Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PALU - Penggunaan merkuri (air raksa) dalam aktivitas penambangan emas tradisional oleh
warga di Sungai Pondo, Kelurahan Poboya, Kecamatan Palu Timur, betul-betul mengundang
minat kalangan akademisi. Tidak hanya sekadar berniat meneliti kandungan cemaran merkuri
dalam sungai, namun penelitian juga akan berfokus pada sejauhmana cemaran merkuri dalam
tubuh warga Poboya.
Salah satu staf akademisi Pendidikan Kimia FKIP Untad, Dra Mery Napitupulu MSc PhD,
menuturkan akan mengambil sampel dari rambut warga Poboya di sekitar sungai maupun
rambut para pendulang emas. Dengan potongan kecil rambut itu, Mery mengungkapkan
sudah cukup, untuk memberikan informasi sejauhmana merkuri mencemari tubuh warga.
Berdasarkan hasil penyuluhan dampak bahaya penggunaan merkuri, yang dilakukan oleh 44
mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Untad kepada warga Poboya dan pendulang emas akhir
Desember lalu, didapatkan bahwa warga sepenuhnya paham akan risiko kesehatan yang akan
diderita jika kontak langsung dengan merkuri dalam waktu yang lama.
"Ada pendulang yang kakinya gatal-gatal. Tetapi mereka yakin itu bukan karena kelamaan
dengan merkuri, namun karena kelamaan berendam di air yang kotor," tuturnya.
Belum adanya kepastian cemaran merkuri dalam tubuh warga, maka Mery kembali
menegaskan, rencananya untuk meneliti cemaran melalui sampel rambut warga.
"Kalau serius dan intensif, sebulan mendatang kami sudah dapat mengambil rambut warga
untuk diteliti. Dan model penelitian seperti ini sudah pernah dilakukan di Kalimantan Timur
(Kaltim). Di sana (Kaltim, red), dari hasil penelitian kemudian dikoordinasikan kepada Dinas
Kesehatan setempat untuk mendapatkan tindaklanjut. Di sini pun kami akan melakukannya,"
tandasnya.(uq)