Вы находитесь на странице: 1из 32

REFERAT

BLEFARITIS

Disusun oleh:

HENDY MASJAYANTO
406121001

Pembimbing:

dr. Nanik Sri Mulyani ,Sp M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN

KLINIK SMF MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

RSUD SEMARANG

2015
PENDAHULUAN

Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata

"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan

akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan

dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk

menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi

dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera, atau infeksi. Respon tubuh

normal dalam peradangan melibatkan berbagai derajat pembengkakan,

kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.1

Blefaritis menyebabkan mata merah merah, iritasi, kelopak mata gatal dan

pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata

yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di

kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia.

Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak

menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau

menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif,

dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus

alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya

dikenal adalah blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3

Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya

blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan

kemudian diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul

adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.3

1
BLEFARITIS

Anatomi

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea

serta menyebarkan tear film yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea.

Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata

terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata, karena kelopak mata juga

berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.3,4

Gambar 1 : Anatomi kelopak mata (Jerry Popham MD, 2013)

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:3,4,5,6

a. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat

yang halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan mudah

dapat digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema dan

perdarahan mudah terkumpul disini, sehingga menimbulkan pembengkakan

palpebra.

2
b. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar

zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus

c. Otot seperti:

1. M. Orbikularis Okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan

bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi

menutup bola mata yang dipersarafi N. fasialis.

2. M. Riolani. Otot yang terletak dekat tepi margo palpebra.

3. M. Levator Palpebra yang berorigo pada anulus foramen orbita dan

berinsersi pada tarsus atas. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga

(okulomotor). Kerusakan pada saraf ini atau perubahan - perubahan pada

usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis) yang berfungsi untuk

mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

4. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator Palpebra. Inervasinya

oleh saraf simpatis, guna M. Levator Palbebra dan M. Mulleri untuk

mengangkat palpebra.

d. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan yang rapat

dengan sedikit jaringan elastin. Gunanya untuk memberi bentuk kepada

palpebra.

e. Rambut

3
Definisi

Blepharitis adalah iritasi pada kelopak mata. Ini memiliki berbagai

penyebab, mulai dari alergi dan infeksi iritasi serta kanker kulit. Ini adalah

penyakit mata yang paling umum.7

Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi.

Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan

debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata

(blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis

posterior).4

Gambar 2 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)


dan disfungsi kelenjar meibomian (Altlas of Ophtalmology)

Etiologi

Blefaritis dapat disebabkan oleh peradangan, bakteri, alergi, kondisi

lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik:7

a. Blefaritis inflamasi atau alergi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di

sekitar kelopak.

b. Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh iritasi di atmosfer (misalnya, bahan

kimia di tempat kerja) atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik.

Pada banyak orang, blefaritis disebabkan oleh paparan hewan seperti anjing

atau kucing.

4
c. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret

kuning atau kehijauan.

d. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari

berbagai jenis.

Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus

blefaritis) atau ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini

juga dapat terjadi karena kombinasi faktor, atau mungkin akibat alergi atau kutu

dari bulu mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak

teratur oleh kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis) yang menciptakan

lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat

berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya seperti jerawat rosacea dan

ketombe kulit kepala.2

Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan

pintu dari kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada

keterlibatan tepi luar dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau

dan tepi bagian dalam kelopak mata yang bersentuhan dengan bola mata.

Perubahan pada kulit kelopak mata atau permukaan mata itu sendiri biasanya bisa

menjadi penyebab sekunder yang mendasari terjadinya kelainan pada kelopak

mata.1

Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak

di kelopak. Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah.

Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah

jenis minyak, tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal.1

5
Patofisiologi

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena

adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata

yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan

normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara

langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem

imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa

buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan

adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.8

Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan

mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap

hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang

mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer

yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan

dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan

nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak

dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi

dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior

disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar

meibomian. Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas.

Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari

kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin

memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear film yang

6
bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan

osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.9

Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10

a. Infeksi bakteri langsung

b. Respons melawan toksin bakteri

c. Delayed hypersensitivity reactionterhadap antigen bakteri

Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan

disfungsi sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan

meibum, lapisan lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk

mengurangi penguapan tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan

struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah ditunjukkan

dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit

kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi

kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar

sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah

diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi

sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan komposisi

meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester kolesterol telah

terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih tinggi

dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya

muara kelenjar.10

7
Insiden

Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di

seluruh dunia. Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui,

tetapi penyakit dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus

sistemik, mungkin terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang ditemukan.

Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual, kesejahteraan, dan kemampuan

untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses penyakit dapat

mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan trichiasis, entropion

notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan peradangan,

jaringan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan

penglihatan. Jika peradangan yang parah berkembang, perforasi kornea dapat

terjadi. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam

kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih,

meskipun temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis

pada ras ini.8

Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan

dalam insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih

sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50

tahun.8 Akan tetapi apabila dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis

staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda (42 tahun) dan sebagian besar

adalah wanita (80%).11

8
Klasifikasi

Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:9

1. Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,tempat

dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior ada 2 jenis yaitu stafilokok dan

seborreik blefaritis stafilokok disebabkan oleh infeksi staphylococcus aureus

yang sering ulseratif atau staphylococcus epidemidis.Blefaritis seboroik

umumnya berkaitan dengan keberadaan pityrosporum ovale9

Gambar 3. Blefaritis Anterior (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

2. Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam,

bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat

disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang

berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya

lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh. Selain itu, dapat pula

terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat atau ketombe.2

Gambar 4. Blefaritis Posterior (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

9
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:3,11,12

A. Blefaritis bakterial

1. Blefaritis superfisial

Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus

maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti

sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta

diangkat dengan kapas basah.Bila terjadi blefaritis menahun maka

dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah

dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyertai.3

Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan

eritema pada tepi kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu

mata. Infeksi kronis dapat disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah

pada terjadinya blefaritis ulseratif. Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata,

keterlibatan kornea termasuk erosi epitelial, neovaskularisai dan infiltrat

pada tepi kelopak.11

2. Blefaritis Seboroik

Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar

penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun),

dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah

sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus

lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak

dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan

keropeng.Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan

10
membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan

kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom

ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi. Penyulit yang dapat timbul

berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum

dan madarosis.3

Gambar 5. Blefaritis seboroik(Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 5)

3. Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama

atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan

terjadinyaluka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang

mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang

yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis

seboroik.Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun

oleh jamur. Pasien akan merasa panas dan gatal. Pengobatannya ialah

dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan

steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien.

Penyulit yang dapat terjadi antara lain: keratitis, konjungtivitis.3

4. Blefaritis Ulseratif.

11
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak

akibatinfeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng

berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang

kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif

skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan

luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.

Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut

sehingga mengakibatkan rontok(madarosis).3

Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan

pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau

basitrasin. Biasanyadisebabkan stafilokok maka diberi obat

staphylococcus. Apabila ulseratif luaspengobatan harus ditambah

antibiotik sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah madarosis akibat

ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis

superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak

ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat

berakibat trikiasis.3

5. Blefaritis Angularis.

Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut

kelopak mata atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut

kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat

mengakibatkan gangguan padafungsi punctum lakrimal. Blefaritis

angularis disebabkan oleh Moraxella lacunata atau Staphylococcus aureus

meskipun bakteri lain atau sangat jarang herpes simplex juga terlibat.

12
Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu tepi

kelopak mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus lateral

dan medial, juga dapat terjadi konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya

kelainan ini bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati dengan sulfa

(kloramfenikol, eritromisin), tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit terjadi

pada punctum lakrimal bagian medial sudutmata yang akan menyumbat

duktus lakrimal.3,9

Gambar 6. Blefaritis angularis

(Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

6. Meibomianitis.

Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan

mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.

Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan

pengeluaran nanah dari dalamberulang kali disertai antibiotik lokal.4

Gambar 7. Meibominiatis (Atlas of Opthalmology)

13
B. Blefaritis virus3

1. Herpes zoster

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri

saraf trigeminus. Bilayang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan

terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.Gejala

tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang

terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan

berasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea

bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus

superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.

Pengobatan hanya asimtomatik; steroid superfisial untuk mengurangi

gejala radang dan analgesik untuk mengurangi rasa sakit. Penyulit yang

mungkin terjadi adalah uveitis, parese otot perggerak mata, glaukoma dan

neuritis optik.3

2. Herpes simplek

Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan

keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak.

Dikenal bentuk blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak

ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang

mengakibatkan kedua kelopak lengket. Tidak terdapat pengobatan spesifik

pada penyakit ini. Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik

sitemik atau topikal.3

3. Vaksinia

14
Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa

pustula dengan indentasi pada bagian sentral. Tidak terdapat pengobatan

spesifik untuk kelainan ini.3

4. Moluskum kontagiosum

Moluskum kontagiosum pda kelopak akan terlihat sebagai benjolan

dengan penggaungan ditengah yang biasanya terletak di tepi kelopak.

Dapat ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang bentuknya seperti

konjungtivitis inklusi klamidia atau trakoma. Pengobatan moluskum tidak

ada yang spesifik atau dilakukan ekstirpasi benjolan, antibiotic local

diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.3

C. Blefaritis jamur3

1. Infeksi superfisial

Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk

epidermomikosis, diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau

dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan nistatin topikal

100.000 unit per gram.3

2. Infeksi jamur profundus

Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan

Nocardia efektif menggunakan sulfonamid, penicillin atau antibiotik

spektrum luas. Spesies lain bisa digunakan Amfoterisin B dimulai dengan

0.05-0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam dilarutkan dekstrose 5% dalam air.3

D. Phitiriasis palpebrarum9

Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang yang

terinfeksi kutu dapat kedaerah lain yang berambut seperti axila, dada atau bulu

15
mata. Pitiriasis palpebarum merupakan kutu dari bulu mata yang biasanya

menjangkiti anak-anak yang hidup ditempat yang memiliki higinitas yang

buruk.9

Gambar 8. Phitiriasis palpebrarum (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

Gejala meliputi iritasi kronis dan gatal pada kelopak mata. Ditandai

oleh kutu yang menempel kebulu mata dengan cakarnya. Telur dan kulitnya

yang kosong muncul seperti bentuk oval, coklat, keputihan seperti mutiara dan

melekat pada dasar cilia. Kunjungtivitis tidak lazim ditemukan.

Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan menggunakan

pinset, lalu diberikan topikal yellow mercuric oxide 1% atau petroleum jelly

pada bulu mata dan kelopak mata dua kali sehari selama 10 hari.

Menghilangkan kutu pada pasien, keluarga, baju dan tempat tidur penting

untuk menghindari kekambuhan.9

Gambaran Klinik

A. Blefaritis stafilokokus9

- sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu

mata .

- hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler

kronis.

16
- Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan

(tylosis) dari tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis.

- Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi kelopak

mata dan sesekali terjadi phlyctenulosis.

- Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering

yang umumnya terjadi.

B. Blefaritis seboroik9

- Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan

menempel bersama-sama pada bulu mata

- Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan

bulu mata.

C. Blefaritis posterior9

- Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai

menyumbat lubang kelenjar meibomian dengan tetesan minyak

- Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar meibomian

- Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.

- Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh atau

seperti pasta gigi.

- Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan

dilatasi kistik duktus meibomian.

- Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak

atau dalam kantus.

- perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea

epitel inferior.

17
Diagnosis

Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.

Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan

depan bola mata, termasuk:11

- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan

adanya masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap

masalah mata.

- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan

penampilan bulu mata.

- Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar

meibomian menggunakan cahaya terang dan pembesaran.

- Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.

18
Gambar 9. Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan kelopak mata merah

(Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007)

Kondisi yang berkaitan dengan blefaritis kronis:9

1. Ketidakstabilan tear film ditemukan pada 30-50% pasien, mungkin sebagai

akibat dari ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid dari tear film

memungkinkan peningkatan penguapan. Waktu pemecahan tear film biasanya

berkurang.

2. Chalazion, yang mungkin multipel dan berulang, umumnya terjadi terutama

pada pasien dengan blefaritis posterior.

19
3. Penyakit membran epitel basal dan erosi epitel berulang dapat diperburuk oleh

blepharitis posterior.

4. Kulit: A. Jerawat rosacea sering dikaitkan dengan disfungsi kelenjar

meibomian.

B. dermatitis seboroik terdapat pada>90% dari pasien dengan

blefaritis seboroik.

C. Pengobatan acne vulgaris dengan isotretinoin dikaitkan dengan

perkembangan blepharitis pada sekitar 25% dari pasien; hal itu

mereda ketika pengobatan dihentikan.

5. Keratitis bakteri dikaitkan dengan penyakit sekunder permukaan okular untuk

blefaritis kronis.

6. Atopik keratokonjungtivitis sering dikaitkan dengan blefaritis stafilokokus.

Pengobatan blefaritis sering membantu gejala konjungtivitis alergi dan

sebaliknya.

7. Intoleransi lensa kontak. Pemakaian jangka panjang lensa kontak berhubungan

dengan penyakit tepi pelupuk mata posterior. Penghambatan gerakan tutup

dan ekspresi normal dari minyak meibomian bisa menjadi penyebabnya. Ada

juga mungkin terkait konjungtivitis giant papil membuat pemakaian lensa

tidak nyaman. Blefaritis juga merupakan faktor risiko untuk keratitis

bakteriterkait lensa kontak.

20
Table 1.Summary of characteristics of chronic blefaritis

(Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

Anterior blefaritis
Posterior
Feature
blefaritis
Staphylococcal Seborrhoeic

Lashes Deposit Hard Soft

Loss ++ +

Distorted or
++ +
trichiasis

Lid margin Ulceration +

Notching + ++

Cyst Hordeolum ++

Meibomian ++

Conjunctiva Phlyctenule +

Tear film Foaming ++

Dry eye + + ++

Cornea Punctate erosions + + ++

Vascularization + + ++

Infiltrates + + ++

Associated Atopic Seborrhoeic


Acne rosacea
disease dermatitis dermatitis

21
Diagnosis Banding13

Condition Signs and symptoms Treatment


Conditions typically presenting bilaterally
Angioedema Often, but not always Often self-limited; avoid inciting agents
bilateral Emergency medical attention is required in
Abrupt onset over patients with upper airway obstruction;
minutes to hours; administer 0.3 mg of intramuscular
may follow an epinephrine
exposure Mild cases may benefit from oral
Scaling usually antihistamines and/or glucocorticoids:
absent Diphenhydramine hydrochloride
(Benadryl), 25 to 50 mg three or
four times daily (dosage for
children: 4 to 6 mg per kg per day,
in three or four divided doses)
Loratadine (Claritin), 10 mg daily
(dosage for children two to five
years of age: 5 mg daily)
Prednisone, 0.5 to 1.0 mg per kg per
day, then taper after three or four
days

Atopic Fine scaling usually Oral antihistamines (see above)Topical


dermatitis present corticosteroids:
Less edema than Desonide (Tridesilon) 0.05%
with contact Alclometasone dipropionate (Aclovate)
dermatitis 0.05% twice daily for five to 10
Other signs of atopic days
dermatitis may be Second-line treatments:
present Tacrolimus (Protopic) 0.1% ointment
Family or personal twice daily
history of allergic Pimecrolimus (Elidel) 1% cream twice
rhinitis or atopic daily
dermatitis
Blepharitis Yellow scaling at Local measures: eyelid massage, warm
eyelid margins compresses, and gentle scrubbing twice
Patients may have daily with a cotton swab and 1:1 solution of
pruritus or burning dilute baby shampoo or commercially
Less edema than available eyelid cleanser
with cellulitis or For staphylococcal infections, bacitracin or
contact dermatitis; erythromycin ointment to eyelid margins at
edema more bedtime or one to two weeks
prominent at eyelid For meibomian gland dysfunction, may add
margin tetracycline, 250 mg four times daily, or
doxycycline (Vibramycin), 100 mg three
times daily, then taper after four weeks

22
Condition Signs and symptoms Treatment

Contact Onset follows Avoid inciting agents


dermatitis exposure For allergic dermatitis, desonide 0.05% or
Pruritus in allergic alclometasone dipropionate 0.05% cream
contact dermatitis; or ointment twice daily for five to 10 days
burning or stinging For irritant dermatitis, cool compresses and
in irritant contact a petroleum-based emollient applied at
dermatitis bedtime
Minimal scaling
Edema may be
profound

Rosacea Telangiectasias often Local measures as for blepharitis


present Systemic tetracyclines:
Onset over weeks to Tetracycline, 250 mg four times daily
months Doxycycline, 100 mg three times daily
Eyelid changes often Topical metronidazole 0.75% cream
accompany flushing, (Metrocream) or gel (Metrogel) twice daily
papules, and pustules Azelaic acid gel (Finacea) twice daily
of the nose, cheek,
forehead, and chin

Systemic Onset over weeks to Maximize treatment of the underlying


processes months disorder
Other cutaneous and
systemic findings
present

Conditions typically presenting unilaterally


Cellulitis* Often presents with Suggested oral regimen for patients with
severe edema, deep preseptal cellulitis only†:
violaceous color, and Amoxicillin/clavulanate (Augmentin),
pain 875 mg twice daily or 500 mg three
Onset over hours to times daily (dosage for children
daysHistory of older than three months: 40 mg per
preceding trauma or kg three times daily; dosage for
bite children younger than three months:
30 mg per kg every 12 hours)
Suggested intravenous regimens:
Ampicillin/sulbactam (Unasyn), 1.5 to
3 g every six hours (dosage for
children: 300 mg per kg daily,
divided every six hours)
Ceftriaxone (Rocephin), 1 to 2 g daily
or divided every 12 hours (dosage
for children: 50 to 75 mg per kg
daily, divided every 12 hours)

23
Condition Signs and symptoms Treatment
Parenteral antibiotics are often given for
seven days in orbital cellulitis; transition to
oral antibiotics if clinical improvement is
noted after one week, to complete a total
treatment course of 21 days

Herpes Vesicles often Often self-limited; use supportive measures


simplex present such as compresses
Pain or burning may Topical bacitracin may help prevent
be present secondary infection
Onset over hours to Recurrent cases can be treated with long-
days term suppressive therapy:
Acyclovir (Zovirax), 400 mg twice
daily
Valacyclovir (Valtrex), 500 mg to
1,000 mg daily
Famciclovir (Famvir), 250 mg twice
daily
Herpes zoster Older adults Cool compresses
ophthalmicus Vesicles often Acyclovir, 800 mg five times daily for
present seven to 10 days; valacyclovir, 1 g three
Pain or burning times daily for seven days; or famciclovir,
Onset over hours to 500 mg three times daily for seven days
days Early initiation of tricyclic antidepressants
(desipramine [Norpramin], 25 to 75 mg at
bedtime) may inhibit postherpetic neuralgia
Patients may require additional treatment
for complications such as keratitis and
glaucoma

Tumors Older adultsInsidious Depending on tumor type, Mohs


onset micrographic surgery or wide local
Typically painless excision
nodule

*— Alternative empiric regimens may be necessary in patients with


community-acquired methicillin-resistant Staphylococcus aureus cellulitis.
See reference 42 for suggested therapies.
†— The presence of proptosis, decreased visual acuity, pain with eye
movement, and limitation of extraocular movements distinguish orbital
cellulitis from preseptal cellulitis.
(Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007)

24
Penatalaksanaan

Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga

kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus

memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah

proses, yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.8

Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini

termasuk variasi dari 3 langkah penting 8,9

1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk

memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting.

Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan

menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa

direndam, atau dimasak dengan microwave, kain yang telah direndam dapat

digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas

yang berlebihan.8

2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang

menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang

kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa.

Air biasa sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa

beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat

untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk menggosok-

gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit

kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan

dan mungkin berbahaya.8

25
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum

digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik

kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang

tepat untuk pengelolaan jangka panjang.8

Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus

refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau

dua bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada

pasien dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk

mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan

mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol sedang dipelajari.8

Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan,

salep air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes

simplex, varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan

terapi antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering

ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan selenium, meskipun

penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon

terapi kortikosteroid topikal.8

Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan

memerlukan pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran

antibiotik-kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis.

Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus

tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara empiris, tetapi ulkus yang lebih besar,

parasentral, atau atipikal harus dikerok dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan

untuk kultur dan pengujian sensitivitas.8

26
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat

memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching

kelopak dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan

pencukuran bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau

dengan eksisi bedah. Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan

mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah

oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk komplikasi

seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit

kornea.8

Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin

atau kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas

dalam kasus-kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi

kelopak anterior dengan cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500

mg setiap hari selama tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol penyakit

blefaritis ulseratif.9

Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan

pengobatan tetapi tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau

pada wanita hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh,

dan dapat menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah

alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah kemampuan mereka untuk

memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di bawah konsentrasi penghambatan

minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada pasien dengan

phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan

mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12

27
minggu, Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari

selama 6-12 minggu, Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu;

(pigmentasi kulit dapat berkembang setelah penggunaan jangka panjang).

Erythromicin 250 mg perhari atau b.d digunakan untuk anak-anak.9

Komplikasi

Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang

paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin

sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti

kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.1

1. Hordeolum: adalah suatu infeksi bakteri pada salah satu kelenjar minyak

yang tersumbat. Hasilnya adalah benjolan yang nyeri di tepi atau di dalam

kelopak mata.

2. Chalazion: Sebuah chalazion atau granuloma konjungtiva terjadi ketika

penyumbatan di salah satu kelenjar minyak menyebabkan kelenjar yang

menjadi membesar dan menimbulkan jaringan parut.

3. Mata merah: blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah

(konjungtivitis).

4. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang

meradang atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di

kornea.

Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun

defisiensi tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan

berbagai derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.1

28
Prognosis

Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat

mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan

kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman

untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi

kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti

ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi

blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini

jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,

kekambuhan dapat terjadi. 1

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahl, Andrew A., MD, FACS. Blepharitis. Viewed 8 Februari 2015.

<http://www.medicinenet.com/blepharitis/article.htm>

2. Johnson, Stephen, M., MD. Blepharitis in Midwest Eye Institute. viewed 8

Februari 2015. <http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html>

3. Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H spM. Ilmu penyakit Mata. FKUI, edisi ketiga, Jakarta:

2009; page 1-2, 89-97

4. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell

publishing, Australia : 2013; page 52-4

5. Popham, Jerry MD. In Cosmetic facial and eye plastic surgery : Eyelid

Anatomy. Viewed 8 Februari 2015.

<http://www.drpopham.com/347-Anatomy%20-%20Eyelid/>

6. Vaughan D. Oftalmologi umum (General Ophthalmology) 17th. Widya

Medika. Jakarta: 2003; page 78-80

7. Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stöppler, MD. Eyelid

Inflammation (Blepharitis). Viewed 8 Februari 2015.

<http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/article_e

m.htm >

8. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013

viewed 8 Februari 2015.

<http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104>

30
9. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth

Heinemann. Philadelphia; 2011: page 34-38.

10. Allen, JH et all, Patophosiology Blepharitis in Best Practice British Medicine

Journal. Last updated: July 26, 2013. Download 8 februari 2015.

<http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/574/basics/pathophysio

logy.html>

11. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred

Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.

12. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013 viewed 8

februari 2015 <http://www.allaboutvision.com/conditions/blepharitis.htm>

13. Papier, Art, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD. Differential

Diagnosis of the Swollen Red Eyelid in the American Academy of Family

Physicians.2007; page 1815-24.

<http://www.aafp.org/afp/2007/1215/p1815.html#afp20071215p1815-t1>

31

Вам также может понравиться