Вы находитесь на странице: 1из 10

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2088-9321

Universitas Syiah Kuala pp. 81- 90

PERBANDINGAN RISIKO KONTRAK LUMPSUM, UNIT


PRICE DAN GABUNGAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI
KABUPATEN BIREUEN

Nurisra
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: nurisra@yahoo.com

Abstract: There are three type of construction contract in Indonesia: lumpsum, unit price and
mixed contract. Each type have different cost risk allocation for contractor. The research was
conducted to compare the cost risk of the three tipes of contract according to contractors
experiences. The result from the cost risk comparison will expected to give alternative for
contractor and owner in taking decision among lump sum, mixed and unit price contract. The
investigation was held by spreading questionnaires. There were two stages surveis to 35
contractors as respondents in Bireuen District. The first stage was held to find the risk events
ranking and the second stage was to find the rating of the comparison to risk events. Then, the
collected data was processed and analyzed by using Analytical Hierarchy Process (AHP)
method. According to first questionnaires result, it was obtained 6 risk events that assumed
dominant which could effect the cost construction overrun; there were the market price
increasing, design revision, scope of construction revision, the difference of construction site
between in the location and contract, not timely payment and material specification change.
By using AHP method, the risk comparison according to type of contract which is related with
cost aspect, it can concluded from global priority value; the lumpsum was 0.485 , then mixed
contract 0.285 and unit price contract 0.230. So the lump sump contract had the higher risk
than unit price contract.
Keywords : Cost risk, contract, lump sump, unit price, AHP

Abstrak: Bentuk kontrak konstruksi yang dikenal di Indonesia terdiri dari kontrak lumpsum,
unit price dan gabungan keduanya. Setiap jenis kontrak memiliki risiko yang berbeda bagi
kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan risiko biaya dari ketiga jenis
kontrak menurut pengalaman kontraktor. Hasil dari perbandingan tersebut diharapkan dapat
memberikan masukan bagi kontraktor dan owner dalam pengambilan keputusan antara kontrak
lumpsum, gabungan dan unit price. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang
dibagi dalam dua tahap terhadap 35 kontraktor di Kabupaten Bireuen sebagai responden.
Tahap pertama untuk mendapatkan perangkingan peristiwa risiko dan tahap kedua untuk
mendapatkan penilaian perbandingan terhadap peristiwa risiko. Data yang didapat kemudian
diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Berdasarkan hasil kuisioner tahap pertama didapat 6 peristiwa risiko yang dianggap dominan
yang menyebabkan pembengkakan biaya pelaksanaan proyek yaitu kenaikan harga pasar,
perubahan desain, perubahan ruang lingkup pekerjaan, adanya perbedaan site lapangan dengan
yang tercantum dalam kontrak, pembayaran yang tidak tepat waktu dan perubahan spesifikasi
material. Dengan menggunakan metode AHP maka perbandingan risiko berdasarkan jenis
kontrak yang berkaitan dengan aspek biaya diperoleh bahwa proyek dengan kontrak lumpsum
akan lebih tinggi risikonya menderita kerugian dibanding kontrak unit price. Ini dapat dilihat
dari nilai prioritas global yaitu 0,485 dibanding dengan kontrak gabungan 0,285 dan kontrak
unit price 0,23. Dengan demikian kontrak lumpsum lebih berisiko dibandingkan dengan
kontrak unit price.
Kata kunci : Risiko biaya,kontrak, lumpsum, unit price, AHP.

Industri konstruksi merupakan salah satu memiliki keunikan dari setiap proyek yang
industri yang berisiko tinggi. Kemungkinan dikerjakan. Masalah pada kondisi alam,
terjadinya risiko sangat dipengaruhi oleh sifat ekonomi dan sosial, serta banyaknya pihak
alami daripada konstruksi itu sendiri yang yang terlibat di dalam sebuah proyek, dan
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011 - 81
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

perbedaan antara proyek satu dengan yang beberapa jenis kontrak yaitu kontrak lumpsum,
lainnya menjadikan aktifitas di dunia kontrak harga satuan unit price, kontrak
konstruksi menjadi sarat dengan kemungkinan gabungan lumpsum dan unit price, kontrak
terjadinya risiko. Risiko yang berpotensi terima jadi (turn key) dan kontrak persentase.
menimbulkan kerugian pada proyek
Kontrak lumpsum
konstruksi sedapat mungkin perlu dihindari.
Kontrak lumpsum atau biasa disebut
Jenis kontrak yang sering dipakai dalam
kontrak biaya menyeluruh adalah kontrak
pelaksanaan proyek adalah kontrak lumpsum,
yang mengharuskan pihak penyedia jasa
dan unit price. Kedua jenis kontrak tersebut
menyelesaiakan pekerjaan sesuai dengan
memiliki perbedaan dalam perhitungan nilai
ketentuan yang telah ditetapkan dan dengan
(biaya) proyek dan ruang lingkup perubahan
biaya yang telah ditentukan pula oleh pemilik.
kontrak sehingga perlu diketahui lebih lanjut
Kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor
tingkat risiko penggunaan kedua jenis kontrak
akan membangun proyek sesuai dengan
ini. Penilaian yang dilakukan oleh Suputra
rancangan pada suatu biaya tertentu. Jika
(2008) dengan menggunakan metode Decision
dilakukan perubahan dalam kontrak, negosiasi
Tree menunjukkan hasil bahwa kontrak
antara pemilik dan kontraktor akan
lumpsum lebih berpotensi memberikan risiko menetapkan pembayaran yang akan diberikan
biaya terhadap kontraktor. kepada kontraktor untuk perubahan pekerjaan
Penelitian ini bertujuan untuk tersebut. Biaya untuk setiap pekerjaan tambah
mengetahui tingkat risiko biaya yang terjadi kurang harus dinegosiasikan antara pemilik
antara kontrak lumpsum ,unit price dan dan kontraktor (Ervianto, 2005 :121)
gabungan keduanya dari perspektif kontraktor
dengan menggunakan metode Analitycal Kontrak unit price

Hierarchy Process (AHP). Penilaian resiko Kontrak unit price adalah kontak yang
sering disebut dengan kontrak harga satuan
dilakukan terhadap sumber (kejadian) yang
dimana nilai pekerjaan yang dikerjakan oleh
dapat mengakibatkan timbulnya
kontraktor dibayar berdasakan volume yang
pembengkakan biaya dan dilakukan
dikerjakan oleh pemilik proyek. Hal utama
perbandingan bobot risiko pada setiap jenis
mengenai kontrak unit price adalah penilaian
kontrak.
harga setiap unit pekerjaan telah dilakukan
KAJIAN PUSTAKA sebelum konstruksi dimulai. Pemilik telah
Keppres No. 80 Tahun 2003 (Anonimus, menghitung jumlah unit yang terdapat dalam
2003) menyatakan ada 5 (lima) jenis kontrak setiap pekerjaan. Dalam menggunakan jenis
antara pihak pengguna jasa dan pihak kontrak ini kontraktor hanya perlu
penyedia jasa, dilihat dari perhitungan menentukan harga satuan yang akan ditawar

biayanya maka kontrak dapat dibagi menjadi untuk setiap item dalam kontrak. (Ervianto,
2005 : 116).
82 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Risiko kemungkinan terjadinya sesuatu keadaan


Risiko dalam pengertian umum di peristiwa kejadian dalam proses kegiatan
masyarakat dapat diartikan sebagai terjadinya usaha, yang dapat berdampak negatif terhadap
hal-hal yang merupakan dampak negatif dari pencapaian sasaran usaha yang telah
suatu aktivitas atau tindakan dan selalu ditetapkan (Asiyanto, 2005).
merugikan (Santoso, 2004 : 4). Dalam praktik, Risiko hanya boleh diambil bilamana
peristiwa risiko ini sering disebut ancaman. potensi manfaat dan kemungkinan
( Clifford, 2007). Menurut Sutadi (2008) dan keberhasilanngya lebih besar dari pada
Asiyanto (2005) peristiwa risiko yang kegagalan yang mungkin terjadi. Dalam
menyebabkan timbulnya risiko pembengkakan hubungannya dengan proyek, maka risiko
biaya adalah sebagai berikut: dapat diartikan sebagai dampak kumulatif
a. Perbedaan kondisi lapangan dengan terjadinya ketidakpastian yang berdampak
yang tercantum dalam kontrak. negatif terhadap sasaran proyek (Soeharto,
b. Pengadaan pekerjaan tambah kurang 2001).
(change order) Risiko proyek ditandai oleh faktor faktor
c. Lingkup kerja yang tidak lengkap, sebagai berikut :
tidak sesuai dengan gambar dan a. Peristiwa risiko, menunjukkan
spesifikasi,misalnya batas-batas dampak negative yang dapat terjadi
lingkup kerja yang kurang jelas dalam pada proyek.
hal material. b. Probabilitas terjadinya peristiwa.
d. Sifat proyek dalam lingkup kerja yang c. Kedalaman (severity) dampak dari
masih baru atau belum pernah risiko yang terjadi.
dilaksanakan sebelumnya, dengan Risiko merupakan suatu yang tidak nyata,
tingkat kesulitan konstruksi tertentu. sehingga untuk memudahkan proses
e. Perubahan, penundaan schedule identifikasi dapat dilakukan dengan cara
pekerjaan atas permintaan atau mendeteksi sumber dan dampak dari risiko
interupsi owner. tersebut.
f. Kelemahan dalam pengendalian Terdapat beberapa pengelompokan
penerimaan pembayaran, misalnya sumber risiko, antara lain:
pembayaran pekerjaan yang tidak 1. Sumber risiko internal
tepat waktu. Permadi, (1992, dikutip dari Maulidiah,
2003:5) menyatakan sumber-sumber
Secara sederhana risiko dapat
resiko internal merupakan sumber-
berarti kemungkinan akan terjadinya akibat
sumber risiko yang terjadi di dalam
buruk atau akibat yang merugikan. Dalam
proyek yang secara langsung
perspektif kontraktor risiko adalah
mempengaruhi semua kegiatan proyek.

Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011 - 83


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

2. Sumber risiko eksternal bertugas untuk mempertahankan


Menurut Kerzner (2003) sumber resiko hak-hak istimewa suatu kelompok
eksternal adalah risiko yang berada mayoritas.
diluar kendali pihak manajemen, tetapi
Klasifikasi Risiko
berpengaruh terhadap kegagalan
Terdapat tiga cara untuk dapat
proyek. Sumber resiko eksternal yang
mengklasifikasikan risiko, yaitu dengan
berpengaruh terhadap kegagalan proyek
mengklasifikasikan jenis risiko, dampak dan
antara lain:
konsekuensi dari risiko.
a. Faktor ekonomi
Risiko-risiko dalam proyek menurut
Tidak stabilnya perubahan harga dan
Kerzner (2003) adalah:
kesulitan dalam menetapkan harga
a. Risiko yang dapat diasuransikan
secara pasti merupakan pengaruh dari
(Insurable): Kerusakan langsung pada
siklus perekonomian yang kurang
peralatan dan perlengkapan, kebakaran,
stabil, sehingga risiko yang
kecelakaan, kerusakan/kehilangan
diperkirakan akan berpengaruh pada
material, peralatan dan perlengkapan
perubahan harga pelaksanaan proyek.
proyek, sumber daya manusia, seperti
b. Kondisi alam
cedera badan pada tenaga kerja.
Risiko tersebut meliputi hujan lebat,
b. Risiko-risiko pada tahap konstruksi,
banjir, dan gempa bumi yang
yaitu tenaga kerja yang tidak terampil, 
merupakan kejadian alam diluar
ketersediaan material, pemogokan,
kendali manusia.
cuaca, tidak diterimanya pekerjaan
c. Faktor sosial
oleh pemberi kerja dan perubahan
Faktor sosial mempunyai
konstruksi yang telah jadi.
kecederungan ke arah pengertian
Konsekuensi negatif resiko proyek
kelompok orang yaitu masyarakat
didefinisikan sebagai tidak tercapainya
dan warga. Faktor sosial yang harus
sasaran proyek, yaitu:
diteliti adalah mengenai dampak
a. Realisasi biaya proyek yang tidak
positif dan negatife dari
sesuai dengan estimasi.
pembangunan proyek tersebut, agar
b. Realisasi waktu pelaksanaan
tujuan tercapainya persyaratan pokok
proyek yang tidak sesuai dengan
kebutuhan sosial masyarakat
estimasi jadwal / schedule
setempat serta memperkecil
c. Realisasi mutu pekerjaan yang tidak
timbulnya keresahan politik.
memenuhi spesifikasi teknis.
d. Faktor politik
Politik sebagai suatu usaha Pada saat mempertimbangkan
menegakkan ketertiban dan keadilan konsekuensi dari suatu risiko, maka faktor-
dari tekanan dan tuntutan serta faktor yang berkaitan dengan pengaruh

84 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

risiko harus diperhitungkan. Pada umumnya Hasil dari perbandingan berpasangan


para professional akan mengandalkan ini akan membentuk matrik dimana skala
pengetahuan dan pendapat para ahli, rasio diturunkan dalam bentuk eigen vektor
dilengkapi dengan informasi masa lalu. utama atau fungsi-eigen. Matriks tersebut
berciri positif dan berbalikan, yakni aij
Metode Analitycal Hierarchy Process
= 1/ aji.
(AHP)
Langkah - langkah dalam metode AHP
Kajian Permadi 1992 (dikutip dari meliputi:
Suryadi dan Ramdhani 1998) menyebutkan a. Mendefinisikan masalah dan
bahwa proses pengambilan keputusan pada menentukan solusi yang diinginkan;
dasarnya adalah memilih suatu alternatif. b. Struktur hirarki yang diawali dengan
Peralatan utama Analitical Hierarchhy tujuan umum, dilanjutkan dengan
Proses (AHP) adalah sebuah hirarki sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan
fungsional dengan input utamanya persepsi kemungkinan alternative - alternatif
manusia. AHP dikembangkan oleh Thomas pada tingkat kriteria yang paling
L. Saaty, untuk memecahkan masalah yang bawah;
kompleks dimana aspek atau kriteria yang c. Membuat matriks perbandingan
di ambil cukup banyak. berpasangan (Tabel 1 dan Tabel 2)
Bourgeois (2005) menyebutkan bahwa yang menggambarkan kontribusi
di samping bersifat multi kriteria, AHP relatif atau pengaruh setiap elemen
juga didasarkan pada suatu proses yang terhadap masing-masing tujuan atau
terstruktur dan logis. Pemilihan atau kriteria yang setingkat diatas.
penyusunan prioritas dilakukan dengan Perbandingan dilakukan dengan
suatu prosedur yang logis dan terstruktur. judgement dari pengambilan
Penggunaan AHP dimulai dengan keputusan dengan menilai tingkat
membuat struktur hirarki atau jaringan kepentingan suatu  elemen
dari permasalahan yang ingin diteliti. dibandingkan dengan elemen lainnya;
Didalam hirarki terdapat tujuan utama, Tabel 1. Skala penilaian perbandingan pasangan.
kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif- Intensitas
dari Keterangan
alternatif yang akan dibahas. Struktur Kepentingan
1 Kedua elemen sama pentingnya
hierarki dapat dilihat pada gambar 1. 3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari pada elemen yang
I. Tujuan
lainnya
II. Kriteria 5 Elemen yang satu lebih penting
dari pada elemen yang lainnya
III. Alternatif 7 Satu elemen jelas lebih mutlak
penting dari pada elemen yang
lainnya
9 Satu elemen mutlak penting dari
pada elemen yang lainnya
Gambar 1. Struktur hierarki AHP (Saaty, 1991) 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan
Sumber : Saaty (1991)
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011 - 85
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Tabel 2. Matrik perbandingan berpasangan. faktor i terhadap faktor j dan ajk


Ta A1 A2 …. An
menyatakan kepentingan dari faktor j
A1 a11 a12 …. a1n
A2 a21 a22 …. a21 terhadap faktor k, maka agar keputusan
. . . . . menjadi konsisten, kepentingan dari faktor i
. . . . . terhadap faktor k harus sama dengan aij.ajk
An an1 an2 …. ann atau jika aij.ajk = aik untuk semua i,j,k
Sumber : Saaty (1991)
maka matrix tersebut konsisten.
d. Melakukan perbandingan berpasangan
Penyimpangan dari konsisteni
sehingga diperoleh penilaian
dinyatakan dengan dengan Indeks
(judgement) seluruhnya sebanyak n x
Konsistensi, dengan persamaan:
((n-1)/2) buah, dengan n adalah ఒ௠௔௞௦ି௡
CI = (1)
௡ିଵ
banyaknya elemen yang dibandingkan;
Dimana :
e. Menghitung nilai eigen dan menguji
λmaks : eigen value maksimum
konsistensinya, jika tidak konsisten
N : ukuran matriks
maka pengambilan data di ulang;
Batas inkonsistensi diukur dengan
f. Mengulangi langkah c, d dan e untuk
menggunakan Rasio Konsistensi (CR),
seluruh tingkat hirarki;
yakni perbandingan indek konsistensi
g. Menghitung vector eigen dari setiap
dengan nilai pembangkit random (RI) yang
matriks perbandingan berpasangan.
telah di hitung oleh Saaty (1991). Nilai ini
Nilai eigen merupakan bobot setiap
bergantung pada ordo matriks n. Dengan
elemen. Langkah untuk mensintesis
demikian, Rasio konsistensi dapat
penilaian (judgement) dalam penentuan
dirumuskan:
prioritas elemen-elemen  pada tingkat ஼ூ
C.R. = (2)
ோூ
hirarki terendah sampai pencapaian
Dimana :
tujuan;
CR : Rasio Konsistensi
h. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika
CI : Indeks Konsistensi
nilainya lebih dari 10 persen maka
RI : Indeks Random
penilaian (judgement) harus diperbaiki.
Untuk model AHP, matriks
Konsistensi AHP perbandingan dapat diterima jika Nilai
Matriks bobot yang diperoleh dari Rasio Konsistensi ≤ 0,1.
hasil perhitungan secara berpasangan
METODE PENELITIAN
tersebut harus mempunyai hubungan
Metode penelitian yang digunakan
kardinal dan ordinal.
adalah metode deskriptif kualitatif yang
Hubungan kardinal : aij . ajk = aik
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran
Hubungan ordianal : Ai > Aj, Aj > Ak, maka
atau lukisan secara sistematik, faktual dan
Ai > Ak
akurat
Jika aij mewakili derajat kepentingan
86 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

mengenai peristiwa atau hubungan antar proyek konstruksi, 8,3% responden adalah
peristiwa risiko yang akan diselidiki. Metode sarjana ini menunjukkan bahwa responden
deskriptif kualitatif yang dipakai adalah yang mengisi kuisioner dianggap cukup layak.
metode survey yang bertujuan untuk Kualifikasi perusahaan sebanyak 28,6%
mendapatkan opini dari responden mengenai adalah Grade 3.
peristiwa yang dapat menimbulkan risiko Dari penyebaran kuesioner tahap pertama
biaya. diperoleh rangking untuk peristiwa risiko
Pengumpulan data kuesioner dilakukan berdasarkan pilihan jawaban responden dari
selama 2 bulan, yaitu bulan Mei dan Juni jumlah skor terbesar secara berurutan dari
2010. Kuisioner disebarkan langsung oleh yang terbesar hingga yang terkecil (menurut
peneliti kepada 35 perusahaan penyedia jasa ranking) adalah :
konstrusi sebagai responden di Kabupaten 1. Kenaikan harga pasar
Bireuen Provinsi Aceh. 2. Pekerjaan ulang (rework) akibat
Kuesioner yang disebarkan terdiri dari perubahan desain
dua bagian. Bagian pertama berisikan 3. Perubahan ruang lingkup pekerjaan,
pertanyaan berkaitan dengan identitas terdapat pekerjaan baru yang tidak
responden dan bagian kedua berisikan tercantum dalam kontrak
pendapat responden terhadap risiko kontrak. 4. Pembayaran yang tidak tepat waktu
Penyebaran kuesioner dilakukan dalam 2 5. Perubahan spesifikasi material Perubahan
(dua) tahap, tahap pertama untuk mendapatkan jadwal pekerjaan akibat adanya perintah
rangking sumber risiko yang dijadikan sebagai owner
kriteria untuk kuesioner tahap kedua. Pada 6. Lingkup kerja yang tidak lengkap dan
tahap kedua dilakukan penilaian tingkat risiko tidak sesuai dengan gambar
untuk masing-masing jenis kontrak 7. Sifat proyek dengan lingkup kerja yang
berdasarkan kriteria yang diperoleh dari masih baru dan dengan kesulitan tertentu
kuesioner tahap pertama dan selanjutnya Jumlah material yang didatangkan lebih
dianalisis dengan metode AHP. besar dari perkiraan
8. Perubahan pada pekerjaan konstruksi
HASIL PEMBAHASAN
akibat sulit dilaksanakan pada pekerjaan
Dari hasil pengolahan kuesioner
konstruksi akibat sulit dilaksanakan
bagian identitas responden diketahui bahwa
9. Akses ke lokasi proyek
48,2% responden yang telah mengisi
10. Kesalahan desain dari konsultan
kuisioner ini adalah staff teknik yang
11. Kinerja buruk supplier dan subkon yang
merupakan orang yang mengerti benar
terlihat
tentang proyek konstruksi. Sebanyak 57%
12. Kondisi lapangan yang tidak terlihat
telah bekerja di bidang konstruksi selama 5-
13. Kinerja buruk supplier dan subkon yang
9 tahun, ini adalah angka responden yang
terlihat
cukup berpengalaman dalam menangani
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011 - 87
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

14. Kondisi lapangan yang tidak terlihat terbesar yaitu 0,485 ini berarti peluang
Berdasarkan hasil perangkingan di atas proyek dengan kontrak lumpsum mengalami
maka diambil 6 peristiwa risiko yang kerugian jauh lebih besar dibandingkan
menjadi penyebab risiko dan dianggap dengan kontrak unit price dikarenakan
dominan yang mengakibatkan terjadinya unggul pada kriteria-kriteria yang dianggap
pembengkakan biaya pelaksanaan proyek lebih penting. Kontrak gabungan berada pada
yaitu: urutan kedua dengan persentase 0,285 dan
A. Kenaikan harga pasar kontrak unit price ketiga dengan persentase
B. Pekerjaan ulang (rework) akibat 0,230. Perbandingan peristiwa risiko ini
perubahan desain dapat dilihat pada gambar 2.
C. Perubahan ruang lingkup pekerjaan 0.6
terdapat dimana terdapat pekerjaan baru
0.4
yang tidak tercantum dalam kontrak.
0.2
D. Adanya perbedaan antara kondisi site
lapangan dengan yang tercantum dalam 0

dokumen kontrak.
Gambar 2. Perbandingan risiko biaya
E. Pembayaran yang tidak tepat waktu
F. Perubahan spesifikasi material Dari keenam kriteria sumber risiko dapat
Setelah nilai CR dan CI pada masing - diketahui pengaruhnya terhadap risiko biaya
masing penilaian responden terbukti untuk setiap jenis kontrak seperti pada Gambar
konsisten (nilai CI dan CR lebih kecil dari 3
pada 10%) maka langkah selanjutnya 20 Kontrak 
adalah menggabungkan penilaian dari 15 Lumpsum
Kontrak 
10
semua responden dan hasil perhitungan Gabungan
5 Kontrak 
dalam bentuk analisis matriks 0
Unit Price

menunjukkan prioritas global untuk


pemilihan peristiwa risiko ini seperti yang
terdapat pada Tabel 3.
Gambar 3. Perbandingan alokasi risiko dari setiap
Tabel 3. Prioritas global pemilihan peristiwa
risiko sumber risiko terhadap ketiga kontrak
Kriteria A B C D E F Priori
tas
Bobot 0,300 0,202 0,171 0,127 0,118 0,083
global A. Kenaikan harga pasar
Lumpsum 0.144 0.093 0.104 0.060 0.068 0.017 0.485
Gabungan 0.082 0.067 0.042 0.034 0.032 0.029 0.285 Kenaikan harga pasar menempati urutan
Unit price 0.075 0.042 0.025 0.033 0.018 0.037 0.230
tertinggi dalam peristiwa dimana bobot
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa peristiwa kontrak lumpsum adalah 0,144,
peristiwa risiko yang menyebabkan untuk kontrak gabungan adalah 0,082
pembengkakan biaya pelaksanaan proyek dan kontrak unit price 0,075. Ini
kontrak lumpsum memperoleh nilai menunjukkan bahwa kenaikan harga

88 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

pasar, inflasi dan kelangkaan material dengan yang tercantum dalam dokumen
yang dapat menyebabkan kenaikan harga kontrak
pasar sangat berpengaruh untuk terjadinya Berdasarkan peristiwa risiko tersebut
risiko pembengkakan biaya pelaksanaan maka bobot yang dipilih respoden untuk
proyek. kontrak lumpsum adalah 0,060, untuk
B. Pekerjaan ulang (rework) akibat kontrak gabungan adalah 0,034 dan untuk
perubahan desain kontrak unit price adalah 0,033. Demikian
Pekerjaan ulang (rework) akibat juga dengan kriteria D hasil dari pilihan
perubahan desain menepati urutan kedua responden menunjukkan bahwa bobot
dimana bobot peristiwa risiko untuk kontrak lumpsum lebih berpeluang
kontrak lumpsum adalah 0,093, untuk terjadinya pembengkakan biaya
kontrak gabungan adalah 0,067 dan untuk pelaksanaan proyek disbanding kontrak
kontrak unit price adalah 0,042. Disini gabungan dan kontrk unit price.
responden memberi tanggapan bahwa E. Pembayaran yang tidak tepat waktu
peristiwa risiko untuk kontrak lumpsum Bobot peristiwa risiko untuk pembayaran
lebih berpeluang menyebabkan yang tidak tepat waktu pada kontrak
pembengkakan biaya pelaksanaan proyek lumpsum adalah 0,068, untuk kontrak
dibanding kontrak gabungan dan unit gabungan adalah 0,032, dan untuk
price. kontrak unit price adalah 0,018.Jawaban
C. Perubahan ruang lingkup responden untuk pembayaran yang tidak
pekerjaan, terdapat pekerjaan baru tepat waktu menempatkan bahwa bobot
yang tidak tercantum dalam kontrak kontrak lumpsum untuk terjadinya
Dari hasil jawaban responden bobot peristiwa risiko yang menyebabkan
peristiwa risiko untuk kontrk lumpsum pembengkakan biaya pelaksanaan proyek
dari peristiwa perubahan ruang lebih besar dibandingkan dari kontrak
lingkup pekerjaan, terdapat pekerjaan gabungan dan kontrak unit price.
baru yang tidak tercantum dalam F. Perubahan spesifikasi material
kontrak adalah 0,104, untuk kontrak Perubahan spesifikasi material menempati
gabungan adalah 0,042 dan untuk urutan terakhir yang dipilih oleh
kontrak unit price adalah 0,025.Dari responden yaitu bobot peristiwa risiko
hasil jawan responden terlihat bahwa untuk kontrak lumpsum adalah 0,017,
kontrak lumpsum lebih berpeluang untuk kontrak gabungan 0,029, dan untuk
terjadinya pembengkakan biaya kontrak unit price adalah 0,037.Untuk

pelaksanaan proyek disbanding kriteria F ternyata pandangan responden

kontrak gabungan dan kontrak unit terhadap peristiwa risiko tidak sama
dengan peristiwa risiko sebelumnya
price.
dimana terlihat bahwa peristiwa risiko
D. Perbedaan antara kondisi site lapangan
pada kontrak unit price lebih besar
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011 - 89
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

bobotnya dibanding dengan bobot Jasa Konstruksi, Jakarta: Pradnya


peristiwa risiko kontrak gabungan dan Paramita

kontrak lumpsum, ini menunjukkan Bourgeois, R., 2005, Analitycal Hierarchie


Process: An Overview, UNCAPSA-
bahwa pandangan responden untuk tiap-
UNESCAP, Bogor.
tiap kontrak bisa berbeda.
Clifford, G. F, 2007. Manajemen Proyek
Hasil penelitian ini menunjukan hasil
(Proses Manajerial), Yogjakarta: Andi
yang sama dengan Suputra (2008) walaupun Ervianto, W.I., 2005, Manajemen Proyek
metode analisis yang digunakan berbeda. Konstruksi, Yogyakarta: Andi
Kerzner, .H (2003). Project Management: A
SIMPULAN DAN SARAN
Systems Approach to Planning,
Simpulan
Scheduling, and Controlling (8th Ed.
1. Berdasarkan hasil analisis perbandingan ed.)., New York: Wiley.
risiko penambahan biaya adalah kontrak Maulidiah, S, 2003, Analisis Risiko Pada
lumpsum memiliki tingkat risiko Perusahaan Pelaksana Jasa Konstruksi
tertinggi, kedua adalah kontrak gabungan di Kabupaten Pidie, Tugas Akhir
dan kontrak unit price yang terkecil. Mahasiswa, Banda Aceh: Teknik Sipil

2. Dari enam peristiwa risiko yang di tinjau FT Universitas Syiah Kuala.


Saaty, T.L., 1991, Pengambilan Keputusan
didapat bahwa kenaikan harga pasar
Bagi Para Pemimpin, Jakarta: Dharma
menjadi peristiwa risiko yang paling
Aksara Perkasa
dominan yang menyebabkan terjadinya
Santoso, R, 2004, Tingkat Kepentingan dan
pembengkakan biaya pelaksanaan proyek Alokasi Risiko Pada Proyek Konstruksi
yaitu dengan proporsi masing-masing (Thesis), Surabaya: Program
0,14 untuk kontrak lumpsum, 0,082 untuk Pascasarjana Teknik Sipil Universitas
kontrak gabungan dan 0,075 untuk Kristen Petra
kontrak unit price. Soeharto, I, 2001, Manajemen Proyek (Dari
Konseptual Sampai Operasional),
Saran Jakarta: Erlangga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Suputra, I.G.N.O., Frederika, A., Wahyuni, P.S.,
menjadi masukan bagi kontraktor dalam 2008, Analisis Perbandingan Risiko

melakukan kontrak pekerjaan konstruksi Biaya antara Kontrak Lumpsum dengan


Kontrak Unit Price Menggunakan
sehingga dengan lebih memahami perbedaan
Metode Decision Tree, Jurnal Ilmiah
tingkatan risiko pada setiap jenis kontrak maka
Teknik Sipil Vol. 12, No. 2. Hal: 136-
dapat dilakukan persiapan dengan lebih baik.
152. Denpasar : Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Udayana
DAFTAR PUSTAKA
Suryadi & Ramdhani, A, 1998, Sistem
Anonymous, 2003, Keppres RI Nomor 80
Pendukung Keputusan Suatu Wacana
Tahun 2003, Tentang Pelaksanaan
Struktural Idealisasi dan Implementasi
Pengadaan Barang/Jasa Instansi
Konsep Pengambilan Keputusan,
Pemerintah, Bandung: Citra Umbara
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi Untuk

90 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011

Вам также может понравиться