Вы находитесь на странице: 1из 10

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

PENERAPAN TEORI SELF CARE OREM’S DAN TEORI BECOMING


A MOTHER MERCER’S PADA IBU POST SEKSIO SESARIA USIA REMAJA :
LAPORAN KASUS

Rini Rahmayanti1
Program Studi S1 Keperawatan, STIKes MERCUBAKTIJAYA, Padang 25146,
Indonesia 1
Kutipan: Rahmayanti, Rini. (2017). Penerapan Teori Self Care Orem’s Dan Teori
Becoming A Mother Mercer’s Pada Ibu Post Seksio Sesaria Usia Remaja : Laporan
Kasus. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2 (2)
INFORMASI ABSTRACT
Cesarean sectional delivery is one of the birth alternatives
Korespondensi that increase from year to year. Physical and psychological
rinie.rahmayanti@gmail.com problems are more common in post partum mothers with
sesarian sectional delivery. Physical and psychological
post-sectional complaints of sesaria are felt more severe by
teenage mothers. The support of the maternity nurse is
important to assist the post-cesarean mother of adolescent
age in fulfilling her basic needs and be able to adapt to the
Keywords: teenage mother new role of mother. Self care theory focuses on the ability
with sesarian section, self of individuals to meet self-care needs independently while
care theory , becoming a the theory of becoming a mother aims to meet the basic
mother theory needs of post-adolescent post-adolescent mothers and
assist mothers in achieving the role of motherhood.
Merging the application of the theory of self-care and
becoming a mother suitable nurses used to help post-
cesarean mothers cesarean age to care for her achieve the
role as a parent. Nurses may use the Orem and Mercer
framework as a guide for nursing assessment and
interventions to facilitate the achievement of maternal
roles.

Abstrak
Persalinan seksio sesaria merupakan salah satu alternatif persalinan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Masalah fisik dan psikologis lebih sering muncul pada ibu post partum dengan persalinan seksio sesaria. Keluhan fisik
dan psikologis post seksio sesaria tersebut dirasakan lebih berat oleh ibu-ibu usia remaja. Dukungan perawat maternitas
penting untuk membantu ibu post seksio cesarea usia remaja dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan dapat
beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu. Teori self care berfokus pada kemampuan individu untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya secara mandiri sedangkan teori becoming a mother bertujuan memenuhi kebutuhan dasar
ibu post SC usia remaja dan membantu ibu dalam pencapaian peran menjadi ibu. Penggabungan penerapan teori self
care dan becoming a mother cocok digunakan perawat untuk membantu ibu post seksio cesarean usia remaja untuk
merawat dirinya mencapai peran sebagai orangtua. Perawat dapat menggunakan kerangka kerja Orem dan Mercer
sebagai panduan pengkajian dan intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pencapaian peran maternal.

Kata Kunci : ibu post seksio sesaria usia remaja, teori self care, teori becoming a mother

18
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

Pendahuluan 18 tahun sebesar 32,5% dan dewasa muda


(usia 19-25 tahun) sebesar 39,1%.
Kehamilan dan persalinan usia remaja Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013,
merupakan fenomena yang sudah lama angka kejadian persalinan seksio sesaria di
muncul dan masih bertahan hingga sekarang. Indonesia sebesar 9,8 dari semua persalinan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Angka persalinan seksio sesaria paling tinggi
(Riskesdas) tahun 2013, proporsi kehamilan adalah di DKI Jakarta sebesar 19,6% dan
pada umur remaja (15-19 tahun) di Indonesia terendah di Sulawesi Tenggara sebesar 3,3%
adalah 1,97 %. Kehamilan dan persalinan (Kemenkes RI, 2013). Di RSUD Cibinong,
pada usia muda adalah salah satu faktor resiko persalinan seksio sesaria ibu usia remaja
terjadinya kegawatan maternal dan neonatal. sebesar 16,7% pada tahun 2016. Di RSUPN
Menurut SKDI (2012), kematian maternal Dr. Cipto Mangunkusumo terdapat 2,8%
pada wanita hamil dan melahirkan pada usia persalinan seksio sesaria pada ibu usia remaja
di bawah 20 tahun 2- 5 kali lebih tinggi dari selama tahun 2016 (Rekam medis RSUD
pada kematian maternal pada usia 20 sampai Cibinong & RSUPN Dr. Cipto
29 tahun dan meningkat kembali pada usia Mangunkusumo, 2017).
30- 35 tahun. Persalinan pada ibu remaja
memiliki kontribusi dalam tingginya kematian Masalah fisik dan psikologis lebih sering
neonatal yaitu sebesar 34%. Beberapa muncul sebagai komplikasi persalinan seksio
komplikasi yang terjadi pada kehamilan usia sesaria. Nyeri pada luka operasi, mual
muda antara lain berisiko kelahiran prematur, muntah, pusing serta sulit tidur merupakan
berat badan lahir rendah (BBLR), perdarahan masalah fisik yang sering dikeluhkan ibu post
persalinan yang dapat meningkatkan kematian seksio sesaria (Smith, 2010). Keluhan fisik
ibu dan bayi. Kehamilan usia remaja juga dan psikologis post seksio sesaria tersebut
terkait dengan kehamilan yang tidak dirasakan lebih berat oleh ibu-ibu usia remaja.
dikehendaki dan aborsi (Nguyen, 2016; WHO menyebutkan bahwa periode remaja
Sarantaki, 2014). merupakan usia 10-19 tahun (Uzun et al.,
2013).
Komplikasi kehamilan dan proses persalinan
pada ibu usia remaja kadang memerlukan Persalinan seksio sesaria pada usia remaja
tindakan segera untuk menyelamatkan ibu dan merupakan faktor resiko terjadinya depresi
janin. Persalinan seksio sesaria menjadi postpartum. Kehamilan yang tidak diinginkan
pilihan saat persalinan per vaginam tidak merupakan salah satu pemicu munculnya
memungkinkan dilakukan karena operasi depresi (Nguyen, 2016). Masa childbearing
seksio sesaria efektif mencegah kematian ibu pada usia remaja merupakan resiko tinggi
dan perinatal dan mengurangi angka akan depresi, kekerasan dan komplikasi
morbiditas (WHO, 2015). (Barnet et al, 2008). Koping dengan tugas-
tugas perkembangan orangtua seringkali
Persalinan dengan seksio sesaria merupakan diperburuk oleh tugas perkembangan remaja
salah satu alternatif persalinan yang yang belum terpenuhi. Kemandirian secara
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. emosional merupakan salah satu tugas
Angka persalinan seksio sesaria meningkat di perkembangan remaja yang masih belum
sebagian besar negara berkembang dengan tercapai (Maputle, 2006).
rata-rata peningkatan adalah sebesar 8 % yaitu
20% pada tahun 2000 dan menjadi 28% pada Keadaan ibu remaja setelah operasi seksio
tahun 2013 (OECD, 2015). Menurut WHO sesaria seperti penurunan kesehatan maternal,
(2015), persalinan seksio sesaria meningkat kurang pengalaman perawatan bayi, riwayat
10-15 % setiap tahunnya. Pada rentang usia depresi sebelumnya, keadaan psikologis
10-25 tahun memiliki perbandingan antara selama hamil, dan kurang dukungan sosial
lain usia 10-14 tahun sebesar 43,3%, usia 15- akan beresiko terjadinya depresi postpartum

19
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

(Nunes & Phipps, 2012). Depresi postpartum digunakan perawat untuk membantu ibu post
dimulai dengan masalah psikologis seperti seksio sesaria remaja mencapai peran sebagai
perasaan sedih, marah, kesal, lelah, tidak orangtua.
berarti dan putus ada dalam menjalani hari
setelah melahirkan. Perasaan tersebut akan Penggabungan dua teori yaitu self care Oren
diikuti oleh rasa enggan mengurus bayi dan becoming a mother Mercer dapat menjadi
bahkan ingin membunuh bayinya (Vligen et paket yang efektif untuk mempersiapkan ibu
al ,2010; Kleiber & Dimidjian, 2014). remaja mulai dari kehamilan agar mandiri dan
mepersiapkan diri menjadi ibu. Pengkajian
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun didasarkan pada kategori kebutuhan dasar
2013, program promotif dan preventif telah klien yang meliputi universal selfcare
dilakukan pemerintah sejak tahun 2003 requisites, conditioning factor requisites,
tentang kesehatan remaja yaitu pelayanan selfcare requisites dan health deviation
kesehatan peduli remaja (PKPR) yang selfcare requisites. Tahap pengkajian
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan developmental self care requisites lebih
dan keterampilan remaja tentang kesehatan dikembangkan pada kasus ibu remaja post
reproduksi dan perilaku hidup sehat serta seksio sesaria karena merupakan pengkajian
memberikan pelayanan kesehatan yang kebutuhan perawatan mandiri sesuai dengan
berkualitas kepada remaja. Sedangkan tahap perkembangan dan kematangan menuju
program pemerintah untuk menindaklanjuti fungsi optimal. Empat tahap pencapaian peran
kehamilan dan persalinan belum fokus pada menjadi ibu dapat memperluas pengkajian
ibu usia remaja. pada tahap developmental selfcare requisites.
Sehingga pengkajian tahap ini dapat
Upaya yang dapat dilakukan dalam membantu mengidentifikasi kemampuan ibu secara
ibu beradaptasi dengan perubahan fisik dan mandiri dan kemampuan adaptasi terhadap
peran adalah dengan memenuhi kebutuhan peran baru.
ibu pada 24 jam pertama postpartum,
pendidikan kesehatan untuk memotivasi ibu Ibu post seksio sesaria usia remaja merupakan
melakukan self care secara mandiri, salah satu kasus yang beresiko tinggi. Ibu
pemberian asuhan keperawatan dengan butuh bantuan perawat dan keluarga untuk
melibatkan keluarga (family centered perawatan diri, perawatan bayi dan
maternity care). Tindakan keperawatan pencapaian peran sebagai ibu. Ibu remaja
dilakukan dengan pendekatan yang berbeda lebih mudah depresi karena biasanya
pada ibu remaja yaitu memperlakukan seperti mengalami kegagalan dalam keluarga,
sahabat dan memanggil dengan panggilan sekolah dan masalah di lingkungannya
yang disukai. (Lizarazo et al, 2015). Persalinan seksio
sesaria menjadi stressor yang berat untuk ibu
Peran perawat sebagai pemberi pelayanan remaja, sehingga ibu post seksio usia remaja
keperawatan secara holistik dengan lebih memiliki perasaan negatif terhadap
menerapkan teori keperawatan termasuk bagi persalinan dan adanya gejala trauma
ibu post seksio sesaria usia remaja. Teori (Mollborn & Morningstra, 2009).
keperawatan yang dapat digunakan untuk Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu
kasus ini adalah teori self care Orem teori dilakukan penerapan asuhan keperawatan
becoming a mother Mercer. Model konsep pada ibu post seksio sesaria usia remaja
self care Orem bertujuan untuk membantu dengan menggunakan pendekatan teori model
ibu mencapai kemandirian melalui self care Orem dan teori becoming a mother
kemampuan pribadi karena perawatan diri Mercer.
harus dilakukan bagi mereka untuk
mempertahankan hidup, kesehatan, Ilustrasi Kasus
perkembangan dan kesejahteraan (Tomey &
Alligood, 2010). Penggunaan teori
Kasus 1
keperawatan becoming a mother cocok

20
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

Ny. Se (16 tahun) pekerjaan IRT, pendidikan panas. Pemeriksaan payudara menunjukkan
SMP, Islam, suku Sunda, status menikah, konsistensi keras, puting eksverted dan
ANC tiga kali ke bidan, unwanted pregnancy. pengeluaran ASI (+). Bayi Ny. S berjenis
Pasien post seksio sesaria atas indikasi kelamin laki-laki dengan BB 3000 gram. Bayi
plasenta previa totalis. Usia kehamilan dirawat gabung dengan ibu. Klien belum
sekarang 35 minggu. Klien dengan riwayat menggunakan kontrasepsi. Klien mengatakan
perdarahan dan pasca pematangan paru 1 tidak mendapatkan dukungan dari suami
bulan yang lalu di rumah bersalin Cahaya karena suami sedang menjalani proses hukum
Medika. Dilakukan operasi cito pada hari di penjara, klien hanya ditemani oleh mertua.
yang sama. Klien merupakan akseptor IUD. Masalah yang ditemukan adalah gangguan
Pada saat pengkajian di ruang nifas tanggal 23 peran menjadi orangtua, ketidakefektifan
Februari 2017 pukul 09.00 WIB, klien tampak proses menyusui, gangguan pola tidur, kurang
lemah dan pucat, konjungtiva anemis. Klien pengetahuan mengenai kontrasepsi. Tindakan
mengeluh nyeri luka operasi skala 6 dan keperawatan yang dilakukan berupa
bertambah jika bergerak. Pengeluaran ASI (-). penjelasan kepada ibu pentingnya bonding
Hasil pemeriksaan Hb 7,89 gr/dl. Bayi Ny. K attachment, melibatkan mertua untuk
lahir dengan jenis kelamin perempuan, BB mendukung ibu dalam perawatan bayi,
2000 gram, Bayi di rawat di inkubator di pendidikan kesehatan tentang menyusui,
ruang perinatologi level 3. Klien mengatakan kontrasepsi dan cara peningkatkan kualitas
belum pernah bertemu bayi sejak lahir. tidur ibu. Setelah dilakukan tindakan
Masalah keperawatan yang ditemukan yaitu keperawatan, klien tampak mau menyusui
gangguan perfusi jaringan perifer, nyeri akut, bayinya dengan teknik yang benar, klien bisa
gangguan peran menjadi orangtua, resiko beristirahat saat bayi tidur.
gangguan perlekatan ibu dan bayi dan
kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang Kasus 3
kontrasepsi. Tindakan keperawatan yang Ny. K (17 tahun) pekerjaan IRT, pendidikan
dilakukan berupa manajemen cairan dan SMP, Islam, suku Sunda, status menikah,
tindakan kolaborasi berupa pemberian ANC tiga kali ke bidan.P1A0 atas indikasi
transfusi packed red cell 500 cc, manajemen KPD. Pada saat pengkajian 8 jam setelah
nyeri berupa guide imagery. Pendidikan operasi ditemukan bahwa klien mengeluh
kesehatan tentang perawatan diri, perawatn nyeri pada luka operasi dengan skala nyeri 7
bayi premature dan kontrasepsi. Tindakan dan ASI keluar hanya sedikit. Klien
keperawatan melibatkan keluarga untuk mengatakan banyak gerak menyebabkan nyeri
mendukung ibu merawat bayi, memotivasi pada luka operasi bertambah sehingga klien
ibu untuk menerima keadaan bayi. Setelah memilih lebih sering tidur telentang. Dari
dilakukan tindakan keperawatan Hb pemeriksaan fisik didapatkan bahwa
meningkat, klien mampu beradaptasi dengan Pemeriksaan payudara menunjukkan
nyeri, klien menerima keadaan bayi, klien konsistensi lembek dan pengeluaran ASI (+).
didampingi perawat dan mertua melihat Klien belum memahami dan belum
kondisi bayi di ruang bayi. menggunakan alat kontrasepsi. Bayi lahir
dengan BB 3200 gram. Bayi dirawat gabung
Kasus 2 dengan ibu satu hari setelah operasi. Bayi
Ny.Si (18 tahun) pekerjaan IRT, pendidikan rewel saat disusui, posisi menyusui bayi
SMP, Islam, suku Sunda, status menikah, tampak belum benar, Ny. K tampak meminta
ANC dua kali ke bidan. P1A0 atas indikasi bantuan ibu kandung untuk menenangkan
persalinan tidak maju. Pada saat pengkajian bayi. Masalah keperawatan yang ditemukan
ditemukan nyeri pada luka operasi dengan adalah nyeri akut, ketidakefektifan proses
skala nyeri 4. ASI banyak sehingga menyusui, kurang pengetahuan tentang
membasahi baju klien, klien membiarkan bayi kontrasepsi dan kesiapan meningkatkan peran
tidur lama dan tidak mau membangunkan menjadi orangtua. Tindakan keperawatan
karena takut bayi menangis. Klien mengeluh yang dilakukan berupa manajemen nyeri,
tidak bisa tidur karena nyeri dan kamar yang pendidikan kesehatan kepada ibu dan

21
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

keluarga tentang perawatan bayi, melibatkan hanya didampingi ibu kandung. klien
suami untuk mendampingi ibu menyusui. mengatakan belum ingin melihat bayi.
Setelah tindakan dilakukan, klien telah Pemeriksaan payudara menunjukkan
mampu beradaptasi dengan nyeri, klien telah konsistensi lembek, puting eksverted dan
mampu mempraktekkan cara menyusui yang pengeluaran ASI (-). Bayi Ny. K lahir dengan
benar, tampak suami ikut dalam perawatan jenis kelamin laki-laki BB: 1800 gram. Bayi
bayi. di rawat di inkubator di ruang bayi. Klien
mengatakan belum pernah bertemu bayi sejak
Kasus 4 lahir. Masalah keperawatan yang ditemukan
Ny. A (18 tahun) pekerjaan IRT, pendidikan adalah nyeri akut, gangguan peran menjadi
SMP, Islam, suku Jawa, status menikah, ANC orangtua, resiko gangguan perlekatan ibu dan
tiga kali ke bidan. P1A0 post sectio caesarea bayi. Tindakan keperawatan yang dilakukan
atas indikasi chepalo pelvic disproportion. adalah manajemen nyeri, pendidikan
Pada saat pengkajian 6 jam setelah operasi, kesehatan tentang pentingnya bonding
klien tampak didampingi suami, ditemukan attachment antara ibu dan bayi, melibatkan
klien mengeluh nyeri pada luka operasi ibu kandung untuk mendukung klien
dengan skala nyeri 8, klien tampak menangis menerima bayi dan merawat bayi tanpa
karena nyeri. Pemeriksaan payudara pasangan. setelah dilakukan tindakan, klien
menunjukkan konsistensi lembek, dan mengatakan akan berusaha merawat bayi
pengeluaran ASI (+). Klien belum memahami dengan ibunya, klien melihat bayi ditemani
tentng alat kontrasepsi. Bayi Ny. S berjenis ibu. Klien mengatakan sudah beradaptasi
kelamin perempuan dengan BB 2550 gram, dengan nyeri luka post operasi.
Bayi dirawat gabung dengan ibu. Klien
mengatakan tidak memiliki keluarga yang Diskusi
dapat membantunya merawat bayinya di Lima kasus yang dirawat adalah kasus ibu
rumah. Masalah keperawatan yang ditemukan post seksio sesaria usia remaja. Hasil
adalah nyeri akut, kesiapan meningkatkan pengkajian pada pasien kelolaan ibu post
peran menjadi orangtua, ketidakefektifan seksio cesarea usia remaja didapatkan bahwa
proses menyusui, kurang pengetahuan tindakan seksio cesarean dilakukan dengan
mengenai kontrasepsi. Tindakan keperawatan indikasi yang berbeda yaitu plasenta previa
berupa manajemen nyeri, pendidikan totalis, gagal induksi, ketuban pecah dini,
kesehatan tentang perawatan ibu, bayi dan CPD dan kontraksi berulang. Pada kasus
kontrasepsi yang melibatkan suami tentang pertama merupakan ibu post seksio sesaria
perawatan bayi, teknik menyusui. Setelah atas indikasi plasenta previa totalis dengan
dilakukan tindakan keperawatan, klien usia kehamilan 35 minggu dan anemia.
mengatakan nyeri berkurang, klien telah dapat Plasenta previa totalis merupakan salah satu
beradaptasi dengan nyeri. Klien merasa kegawatan yang beresiko terhadap ibu dan
percaya diri untuk merawat bayi hanya berdua bayi seperti anemia berat (28%), prematuritas
dengan suami. dengan kematian perinatal (50%) (Berhan,
2014).
Kasus 5
Ny. G (18 tahun) pekerjaan IRT, pendidikan Permasalahan pada kasus ibu remaja ini
SMP, Islam, suku Sunda, status belum merupakan alasan dilakukannya operasi
menikah, unwanted pregnancy, ANC dua kali seksio cesarea emergensi atau darurat. Seksio
ke bidan . Pasien post seksio sesaria atas sesaria darurat atau emergency merupakan
indikasi kontraksi berulang dan persalinan seksio sesaria yang dilakukan apabila ada
prematur. Usia kehamilan 32-33 minggu. masalah pada saat proses persalinan normal.
Pada saat pengkajian klien 6 jam postpartum, Indikasinya adalah abrupsio plasenta,
klien masih mengeluh nyeri pada luka operasi terdiagnosa disproporsi sepalopelvik pada
dengan skala 7. Klien tampak menjerit saat persainan, gagal untk berprogres pada
menahan nyeri. Klien belum menikah dan tahap pertama maupun kedua persalinan, dan
gawat janin (Pillitteri, 2010). Menurut
22
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

Mylonas & Friese (2015) persalinan SC berat (28%), prematuritas dengan kematian
emergensi merupakan persalinan SC yang perinatal (50%).
tidak direncanakan karena adanya masalah
pada persalinan normal. Permasalahan yang sama ditemukan dari
kelima klien adalah ketidakefektifan proses
Proses keperawatan pada kelima kasus menyusui. Masalah dalam menyusui muncul
menggunakan teori keperawatan self care karena klien belum mengetahui teknik
Orem dan becoming a mother Mercer. Pada menyusui yang tepat dan produksi ASI yang
pengkajian universal selfcare requisites sedikit. Teknik menyusui yang tidak tepat
ditemukan bahwa kondisi klien lemah, dapat menyebabkan permasalahan proses
mengeluh nyeri pada luka operasi, meyusui lebih lanjut seperti payudara
pengeluaran ASI tidak lancar dan kurang bengkak, nyeri dan putting lecet. Hal ini
tidur. berdampak pada penghentian proses
menyusui. Salah satu kasus yaitu Ny.K
Kondisi dari kelima klien setelah operasi sempat menuturkan bahwa jika ASI nya tidak
seksio cesarea hampir sama. Kelima kasus banyak, bayi akan diberi susu formula saat
tersebut mengalami keluhan fisik yang sama perawatan di rumah. Di Amerika Serikat, ibu
yaitu nyeri akut. Nyeri pada luka operasi memutuskan untuk menghentikan pemberian
merupakan keluhan pertama dari ibu post SC. ASI pada bayi saat usia satu bulan karena
Setelah efek anestesi hilang ibu akan beberapa masalah yaitu masalah pelekatan
merasakan nyeri pada luka insisi di dinding (54%), putting lecet (37%), nyeri payudara
abomen sehingga ibu malas bergerak (29%), pembengkakan payudara (24%).
(Soetjiningsih, 2005). Ibu setelah operasi Sedangkan penghentian menyusui pada awal
cesar akan mengalami ketidaknyamanan postpartum karena persepsi ibu bahwa ASI
bagian perut sehingga mereka memiliki nya sedikit (50%) (Bergmann et al, 2015).
hambatan dalam mobilisasi. Hal ini
menyebabkan ketidakmampuan ibu merawat Pada kasus pertama, klien menerima
diri sendiri dan bayinya (Chaplin et al, 2015). pemasangan kontrasepsi IUD post seksio
sesaria. Sedangkan klien pada empat kasus
Kelima klien merasakan nyeri dengan skala lainnya belum menerima kontrasepsi.
yang berbeda. Walaupun klien Penggunaan kontrasepsi di kalangan ibu
mengungkapkan skala nyeri yang berbeda remaja efektif mengurangi risiko kehamilan
tetapi kelimanya menunjukkan ekspresi berulang yang berhubungan dengan mortalitas
kesakitan dan memilih tiduran telentang saja. dan morbiditas maternal dan neonatal.
Keluhan nyeri menyebabkan klien bergerak Banyak ibu remaja mulai menggunakan
seperlunya dan malas mobilisasi. Menurut metode setelah melahirkan tetapi lebih sering
Sell et al (2012), rasa sakit pasien SC penghentian kontrasepsi karena kurang
membuat klien menunda kontak dengan bayi, pengetahuan dan dukungan (Wilson, 2011).
menghambat proses menyusui, perawatan diri
dan perawatan bayi. Hanya satu dari lima Pada pengkajian development selfcare
kasus yang memperlihatkan kontak yang baik requicites didapatkan data bahwa kelima klien
dengan bayinya. masih berusia remaja dan memiliki
keterbatasan dalam pengetahuan, tindakan dan
Pada kasus pertama merupakan ibu post penampilan peran. Setelah menjalani
seksio sesaria atas indikasi plasenta previa persalinan SC, ibu remaja dikaji bagaimana
totalis dengan usia kehamilan 35 minggu. cara perawatan diri dan bayi, pengetahuan
Keluhan gangguan perfusi jaringan muncul yang dimiliki dan kondisi ibu selama
pada kasus ini ditandai dengan klien merasa pemulihan fisik serta role model ibu remaja
pusing, pandangan berkunang-kunang, CRT > untuk perawatan bayi. Pada kelima kasus, ibu
2 detik, nilai Hb 8 gr/dl. Plasenta previa belum mampu menampilkan cara perawatan
totalis merupakan salah satu kegawatan yang bayi yang benar.
beresiko terhadap ibu dan bayi seperti anemia

23
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

Pada pengkajian tahap pencapaian peran kelolaan tidak ada penyimpangan perilaku
menjadi ibu. Kelima kasus juga menunjukkan yang berat karena tindakan seksio cesarean
sebagian besar memiliki riwayat kehamilan merupakan tindakan untuk menyelamatkan
yang tidak menyenangkan seperti kehamilan ibu dan bayi. kelima kasus kelolaan
di luar nikah, kehamilan tanpa pasangan dan memerlukan bantuan untuk memenuhi
kehamilan tanpa dukungan keluarga. Hampir selfcare dan kebutuhan sehari-hari seperti
semua kasus ibu remaja tidak melakukan mandi, menggosok gigi, makan dan minum
ANC secara teratur dengan alasan tidak ada selama 24 jam pertama.
keluhan, malas dan tidak ada dukungan. Ibu
remaja merupakan kelompok beeresiko yang Hasil pengkajian yang telah dilakukan sesuai
membutuhkan arahan dan dukungan selama dengan prinsip kebutuhan dasar dan
menjalani proses kehamilan dan pencapaian peran menjadi ibu kemudian
persalinannya (Perez & Anderson, 2015). dirumuskan diagnosa keperawatan. gangguan
Hasil penelitian Ganchimeg et al tahun 2013 perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
menunjukkan bahwa kehamilan pada ibu anemia, nyeri akut berhubungan dengan luka
remaja seharusnya lebih diperhatikan karena operasi, ketidakefektifan proses menyusui
memiliki resiko lebih tinggi pada bayi. berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang teknik menyusui, gangguan peran
Pada kasus 1, kasus ke 2 dan 3 memiliki menjadi orangtua berhubungan dengan
kesamaan masalah yaitu adanya gangguan orangtua usia muda dan gangguan pola tidur
peran sebagai orangtua. Masalah tersebut b.d ketidaknyamanan fisik dan lingkungan.
ditandai dengan klien kurang mempedulikan
bayinya dengan alasan kehamilan yang tidak Tindakan keperawatan yang diberikan untuk
diinginkan serta usia remaja menyebabkan mengatasi keluhan nyeri kelima klien adalah
dirinya merasa kurang siap menjadi ibu. Hal mengobservasi keluhan secara komprehensif,
ini disebabkan karena menjadi orangtua menjelaskan tentang penyebab nyeri juga
menciptakan periode ketidakstabilan yang diberikan agar ibu dapat menerima dan
menuntut perilaku transisi bagi remaja. beradaptasi dengan nyeri. berkolaborasi
Koping dengan tugas-tugas perkembangan dengan dokter untuk pemberian obat anti
orangtua seringkali diperburuk oleh nyeri berupa Profenid 100 mg supp/8 jam,
kebutuhan dan tugas perkembangan remaja dilanjutkan dengan terapi oral asam
yang belum terpenuhi (Maputle, 2006). Disaat mefenamat tab 3x500 mg. Beberapa teknik
ibu masih mengalami stress fisik selama manajemen nyeri non farmakologis diajarkan
kehamilan dan kelahiran post SC tetapi kepada klien berupa relaksasi nafas dalam,
dituntut untuk memberikan perawatan untuk distraksi berupa pengalihan perhatian dengan
bayi (Kleiber & Dimidjian, 2014). membayangkan hal yang menarik (imagery).
Menurut Mousavi et al (2015) teknik relaksasi
Menurut Venkatesh et al (2013), proses berupa relaksasi, imagery, refleksiologi dan
adaptasi remaja menjadi orangtua lebih berat sentuhan dapat menurunkan intensitas nyeri
dari pada usia dewasa. Proses penerimaan pasca operasi seksio cesarean.
peran menjadi ibu lebih sering mengalami
parental stress karena ketidakmatangan Intervensi yang diberikan yaitu mengajarkan
perkembangan, ketidakmampuan berpikir ibu teknik menyusui yang benar, memotivasi
abstrak, hidup dengan kekurangan, ibu untuk memberikan ASI, memberikan
pendidikan dan pengetahuan yang rendah pendidikan kesehatan tentang cara
serta masalah keluarga. Parental stress dapat memperbanyak ASI dan mengantisipasi
berakibat depresi dan kesulitan interaksi pada masalah dalam pemberian ASI serta
tahun pertama postpartum. melakukan pijat oksitosin. Intervensi pijat
oksitosin dilakukan langsung kepada klien
yang diikuti oleh keluarga. Pijat oksitosin
Pengkajian health deviation selfcare merupakan salah satu teknik yang efektif
requisites didapatkan bahwa kelima kasus dilakukan untuk memperlancar ASI pada hari-

24
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

hari pertama post seksio sesaria masing diagnosa keperawatan. Evaluasi ini
(Mardiyaningsih, 2010). mengacu pada keberhasilan pencapaian
kemandirian ibu, kompetensi/keyakinan
Intervensi spesifik yang diberikan untuk menjalankan peran, dan kelekatan dengana anak
mengatasi masalah gangguan peran menjadi
orangtua berupa pelibatan keluarga yang ada
seperti suami, ibu kandung dan mertua dalam Kesimpulan
perawatan klien dan bayi (family center Penggunaan teori self care dan becoming a
maternity care). Pendidikan kesehatan berupa mother efektif digunakan untuk pendekatan
teori dan praktek diberikan kepada ibu dan dalam memberikan asuhan keperawatan
suami serta keluarga lainnya yang berada di kepada klien post seksio sesaria usia remaja.
RS. Pendidikan kesehatan yang diberikan Teori self care membantu meningkatkan
berupa perawatan tali pusat, memandikan kemampuan klien dalam perawatan diri dalam
bayi, teknik menyusui, cara menggendong rangka mempertahankan kehidupan,
dan menenangkan bayi. Selain itu pelibatan kesehatan dan kesejahteraan. Teori becoming
keluarga juga dilakukan untuk memotivasi a mother bertujuan untuk memenuhi
klien menampilkan peran yang positif kebutuhan dasar ibu post seksio sesaria usia
terhadap bayi seperti mendukung ibu untuk remaja dan membantu ibu dalam pencapaian
mengunjungi bayi yang sedang dirawat. peran menjadi ibu. Penggabungan kedua teori
tergambar dalam asuhan keperawatan melalui
Tindakan keperawatan berbasis family center pengkajian, diagnose, intervensi keperawatan,
maternity care bertujuan untuk membangun dan evaluasi yang tertuang dalam lima kasus
kepercayaan diri ibu dan keluarga, yang dirawat.
mendukung dan mendorong ibu dan keluarga
untuk merawat bayi mereka serta Ucapan Terima Kasih
membangun kepercayaan dalam kemampuan
mereka sendiri (Karl, Beal,O'Hare, &
Rissmiller, 2006). Masa childbearing pada Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada
usia remaja merupakan resiko tinggi akan ketua STIKes Mercubaktijaya Padang atas
depresi, kekerasan dan komplikasi (Barnet et dukungan dan arahan selama proses praktek
al, 2008). Sehingga dukungan keluarga dan penyusunan laporan ini. Ucapan
merupakan salah faktor kesuksesan ibu terimakasih juga saya sampaikan kepada
remaja menjalani peran baru sebagai ibu. RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan
Menurut Mercer tahun 2003, ayah atau RSUD. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan
pasangan intim memiliki kontribusi dalam RSUD Cibinong Bogor yang telah
proses pencapaian peran sebagai ibu dengan memberikan kesempatan melakukan praktik
cara yang tidak dapat ditiru oleh oranglain. keperawatan maternitas.
(Alligood, 2014).

Selanjutnya tindakan yang telah diberikan DAFTAR PUSTAKA


dievaluasi oleh perawat untuk melihat
kenyamanan dan kemandirian serta Alligood, M. R. (2014). Nursing theory:
kemampuan klien dalam perawatan diri dan utilization & application. Missouri:
menjalankan perannya sebagai orangtua. Elsevier
Setelah tiga hari perawatan, implementasi
yang dilakukan pada klien tidak sesuai Andersen, J.B., Melvaer, L.B., Videbech, P/.
dengan intervensi yang direncanakan yaitu Lamont, R. F., Joergensen, J.S. (2012).
kurangnya keterlibatan suami dalam Risk Factors for developing post
pemberian tindakan keperawatan sehingga traumatic stress disorder following
implementasi keperawatan melibatkan childbirth: a systematic review. Acta
anggota keluarga yang ada yaitu mertua. Obstet Gynecol Scand. 91 (11), 1261-
Evaluasi keperawatan dilakukan pada masing- 1272.

25
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

Practice, 21, 48–67.
Anderson, C., Perez, C. (2015). Adolescent
psychological birth trauma following Maputle, M. S. (2006). Becoming a mother:
caesarean birth. Pediatric Nursing. 41 teenage mothers’ experiences of first
(2), 78-83. pregnancy. Curationis, 29(2), 87–95.

Barnet, B., Liu, J., & DeVoe, M. (2008). Mercer, R.T. (2004). Becoming a mother
Double jeopardy: Depressive symptoms versus maternal role attainment. Journal
and rapid subsequent pregnancy in of Nursing Scholarship. I36(3), 226-232.
adolescent mothers. Archives Pediatric
Adolescent Medicine, 162, 246-252. Mercer, R.T. (2006). Nursing support of the
process of becoming a mother. JOGNN.
Chaplin, J., Kelly, J., & Kildea, S. (2015). DOI: 10.111/J.1552-6909.2006.00086.x
Maternal perceptions of breastfeeding
difficulty after caesarean section with Mylonas, L., & Friese, K. (2015). Indication
regional anaesthesia: A qualitative study. for and risk of electif cesarean section.
Women and Birth. 26 (2016), 144-152. Deutsches Arzteblatt International , 112
DOI: 10.1016/j,wombi.2015.06.005. (29), 498-495.

Devito, J. (2010). How adolescent mothers Mollborn, S., & Morningstar, E. (2009).
feel about becoming a parent. The Investigating the relationship between
Journal of Perinatal Education, 19(2), teenage childbearing and psychological
25–34. distress using longitudinal evidence.
http://doi.org/10.1624/105812410X4955 Journal of Health and Social Behavior,
23 50, 310-326. doi:10.1177/002214650
905000305
ECD. (2015). Why so much variation in c-
section rates across OECD countries? Nguyen, H., Shiu, C., & Farber, N. (2016).
Increasing caesarean section rates, 2000 Prevalence and Factors Associated with
to 2013 (or nearest years). Retrieved Teen Pregnancy in Vietnam: Results
from : from Two National Surveys. Societies.
http://www.oecd.org/health/health- 6(17).
data.htm.
Pilliteri, A. (2010). Maternal and Child
Henderson, J.L. (2015). “It’s Like Going Health Nursing. Philadelpia: Lippincott
Home to Emptiness. Becoming A Mother
and Providing mother’s Milk to Sell, et al. (2012). Looks and knowledge:
Premature Infants in the Neonatal Experience of mothers and nursing staff
Intensive Care Unit, A Latina Mother’s regarding post caesarean section pain.
Perspective. Disertasi. Columbia Texto Contexto-emferm. 21(4).
University.
Smith, L. J. (2010). Impact of Birth Practice
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar and Breastfeeding (Second Edition).
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Sudbury USA: Jones and Barlett
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Publisher.

Kleiber, B. V, & Dimidjian, S. (2014). Lowdermilk, B., Perry., Cashion. (2013).


Postpartum depression among adolescent Keperawatan Maternitas. Edisi 8, buku
mothers : A Comprehensive Review of 2. Jakarta: Salemba Medika.
prevalence , course , correlates ,
consequences , and interventions. WHO. (2013). Maternal mortality: fact sheet.
Clinical Psychology Science and Jeneva: World Health Organization.

26
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

Retrieved from:
http/www.who.int/mediacentre/factsheets
/fs348/en/.

WHO (2015). WHO statement on caesarean


section rates. Geneva: WHO. Retrieved
from
http://app.who.int/iris/bitstream/10665/16
1442/1/WHO_RHR_15.02_eng.pdf

27

Вам также может понравиться