Вы находитесь на странице: 1из 1

Berita Palu Selasa, 8 Januari 2008

Rambut Warga Poboya akan Diteliti

PALU - Penggunaan merkuri (air raksa) dalam aktivitas penambangan emas tradisional oleh
warga di Sungai Pondo, Kelurahan Poboya, Kecamatan Palu Timur, betul-betul mengundang
minat kalangan akademisi. Tidak hanya sekadar berniat meneliti kandungan cemaran merkuri
dalam sungai, namun penelitian juga akan berfokus pada sejauhmana cemaran merkuri dalam
tubuh warga Poboya.

Salah satu staf akademisi Pendidikan Kimia FKIP Untad, Dra Mery Napitupulu MSc PhD,
menuturkan akan mengambil sampel dari rambut warga Poboya di sekitar sungai maupun
rambut para pendulang emas. Dengan potongan kecil rambut itu, Mery mengungkapkan
sudah cukup, untuk memberikan informasi sejauhmana merkuri mencemari tubuh warga.

"Pengambilan sampel rambut menunggu hasil penelitian besaran pencemaran merkuri di


sungai. Setelah didapatkan hasil cemarannya, baru penelitian dilanjutkan dengan meneliti
pencemaran merkuri di dalam tubuh warga. Tetapi, kami yakin sekali kalau sungai sudah
tercemar. Jadi tinggal menjalani prosedur saja," ujar Mery kemarin (7/1).

Ditemui di ruang kerjanya, Mery, mengungkapkan keyakinan tercemarnya sungai oleh


kandungan merkuri, dikuatkan dengan sikap warga yang seakan tak acuh dengan dampak
penggunaan merkuri. Padahal warga sedikit banyak mengetahui dampak merkuri.

Berdasarkan hasil penyuluhan dampak bahaya penggunaan merkuri, yang dilakukan oleh 44
mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Untad kepada warga Poboya dan pendulang emas akhir
Desember lalu, didapatkan bahwa warga sepenuhnya paham akan risiko kesehatan yang akan
diderita jika kontak langsung dengan merkuri dalam waktu yang lama.

"Ada pendulang yang kakinya gatal-gatal. Tetapi mereka yakin itu bukan karena kelamaan
dengan merkuri, namun karena kelamaan berendam di air yang kotor," tuturnya.

Belum adanya kepastian cemaran merkuri dalam tubuh warga, maka Mery kembali
menegaskan, rencananya untuk meneliti cemaran melalui sampel rambut warga.

Terkait penelitian tersebut, Mery, mengungkapkan penelitian kandungan cemaran di sungai


akan dilakukan oleh seorang mahasiswa tingkat akhir bernama Nelyanti, yang merupakan
mahasiswa bimbingannya. Penelitian akan mengambil sampel air setiap 200 meter di
sepanjang aktivitas pendulangan emas. Sedangkan untuk penelitian cemaran pada tubuh
warga, kemungkinan dilakukan dalam pengawasan Mery, setelah menunggu hasil penelitian
Nelyanti.

"Kalau serius dan intensif, sebulan mendatang kami sudah dapat mengambil rambut warga
untuk diteliti. Dan model penelitian seperti ini sudah pernah dilakukan di Kalimantan Timur
(Kaltim). Di sana (Kaltim, red), dari hasil penelitian kemudian dikoordinasikan kepada Dinas
Kesehatan setempat untuk mendapatkan tindaklanjut. Di sini pun kami akan melakukannya,"
tandasnya.(uq)

Вам также может понравиться