Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
CIRCLE TRENGGINAS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada Penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka
1. Ir. Purwanto, M.T., M.Eng., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
2. Ilham Nurhuda, S.T., M.T., Ph.D., selaku Ketua Departemen S1 Teknik Sipil
dan bisa menjadi sumber referensi dan bahan untuk memperdalam pembelajaran
di dunia ketekniksipilan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
lingkungan sangat besar. Salah satu bahan konstruksi yang sering digunakan
dasar yang mudah ditemui, dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan. Dengan
harga yang relatif murah dibanding material lain, beton memiliki kuat tekan
Beton terbuat dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen, dan
air. Pada saat proses produksi semen terjadi pelepasan gas karbondioksida
efek rumah kaca sehingga meningkatkan suhu bumi. Dengan kata lain,
semakin besar kebutuhan akan beton, semakin besar semen yang akan
dan berdampak buruk bagi lingkungan. Hal itulah yang mendasari semakin
mutu tinggi.
tentu tidak sekuat semen konvensional. Namun, hal ini dapat disiasati
murah.
mutu tinggi yakni memberikan kontribusi yang nyata untuk industri jasa
PEMBAHASAN
lingkungan.
lingkungan, yaitu: (1) pengurangan emisi gas rumah kaca (terbesar adalah
CO2), (2) efisiensi energi dan material dasar, (3) penggunaan material
sebagai material beton yang ramah lingkungan (green concrete) ataupun yang
dari material yang tidak merusak lingkungan. Beton ramah lingkungan sangat
konsumsi energi dalam produksi lebih rendah, dan daya tahan yang lebih
besar. Beton ramah lingkungan adalah jenis beton yang menyerupai beton
yang terkait dengan produksi beton, termasuk produksi semen, adalah antara
adalah kedua entitas yang paling dikonsumsi setelah air yang turut
menyumbang sekitar 5% dari total emisi CO2 dunia (Ernst Worrell, 2001).
Maka, solusi untuk masalah lingkungan ini adalah menggantikan bahan beton
beton yang mempunyai kuat tekan yang disyaratkan lebih besar sama dengan
41,4 MPa. Upaya untuk mendapatkan beton mutu tinggi yaitu dengan
meningkatkan mutu material pembentuknya, misalnya kekerasan agregat dan
Tinggi adalah beton yang memenuhi kombinasi kinerja khusus sesuai dengan
yang diinginkan yang tidak ditemui secara rutin pada beton konvensional,
diantaranya:
Mudah pengerjaan
Pada beton ramah lingkungan, kami menggunakan bahan tambah fly ash
dan abu tulang ikan sebagai pengganti semen, dan limbah beton sebagai
didasari pada sifat material ini yang memiliki kemiripan dengan sifat
semen. Kemiripan sifat ini dapat ditinjau dari dua sifat utama, yaitu
sifak fisik dan kimiawi. Secara fisik, material fly ash memiliki
ACI Committee 226, fly ash mempunyai butiran yang cukup halus,
yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili micron) 5-27 % dengan specific
yang dimiliki oleh fly ash berupa silica dan alumina dengan presentase
beton tersebut.
yang dipergunakan. Selain itu, Fly Ash dapat menambah daya tahan,
sebuah solusi, dimana penggunaan fly ash dapat mengurangi emisi gas
tulang ikan.
lolos ayakan nomor 100. Dari sini limbah tulang yang telah
20,2% nya adalah Oksida Posfat ( P2O5 ). Dari sini dapat diambil
Jaringan ini memiliki kuat tekan yang relatif tinggi, yaitu dari
kurang dari 5 mm) atau agregat kasar (kerikil atau batu pecah
berukuran lebih dari 5 mm). Tentu saja agregat hasil proses daur
berbeda dari agregat alami. Hal ini wajar karena pada pembuatan
1. Agregat Halus
Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
50 - - - - - -
37,5 - - - - - -
25 - - - - - -
19 - - - - - -
12,5 - - - - - -
9,5 - - - - - - 100
4,75 0 - 0 0 0 100 95-100
2,36 5,11 - 5,11 5,09 5,09 94,91 80 – 100
1,18 17,45 - 17,45 17,44 22,53 77,47 50 – 85
0,6 28,23 - 28,23 28,16 50,69 49,31 25 – 60
0,3 24,25 - 24,25 24,29 74,98 25,02 10 – 30
0,15 21,17 - 21,17 21,33 96,31 3,69 2 – 10
0,075 2,4 - 2,4 2,39 98,7 1,3
0 1,21 - 1,21 1,3 100 0
Jumlah 100,25 - 100,25 100 665
Modulus kehalusan butir = 6,65
Kesimpulan :
70
60
Batas atas
50
40 Batas Bawah
30 Hasil Ayakan
20
10
0
0,075 0,15 0,3 0,6 1,18 2,36 4,75
Diameter Saringan
𝐴
Berat jenis bulk = = 2,809
𝐶+500−𝐷
𝐵
Berat jenis SSD = = 2,787
𝐶+500−𝐷
𝐵
Berat jenis semu = = 2,8506
𝐶+𝐵−𝐷
500−𝐵
Penyerapan = × 100 % = 0,81 %
𝐵
Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
50 - - - - - - -
37,5 0,5 - 0,5 0,1 0,1 99,9 -
25 0,02 - 0,02 0,004 0,104 99,896 -
19 47 - 47 9,38 9,484 90,516 90 – 100
12,5 295,2 - 295,2 58,91 68,384 31,616 20 – 55
9,5 142,39 - 142,39 28,42 96,814 3,186 0 – 15
4,75 12,9 - 12,9 2,57 99,384 0,616 0–5
2,36 3,09 - 3,09 0,616 100 0 0
1,18 0 - 0 0 100 0 0
0,6 0 - 0 0 100 0 0
0,3 0 - 0 0 100 0 0
0,15 0 - 0 0 100 0 0
0,075 0 - 0 0 100 0 0
0 0 - 0 0 100 0 0
Jumlah 501,10 - 501,10 100 974,634
Di bawah ini adalah grafik analisa saringan agregat kasar.
70
60
Batas atas
50
40 Batas Bawah
30 Hasil Ayakan
20
10
0
4,75 9,5 12,5 19
Diameter Saringan
𝐴
Berat jenis bulk = = 2,4912
𝐵−𝐶
𝐵
Berat jenis SSD = = 2,5617
𝐵−𝐶
𝐴
Berat jenis semu = 𝐴−𝐶 = 2,694
𝐵−𝐴
Penyerapan = × 100 % = 2,83 %
𝐴
matahari langsung
langsung
berganti-ganti
tanah
Pengerasan jalan 75 50
Pembetonan massal 75 25
f’cr = f’c + k * Sr
= 542,17 + 1,645 * 30
= 591,52 kg/cm2
2. Persentase Agregat Gabungan
Hasil analisa ayakan agregat dapat dilihat pada Tabel 3.1. dan
Tabel 3.2.
100𝑥 (100−𝑥)
45 = + ∗ 3,19
100 100
4181 = 96,81𝑥
4181
x = = 43,187 %
96,81
49,12𝑥 (100−𝑥)
16 = + ∗0
100 100
1600 = 49,12𝑥
1600
x = = 32,574 %
49,12
43,187+32,574
xrata = = 37,88 %
2
= 2,647 t/m3
3. Nilai FAS
Berdasarkan Tabel 3.6. dan Grafik 3.3. diperoleh FAS = 0,393 seperti
Alami 17 23 33 40
Silinder
Batu Pecah 19 27 37 45
I,II,V
Alami 20 28 40 48
Kubus
Batu Pecah 23 32 45 54
Alami 21 28 38 44
Silinder
Batu Pecah 25 33 44 48
III
Alami 25 31 46 53
Kubus
Batu Pecah 30 40 53 60
59,1
45
0,393
Maka diperoleh jumlah air bebas 175 liter dan 205 liter.
Tabel 3.7. Perkiraan Kebutuhan Air per m3 Beton (Liter)
Karena agregat yang dipakai adalah pasir alam dan batu pecah, maka
= 185 liter
= 470,609 kg/m3
Kadar semen tersebut sudah sesuai dengan kadar semen minimum 275
kg/m3
sebesar 185 liter, maka diperoleh berat volume beton segar sebesar
2218,75 kg/m3.
185
Grafik 3.4. Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran, dan Berat
Isi Beton
0,01 0,077
Air pengaduk = 185 + ( 100 ∗ 660,788) + ( 100 ∗ 1083,603)
= 185,898 kg
0,01
Pasir alam = 660,788 – ( 100 ∗ 660,788)
= 660,722 kg
0,077
Batu pecah = 1083,603 – ( 100 ∗ 1083,603)
= 1082,771 kg
1
= 𝑥 3,14 𝑥 152 𝑥 30
4
= 0,0053 m3
Tambahan)
Limbah beton 5%
Fly ash 25 %
Tulang ikan 10 %
= 5% x 6,891 = 0,345 kg
perincian anggaran dana. Berikut rincian anggaran dana dari campuran beton
kuat tekan secara ketat dan kontinu baik pada bangunan gedung seperti plat
beton, dan kolom maupun pada jembatan seperti gerder dan pilar jembatan
3.1. Kesimpulan
Dari perhitungan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulan
bahwa penambahan limbah fly ash dan limbah tulang ikan dapat mereduksi
penggunaan semen sebesar 164,713 kg yang mana berdampak pada
pengurangan polusi gas CO2. Sedangkan jika ditinjau dari segi ekonomi,
penggunaan fly ash, abu pembakaran tulang ikan, dan limbah beton dapat
mengurangi anggaran dana sebesar Rp 127565,81. Selain itu beton ini
mampu menjadi solusi penanganan limbah yang efektif khususnya pada
pemanfaatan sisa tulang ikan dan limbah beton yang dapat mewujudkan
lingkungan yang bersih akan limbah.
4.2. Saran
Penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan memiliki potensi
yang sangat baik dalam menghemat penggunaan semen. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar optimum
penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan untuk memperoleh
kuat tekan beton yang tinggi.
Selain itu disarankan, untuk memperoleh kuat tekan beton lebih
tinggi, dapat menggunakan abu pembakaran tulang ikan dengan diameter
butirnya lebih halus atau lebih kecil daripada fly ash.
DAFTAR PUSTAKA
Brook, K.M. dan Murdock, L.J. 1979. Bahan dan Praktik Beton. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Larrad, De. 1990. A Method For Proportioning High Strength Concrete. Cement
Concrete and Agregate. Vol.12 No.2. PP.47-52.
SNI 03 – 2460 – 1991 Spesifikasi Abu Terbang Sebagai Bahan Tambahan Untuk
Campuran Beton. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03 – 2834 – 1993 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Suseno, Hendro. 2010. Bahan Bangunan untuk Teknik Sipil. Malang : Bargie
Media.
REEN_CONCRETE_COMPETITION_2016
http://sipil.ft.uns.ac.id/web/?p=868
https://rickypandong.wordpress.com/2014/03/27/24/