Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH
KHAIRANI NANDYA
1713060046
R III A
MEDAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul tentang
“TAREKAT” guna memenuhi tugas mata kuliah Metafisika 3.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita.
Penyusun
Khairani Nandya
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan
Bab II Isi
3.1 Kesimpulan........................................................................................14
Daftar Pustaka........................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
5
BAB II
ISI
Asal kata “tarekat” dalam bahasa arab yaitu “thariqah” yang berarti jalan,
keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu.
Menurut Syekh Amin al-Kurdi tarekat ialah cara mengamalkan syariat dan
menghayati inti syariat itu dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bisa melalaikan
pelaksanaan dan inti serta tujuan syariat.
Didalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditujukan kepada aturan dan
cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan bukan pula
terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat, tetapi
meliputi segala aspek ajaran yang ada didalam agama Islam, seperti shalat, puasa,
zakat, haji, dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan atau cara
mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagaimana telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian
rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya dilakukan
dibawah bimbimngan seoang guru atau syekh. Dengan demikian, dapat dikatakan
6
bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat
adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri
kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang
terlah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan seorang guru kepada muridnya.
Peralihan tasawuf yang bersifat personal pada tarekat yang bersifat lembaga
tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. Semakin luas
pengaruh tasawuf, semakin banyak pula orang berhasrat mempelajarinya.
7
bagi kepengikutan yang lebih permanen, dan tarekat-tarekat sufi pun muncul
sebagai organisasi sosial utama dalam komunitas islam.
8
2.4. Aliran-aliran Tarekat Dalam Islam
1. Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah didirikan oleh Abd Al-Qadir Jailani [470/1077-561/1166] atau
quthb al-awiya. Ciri khas dari Tarekat Qadiriyah ini adalah sifatnya yang
luwes,tidak sempit sehingga tuan syekh atau Syekh Mursyid yang baru dapat
menentukan langkahnya menuju kehadirat Allah SWT guna mendapat keridlaan-
Nya. Keluwesan dan kemandirian inilah, yang menyebabkan tarekat ini cepat
berkembang di sebagian besar dunia Islam. Terutama di Turki, Yaman, Mesir,
India, Suria, Afrika dan termasuk ke Indonesia.
2. Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili [593/1196-
656/1258]. Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar Dunia Muslim. Ia
diwakili di Afrika Utara teerutama oleh cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyah
serta berkembang pesat di Mesir, tempat 14 cabangnya dikenal secara resmi pada
tahun 1985.
3. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-
Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari [w. 1389M] di Turkistan. Tarekat ini
mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di
berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia
Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Ciri menonjol
Tarekat Naksabandiyah adalah : Pertama, mengikuti syariat secara ketat,
keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan
tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius dalam
memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati
Negara pada agama.
9
4. Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
Tarekat Yasafiyah didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi [w. 562H/1169M] dan
disusul tarekat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-
Ghuzdawani [w. 617 H/1220 M]. kedua tarekat ini menganut paham tasawuf Abu
Yazid Al-Bustami [w. 425 H/1034 M] dan dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi [w.
477 H/1084 M]. Tarekat Yasafiyah berkembang ke berbagai daerah, antara lain ke
Turki.
5. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh Umar Al-Khalatawi [w. 1397 M] dan merupakan
salah satu tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria,
Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir, tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim
Gulsheini [w. 940 H/1534 M] yang kemudian terbagi kepada beberapa cabang,
antara lain tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Muhammad bin Abd Al-
Karim As-Samani [1718-1775].
6. Tarekat Syatariyah
Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar [w. 1485] dari India. Tarekat
ini tidak mementingkan shalat lima waktu, tetapi mementingkan shalat permanen
[shalat dhaim]. Adapun dasar tarekat ini adalah martabat tujuh yang sebenarnya
tidak begitu erat hubungannya dengan praktik ritualnya.
7. Tarekat Rifa’iyah
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa’I [1106-1182]. Tarekat
sufi Sunni ini memainkan peranan penting dalam pelembagaan sufisme. Dari
segala praktik kaum Rifa’iyah, dzikir mereka yang khas patut dicatat.
10
bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19. Tarekat ini
merupakan yang paling berpengaruh dan tersebar secara meluas di Jawa saat ini.
9. Tarekat Sammaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin ‘Abd Al-Karim Al-Madani Asy-
Syafi’I As- Samman [1130-1189/1718-1775]. Hal menarik dari tarekat ini yang
menjadi ciri khasnya adalah corak wahdat al-wujud yang dianut dan syathahat
yang terucap olehnya tidak bertentangan dengan syariat.
11
13. Tarekat Ni’matullahi
Tarekat Ni’matullahi adalah suatu mazhab sufi Persia yang segera setelah
berdirinya dan mulai berjaya pada abad ke-8-14 mengalihkan loyalitasnya kepada
Syi’I Islam. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ni’matullahi Wal. Tarekat ini secara
khusus menekankan pengabdian dalam pondok sufi itu sendiri.
2. Tarekat Shiddiqiyah
Didirikan oleh Kyai Mukhtar Mukti di Losari Plodo [Jombang] pada tahun
1958. Ia dikenal sebagai dukun yang sakti sehingga banyak pengikutnya dari
kalangan penderita penyakit kronis dan bekas pecandu minuman.
3. Tarekat Wahidiyah
Didirikan oleh Kyai Majid Ma’ruf dari Kedunglo[Kediri] pada tahun 1963.
12
dalam tarekat muktabarah, diantaranya Qadiriyah, Naqsabandiyah, Syadziliyah,
Rifa’iyah, Qubrawiyah, Suhrawardiyah, Khalwatiyah, Alawiyah, Syatariyah,
Aidrusiyah, Sammaniyah, dan Sanusiyah. Di luar yang 41 macam tersebut
dipandang sebagai tarekat ghair muktabarah yang tidak diakui kebenarannya
seperti tarekat Akmaliyah, Siddiqiyah, dan Wahidiyah.
Walaupun bermacam-macam, ternyatatarekat-tarekat yang beragam itu
memiliki kesamaan tertentu. Dalam kaitan ini, Nicholson mengungkapkan hasil
penelitiannya, bahwa sistem hidup bersih dan bersahaja [zuhd] adalah dasar semua
tarekat yang berbeda-beda itu. Semua pengikut dididik dalam disipin itu, dan pada
umumnya tarekat-tarekat tersebut walupun beragam namanya dan metodenya ada
cirri yang menyamakannya.
Dari sistem dan metode tersebut, Nicholson menyimpulkan bahwa tarekat-
tarekat sufi merupakan bentuk kelembagaan yang terorganisasi untuk membina
suatu pendidikan moral dan solidaritas social. Sasaran akhir dari pembinaan
pribadi dalam pola hidup bertasawuf adalah hidup bersih, bersahaja, tekun
beribadah kepada Allah, membimbing masyarakat ke arah yang diridai Allah,
dengan jalan pengamalan syariat dan penghayatan haqiqah dalam sistem/metode
thariqah untuk mencapai makrifat. Apa yang dimaksud dengan makrifat dalam
tema mereka adalah penghayatan puncak pengenalan keesaan Allah dalam wujud
semesta dan wujud dirinya sendiri. Pada titik pengenalan ini akan terpadu makna
tawakkal dalam tauhid, yang melahirkan sikap pasrah total kepada Allah, dan
melepaskan dirinya dari ketergantungan mutlak kepada sesuatu selain Allah.
13
BAB III
KESIMPULAN
1. Tarekat Qadiriyah
2. Tarekat Syadziliyah
3. Tarekat Naqsabandiyah
4. Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
5. Tarekat Khalwatiyah
6. Tarekat Syatariyah
7. Tarekat Rifa’iyah
8. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
9. Tarekat Sammaniyah
10. Tarekat Tijaniyah
11. Tarekat Chistiyah
12. Tarekat Mawlawiyah
13. Tarekat Ni’matullahi
14. Tarekat Sanusiyah
14
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. UI Press:
Jakarta.
Zahri, Mustafa. 1995. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Bina Ilmu: Surabaya.
15