Вы находитесь на странице: 1из 33

MAKALAH

Innovation of High Strength Green Concrete Competition 2018

CIRCLE TRENGGINAS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Civil Engineering Days

Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada Penulis sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka

mengikuti perlombaan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil

Universitas Atmajaya Yogyakarta. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Ir. Purwanto, M.T., M.Eng., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dalam penyusunan makalah ini.

2. Ilham Nurhuda, S.T., M.T., Ph.D., selaku Ketua Departemen S1 Teknik Sipil

Universitas Diponegoro yang telah mengizinkan dan mendukung Penulis untuk

mengikuti perlombaan ini.

3. Keluarga dan teman-teman S1 Teknik Sipil Universitas Diponegoro yang telah

memberikan semangat kepada Penulis.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah informasi bagi pembaca

dan bisa menjadi sumber referensi dan bahan untuk memperdalam pembelajaran

di dunia ketekniksipilan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

agar makalah ini menjadi lebih baik.

Semarang, Mei 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada masa sekarang, pembangunan di Indonesia semakin pesat.

Kebutuhan masyarakat akan konstruksi yang kokoh, ekonomis, dan ramah

lingkungan sangat besar. Salah satu bahan konstruksi yang sering digunakan

adalah beton karena mudah dalam pelaksanaan, terbuat dari bahan-bahan

dasar yang mudah ditemui, dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan. Dengan

harga yang relatif murah dibanding material lain, beton memiliki kuat tekan

yang tinggi dan cocok digunakan pada konstruksi berskala besar.

Beton terbuat dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen, dan

air. Pada saat proses produksi semen terjadi pelepasan gas karbondioksida

(CO₂) ke udara yang besarnya sebanding dengan jumlah semen yang

diproduksi (Davidovits, 1994). Karbondioksida sendiri dapat menimbulkan

efek rumah kaca sehingga meningkatkan suhu bumi. Dengan kata lain,

semakin besar kebutuhan akan beton, semakin besar semen yang akan

dihasilkan, maka semakin banyak pula karbondioksida yang ditimbulkan

dan berdampak buruk bagi lingkungan. Hal itulah yang mendasari semakin

gencarnya ide-ide untuk melakukan inovasi beton ramah lingkungan dengan

mutu tinggi.

Inovasi beton dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan semen

dengan memanfaatkan limbah-limbah yang dapat menggantikan fungsi dari


semen. Selain mampu membantu mengurangi emisi karbon dioksida,

dengan adanya pemanfaatan limbah sebagai pengganti semen dapat

meminimalkan biaya produksi. Dari segi kualitas, semen ramah lingkungan

tentu tidak sekuat semen konvensional. Namun, hal ini dapat disiasati

dengan komposisi tertentu.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan green concrete atau beton ramah lingkungan

dengan mutu tinggi antara lain :

1. Mengurangi penggunaan dan produksi semen yang berkontribusi

menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar.

2. Mengurangi produksi limbah dengan memanfaatkannya sebagai

subtitusi parsial semen.

3. Menghasilkan beton berkekuatan tinggi dengan biaya yang lebih

murah.

Adapun manfaat dari pembuatan beton ramah lingkungan dengan

mutu tinggi yakni memberikan kontribusi yang nyata untuk industri jasa

konstruksi dalam pengembangan material berkekuatan tinggi yang lebih

ekonomis serta tidak merusak lingkungan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian High Strength of Green Concrete

Dewasa ini, konsep bangunan hijau (green building) sedang marak

berkembang di dunia konstruksi. Salah satu bagian penting dalam konsep

bangunan hijau adalah penggunaan material-material konstruksi yang ramah

lingkungan, salah satunya penggunaan beton yang gencar digunakan dalam

pembangunan. Dimana beton tersebut diambil, diproduksi, digunakan dan

dirawat dengan seminimal mungkin berkontribusi pada kerusakan

lingkungan.

Menurut The Institution of Structural Engineers/ISE, 1999,

pembuatan material penyusun beton yang ramah lingkungan ini dapat

dilakukan dengan mewujudkan 4 (empat) usaha kelangsungan dan konservasi

lingkungan, yaitu: (1) pengurangan emisi gas rumah kaca (terbesar adalah

CO2), (2) efisiensi energi dan material dasar, (3) penggunaan material

buangan/waste, dan (4) pengurangan efek yang mengganggu

kesehatan/keselamatan pada pengguna konstruksi, baik yang timbul selama

proses konstruksi ataupun yang timbul selama operasi bangunan, dengan

menggunakan Konsep 4R (Reduce, Refurbish, Reuse and Recycle). Material

beton yang bahan bakunya memenuhi karakteristik tersebut dapat dikatakan

sebagai material beton yang ramah lingkungan (green concrete) ataupun yang

lebih ramah lingkungan (greener concrete).


Beton ramah lingkungan (Green Conrete) adalah beton yang tersusun

dari material yang tidak merusak lingkungan. Beton ramah lingkungan sangat

murah untuk diproduksi, karena produk limbah yang digunakan sebagai

pengganti sebagian semen, biaya untuk pembuangan limbah dihindari,

konsumsi energi dalam produksi lebih rendah, dan daya tahan yang lebih

besar. Beton ramah lingkungan adalah jenis beton yang menyerupai beton

konvensional tetapi produksi atau penggunaan beton tersebut menghasilkan

jumlah minimal energi dan tidak membahayakan lingkungan. Emisi CO2

yang terkait dengan produksi beton, termasuk produksi semen, adalah antara

0,1 dan 0,2 % per ton beton yang dihasilkan.

Namun, karena jumlah beton yang dihasilkan begitu besar sehingga

menyebabkan dampak lingkungan yang cukup signifikan, dikarena beton

adalah kedua entitas yang paling dikonsumsi setelah air yang turut

menyumbang sekitar 5% dari total emisi CO2 dunia (Ernst Worrell, 2001).

Maka, solusi untuk masalah lingkungan ini adalah menggantikan bahan beton

dengan menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan guna mengurangi

dampak negatif terhadap lingkungan dari beton dan semen.

Sementara itu, Beton mutu tinggi (high strength concrete) yang

tercantum dalam SNI 03-6468-2000 (Pd T-18-1999-03) didefinisikan sebagai

beton yang mempunyai kuat tekan yang disyaratkan lebih besar sama dengan

41,4 MPa. Upaya untuk mendapatkan beton mutu tinggi yaitu dengan
meningkatkan mutu material pembentuknya, misalnya kekerasan agregat dan

kehalusan butir semen.

Menurut Amecican Concrete Institude (ACI) Committee, Beton Mutu

Tinggi adalah beton yang memenuhi kombinasi kinerja khusus sesuai dengan

yang diinginkan yang tidak ditemui secara rutin pada beton konvensional,

diantaranya:

 Mudah pengerjaan

 Berkekuatan tinggi di usia dini

 Kedap dan padat

 Durable terhadap lingkungan, kekerasan yang memadai

 Umur layan lebih lama (lebih dari 75 tahun)

 Panas hidrasi rendah

 Stabilitas volume yang memadai

 Kemampuan mengalir yang memadai

2.2. Argumen Penggunaan Bahan Tambah

Pada beton ramah lingkungan, kami menggunakan bahan tambah fly ash

dan abu tulang ikan sebagai pengganti semen, dan limbah beton sebagai

pengganti agregat kasar.

2.2.1. Penggunaan Fly Ash

Penggunaan material fly ash sebagai material pembentuk beton

didasari pada sifat material ini yang memiliki kemiripan dengan sifat

semen. Kemiripan sifat ini dapat ditinjau dari dua sifat utama, yaitu
sifak fisik dan kimiawi. Secara fisik, material fly ash memiliki

kemiripan dengan semen dalam hal kehalusan butir-butirnya. Menurut

ACI Committee 226, fly ash mempunyai butiran yang cukup halus,

yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili micron) 5-27 % dengan specific

gravity antara 2,15-2,6 dan berwarna abu-abu kehitaman. Sifat kimia

yang dimiliki oleh fly ash berupa silica dan alumina dengan presentase

mencapai 80%. Adanya kemiripan sifat-sifat ini menjadikan fly ash

sebagai material pengganti untuk mengurangi jumlah semen sebagai

material penyusun beton mutu tinggi.

Fly ash digunakan untuk menggantikan semen Portland pada

beton, karena mempunyai sifat pozzolanic. Hal ini memungkinkan

terjadinya peningkatan kekuatan dan durabilitas dari beton. Adanya

penggunaan fly ash dapat menjadi faktor kunci pada pemeliharaan

beton tersebut.

Fly ash dapat menggantikan semen sampai 30% berat semen

yang dipergunakan. Selain itu, Fly Ash dapat menambah daya tahan,

ketahanan terhadap kimia, meningkatkan workability dari semen

dengan berkurangnya pemakaian air. Produksi semen sedunia pada

tahun 2010 diperkirakan mencapai 2 miliar ton. Hal ini memberikan

sebuah solusi, dimana penggunaan fly ash dapat mengurangi emisi gas

carbon secara signifikan.


2.2.2. Penggunaan Tulang Limbah Ikan

Limbah tulang ikan pada umumnya hanya dimanfaatkan

sebagai bahan kerajinan, lem, dan dan bahan makanan. Namun

pemanfaatan limbah tulang tersebut tidak menyerap limbah tulang

secara menyeluruh. Selain itu dalam pembuatan beton

memerlukan material semen yang peranannya dalam beton sangat

dominan. Di sisi lain penggunaan semen telah menyumbang emisi

CO2, karena dalam proses pembakaran batu kapur sebagai bahan

dasar semen akan menghasilkan CO2 yang lepas ke atmosfer. Hal

ini akan memperparah pemanasan global. Oleh karena itu

diperlukan material lain yang ramah lingkungan salah satunya

tulang ikan.

Proses pembakaran limbah tulang ikan dilakukan

menggunakan Furnace dengan suhu pembakaran sebesar 800°C

selama empat jam. Tahap selanjutnya, limbah tulang yang telah

dibakar kemudian dihancurkan sampai ukuran butiran partikelnya

lolos ayakan nomor 100. Dari sini limbah tulang yang telah

dihaluskan dilakukan analisa XRF yang didapatkan hasil

mengenai komposisi tulang. dimana sekitar 78,86% kandungan

tulang terdiri dari oksida Kalsium Oksida (CaO), dan sekitar

20,2% nya adalah Oksida Posfat ( P2O5 ). Dari sini dapat diambil

hipotesa bahwa tulang memiliki potensi jika digunakan dalam


struktur beton mengingat kandungan CaO yang besar pada tulang.

CaO sendiri komposisi terbesar dalam semen.

Lebih lanjut, jaringan utama dari tulang, jaringan osseus,

relatif keras dan ringan, dibentuk sebagian besar dari Kalsium

Fosfat dalam susunan kimia disebut Kalsium Hydroxylapatite (ini

adalah jaringan ossesus yang memberikan sifat kaku pada tulang).

Jaringan ini memiliki kuat tekan yang relatif tinggi, yaitu dari

sekitar 170 Mpa (1800 kgf/cm2).

2.2.3. Penggunaan Limbah Beton

Saat ini beton menjadi salah satu material yang paling

banyak digunakan dalam konstruksi. Namun konstruksi beton

seperti gedung, jalan, trotoar, dan jembatan bisa mengalami

kegagalan yang menyebabkan bangunan tersebut terpaksa

dihancurkan atau perlu perombakan. Saat itulah beton berubah

menjadi limbah padat yang harus dibuang.

Penelitian menunjukkan bahwa limbah beton dapat didaur

ulang sehingga menghasilkan agregat halus (pasir atau partikel

kurang dari 5 mm) atau agregat kasar (kerikil atau batu pecah

berukuran lebih dari 5 mm). Tentu saja agregat hasil proses daur

ulang memiliki kualitas maupun sifat-sifat kimia dan fisik yang

berbeda dari agregat alami. Hal ini wajar karena pada pembuatan

campuran dengan limbah beton, agregat telah bercampur dengan

media pengikat (semen) serta mengalami reaksi hidrasi oleh


penambahan air. Namun jika karakteristik limbah beton sesuai

dengan persyaratan yang ditentukan untuk campuran agregat

beton, maka limbah beton tersebut dapat dimanfaatkan untuk

bahan substitusi parsial dari agregat beton. Di sisi lain,

penggunaan limbah beton juga dapat menghemat biaya

sekaligus mendukung pelestarian lingkungan.


2.3. Mix Design

Data uji material adalah sebagai berikut :

1. Agregat Halus

a. Uji Gradasi Besar Butiran

Di bawah ini adalah tabel hasil analisa ayakan agregat halus.

Tabel 3.1. Analisa Ayakan Agregat Halus

Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
50 - - - - - -
37,5 - - - - - -
25 - - - - - -
19 - - - - - -
12,5 - - - - - -
9,5 - - - - - - 100
4,75 0 - 0 0 0 100 95-100
2,36 5,11 - 5,11 5,09 5,09 94,91 80 – 100
1,18 17,45 - 17,45 17,44 22,53 77,47 50 – 85
0,6 28,23 - 28,23 28,16 50,69 49,31 25 – 60
0,3 24,25 - 24,25 24,29 74,98 25,02 10 – 30
0,15 21,17 - 21,17 21,33 96,31 3,69 2 – 10
0,075 2,4 - 2,4 2,39 98,7 1,3
0 1,21 - 1,21 1,3 100 0
Jumlah 100,25 - 100,25 100 665
Modulus kehalusan butir = 6,65

Kesimpulan :

- Modulus halus butir pasir tersebut memenuhi syarat yang

ditentukan yaitu masuk dalam batas gradasi daerah III.


Di bawah ini adalah grafik analisa saringan agregat halus.

Grafik Analisa Saringan Agregat Halus


100
90
80
% Lolos Saringan

70
60
Batas atas
50
40 Batas Bawah
30 Hasil Ayakan
20
10
0
0,075 0,15 0,3 0,6 1,18 2,36 4,75
Diameter Saringan

Grafik 3.1. Analisa Saringan Agregat Halus

b. Uji Berat Jenis dan Penyerapan

Berat pasir SSD (A) : 500 gram

Berat contoh kering (B) : 496 gram

Berat labu + air (C) : 715 gram

Berat labu + contoh (SSD) + air (D) : 1037 gram

𝐴
Berat jenis bulk = = 2,809
𝐶+500−𝐷

𝐵
Berat jenis SSD = = 2,787
𝐶+500−𝐷

𝐵
Berat jenis semu = = 2,8506
𝐶+𝐵−𝐷

500−𝐵
Penyerapan = × 100 % = 0,81 %
𝐵

Kadar air = 0,8 %


2. Agregat Kasar

a. Uji Gradasi Besar Butiran

Di bawah ini adalah tabel hasil analisa ayakan agregat halus.

Tabel 3.2. Analisa Ayakan Agregat Kasar

Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
50 - - - - - - -
37,5 0,5 - 0,5 0,1 0,1 99,9 -
25 0,02 - 0,02 0,004 0,104 99,896 -
19 47 - 47 9,38 9,484 90,516 90 – 100
12,5 295,2 - 295,2 58,91 68,384 31,616 20 – 55
9,5 142,39 - 142,39 28,42 96,814 3,186 0 – 15
4,75 12,9 - 12,9 2,57 99,384 0,616 0–5
2,36 3,09 - 3,09 0,616 100 0 0
1,18 0 - 0 0 100 0 0
0,6 0 - 0 0 100 0 0
0,3 0 - 0 0 100 0 0
0,15 0 - 0 0 100 0 0
0,075 0 - 0 0 100 0 0
0 0 - 0 0 100 0 0
Jumlah 501,10 - 501,10 100 974,634
Di bawah ini adalah grafik analisa saringan agregat kasar.

Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar


100
90
80
% Lolos Saringan

70
60
Batas atas
50
40 Batas Bawah
30 Hasil Ayakan
20
10
0
4,75 9,5 12,5 19
Diameter Saringan

Grafik 3.2. Analisa Saringan Agregat Kasar

b. Uji Berat Jenis dan Penyerapan

Berat kering oven (A) : 989 gram

Berat SSD (B) : 1017 gram

Berat dalam air (C) : 620 gram

𝐴
Berat jenis bulk = = 2,4912
𝐵−𝐶

𝐵
Berat jenis SSD = = 2,5617
𝐵−𝐶

𝐴
Berat jenis semu = 𝐴−𝐶 = 2,694

𝐵−𝐴
Penyerapan = × 100 % = 2,83 %
𝐴

Kadar air = 2,753 %


Data-data perencanaan lain adalah sebagai berikut :

1. Kuat tekan rencana 45 Mpa

2. Standar deviasi yang digunakan adalah 30 kg/cm2

3. Semen Portland Cement Tipe I

Berat jenis semen = 3,1 t/m3

4. Susunan agregat gabungan direncanakan :

Lolos kumulatif pada #9,6 mm = 45 %

Lolos kumulatif pada #0,6 mm = 16 %

5. Keadaan beton di dalam ruang bangunan nonkorosif

Kadar semen minimum 275 kg/m3

FAS maksimum 0,60


Tabel 3.3. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Berbagai

Jenis Pekerjaan Beton

Jumlah Semen Nilai FAS


Jenis Pekerjaan Beton
Minimum (Kg) Maksimum

Beton di dalam ruangan bangunan

a. Kondisi keliling non korosif 275 0,60

b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh 325 0,52

kondensasi atau uap korosi

Beton di luar ruangan

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 325 0,60

matahari langsung

b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0,60

langsung

Beton yang masuk ke dalam tanah

a. Mengalami keadaan basah dan kering 325 0,55

berganti-ganti

b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari 375 0,52

tanah

Beton yang selalu berhubungan dengan air

a. Air tawar 275 0,57

b. Air laut, air beragam 375 0,52


6. Pemakaian beton untuk pelat, balok, kolom, dan dinding

Nilai slump 75 – 150 mm

Tabel 3.4. Penetapan Nilai Slump

Pemakaian Beton Maksimal Minimal

Dinding, pelat, pondasi, dan pondasi telapak


125 50
tulangan

Pondasi telapak tanpa tulangan, kaison, dan


90 25
struktur di bawah tanah

Pelat, balok, kolom, dan dinding 150 75

Pengerasan jalan 75 50

Pembetonan massal 75 25

Langkah-langkah perhitungan perencanaan menggunakan metode

DOE adalah sebagai berikut.

1. Kuat Tekan Beton Rata-rata (f’cr)

f’cr = f’c + k * Sr

= 542,17 + 1,645 * 30

= 591,52 kg/cm2
2. Persentase Agregat Gabungan

Hasil analisa ayakan agregat dapat dilihat pada Tabel 3.1. dan

Tabel 3.2.

100𝑥 (100−𝑥)
45 = + ∗ 3,19
100 100

4181 = 96,81𝑥

4181
x = = 43,187 %
96,81

49,12𝑥 (100−𝑥)
16 = + ∗0
100 100

1600 = 49,12𝑥

1600
x = = 32,574 %
49,12

43,187+32,574
xrata = = 37,88 %
2

Jadi persentase pasir = 37,88 %

persentase batu pecah = 100 % - 37,88 % = 62,12 %

BJ gabungan = 37,88 % * 2,787 + 62,12 % * 2,5617

= 2,647 t/m3
3. Nilai FAS

Berdasarkan Tabel 3.6. dan Grafik 3.3. diperoleh FAS = 0,393 seperti

yang tertera sebagai berikut.

Tabel 3.6. Perkiraan Kuat Tekan Beton dengan FAS 0,50

Umur Beton (hari) Bentuk


Jenis Jenis Agregat
Benda
Semen Kasar 3 7 28 91
Uji

Alami 17 23 33 40
Silinder
Batu Pecah 19 27 37 45
I,II,V
Alami 20 28 40 48
Kubus
Batu Pecah 23 32 45 54

Alami 21 28 38 44
Silinder
Batu Pecah 25 33 44 48
III
Alami 25 31 46 53
Kubus
Batu Pecah 30 40 53 60
59,1

45

0,393

Grafik 3.3. Perkiraan Kuat Tekan Beton dengan FAS 0,50

4. Kadar Semen yang Dibutuhkan

Berdasarkan Tabel 3.7., untuk butir maksimum ø40 mm

nilai slump 75 – 150 mm

Maka diperoleh jumlah air bebas 175 liter dan 205 liter.
Tabel 3.7. Perkiraan Kebutuhan Air per m3 Beton (Liter)

Besar Ukuran Slump (mm)


Maksimal Kerikil Jenis Batuan 0 – 10 10 – 30 30 – 60 60 – 180
(mm)
10 Alami 150 180 205 225
Batu Pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 195
Batu Pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
Batu Pecah 155 175 190 205

Karena agregat yang dipakai adalah pasir alam dan batu pecah, maka

jumlah air pengaduk dapat diperkirakan sebagai berikut :

Air pengaduk = 2/3 * 175 + 1/3 * 205

= 185 liter

Sehingga kadar semen yang dipakai adalah

Kadar semen = 185 / 0,393

= 470,609 kg/m3

Kadar semen tersebut sudah sesuai dengan kadar semen minimum 275

kg/m3

5. Jumlah Agregat yang Dipakai

Berdasarkan grafik 3.4., BJ gabungan = 2,647 t/m3, dan air pengaduk

sebesar 185 liter, maka diperoleh berat volume beton segar sebesar

2218,75 kg/m3.
185

Grafik 3.4. Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran, dan Berat

Isi Beton

Berat agregat gabungan = 2400 – semen – air

= 2400 – 470,609 – 185 = 1744,391 kg

Berat pasir = 37,88 % * 1744,391 = 660,788 kg

Berat batu pecah = 62,12 % * 1744,391 = 1083,603 kg

6. Proporsi Campuran Terkoreksi

Pasir lebih kering = 0,8 % - 0,81 % = - 0,01 %

Kerikil lebih kering = 2,753 % - 2,83 % = - 0,077 %


Sehingga perbandingan di lapangan menjadi

Semen Portland = 470,609 kg

0,01 0,077
Air pengaduk = 185 + ( 100 ∗ 660,788) + ( 100 ∗ 1083,603)

= 185,898 kg

0,01
Pasir alam = 660,788 – ( 100 ∗ 660,788)

= 660,722 kg

0,077
Batu pecah = 1083,603 – ( 100 ∗ 1083,603)

= 1082,771 kg

7. Kebutuhan Material Beton Normal Satu Silinder


1
Volume silinder = 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
4

1
= 𝑥 3,14 𝑥 152 𝑥 30
4

= 0,0053 m3

Nilai safety factor digunakan sebesar 1,2.

Maka kebutuhan material beton normal satu silinder adalah :

Semen Portland = 1,2 x 0,0053 x berat semen

= 1,2 x 0,0053 x 470,609 = 2,995 kg

Air pengaduk = 1,2 x 0,0053 x berat air pengaduk

= 1,2 x 0,0053 x 185,898 = 1,183 kg

Pasir alam = 1,2 x 0,0053 x berat pasir

= 1,2 x 0,0053 x 660,722 = 4,205 kg


Batu pecah = 1,2 x 0,0053 x berat batu pecah

= 1,2 x 0,0053 x 1082,771 = 6,891 kg

8. Kebutuhan Material Beton Ramah Lingkungan (dengan Bahan

Tambahan)

Tabel 3.8. Persentase Kebutuhan Bahan Tambahan

Bahan tambahan Persentase substitusi dengan kebutuhan split (%)

Limbah beton 5%

Bahan tambahan Persentase substitusi dengan kebutuhan semen (%)

Fly ash 25 %

Tulang ikan 10 %

Maka kebutuhan material beton ramah lingkungan adalah :

Fly ash = 25% x berat semen

= 25% x 2,995 = 0,749 kg

Tulang ikan = 10% x berat semen

= 10% x 2,995 = 0,299 kg

Semen Portland = 2,995 – 0,749 – 0,299 = 1,947 kg

Limbah beton = 5% x berat split

= 5% x 6,891 = 0,345 kg

Pasir alam = 4,205 kg


Batu pecah = 6,891 – 0,345 = 6,547 kg

Air pengaduk = 1,183 kg

9. Kebutuhan Material Beton Normal Tiga Silinder

Kebutuhan material beton ramah lingkungan untuk tiga silinder adalah

Fly ash = 3 x 0,749 = 2,246 kg

Tulang ikan = 3 x 0,299 = 0,899 kg

Semen Portland = 3 x 1,947 = 5,840 kg

Air pengaduk = 3 x 1,183 = 3,549 kg

Limbah beton = 3 x 0,345 = 1,034 kg

Pasir alam = 3 x 4,205 = 12,615 kg

Batu pecah = 3 x 6,547 = 19,639 kg

2.4. RAB Pembuatan Beton


Untuk mengetahui nilai ekonomis pada beton ini, maka perlu dilakukan

perincian anggaran dana. Berikut rincian anggaran dana dari campuran beton

yang akan dibuat.

Tabel 2.9. RAB untuk 1 m3 tanpa Menggunakan Bahan Tambahan


Material Berat (kg) Harga/kg Harga
Agregat Halus 660.722 Rp77.500 Rp51,205.95
Agregat Kasar 1082.771 Rp100.000 Rp108,277.10
Semen 470.609 Rp1,062.500 Rp500,022.06
TOTAL Rp659,505.11
Tabel 2.10. RAB untuk 1 m3 dengan Menggunakan Bahan Tambahan
Material Berat (kg) Harga/kg Harga
Agregat Halus 660.72 77.50 Rp51,205.96
Agregat Kasar 1028.63 100.00 Rp102,863.25
Semen 305.90 1062.50 Rp325,014.34
Limbah Beton 33.04 - -
Fly Ash 117.65 425.00 Rp50,002.21
Limbah Tulang Ikan 47.06 - -
TOTAL Rp529,085.75

Tabel 2.11. RAB untuk 1 Silinder tanpa Menggunakan Bahan Tambahan

Material Berat (kg) Harga/kg Harga


Agregat Halus 3.504 Rp77.500 Rp271.57
Agregat Kasar 5.743 Rp100.000 Rp574.26
Semen 2.496 Rp1,062.500 Rp2,651.90
TOTAL Rp3,497.73

Tabel 2.12. RAB untuk 1 Silinder dengan Menggunakan Bahan Tambahan

Material Berat (kg) Harga/kg Harga


Agregat Halus 3.329 Rp77.50 Rp258.00
Agregat Kasar 5.743 Rp100.00 Rp574.26
Semen 1.622 Rp1,062.50 Rp1,723.74
Limbah Beton 0.175 - -
Fly Ash 0.624 Rp425.00 Rp265.19
Limbah Tulang Ikan 0.250 - -
TOTAL Rp2,821.18
2.5. Penerapan Beton Tersebut untuk Dunia Konstruksi

Beton dengan kuat tekan 45 Mpa dapat diterapkan dalam pekerjaan

konstruksi khususnya dalam pekerjaan struktural dengan pengawasan mutu

kuat tekan secara ketat dan kontinu baik pada bangunan gedung seperti plat

beton, dan kolom maupun pada jembatan seperti gerder dan pilar jembatan

serta bisa diterapkan untuk precast beton, minipile, boxculvert, dll.


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari perhitungan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulan
bahwa penambahan limbah fly ash dan limbah tulang ikan dapat mereduksi
penggunaan semen sebesar 164,713 kg yang mana berdampak pada
pengurangan polusi gas CO2. Sedangkan jika ditinjau dari segi ekonomi,
penggunaan fly ash, abu pembakaran tulang ikan, dan limbah beton dapat
mengurangi anggaran dana sebesar Rp 127565,81. Selain itu beton ini
mampu menjadi solusi penanganan limbah yang efektif khususnya pada
pemanfaatan sisa tulang ikan dan limbah beton yang dapat mewujudkan
lingkungan yang bersih akan limbah.

4.2. Saran
Penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan memiliki potensi
yang sangat baik dalam menghemat penggunaan semen. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar optimum
penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan untuk memperoleh
kuat tekan beton yang tinggi.
Selain itu disarankan, untuk memperoleh kuat tekan beton lebih
tinggi, dapat menggunakan abu pembakaran tulang ikan dengan diameter
butirnya lebih halus atau lebih kecil daripada fly ash.
DAFTAR PUSTAKA

ACI Manual of Concrete Practice 1993 Part 1 226.3R-3

Andi Aprizon dan Pramudiyanto, 2008, High Strength Concrete, [online],


(https://pramudiyanto.wordpress.com/2008/08/06/beton-mutu-tinggi/,
diakses tanggal 05 Februari 2008).

Ay Lie, Han. 2015. “Bahan Kuliah Teknologi Bahan”.

Brook, K.M. dan Murdock, L.J. 1979. Bahan dan Praktik Beton. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2004. Pedoman Konstruksi dan


Bangunan Pd T-04-2004-C. Bandung.

Larrad, De. 1990. A Method For Proportioning High Strength Concrete. Cement
Concrete and Agregate. Vol.12 No.2. PP.47-52.

Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

SNI 03 – 2460 – 1991 Spesifikasi Abu Terbang Sebagai Bahan Tambahan Untuk
Campuran Beton. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

SNI 03 – 2834 – 1993 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

SNI 15 – 2049 – 1994 Portland Semen. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Suseno, Hendro. 2010. Bahan Bangunan untuk Teknik Sipil. Malang : Bargie
Media.

Tjokrodimulyo, Kardiyono. 1992. Teknologi Beton. Yogyakarta : Biro Penerbit.


http://www.academia.edu/28700872/INNOVATION_OF_HIGH_STRENGTH_G

REEN_CONCRETE_COMPETITION_2016

http://sipil.ft.uns.ac.id/web/?p=868

https://rickypandong.wordpress.com/2014/03/27/24/

Вам также может понравиться