) Intake Siswa
 Tinggi =3
 Sedang =2
 Rendah =1
Maka nilai akhir KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) diperoleh dengan :

a+b+c
KKM = x 100
Skor maksimal

41
l. SMP Widya Wiyata menetapkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada tahun
pelajaran 2018/2019 adalah sebagai berikut :

Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)


SMP Widya Wiyata Tahun Pelajaran 2018/2019

No. Mata Pelajaran KKM


1 Pendidikan Agama 78

2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 75

3 Bahasa Indonesia 75

4 Bahasa Inggris 75

5 Matematika 75

6 Ilmu Pengetahuan Alam 75

7 Ilmu Pengetahuan Sosial 75

8 Seni Budaya 75

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan


9 78
Kesehatan

10 ITPreuner 75

11 Bahasa Daerah (Jawa) 75

12 BTQ 75
F. Kriteria Kenaikan Kelas
a. Kriteria Kenaikan Kelas
1) Kriteria Kenaikan kelas peserta didik mempergunakan 2 (dua) aspek, yaitu aspek
Akademik dan Non Akademik
a) Aspek Akademik meliputi:
 Menyelesaikan seluruh program pembelajaran ecara lengkap dan tuntas,
dengan memiliki nilai rapor setiap mata pelajaran minimal sama dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

42
 memiliki nilai minimal baik untuk kelompok mapel agama dan akhlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan jasmani, olahraga, dan
kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut:
 untuk KKM = 75

Kriteria Kurikulum 2014


Sangat Baik 91 ≤ x ≤ 100
Baik 83 ≤ x ≤ 91
Cukup 75 ≤ x ≤ 83
Kurang x ≤ 75
 untuk KKM = 78

Kriteria Kurikulum 2014


Sangat Baik 92 ≤ x ≤ 100
Baik 87 ≤ x ≤ 92
Cukup 78 ≤ x ≤ 84
Kurang x ≤ 78

b) Aspek Non Akademik meliputi :


 Memiliki nilai minimal baik untuk kerajinan yaitu dengan memperhatikan
ketidakhadiran (alpha) maksimal selama 36 hari serta mengikuti kegiatan
membaca minimal 25 % dari jumlah hari efektif semester Ganjil dan
semester Genap
 Memiliki nilai minimal baik untuk kerapian berdasarkan pengamatan
seragam yang dikenakan dan kelengkapan atribut, serta model rambut
dengan ketentuansebagai berikut :
Kriteria Aspek yang diamati
Sangat Baik 90% < menggunakan seragam lengkap sesuai tata
tertib sekolah serta rambut tidak disemir dan rapi
Baik 90% menggunakan seragam lengkap sesuai tata
tertib sekolah serta rambut tidak disemir dan rapi
Sedang 90% > menggunakan seragam lengkap sesuai tata
tertib sekolah serta rambut tidak disemir dan rapi

43
2) Penilaian Hasil Belajar Peserta didik
Penilaian hasil belajar peserta didik di SMP Widya Wiyata dilakukan dengan mengacu
pada Permendiknas No. 53 Tahun 2015 tentang standar penilaian pendidikan :

a) Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan
pemerintah dengan merumuskan indikator pencapaian kompetensi sikap social
spiritual, pengetahuan, keterampilan.
b) Penilaian sikap spiritual dilakukan dalam rangka mengetahui perkembangan sikap
siswa dalam menghargai, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya. Indikator sikap spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti dan PPKn diturunkan dari KD pada KI-1 dengan memperhatikan butir-butir
nilai sikap yang tersurat. Dengan kata lain, indikator sikap spiritual yang dimaksud
dikaitkan dengan substansi. Contoh indikator sikap spiritual yang dapat digunakan
untuk semua mata pelajaran adalah: (1) berdoa sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan; (2) menjalankan ibadahsesuai dengan agamanya; (3) memberi salam pada
saat awal dan akhir kegiatan; (4) bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha
Esa; (5) mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri; (6) bersyukur
ketika berhasil mengerjakan sesuatu; (7) berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah
berikhtiar atau melakukan usaha; (8) memelihara hubungan baik dengan sesama umat
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa; (9) bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
bangsa Indonesia; (10) menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai
dengan agamanya.
c) Penilaian sikap sosial dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap sosial siswa
dalam menghargai, menghayati, dan berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya.
Indikator KD dari KI-2 mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan PPKn
dirumuskan dalam perilaku spesifik sebagaimana tersurat di dalam rumusan KD mata
pelajaran tersebut. Dengan kata lain, indikator sikap sosial yang dimaksud dikaitkan

44
dengan substansi. Sementara itu, indikator KD dari KI-2 mata pelajaran lainnya
dirumuskan dalam perilaku sosial secara umum. Dengan kata lain, indikator
pencapaian sikap sosial pada mata pelajaran tersebut dapat tidak dikaitkan dengan
substansi yang terkandung dalam KD. Namun demikian, sejumlah KD pada mata
pelajaran tertentu menghendaki rumusan indikator yang secara spesifik terkait dengan
substansi yang dibelajarkan, misalnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa
Inggris, dan Seni Budaya.
d) Penilaian pengetahuan dilakukan untuk menilai proses dan hasil belajar siswa.
Penilaian tersebut dilakukan selama kegiatan belajar mengajar (KBM) sedang
berlangsung, penilaian harian (PH), penilaian tengah semester (PTS), dan penilaian
akhir semester (PAS) dilakukan oleh pendidik di bawah koodinasi satuan pendidik
e) Penilaian keterampilan dilakukan melalui teknik penilaian kinerja, penilaian proyek,
dan penilaian portofolio yang dilaksanakan setelah pembelajaran satu atau beberapa
KD dari KI-4. Teknik penilaian yang dipakai untuk setiap KD bergantung pada isi KD.
3) Mekanisme dan prosedur pelaporan hasil belajar
a) Nilai Sikap sosial dan Spiritual
 Wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK masing-masing membuat rumusan
deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan catatan-catatan jurnal
untuk setiap siswa.
 Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata pelajaran dan
guru BK. Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan sosial dari
guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas yang bersangkutan, wali kelas
menyimpulkan (merumuskan deskripsi) capaian sikap spiritual dan sosial setiap
siswa.
 Deskripsi sikap menyebutkan perkembangan sikap/perilaku siswa yang sangat baik
dan/atau baik dan yang mulai/sedang berkembang.
 Apabila siswa tidak ada catatan apapun dalam jurnal, sikap siswa tersebut
diasumsikan BAIK
 Apabila siswa memiliki catatan sikap KURANG baik dalam jurnal dan siswa
tersebut belum menunjukkan adanya perkembangan positif, deskripsi sikap siswa
tersebut dirapatkan dalam rapat dewan guru pada akhir semester.

45
b) Penilaian Pengetahuan
Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian, penilaian tengah semester,
dan penilaian akhir semester yang dilakukan dengan beberapa teknik penilaian.
Penulisan capaian pengetahuan pada rapor menggunakan angka pada skala 0 – 100
dan deskripsi
 Hasil Penilaian Harian (HPH) merupakan nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil
penilaian harian melalui tes tertulis dan/atau penugasan untuk setiap KD. Dalam
perhitungan nilai rata-rata DAPAT diberikan pembobotan untuk nilai tes tertulis
dan penugasan MISALNYA 60% untuk bobot tes tertulis dan 40% untuk
penugasan.
Dibagikan kepada peserta didik 3 (hari) setelah pelaksanaan ulangan dengan
memberi komentar yang mendidik atau memotivasi dan diminta kembali setelah
ditanda tangani orangtua/wali peserta didik.
 Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS)
Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS) merupakan nilai yang diperoleh dari
penilaian tengah semester yang terdiri atas beberapa kompetensi dasar.
Dibagikan berupa daftar nilai kepada peserta didik 1(satu) minggu setelah UTS
dilaksanakan dan dikembalikan setelah ditanda tangani orangtua/ wali peserta
didik,
 Hasil Penilaian Akhir Semester/Kenaikan Kelas (HPAS/KK)
Hasil Penilaian Akhir Semester (HPAS) merupakan nilai yang diperoleh dari
penilaian akhir semester yang mencakup semua kompetensi dasar dalam satu
semester
Dibagikan berupa daftar kepada orangtua/wali peserta didik 1 (satu) minggu
setelah PAS/KK dan dikembalikan setelah ditanda tangani orangtua/wali peserta
didik.
 Hasil Penilaian Akhir (HPA) yang dilaporkan ke orangtua/wali peserta didik
merupakan nilai gabungan merupakan hasil pengolahan dari HPH, HPTS, HPAS
dengan memperhitungkan bobot masing-masing yaitu
HPH : HPTS : HPAS = 2 : 1 : 1,

46
penghitungan nilai akhir (HPA)

Dan diberi predikat dengan ketentuan yang tertera dalam Kriteria Ketuntasan
Minimal setiap mata pelajaran
 Selain nilai dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor dituliskan deskripsi
capaian pengetahuan untuk setiap mata pelajaran dengan memperhatikan rambu-
rambu sebagai berikut:
i. Deskripsi pengetahuan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan
pilihan kata/frasa yang bernada positif
ii. Deskripsi berisi beberapa pengetahuan yang sangat baik dan/atau baik dikuasai
oleh siswa dan yang penguasaannya belum optimal.
iii. Deskripsi capaian pengetahuan didasarkan pada bukti-bukti pekerjaan siswa
yang didokumentasikan dalam portofolio pengetahuan. Apabila KD tertentu
tidak memiliki pekerjaan yang dimasukkan ke dalam portofolio, deskripsi KD
tersebut didasarkan pada skor angka yang dicapai
c) Penilaian Keterampilan
Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian kinerja (proses dan produk), proyek,
dan portofolio. Hasil penilaian dengan teknik kinerja dan proyek dirata-rata untuk
memperoleh nilai akhir keterampilan pada setiap mata pelajaran. Seperti pada
pengetahuan, penulisan capaian keterampilan pada rapor menggunakan angka pada
skala 0 – 100 dan deskripsi
Nilai akhir semester diberi predikat sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam
Kriteria Ketuntasan Minimal setiap mata pelajaran
 Selain nilai dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor dituliskan deskripsi
capaian keterampilan untuk setiap mata pelajaran. Berikut adalah rambu-rambu
rumusan deskripsi capaian keterampilan.
i.Deskripsi keterampilan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan
pilihan kata/frasa yang bernada positif

47
ii.Deskripsi berisi beberapa keterampilan yang sangat baik dan/atau baik dikuasai
oleh siswa dan yang penguasaannya mulai meningkat
iii.Deskripsi capaian keterampilan didasarkan pada bukti-bukti karya siswa yang
didokumentasikan dalam portofolio keterampilan. Apabila KD tertentu tidak
memiliki karya yang dimasukkan ke dalam portofolio, deskripsi KD tersebut
didasarkan pada skor angka yang dicapai. Portofolio tidak dinilai (lagi) dalam
bentuk angka.
4) Program Remedial dan Pengayaan
1) Remedial
 Remedial dilaksanakan untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan
 Pembelajaran remedial diberikan segera setelah siswa diketahui belum mencapai
KBM/KKM berdasarkan hasil PH, PTS, atau PAS
 Pembelajaran remedial dapat dilakukan dengan pemberian pembelajaran ulang
dengan metode dan media yang berbeda untuk menyesuaikan dengan gaya belajar
siswa; pemberian tugas-tugas atau latihan secara khusus, dimulai dengan tugas-
tugas atau latihan sesuai dengan kemampuannya; dan pemanfaatan tutor sebaya,
yaitu siswa dibantu oleh teman sekelas yang telah mencapai KBM/KKM.
 Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang belum tuntas dan
dapat diberikan berulang-ulang sampai mencapai KBM/KKM dengan waktu
hingga batas akhir semester
 Apabila hingga akhir semester pembelajaran remedial belum bisa membantu siswa
mencapai KBM/KKM, pembelajaran remedial bagi siswa tersebut dapat dihentikan
dan nilai yang dimasukkan dalam pengolahan nilai adalah nilai tertinggi yang
dicapai setelah mengikuti pembelajaran remedial
2) Pengayaan;
 Diberikan kepada peserta didik yang nilainya sudah mencapai KKM atau lebih
berdasarkan hasil PH
 Mereka yang telah mencapai KBM/KKM berdasarkan hasil PTS dan PAS
umumnya tidak diberi pengayaan.
 Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang-kali
seperti remedial

48
 Pembelajaran pengayaan dapat dilakukan sebagai melalui:
i. Belajar kelompok, yaitu sekelompok siswa diberi tugas pengayaan untuk
dikerjakan bersama pada dan/atau di luar jam pelajaran;
ii. Belajar mandiri, yaitu siswa diberi tugas pengayaan untuk dikerjakan
sendiri/individual;
iii. Pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan beberapa konten pada tema
tertentu sehingga siswa dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin
ilmu
 Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian

G. Kriteria Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari SMP WIDYA WIYATA, Kabupaten Sidoarjo
apabila memenuhi kriteria:
1. telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran, dan bernilai sama atau lebih besar
daripada KKM.
2. telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran mulai dari semester 1 (kelas VII)
sampai dengan semester 6 (kelas IX)
3. nilai pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan setiap mapel mulai semester
1 sampai dengan semester 6 sama atau lebih besar daripada KKM.
4. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik
5. nilai sikap/perilaku diperoleh mulai semester 1 sampai dengan semester 6
6. rata-rata nilai sikap/perilaku untuk seluruh mata pelajaran minimal baik.
7. Mengikuti ujian nasional berbasis computer
8. Mengikuti ujian sekolah meliputi Ujian tulis dan praktik (lihat tabel)

No. Mata Pelajaran Teori Praktik


1 Bhs. Indonesia √ √

2 Bhs. Inggris √ √

4 Matematika √ -
5 Ilmu Pengetahuan Alam √ √

49
6 Seni Budaya √ √
7 Penjasorkes √ √
8 ITPreneur √ √
9 Mulok: Bahasa Daerah (Jawa) √ √
10 Mulok : Baca Tulis Al-Qur’an, BGA √ √

9. Mengikuti Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berbasis kertas atau berbasis
computer untuk mapel agama, PKN dan IPS
10. lulus Ujian Sekolah (US) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) jika:
a. Peserta US dan USBN dinyatakan lulus jika memiliki nilai rata-rata dari semua
Nilai Sekolah (NS) untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan minimal 75,0 (tujuh
puluh koma nol) dan Nilai Sekolah (NS) setiap mata pelajaran yang diujikan
minimal 75,0 (tujuh puluh lima).
b. NS diperoleh dari gabungan antara nilai US/USBN dengan bobot 50%, dan rata-rata
nilai rapor semester 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan bobot 50%.
c. Skala yang digunakan pada NS, Nilai Rapor (NR) dan Nilai Akhir (NA) adalah 0
(nol) sampai dengan 100 (seratus).
d. Pembulatan nilai gabungan antara NS dan NR dinyatakan dalam bentuk satu
desimal. Apabila desimal kedua ≥ 5, maka dibulatkan ke atas.

H. Pendidikan Kecakapan Hidup


Pendidikan kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mnegatasinya.
Tujuan umum pendidikan kecakapan hidup adalah memfungsikan pendidikan sesuai
dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya di
masa mendatang secara menyeluruh. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
a. Mengaktualisasikan potensi pesrta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan
berbagai masalah, misalnya narkoba dan masalah-masalah sosial lainnya.
b. Memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir peserta didik.

50
c. Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
d. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel
sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas.
e. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dan di masyarakat sesuai
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
Pendidikan kecakapan hidup (life skill) yang terdiri dari general life skill atau kecakapan
hidup umum yang mencakup kecakapan pribadi (personal skill), kecakapan sosial (social skill),
dan kecakapan hidup khusus yang terdiri dari kecakapan akademik (akademic skill) dan
kecakapan vokasional (vocational skill) di inegrasikan pada semua mata pelajaran.
Pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan di SMP Widya Wiyata adalah
sebagai berikut :
a. Personal skills :
1) Kesadaran diri sebagai hamba Tuhan, makhluk sosial, serta lingkungan, yaitu dengan
mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran dan memberi
penugasan untuk selalu melakukan peribadahan sesuai dengan Agamanya.
2) Menumbuhkan kesadaran akan potensi yang dimiliki peserta didik, yaitu dengan
memberikan kesempatan peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuannya baik
dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan
pembiasaan tata karma serta penggunaan bahasa Inggris dalam percakapan percakapan
sederhana baik dengan sesame teman maupun dengan warga sekolah lainnya
b. Sosial skills :
1) Kecakapan berkomunikasi dengan empati, yaitu penekanan pada komunikasi dua arah
yang empati baik mendengarkan atau menyampaikan gagasan melalui pembelajaran
aktif untuk semua mata pelajaran. Dengan mewajibkan semua guru melakukan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan memperhatikan
kondisi peserta didik.
2) Kecakapan bekerjasama, yaitu kemampuan kerjasama yang disertai saling pengertian,
saling menghargai dan saling membantu yang dapat dikembangkan melalui
pembelajaran kooperatif.

51
c. Akademik skills :
1) Kecakapan akademik dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler wajib, seperti :
KIR, EFC
2) Pembinaan Olimpade
d. Vocational skills :
Kecakapan vokasional dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni dan
olahraga

52

Вам также может понравиться