Вы находитесь на странице: 1из 8

EFFECT OF GREEN BEAN AS POLLEN SUBSTITUTE ON APPEARANCE OF

LARVA BEE WORKERS (Apis mellifera)

Yuana Nur Aliza1, Moch. Junus2, Nur Cholis2


1
) Animal Production Student, Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya
2
) Livestock Production Lecturer, Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya
E-mail: yuanaaliza07@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to investigate the effect of green bean tempeh as a
substitute of pollen on the appearance of bee larvae of Apis mellifera workers, and to find the
optimal percentage of green bean tempeh on the production of substitute feed for bee larvae
of Apis mellifera workers. The research material is Apis mellifera honey bee colony, honey
bee and green bean tempeh. The method used was experiment using Completely Randomized
Design (CRD) with 6 treatments and 4 repetitions. The variables observed were length of
worker bee larvae, worker bee larvae diameter, and worker bee larvae weight. The data were
analyzed by variance analysis. If the result showed a significant difference then continued by
Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the treatments didnot
significant effect (P>0.05) on the length of the worker bee larvae, and significant (P<0.05) on
the working bees larvae diameter, and highly significant (P<0.01) on bees larvae weight
workers. The conclusions of this study indicate that the selection of feed ingredients used
affects the diameter and weight of worker larvae, but does not affect the length of the worker
bee larvae. The percentage of good replacement pollen is 75% sugar, 5% green beans, 20%
natural pollen.

Keywords : Worker larvae, green bean tempeh, pollen substitute

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tempe kacang hijau sebagai
pengganti serbuk sari pada penampilan larva lebah pekerja Apis mellifera, dan untuk
menemukan persentase optimal tempe kacang hijau pada pembuatan pakan pengganti bagi
larva lebah pekerja Apis mellifera. Bahan penelitiannya adalah koloni lebah madu Apis
mellifera, sisiran sarang dan tempe kacang hijau. Metode yang digunakan adalah percobaan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan.
Variabel yang diamati adalah panjang larva lebah pekerja, diameter larva lebah pekerja, dan
bobot larva pekerja. Data dianalisis dengan analisis ragam. Jika hasilnya menunjukkan
perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P> 0,05) pada
panjang larva lebah pekerja, dan berpengaruh nyata (P <0,05) pada diameter larva lebah
pekerja, dan sangat berpengaruh nyata (P <0,01) pada berat larva lebah pekerja. Kesimpulan
dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan bahan pakan yang digunakan
mempengaruhi diameter dan berat larva pekerja, tetapi tidak mempengaruhi panjang larva
lebah pekerja. Persentase serbuk sari pengganti yang baik adalah 75% gula, 5% kacang hijau,
20% serbuk sari alami.

Kata kunci : Larva pekerja, tempe kacang hijau, pollen pengganti


Latar Belakang dengan baik (Budiwijono, 2012).
Indonesia merupakan negara yang
Indonesia merupakan negara yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau
memiliki luas daratan seluas 193 juta dan musim penghujan, dimana musim
hektar, dan hutan seluas 143 juta hektar, penghujan merupakan musim yang sulit
oleh sebab itu Indonesia memiliki potensi bagi para peternak lebah,hal itu
yang sangat tinggi untuk menjadi produsen dikarenakan pada saat musim hujan
perlebahan dunia salah satunya adalah berkepanjangan akan menyebabkan
lebah Apis mellifera (Ramadhan, 2014). proses pertumbuhan bunga akan terganggu
Lebah Apis mellifera adalah jenis lebah dan polen dialam pun tidak tentu adanya.
yang tergolong jinak dan mudah dalam Hal tersebut akan mengganggu
pemeliharaan. Apis mellifera ini pertumbuhan koloni lebah madu. Menurut
dibudidayakan di Indonesia karena dapat Pusbahnas (2008) satu koloni lebah madu
menghasilkan produk yang sangat membutuhkan sekitar 50 kg polen per
dibutuhkan untuk kehidupan manusia tahun dan sekitar separuh dari polen
seperti didalam dunia kesehatan yaitu tersebut digunakan untuk pakan larva..
royal jelly, bee pollen, propolis, dan madu. Ketika kebutuhan tersebut tidak tercukupi,
Lebah membutuhkan sumber pakan berupa maka pertumbuhan larva akan terganggu
nektar dan tepung sari (pollen) yang bahkan tidak menutup kemungkinan larva
berasal dari berbagai macam tumbuhan. akan mati ataupun dimangsa lebah pekerja
Nektar merupakansumber energi bagi yang kekurangan pakan, dan apabila angka
lebah. Nektar mengandung karbohidrat 3 – mortalitas tinggi pada larva lebah pekerja
87% seperti sukrosa, fruktosa dan glukosa. maka populasi suatu koloni juga ikut
Sedangkan tepung sari atau polen adalah menurun. Hal tersebut sangat ditakutkan
pakan lebah sumber protein, lemak, sedikit oleh para peternak lebah karena koloni
karbohidrat dan mineral. Tepung sari lebah pekerja yang sedikit akan
didapatkan dari sel kelamin atau anthera mengakibatkan polen alam yang
bunga jantan. Kandungan protein kasar dikumpulkan sedikit, memperlambat
dalam tepung sari bervariasi antara 8–40% dalam perkembangan sarang, serta royal
atau rata-rata 23% (Budiwijono, 2012) jelly yang dihasilkan untuk pakan lebah
Widiarti dan Kuntadi (2012) ratu sedikit. Oleh sebab itu, Peternak lebah
menyatakan bahwa sumber pakan yang biasanya akan melakukan penambahan
terbatas merupakan faktor utama yang pakan buatan berupa sirup gula untuk
mempengaruhi rendahnya produktivitas menggantikan ketersediaan pakan dialam,
lebah madu.Selain itu menurut Sihombing namun hal tersebut dianggap kurang
(2000) Faktor lingkungan juga akan karena sirup gula hanya memberikan
mempengaruhi intensitas pengumpulan asupan karbohidrat terhadap lebah tetapi
tepung sari secara langsung maupun tidak tidak mendapatkan asupan protein yang
langsung. Secara langsung tingkat terdapat pada polen alami. Protein
pengumpulan tepung sari tergantung pada merupakan zat yang digunakan untuk
aktivitas dan kemampuan terbang lebah membangun otot, kelenjar, dan jaringan-
pekerja dan tingkat konsumsi pakan. Jika jaringan tubuh pada larva serta lebah
kebutuhan protein tidak cukup, lebah madu muda. Somerville (2000) menyatakan
tidak dapat tumbuh dan berkembang bahwa lebah setidaknya membutuhkan 10
asam esensial seperti threonin, valin, digunakan dalam penelitian ini adalah
metionin, leusin, iso-leusin, fenilalanin, Plastik mika, penggaris, gunting, jangka
lisin, histidin, arginin, dan triptofan. sorong, timbangan analitik, spidol, kertas
Oleh sebab itu para peneliti terus HVS, tempat pakan, masker, sarung
melakukan pengembangan pakan tangan, tumbukan, pinset dan alat tulis.
tambahan untuk memenuhi kebutuhan
asam esensial yang terkandung pada polen Metode Penelitian
salah satunya seperti yang dilakukan oleh
Metode yang digunakan dalam penelitian
Winston et al (1983) dengan
ini adalah metode percobaan. Percobaan
mencampurkan tepung ikan haring dan
yang dicobakan sebagai berikut :
ragi bir sebagai polen buatan. Salah satu
bahan yang belum diteliti berpotensi P0 = Gula 75% + 25% Tepungsari Alam
sebagai pakan lebah madu adalah kacang P1 = Gula 75% + Tempe kacang hijau
hijau, menurut Evita (2007) Kacang hijau 5% + Tepungsari Alam 20%
(Vigna radiata,L.) merupakan salah satu P2 = Gula 75% + Tempe kacang hijau
tanaman leguminosae yang cukup penting 10% + Tepungsari Alam 15%
di Indonesia setelah tanaman kedelai dan P3 = Gula 75% + Tempe kacang hijau
kacang tanah. Dalam setiap 100 gram biji 15% + Tepungsari Alam 10%
kacang hijau mengandung 345 kal kalori, P4 = Gula 75% + Tempe kacang hijau
22 gram protein, 1,2 g lemak, 62,9 g 20% + Tepungsari Alam 5%
karbohidrat, 125 mg kalsium, 320 mg P5 = Gula 75% + Tempe kacang hijau
fosfor 6,7 mg besi, 157 SI vitamin A, 0,64 25% + Tepungsari Alam 0%
mg vitamin B 1, 6 mg vitamin C dan 10 g
air. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan Variabel Penelitian
untuk mengetahui apakah kacang hijau Variabel yang diamati pada penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan baku adalah penampilan larva pekerja yang
pembuatan pengganti polen yang dapat akan diamati sebagai berikut :
menunjang kebutuhan pakan larva lebah 1. Panjang larva
pekerja apabila ketersediaan polen dialam Pengukuran dilakukan dengan
tidak mencukupi. mengambil 10 larva setiap perlakuan dan
ulangan dari masing masing koloni. Larva
diambil dengan menggunakan pinset atau
MATERI DAN METODE
grafting tool, lalu diukur dengan penggaris
Materi Penelitian dan alat bantu ukur yang terbuat dari
Penelitian ini dilaksanakan di desa steroform. Larva dari tiap frame disusun
Cendoro, Kecamatan Dawarblandong berjajar dalam sebuah alat ukur yang
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. dibuat dari steroform. Alat ini digunakan
Dilaksanakan pada tanggal 10 Desember agar larva tetap dalam keadaan lurus pada
2017 – 30 Desember 2017. Materi yang saat pengukurannya (Desmilia, Jasmi dan
digunakan dalam penelitian ini adalah Safitri, 2017). Setelah itu dicatat data
koloni lebah Apis mellifera, sisiran sarang panjang larva.
(frame), tempe kacang hijau, gula dan
tepung sari alam. Peralatan yang
2. Diameter larva diatas timbangan analitik (Desmilia, Jasmi
Pengukuran dilakukan dengan dan Safitri, 2017). Pastikan sebelum
mengambil 10 larva setiap perlakuan dan dilakukan penimbangan larva timbangan
ulangan dari masing masing koloni. Larva sebaiknya dikalibrasi. Setelah itu dicatat
diambil dengan menggunakan pinset atau data bobot basah larva.
grafting tool setelah itu larva ditempatkan
ke dalam nampan. Diameter larva diukur Analisis Data
dengan menggunakan jangka sorong Penelitian ini menggunakan model
(Desmilia, Jasmi dan Safitri, 2017). percobaan Rancangan Acak lengkap
Setelah itu dicatat data diameter larva. (RAL). Hasil pengamatan berupa data
3. Bobot larva yang diperoleh dianalisis menggunakan
Pengukuran dilakukan dengan analisi ragam. Setelah dilakukan analisis
mengambil 10 larva setiap perlakuan dan ragam, apabila hasil analisis menunjukkan
ulangan dari masing masing koloni. Larva adanya perbedaan yang nyata maka
diambil dengan menggunakan pinset atau dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
Duncan (UJBD).
grafting tool setelah itu larva ditempatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pengaruh pemberian tempe kacang hijau sebagai polen pengganti terhadap
panjang, diameter, serta bobot larva dapat dilihat pada Tabel 1.

Perlakuan Panjang larva Diameter larva Bobot larva

P0 0,71 + 0,033 4,84 ± 0,086ab 0,1595 ± 0,002a


P1 0,74 + 0,025 4,91 ± 0,035b 0,1695 ± 0,001b

P2 0,71 + 0,009 4,84 ± 0,125ab 0,1667 ± 0,002b


P3 0,73 + 0,022 4,79 ± 0,075ab 0,1681 ± 0,002b
P4 0,75 + 0,010 4,73 ± 0,085a 0,1667 ± 0,002b

P5 0,72 + 0,005 4,71 ± 0,079a 0,1651 ± 0,004b

Keterangan :
- Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama pada variabel diameter larva
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
- Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama pada variabel bobot larva menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Pengaruh penambahan tempe kacang hijau larva melainkan menyebabkan larva


pada berbagai level penambahan menjadi berukuran besar. Maka dari itu
memberikan perbedan yang sangat nyata hanya terjadi pertambahan pada diameter
pada variabel bobot larva, sedangkan pada dan bobot larva lebah pekerja. Sesuai
variabel diameter larva memberikan dengan pernyataan dari Soeprapto (1998)
pengaruh yang nyata, dan pada variabel bahwa kacang hijau mengandung vitamin,
panjang larva tidak memberikan pengaruh protein (24%), sedikit lemak, dan
yang nyata. karbohidrat (58%). Ditambahkan oleh
Sarwono (2001) bahwa protein yang
Pengaruh Polen Buatan Terhadap
terkandung pada polen merupakan sumber
Panjang Larva
pakan penting yang digunakan untuk
Hasil penelitian pada panjang larva
membesarkan larva lebah. Ditambahkan
lebah pekerja menggunakan polen buatan
oleh Rochman (2013) bahwa
memberikan pengaruh yang tidak nyata (P
perkembangan lebah ditentukan oleh
> 0,05) terhadap panjang larva lebah
faktor nutrisi yang berasal dari makanan
pekerja. Adapun rata-rata panjang larva
lebah madu, baik jumlah maupun
dapat dilihat pada Tabel 1.Berdasarkan
komposisinya.
hasil rata-rata tersebut menunjukkan
bahwa pada perlakuan P4 cenderung lebih Pengaruh Polen Buatan Terhadap
besar dibandingkan P0, P1, P2, P3, dan P5. Diameter Larva
Hal tersebut dikarenakan pakan yang Hasil analisis ragam menunjukkan
diberikan pada larva mengandung protein bahwa perlakuan menggunakan polen
yang tidak memacu pertambahan panjang buatan memberikan pengaruh yang nyata
(P < 0,05) terhadap diameter larva lebah persediaan makanan didalam sarang
pekerja. Adapun rata-rata diameter larva tercukupi.
lebah pekerja dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan Pengaruh Polen Buatan Terhadap
bahwa pada perlakuan P1 menunjukkan Bobot Larva
rataan leb ih besar dibandingkan P0, P2, Hasil analisis ragam menunjukkan
P3, P4, dan P5. Hal tersebut dapat bahwa perlakuan menggunakan polen
dipengaruhi oleh kandungan pakan berupa buatan memberikan pengaruh sangat nyata
karbohidrat dan protein yang diberikan, (P < 0,01) terhadap bobot larva lebah
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari pekerja. Adapun rata-rata bobot larva
Evita (2007) bahwa dalam setiap 100 gram lebah pekerja dapat dilihat pada Tabel 1.
biji kacang hijau mengandung 345 kal Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan
kalori, 22 gram protein, 1,2 g lemak, 62,9 bahwa pada perlakuan P1 menunjukkan
g karbohidrat, 125 mg kalsium, 320 mg rataan lebih besar dibandingkan P0, P2,
fosfor 6,7 mg besi, 157 SI vitamin A, 0,64 P3, P4, dan P5. Hal ini dapat dipengaruhi
mg vitamin B 1, 6 mg vitamin C dan 10 g oleh tingginya kandungan protein dan
air. Didukung oleh Sihombing (1997) karbohidrat didalam polen buatan yang
bahwa Karbohidrat merupakan sumber dberikan. Sesuai dengan pernyataan dari
energi yang membentuk senyawa-senyawa Evita (2007) bahwa Kacang hijau (Vigna
organik utama yang terdapat dalam tubuh, radiata,L.) merupakan salah satu tanaman
dan berperan dalam mendukung struktur leguminosae yang cukup penting di
dan fungsi-fungsi semua jaringan tubuh, Indonesia setelah tanaman kedelai dan
ditambahkan oleh Gaman dan Sherrington kacang tanah. Dalam setiap 100 gram biji
(1992) bahwa protein adalah penyusun kacang hijau mengandung 345 kal kalori,
utama sel-sel tubuh, dan erat hubungannya 22 gram protein, 1,2 g lemak, 62,9 g
dengan pertumbuhan. Jika sumber pakan karbohidrat, 125 mg kalsium, 320 mg
memiliki protein yang tinggi maka royal fosfor 6,7 mg besi, 157 SI vitamin A, 0,64
jelly yang dihasilkan oleh lebah pekerja mg vitamin B 1,6 mg vitamin C dan 10 g
muda akan memiliki kandungan yang air. Ditambahkan oleh Wijaya, Fasti, dan
tinggi pula. Hal ini pula yang diduga Zulfica (2007) bahwa pada 100 gram biji
mempengaruhi diameter larva. Sesuai jagung mengandung 12-14% air, 60-65%
dengan pendapat Widowati (2013) bahwa pati, 8,3-8,5% protein, 4,4- 4,5% lemak,
protein digunakan untuk membangun otot, dan 2,3 – 2,4% serat kasar. Ditambahkan
kelenjar, dan jaringan-jaringan tubuh larva oleh Direktorat Gizi Departemen
serta lebah muda. Rataan yang diperoleh Kesehatan RI dalam Hatta (1993) bahwa
diatas didukung oleh pernyataan pada gula pasir terdapat kandungan kalori
Sihombing (2005) dalam Rochman (2012) sebanyak 268 kkal, karbohidrat 95 mg,
bahwa lebar larva Apis mellifera pertama kalsium 75 mg, fosfor 35 mg, besi 3 mg,
kali menetas adalah 0,4 mm atau 0,04 cm, air 4 mg. Situmorang dan Hasanudin
dan didukung oleh Winston (1987) yang (2014) menyatakan bahwa protein adalah
menyatakan bahwa perkembangan lebah komponen organisme yang paling
madu pada fase larva bisa mencapai 14 kompleks dan khas yang terdapat dalam
kali lebih cepat dari keadaan awal ketika semua sel hidup dengan peranan yang
sangat penting bagi pertumbuhan makhluk
hidup. Ditambahkan oleh Desmilia, Jasmi, Saran
dan Safitri (2017) bahwa polen dari Berdasarkan hasil penelitian disarankan
tanaman jagung yang mengandungan untuk meneliti lebih lanjut pada pemberian
protein tinggi akan mengakibatkan larva polen pengganti serupa namun
berukuran besar sehingga akan terjadi dikombinasi dengan berbagai macam jenis
pertambahan pada berat larva, dan menurut tempe dari kacang yang memiliki
rochman (2012) pada hasil penelitian kandungan protein yang berbeda.
dengan menggunakan pakan alam
diketahui bahwa rata-rata bobot badan Daftar Pustaka
larva lebah madu Apis dorsata pada umur Budiwijono, T. 2012. Identifikasi
6 – 7 hari sebesar 60,92 ± 39,16 mg lebih Produktivitas Koloni Lebah Apis
berat dibandingkan dengan bobot larva Mellifera Melalui Mortalitas Dan
Apis mellifera pada umur 6 hari serta lebih Luas Eraman Pupa Di Sarang Pada
ringan dibandingkan dengan larva yang Daerah Dengan Ketinggian
berumur 7 hari setelah telur keluar dari Berbeda. Jurnal Gamma.7(2) : 111-
tubuh lebah ratu dan apabila bobot 123
badannya rendah atau berada di bawah Desmilia, I., Jasmi dan E, Safitri. 2017.
kisaran, maka bobot badan lebah pekerja Pemanfaatan Tanaman Jagung (Zea
tersebut tidak dapat mengangkut nektar Mays L.) Terhadap Penambahan
dan polen dengan baik. Namun jika Jumlah Sel Sisiran Koloni Lebah
dibandingkan dengan hasil penelitian yang Madu Apis Cerana Fabr. Di Apiari
dilakukan pada larva berumur 9 hari Sakato Padang Pariaman. STKIP
setelah telur keluar dari tubuh lebah ratu PGRI Sumatra Barat
diketahui bahwa terdapat pertambahan Evita. 2007. Pengaruh beberapa dosis kompos
bobot larva dengan penggunaan polen sampah kota terhadap pertumbuhan
pengganti berupa tempe kacang hijau yang dan hasil kacang hijau”. Jurnal
signifikan. agronomi.13(2) : 5-9
Gaman, P. M dan K. B Sherrington. 1992.
Kesimpulan dan Saran Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu
Kesimpulan Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.
Edisi Kedua. Diterjemahkan dari
Pemilihan bahan pakan yang digunakan
buku The Science of Food, An
untuk pembuatan polen buatan
Intoduction to Food Science,
mempengaruhi diameter dan bobot larva
Nutrition ang Microbiology oleh
lebah pekerja, namun tidak mempengaruhi
Murdijati Gardjito, dkk. Gadjah
panjang larva lebah pekerja Apis mellifera.
Mada University Press,
Persentase polen yang baik untuk
Yogyakarta.
digunakan yaitu dengan persentase gula
Hatta, S. 1993 Aren Budidaya dan
pasir 75%, tempe kacang hijau 5%, tepung
Multiguna. Yogyakarta : Kanisius.
sari alam 20% ditinjau dari hasil pada
Pusbahnas, 2008. Lebah Madu. Cara
setiap variabel penelitian.
Beternak Lebah Madu dann
Pemanfaatannya. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Ramadhan,R,T,A. 2014. Evaluasi Journal of Apricultural Research
Penggunaan Pakan Tambahan Gula 22: 49-5.
dan Bee Feed Terhadap Konsumsi Winston, M. L. 1987. The Biology of
Pakan, Mortalitas Anakan, dan Honey Bee. Harvard University
Perkembangan Populasi Lebah Press, London.
Madu Apis mellifera. Skripsi.
Universitas Brawijaya.
Rochman, N., M, Junus dan G, Ciptadi.
2012. Jurnal Ilmu Perlebahan.
Estimasi Bobot Larva Melalui
Panjang dan Lebar Lebah Hutan
(Apis dorsata). Fakultas Peternakan
Brawijaya. .
Sarwono, B. 2001. Lebah Madu. Jakarta :
Agro Media.
Sihombing, D. T. H. 2005. Ilmu Ternak
Lebah Madu. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Soeprapto H. S. 1998. Bertanam Kacang
Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.
Somerville, D. 2000. Honey bee nutrition
and supplementary feeding. NSW
Agriculture, Volume 178.
Widiarti Dan Kuntadi. 2012. Budidaya
Lebah Madu Apis mellifera L. Oleh
Masyarakat Pedesaan Kabupaten
Pati, Jawa Tengah .Jurnal
Penelitian Hutan Dan Konservasi
Alam.9(4) : 351-361.
Widowati, R., 2013. Pollen Substitute
Pengganti Serbuk Sari Alami Bagi
Lebah Madu. E-Journal WIDYA
Kesehatan Dan Lingkungan. 1(1) :
31-36.
Wijaya,A., R Fasti, dan F Zulfica. 2007.
Efek xenia pada persilangan jagung
Surya dengan jagung Srikandi
Putih terhadap karakter biji jagung.
Jurnal Akta Agrosia. (2) : 199-203
Winston, M. L., W. T. Chalmers, and P. C.
Lee. 1983. Effect of two pollen
substitutes on brood mortality and
legth of adult life in the honey bee.

Вам также может понравиться