Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Pembimbing :
dr. Sutopo, Sp. KFR
dr. Tagor Sibarani
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Primary Survey
L, Perempuan
Vital Sign :
Tekanan darah : 210/110 mmHg
Nadi : 110x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Suhu : 36 0C
Pernapasan : 30 x/menit, torako-abdominal
Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : spontan, 30 x/menit, pernapasan torako-
abdominal, pergerakan thoraks simetris kanan & kiri
Circulation : 110x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Disability : GCS (Eye 4,Verbal 5, Motorik 6)
Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam
Priority sign yaitu pasien datang dengan keluhan sesak nafas, sehingga
memerlukan penanganan segera. Pasien diberi label kuning.
Exposure : Tampak sesak
Tatalaksana awal : Tata laksana awal pada pasien ini adalah
ditempatkan di ruangan non bedah, oksigenasi nasal kanul 3 lpm dengan
posisi semifowler.
3
2.3. Ananmnesis
Autoanamnesis
Keluhan Utama: Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas sejak ± 24 jam SMRS dan memberat sejak
± 2 jam SMRS. Sesak dirasakan saat beristirahat dan membuat pasien
tidak dapat melakukan aktivitasnya. Sesak disertai dengan batuk. Batuk
diakui muncul bila sesak. Batuk lebih sering pada saat malam hari. Batuk
tidak berdahak, tidak mengeluarkan darah. Pasien mengaku badannya
terasa lemah dan lesu. Nyeri dada disangkal. Demam disangkal. Pasien
mengeluh mual dan muntah sejak ± 1 hari SMRS. Muntah diakui lebih
dari 10 kali dengan isi cairan. Sekali muntah ± 1/8 gelas mineral. Pasien
mengaku kadang terasa gatal di badan tetapi tidak terlalau mengganggu.
Mencret disangkal, BAK dan BAB belum ada hari ini. Nafsu makan
menurun.
Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan
Diakui pasien bahwa pasien pernah di rawat inap ± 1 bulan SMRS
dengan keluhan yang sama. Riwayat obat: ISDN sublingual 3 x 5 mg,
micardis 1 x 80 mg, CaCO3 3x1 dan ketocid 3x1. Pasien telah cuci darah
rutin setiap hari senin dan kamis sejak 1 bulan SMRS. Riwayat hipertensi
sejak 8 bulan SMRS dan tidak terkontrol. Riwayat diabetes melitus dan
alergi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Diakui pasien keluarga tidak ada sakit serupa dengan pasien.
4
2.4. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Tampak lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital sign (IGD)
- Tekanan darah : 210/110 mmHg
- Nadi : 110x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
- Suhu : 36 0C
- Pernapasan : 30 x/menit, torako-abdominal
5
Abdomen
Inspeksi : distensi
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan regio epigastrium, hepar, lien tidak
teraba membesar, Shifting dullnes (+)
Perkusi : timpani
Ekstremitas
- Akral hangat
- CRT < 2 detik
- Pitting edema ekstremitas atas dan bawah (-)
EKG
6
2.6. Diagnosa Klinis
Hipertensi Emergensi dengan Gagal ginjal kronik
Gagal Jantung Kongestif ec HHD
2.8.Penatalaksanaan IGD
Oksigenasi nasal kanul 3 lpm Inj. Ondansetron 8 mg
Posisi semifowler Inj. Furosemid 40 mg
Pasang Stopper Konsul ke Penyakit Dalam
Inj. OMZ 40 mg
Tatalaksana setelah konsul:
Inj. Furosemid 3 x 40 mg
Inj. OMZ 2 x 40 mg
Inj. Ondansetron 3 x 4 mg
Clonidin tab 3 x 0,15 mg oral
Amlodipin tab 1 x 10 mg oral
Micardis tab 1 x 80 mg oral
ISDN sublingual 3 x 5 mg
CaCO3 3x1
Ketocid 3x1
As. Folat 3 x 1
Transfusi PRC 1 kolf hari ini, dilanjutkan 2 kolf besok.
HD besok
2.9. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
Bila dimasukkan ke rumus Kockcorft-Gault, yaitu LFG (ml/menit/1,73m²)
= (140-umur)x berat badan / 72x kreatinin plasma (mg/dl) x0,85 bila perempuan ),
maka ( 140 – 42 ) x 50 / 72 x 9,8 x 0,85 = 8, 17 ml/ menit / 1,73 m2. Kemudian
diinterpretasikan ke tabel berikut:
Nilai LFG-nya adalah 8, 17 ml/ menit / 1,73 m2, yang dimana bila
disesuaikan dengan klasifikasi penyakit ginjal kronik dan Kidney Disease
Improving Global Outcome 2102 maka pasien ini mengalami gagal ginjal kronik
9
drajat 5 atau terminal, sehingga pasien membutuhkan terapi pengganti ginjal.
Berikut adalah patofisiologis yang terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kronis:
10
Pada kriteria framingham, pasien didiagnosis dengan gagal jantung
kongestif apabila terdapat 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah dengan
1 kriteria minor. Pada pasien ini didapatkan kriteria mayornya: ronki basah halus,
kardiomegali dan edema paru akut. Untuk kriteria minor didapatkan batuk pada
malam hari, efusi pleura, dan takikardi. Sehingga pasien ini memenuhi kriteria
framingham. Untuk klasifikasi fungsional NYHA (New York Heart Association),
pasien mengatakan bahwa pasien sesak saat beristirahat dan tidak dapat
melakukan aktivitasnya, sehingga pasien ini sesuai dengan NYHA Kelas IV.
Minor
Mayor
Efusi pleura
Kardiomegali
Takikardi
Irama Gallop S3
Hepatomegali
Edema Paru akut
11
Tidak ada keterbatasan dari aktivitas
fisik, aktivitas biasa tidak menimbulkan
Kelas I
gejala.
ada sedikit keterbatasan dari aktivitas
fisik, lebih nyaman saat istirahat,
aktivitas fisik sehari-hari dan menaiki
Kelas II
tangga agak banyak menyebabkan
lelah, berdebar-debar, dan sesak.
adanya keterbatasan dari aktivitas fisik
secara signifikan, lebih nyaman saat
beristirahat, aktivitas fisik yang ringan
Kelas III
dapat menyebabkan lelah, berdebar,
dan sesak.
Tidak bisa melakukan aktivitas fisik
dengan nyaman, timbul gejala
gangguan jantung pada saat istirahat,
Kelas IV
bila beraktivitas, keluhan akan semakin
berat.
Sesak pada pasien ini terjadi dikarenakan adanya akumulasi cairan pada
paru – paru akibat adanya retensi cairan dan natrium yang sifatnya menarik air.
Sehingga pada pemeriksaan fisik terdengar suara ronki basal halus. Pasien juga
mengalami mual dan muntah yang disebabkan adanya produksi asam lambung
yang berlebihan dikarenakan asupan makanan yang berkurang. Pasien juga
mengaku di hari pemeriksaan, pasien belum ada buang air besar dan kecil, hal ini
dikarenakan sedikitya asupan makanan yang didapat untuk pasien ini. Kadar
12
hemoglobin pada pasien ini adalah sebesar 6,8 g/dL, dimana menurut WHO
dalam drajat anemia adalah sebagai berikut:
Dari tabel di atas, maka pasien dapat dikatakan anemia berat, sehingga
diperlukannya transfusi prc. Kebutuhan transfusi darah packed red cell (prc) dapat
dihitung dengan rumus ∆Hb x BB x 4 = ( 12 – 6,8 ) x 50 x 4 = 1.040 ml. Satu
kantong prc berisi 300 ml, sehingga yang dibutuhkan adalah ± 3 kantong prc.
Pemasangan nasal kanul sebanyak 3 lpm dan posisi semifowler berguna
untuk memperbaiki oksigenasi mengingat keluhan utama pada pasien ini adalah
sesak nafas. Pemberian injeksi omeprazol dan ondansetron diberikan karena
pasien mengeluh mual dan muntah dengan frekuensi lebih dari 10 kali, hal ini
diharapkan setelah mendapatkan injeksi omeprazol dan ondansetron, keluhan
mual dan muntah pasien dapat berkurang. Pemberian diuretik kuat seperti
furosemid berguna untuk mengeluarkan cairan yang terakumulasi di dalam tubuh
pasien akibat adanya retensi natrium, tetapi sebaiknya dilakukan pemasangan
kateter untuk dapat menghitung cairan yang keluar serta dilakukan balance cairan
dengan target urine output-nya adalah 0,5 – 1 cc/ kgBB/ jam.
Pemberian klonidin cukup tepat diberikan mengingat tekanan darah pasien
saat masuk adalah 210/110 mmHg dengan MAP-nya 143,33 mmHg, ditambah
dengan adanya target organ sehingga pasien mengalami hipertensi emergensi.
Adapun tujuan terapi yang harus dicapai adalah berkurangnya MAP sebanyak
13
25% dalam 2 jam, sehingga MAP yang diharapkan setelah diberikan klonidin
adalah sebesar 107,5 mmHg. Pemberian micardis dan amlodipin sudah cukup
tepat diberikan, berdasarkan Eighth Joint National Committee 2014, terapi inisal
pada pasien dengan gagal ginjal kronik tanpa adanya diabetes melitus adalah ace
inhibitor atau angiotensin receptor blocker yang dapat diberikan sebagai
monoterapi atau dikombinasikan dengan kelas lainnya.
14
Dikarenakan LFG pada pasien ini adalah drajat 5 atau terminal, maka
terapi yang dianjurkan adalah hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi
ginjal. Tapi terapi yang diberikan dari rumah sakit adalah hemodialisa. Indikasi
inisiasi dialisis adalah gagal ginjal yang disertai salah satu berikut: 1) Sindrom
uremia: mual, muntah, gelisah 2) Kesadaran menurun 3) Hiperhidrasi 4) Asidosis
(pH darah <7,2 yang tidak berhasil dikoreksi) 5) Hiperkalemia (>7 mEq/L) 6)
Kadar ureum 200 mg/dL atau lebih 7) Kadar serum kreatinin 8 mg/dL atau lebih
8) Anuria > 3 hari atau lebih.
Prognosis pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah sangat beresiko
untuk gagal ginjal yang lebh parah yaitu end-stage renal disease (ESRD). Laju
progresifitasnya tergantung pada usia dan penyakit yang menyertai. Waktu yang
diperlukan untuk dilakukan inisiasi terapi pengganti ginjal sangat penting untuk
mencegah gagal ginjal kronik yang lebih buruk yang berujung pada kematian.
15
BAB IV
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17