Вы находитесь на странице: 1из 4

3.2.

Apa Itu Sarana Ilmiah, Mengapa Diperlukan, dan Bagaimana


Menggunakannya?

Teman saya sering menunda-nunda menulis karena katanya dia malas berpikir. Mungkin dia
benar, malas berpikir, tetapi apa sesungguhnya yang membuat dia malas berpikir? Untuk
menulis, jangankan satu alinea, satu kalimat saja kita harus berpikir, apa yang menjadi subyek
dan apa yang menjadi predikat atau apakah perlu disertai dengan obyek atau tidak. Kemudian
juga harus berpikir bagaimana membuat kalimat inti dan kalimat-kalimat penjelasnya serta
bagaimana pula merangkaikan alinea dalam urutan yang masuk akal. Untuk melakukan semua
itu diperlukan penalaran (reasoning), yang oleh teman saya disebut berpikir. Belum lagi harus
memikirkan bagaimana merangkai bergagai konsep dan menghubungkan konsep-konsep tersebut
satu sama lain sebagaimana telah saya uraikan pada tulisan sebelumnya. Untuk melakukan
penalaran dengan baik diperlukan penguasaan terhadap sarana penalaran. Tulisan ini saya susun
sebagai sintesis terhadap buku Jujun S. Suriasumantri (1988), Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar
Populer, tentu saja dengan melengkapinya pula dengan sumber-sumber Internet.

Sarana berpikir yang paling dasar adalah logika (logic), yaitu pengggunaan penalaran untuk
membangun suatu proposisi baru berdasarkan proposisi yang sebelumnya sudah diketahui
sebagai benar. Dalam penalaran dengan menggunakan logika, proposisi yang digunakan sebagai
dasar untuk membangun proposisi baru disebut premis (premise), sedangkan proposisi baru yang
dihasilkan sebagai sebagai kesimpulan disebut konsekuen (consequent). Penalaran yang
dilakukan dengan menggunakan logika disebut penalaran diskursif (discursive reasoning),
sedangkan yang tidak menggunakan logika disebut penalaran intuitif (intuitive reasoning).
Penalaran dengan menggunakan logika merupakan penalaran yang diperlukan untuk melakukan
penelitian. Penalaran dengan menggunakan logika tersebut terdiri atas penalaran deduktif
(deductive reasoning, penalaran dengan kesimpulan pasti) dan penalaran induktif (inductive
reasoning, penalaran dengan kesimpulan kemungkinan). Penalaran deduktif sering disebut
sebagai penalaran dari umum ke khusus dan penalaran induktif sebagai penalaran dari khusus ke
umum, padahal sebenarnya tidak demikian. Penalaran deduktif diformalkan dengan
menggunakan matematika, sedangkan penalaran induktif dengan menggunakan statistika.
Terminologi argumen
Matematika memformalkan penalaran deduktif dengan menggunakan hukum pembagian
(detachment, modus ponens), silogisme (syllogism), dan kontra-positif (contra-positive, modus
tollens). Dalam hukum pembagian, B yang merupakan bagian dari A dapat disimpulkan sebagai
benar bila A adalah benar. Dari proposisi "Kabupaten Kupang terletak di Timor Barat", bila
pernyataan "Timor Barat beriklim kering" adalah benar maka proposisi "Kabupaten Kupang
beriklim kering" adalah juga benar. Dalam hukum silogisme, C yang merupakan konsekuensi
dari B dan B merupakan konsekuensi dari A dapat disimpulkan sebagai benar bila baik A
maupun B masing-masing adalah benar. Dari proposisi "masyarakat pegunungan menebas hutan
untuk membuat perladangan tebas bakar" dan proposisi "hutan di kawasan pegunungan gundul",
proposisi "di dataran rendah terjadi banjir pada musim hujan" adalah benar bila proposisi
pertama maupun kedua adalah masing-masing benar. Pada hukum kontra-positif, kesimpulan C
akan menjadi salah bila proposisi B yang dipengaruhi oleh proposisi A adalah salah. Dari
proposisi "Hujan lebat menyebabkan tanah longsor" dan proposisi "tidak terjadi tanah longsor"
maka proposisi "hujan lebat bukan penyebab tanah longsor" menjadi proposisi yang benar.
Untuk mempelajari penalaran dengan menggunakan logika formal ini, silahkan baca Chapter 2:
Reasoning dan Fallacies dalam buku teks daring HyperStat Online Statistics Textbook. Dalam
matematika, logika dioperasionalkan dengan menggunakan operator logika (logic operator),
seperti negasi (negation) yang berarti tidak, konjungsi (conjunction) yang berarti dan, disjungsi
(disjunction) yang berarti atau, kondisional (conditional) yang berarti jika-maka, dan
bikondisional (biconditional) yang berarti jika-dan-hanya-jika.

Statistika memformalkan penalaran induktif dengan berdasarkan pada teori peluang (probability
theory), logika banyak-nilai (many-valued logic), atau teori Dempster–Shafer (Dempster–Shafer
theory) dengan menggunakan aturan penarikan kesimpulan inferensi seperti aturan Bayes (Bayes'
rule). Pada dasarnya, penalaran induktif mirip dengan penalaran deduktif. Hanya saja, bila pada
penalaran deduktif kebenaran kesimpulan merupakan kebenaran yang pasti, pada penalaran
induktif kesimpulannya merupakan kebenaran yang mungkin. Misalnya. dari proposisi "semua
bentuk kehidupan hayati yang kita kenal bergantung pada air untuk eksis" maka bila kita
menemukan satu bentuk kehidupan hayati baru dapat disimpulkan bahwa "bentuk kehidupan
hayati tersebut mungkin bergantung pada air untuk eksis". Statistika yang dimaksud dalam
memformalkan penalaran induktif adalah statistika inferensial (inferential statistics), yaitu
statistika yang mendasarkan penarikan kesimpulan mengenai populasi (keseluruhan) dengan
menggunakan data sampel acak (bagian acak).

Pada ilmu-ilmu kuantitatif empiris seperti ekologi kuantitatif (quantitative ecology), penalaran
induktif digunakan untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Oleh karena itu,
dapat dimengerti mengapa analisis statistik (statistical analysis) menjadi bagian yang sangat
penting dalam penelitian kuantitatif. Dengan menggunakan analisis statistik, sesuatu disimpulkan
sebagai benar bila peluang melakukan kesalahan dalam menolak hipotesis nol yang salah adalah
kecil. Peluang kesalahan yang kecil tersebut dikenal sebagai taraf nyata (level of significance).
Bagi Anda yang ingin mempelajari statistik sebagai dasar melakukan penelitian kuantitatif,
silahkan pelajari buku teks analisis statistika daring gratis HyperStat Online Statistics Textbook
dan Online Statistics: An Interactive Multimeida Course of Study yang dikembangkan oleh Rice
University, University of Houston Clear Lake, dan Tufts University dan dapat diakses melalu
dapat diakses melalui Rice Virtual Lab in Statistics atau buku teks daring Statistical Analysis
Handbook oleh M.J. de Smith.

Pada akhirnya, menyusun proposal penelitian maupun tesis dilakukan dengan menulis. Menulis
memerlukan bahasa, entah bahasa Indonesia atau bahasa asing lainnya (terutama bahasa Inggris,
tentu saja). Agar mampu menulis dengan baik diperlukan keterampilan menulis akademik
(academic writing), suatu gaya menulis dengan menggunakan ciri-ciri khusus, termasuk gaya
bahasa, yang berbeda dengan gaya bahasa dalam menulis untuk tujuan lainnya. Untuk dapat
menulis akademik dengan baik, Anda perlu menguasai pedoman ejaan, pembakuan penyerapan
istilah (Kemendikbud, Wikipedia), pembentukan istilah, pembakuan istilah; menyusun kalimat,
mengetahui syarat-syarat dan menyusun kalimat efektif, membuat alinea, membuat kalimat
utama dan gagasan utama, membuat kalimat topik dan ide pengontrol, memilih gaya penulisan
(naratif, deskriptif, ekspositori, dan argumentatif). Untuk menulis akademik Anda dituntut
menguasai kemampuan membuat komposisi dengan merangkai kalimat menjadi alinea dan
alinea menjadi tulisan menurut alur tertentu. Anda juga perlu bisa membedakan kata-kata baku
dari kata-kata tidak baku dengan memeriksa kata-kata meragukan dengan menggunakan KBBI
daring (online) maupun KBBI luring (offline). Anda juga perlu memeriksa makna kata-kata
teknis pada daftar istilah (glossary) khusus, misalnya daftar istilah lingkungan (glossary of
environmental terminologies). Untuk menulis dalam bahasa Inggris, Anda perlu memanfaatkan
layanan pemeriksaan ejaan (spelling check) dan pemeriksaan tatabahasa (grammar check) yang
disediakan pada program aplikasi pengolah kata (word processing) maupun layanan lainnya.
Karena bahasa Inggis bukan merupakan bahasa ibu Anda, sebaiknya Anda memeriksakan tulisan
pada layanan pemeriksaan komposisi tulisan akademik daring.

Pada akhirnya, sarana penalaran diperlukan untuk menjamin agar Anda dapat menghasilkan
kesimpulan penelitian yang benar. Sedangkan, apa itu sebenarnya kebenaran (truth), sejauh yang
saya pernah baca, bergantung pada paradigma yang dianut dalam bidang ilmu tertentu. Lalu
bagaimana Anda menggunakan sarana ilmiah dalam menyusun proposal penelitian dan
menyusun skripsi? Anda menggunakan sarana ilmiah mulai dari merumuskan masalah
penelitian, menyusun tinjauan pustaka, memilih metodologi, menyajikan dan membahas hasil,
serta menarik kesimpulan dan saran. Anda menggunakan sarana ilmiah tersebut dengan cara
mempelajarinya agar kemudian dapat menerapkannya. Anda perlu mempelajari dan berlatih
secara terus menerus menggunakan sarana ilmiah agar Anda dapat menggunakannya dengan
baik. Tanpa kemauan untuk belajar dan berlatih terus menerus menggunakan sarana ilmiah
tersebut, mustahil Anda bisa menyusun proposal penelitian dan menyusun tesis dengan baik.

Вам также может понравиться