Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi Jejas
Jejas adalah penyesuaian sel terhadap suatu tekanan yang berubah-ubah hingga suatu
tekanan melampaui adaptasi sel tersebut.
B. Etiologi jejas
1. Deprivasi Oksigen / Hipoksia
Mengganggu respirasi oksidatif dan penyebab jejas tersering dan terpenting serta
menyebabkan kematian.
2. Bahan Kimia
Semua bahan kimia dapat menyebabkan jejas.
3. Agen Infeksius
Contoh: virus, cacing, riketsia, bakteri, fungi, protozoa.
4. Reaksi Immunologi
Reaksi yang sengaja/tdk sengaja menyebabkan jejas. Co: Anafilaksis thdp protein asing/suatu
obat.
C. Jenis-jenis:
1. Reversibel
Iskemia
2. Irreversibel
D. Bentuk Jejas:
1. Jejas Iskemik dan Hipoksik
Iskemia terjadi karena berkurangnya aliran darah pada pembuluh darah jaringan
tertentu.
Proses penting yang berperan pada kerusakan jaringan pada infark miokard dan
serebral, tetapi juga dapat menerima intervensi terapeutik.
- penuaan selular
Nekrosis
Terjadi setelah suplai darah hilang atau setelah terpajan toksik dan ditandia dengan
pembengkakan sel, denaturasi protein, dan kerusakan organela. Jalur lintas kematian
sel tersebut dapat dapat menyebabkan disfungsi berat jaringan.
Apoptosis
Terjadi sebagai akibat program ‘bunuh diri’ yang dikontrol secara internal, setelah sel
mati yang disingkirkan dengan gangguan minimal dari jaringan sekitarnya. Keadaan
tersebeut terjadi dalam kondisi fisiologis, saat sel yang tidak dikehendaki dieliminasi
(missal, embryogenesis) dan dalam berbagai kondisi patologis (misal, kerusakan
akibat mutasi yang tidak dapat diperbaiki)
Autofagi
Terlibat dalam penyingkiran organel rusak atau mati dan perbaikan sel yang disertai
oleh diferensiasi sel, biasanya terjadi pada sel yang mengalami atrofi, yang diinduksi
oleh kekurangan zat gizi atau hormone. Seperti pada sel otak manusia yang
mengalami pengerutan di autofagi untuk disingkirkan agar tidak menganggu sel
sekitarnya dan di perbaiki jika memungkinkan.
Pada pemberian barbiturat terjadilah adaptasi yang disebabkan oleh induksi penambahan
volume SER hepatosit, yang memetabolisme obat melalui system oksidase fungsi campuran
P-450. Lalu barbiturate dan zat lain menginduksi sintesis lebih banyak enzim dan SER.
Sehingga dapat dikatakan efektif dengan modifikasi obat. Jadi, pasien yang menambah
asupan alcoholnya sambil memakai obat fenobarbital untuk epilepsinya, dapat diakhiri
dengan pengobatan antikejang berkadar subterapeutik.
Perubahan Mitokondrial
Mitokondria dapat berukuran sangat besar (megamitokondria), seperti yang tampak pada
hepatosit dalam berbagai defisiensi nutrisi dan penyakit hati alkoholik. Pada penyakit
metabolic otot rangka yang diturunkan tertentu, terdapat miopati mitokondrial, defek pada
metabolisme mitokondria yang disertai peningkatan sejumlah mitokondria besar yang tak
biasa, yang mengandung krista abnormal.
Abnormalitas Sitoskeletal
Perubahan dapat direfleksikan dengan suatu gambaran dan fungsi sel abnormal, gerakan
organel intrasel yang menyimpang, defek gaya gerak sel, atau akumulasi material fibrilar
intraselular. Misalnya , perturbasi, seperti pada organisasi mikrotubulus, dapat menyebabkan
sterilitas dengan menghambat motilitas sperma dan imobilitassilia epitel respirasi,
menyebabkan infeksi kronik akibat defek (kerusakan) pada pembersihan bakteri yang
terihanlasi (sindrom kartagener atau sillia immotile).
Protein Syok Panas
Protein syok panas diinduksi setelah rangsangan berbahaya yang berperan penting dalam
pelipatan kembali polipeptida yang mengalami denaturasi, untuk memperbaiki fungsinya
sebelum menimbulkan disfungsi atau kematian sel yang serius. Kesalahan pelipatan atau
kesalahan tujuan protein dapat berperan sentral pada berbagai penyakit, amiloidosis, serta
gangguan neurodegenerative seperti penyakit Creutzfeldt-jakob dan penyakit Alzheimer.
C. Akumulasi Intraseluler
Pada beberapa kondisi, sel dapat mengakumulasikan sejumlah zat abnormal.
Akumulasi tersebut dapat membahayakan atau dapat menyebabkan berbagai tingkat ceder.
Lokasi substansi tersebut mungkin di dalam sitoplasma, organel (khususnya lisosom) atau
dalam nucleus.
Terdapat tiga jalur umum yang selnya dapat menambah akumulasi intrasel abnormal
Zat normal diproduksi dengan kecepatan normal atau kecepatan meningkat, tetapi
kecepatan metabolic tidak adekuat untuk menyingkirkannya. Suatu contoh untuk jenis
proses tersebut adalah perlemakan hati.
Zat endogen normal atau abnormal menumpuk karena defek genetik atau didapat pada
metabolism, pengemasan, transport atau sekresinya. Satu jalur metabolic
spesifik;gangguan yang dihasilkan disebut penyakit simpanan. Pada kasus lain, mutasi
menyebabkan defek pelipatan dan transport, dan akhirnya akumulasi protein.
Zat eksogen abnormal disimpan dan menumpuk karena sel tidak memiliki mesin
enzimatik untuk mendegradasi zat, dan juga tidak mampu mengangkutnya ke tempat
lain. Akumulasi partikel karbon atau silica merupakan contoh jenis perubahan
tersebut.
(gambar dari buku patologi hal.19)
Kolesterol dan Ester Kolestril. Metabolism kolesterol selular diatur ketat untuk memastikan
sintesis membrane sel normal tanpa akumulasi intrasel yang berarti. Namun, sel fagositik bisa
menjadi sangat terbebani dengan lipid (trigliserida, kolesterol dan ester kolestril) pada
beberapa proses patologik yang berbeda.
Protein. Secara morfologis, akumulasi protein yang terlihat lebih jarang terjadi
dibandingkan akumulasi lipid; akumulasi protein dapat terjadi karena kelebihan protein di
sajikan pada sel aau karna sel menyintesis protein dalam jumlah yang berlebih.
Glikogen . deposit glikogen intrasel yang berlebih yang disebabkan oleh abnormalitas
metabolism glukosa atau glikogen. Pada diabetes mellitus yang tidak terkontrol baik, contoh
utama penyimpangan metabolisme glukosa adalah akumulasi glikogen di eptel tubulus ginjal,
miosit jantung, dan sel beta pada pulau langerhans.glikogen juga berakumulasi dalam sel di
sekelompok gangguan genetik yang terkait erat yang secara kolektif disebut penyakit
penimbuinan glikogen, atau glikogenesis. Pada penyakit tersebut , defek enzim pada sintesis
atau pemecahan glikogen menghasilkan penimbunan massif, dengan cedera sekunder dan
kematian sel.
Pigmen. Pigmen merupakan substansi berwarna yang bersifat eksogen , berasal dari luar
tubuh , atau endogen , dapat di produksi oleh tubuh.
D. Kalsifikasi Patologi
(1) peningkatan sekresi hormone paratiroid, akibat tumor paratiroid primer atau produksi
oleh tumor ganas lain; (2) destruksi tulangakibat pengaruh penggantian yang
terakselerasi ( misalnya, penyakit paget), imobilisasi atau tumor (peningkatan
katabolisme tulang yang disebabkan oleh multiple myeloma,leukemia,atau metastasis
skeletal difus); (3) gangguan yang berhubungandengan vitamin D, termasuk
intoksikasi vitamin D dan sacoidosis (makrofag mengaktifkan perkusorvitamin D);
dan (4)gagal ginjal,yang retensi fosfatnya menimbullkan hiperparatiroidisme
sekunder.
3. Mekanisme Kerusakan Sel
Efek pertama hipoksia adalah pada respirasi sel, yaitu fosforilasi oksidatif oleh mitokondria
sebagai akibat penurunan tegangan oksigen, pembentukan ATP intrasel jelas berkurang. Hasil
deplesi ATP mempunyai efek luas pada banyak sistem dalam sel
Aktivitas "pompa natrium" yang diatur ATP membran plasma menlrrltn, selanjutnya
terjadi akumulasi natrium intrasel dan difusi kaiium keluar sel. Perolehan bersih solut
natrium disertai hasil isosmotik cairan, menyebabk an pembengknkan sel. Kondisi ini
dieksaserbasi oleh peningkatan beban osmotik dari akumulasi metabolit lain, seperti
fosfat anorganik, asam laktat, dan nukleosida purin.
Glikolisis anaerob meningkat karena ATP berkurang dan disertai peningkatan adenosine
fosfofruktokinase. jalur glikolisis ini dirancang evolusionar untuk mempertahankan energi
sel dengan membentnk ATP dari glikogen, dan aktivasinya menimbulkan deplesi cepat
cadangan glikogen, yang secara histologis jelas kelihatan dengan berkurangnya pewarnaan
untuk karbohidrat . Peningkatan glikolisis juga menyebabkan akumulasi asam laktat dan
fosfat akibat hidrolisis ester fosfat, jadi menurunkan pH intrasel. Penurunan kadar pH dan
ATP menyebabkan ribosom lepas dari retikulum endoplasma kasar. (RER) dan polisom
untuk berdisosiasi menjadi monosom, dengan akibatnya terjadi penurunan sintesis protein.
Jika hipoksia tidak dihilangkan, perburukan fungsi mitokondria dan peningkatan
permeabilitas membran selanjutnya menyebabkan kerusakan morfologik. Apabila
sitoskeleton rusak, gambaran ultrastruktur seperti mikrovili hilang, dan permukaan sel akan
"menggelembung". Mitokondria, retikulum endoplasma, dan semua sel biasanya tampak
membengkak karena pengaturan osmotik hilang. Jika oksigen diperbaiki, semua gangguan
yang telah disebut akan rerversibel. nantinya,, jika iskemik tetap terjadi, jejas yang ireversibel
mengikuti.
Jejas sel karena radikal bebas terutama akibat induksi spesies oksigen merupakan
mekanis penting dalam kerusakan sel.
Radikal merupakan spesiess kimiawi dengan elektron tak berpasangan di orbital
terluar.
Sifat-sifat radikal bebas :
a) Sangat tidak stabil dan mudah bereaksi dengan zat kimia organik maupun
anorganik.
b) Didalam sel, sering menyerang dan mendegradasi asam nukleat dan molekul
membran.
c) Menginisiasi reaksi autokatalitik.
d) Molekul yang berinteraksi dengan radikal bebas, akan diubah menjadi radikal
bebas juga.
e) Fungsi positif radikal bebas diantaranya :
Bagian normal respirasi, aktivitas seluler rutin, sebagai pertahanan mikroba.
Lemak tak jenuh mudah terkena radikal dari O2 interaksi radikal bebas
menghasilkan peroksida yang tak stabil & reaktif terjadi rantai autokatalitik (suatu
rekasi yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri).
A. Fragmentasi DNA :
Radikal bebas bergabung dengan timin DNA untai tunggal rusak pembunuhan
sel berubah menjadi ganas.
B. Ikatan silang protein :
Radikal bebas mencetuskan ikatan silang protein peningkatan kecepatan degradasi
fragmentasi polipeptida.
Kecepatan kerusakan spontan meningkat bermakna oleh kerja superoksida dismutase (SOD)
yang ditemukan pada banyak tipe sel.
a) Glutation (GSH) peroksidase juga melindungi sel agar tidak mengalami jejas dengan
mengkatalisis perusakan radikal bebas.
b) Katalase terdapat dalam peroksisom. Langsung mendegradasi hidrogen peroksida.
c) Antioksidan eksogen dan endogen juga dapat menghambat pertumbuhan radikal
bebas.
d) Zat besi dan tembaga yang di ionisasi bebas dapat mengatalisis pembentukan spesies
oksigen reaktif.
- Pada kondisi ini, kerusakan terbesar tertahan oleh sel yang menggunakan,
mengabsorbsi, mengeksresi, atau mengkonstrasikan senyawa.
4. Adaptasi Sel
A. Definisi dan Jenis
Meskipun dalam keadaan normal, sel harus secara konstan beradaptasi terhadap perubahan di
lingkungan.
Adaptasi fisiologis biasanya mewakili respons sel terhadap perangsangan normal oleh
hormone atau mediator kimiawi endogen.
Adaptasi patologik sering berbagi mekanisme dasar yang sama, tetapi memungkinkan sel
untuk mengatur lingkungannya, dan idealnya melepaskan diri dari cedera.
Secara umum, adaptasi sel adalah kondisi baru untuk kelangsungan hidup.
1. ATROFI
Atrofi adalah mengecilnya ukuran sel namun jumlah sel tetap. Hal ini terjadi karena
beberapa sebab. Contohnya berkurangnya beban kerja, hilangnya persarafan,
berkurangnya suplai darah, malnutrisi, hilangnya rangsangan endokrin, dan penuaan.
2. Hipertrofi
Hipertrofi adalah pembesaran ukuran sel namun jumlah sel tetap. Hipertrofi dapat
bersifat fisiologis atau patologik. Hipertrofi fisiologis dapat dilihat pada seorang
binaragawan angkat beban yang terdapat hipertrofi pada setiap sel otot skelet karena
peningkatan beban kerja. Sedangkan hipertrofi patologik dapat ditemukan pada
pembesaran otot jantung (myocardium) yang biasanya terjadi pada penderita
hipertensi
Gambar. Hipertrofi pada otot jantung
3. Hiperplasia
Hiperplasia adalah bertambahnya jumlah sel, namun ukuran tetap. Hiperplasia
fisiologis contohnya adalah proliferasi epitel kelenjar payudara pada wanita hamil
atau perempuan saat pubertas. Hyperplasia patologik dapat terjadi pada kelenjar
prostat. Bertambahya sel pada prostat menyebabkan tertutupnya saluran uretra
sehingga urin sukar dikeluarkan
4. Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan suatu sel menjadi jenis sel lain yang lebih mampu
bertahan pada lingkungan/kondisi yang dihadapi. Metaplasia diperkirakan berasal dari
“pemrograman kembali” genetik sel stem epitelial atau sel mesenkim jaringan ikat
yang tidak berdiferensiasi. Contoh metaplasia adalah pada penderita refluks lambung
kronik, epitel skuamosa bertingkat normal pada esophagus bawah dapat mengalami
transformasi metaplastik menjadi epitel silindris tipe usus halus/lambung.
Gambar. A. diagram skematis metaplasia silindirs menjadi gepeng.
B. transformasi metaplastik epitel skuamosa bertingkat esophagus dewasa normal
menjadi epitel silindris matang
Perubahan Vaskular
Perubahan pada kaliber dan aliran darah pembuluh darah. Perubahan ini
relatif lebih cepat setelah jejas terjadi, tetapi dapat berkembang dengan kecepatan
yang beragam, bergantung pada sifat dan keparahan jejas asalnya.
1. Setelah vasokontriksi (beberapa detik), terjadi vasodilatasi arteriol yang
mengakibatkan peningkatan aliran darah dan penyumbatan lokal (hiperemia) pada
aliran darah dan kapiler selanjutnya. Pelebaran pembuluh darah ini merupakan
penyebab timbulnya warna merah (eritema) dan hangat yang secara khas terlihat
pada inflamasi akut.
2. Selanjutnya, mikrovaskulatur menjadi lebih permeabel mengakibatkan masuknya
cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskular. Hal ini menyebabkan sel
darah merah menjadi lebih terkonsentrasi dengan baik sehingga meningkatkan
viskositas darah dan memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan ini
digambarkan oleh dilatasi pada sejumlah pembuluh darah kecil yang dipadati oleh
eritrosit. Proses tersebut dinamakan stasis.
3. Saat terjadi stasis, leukosit (terutama neutrofil) mulai keliuar dari aliran darah dan
berakumulasi di sepanjang permukaan endotel pembuluh darah.
Peristiwa Seluler Leukosit
Urutan kejadia ekstravasasi leukosit dari lumen pembuluh darah ke ruang
ekstravaskularndibagi menjadi:
1. Marginasi dan Rolling
Proses akumulasi leukosit di tepi pembuluh darah disebut marginasi.
Selanjutnya, leukosit yang berguling-guling pada permukaan endotel, untuk
sementara melekat disepanjang perjalanannya itu. Proses ini dinamakan
rolling.
2. Adhesi dan Transmigrasi
Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel yang disebut adhesi.
Adhesi kuat difasilitasi oleh perubahan afinitas integrin terhadap ligan endotel
yang diinduksi kemokin. Kemudian leukosit akan bertransmigrasi antara sel
endotel dengan memanfaatkan interaksi PECAM-1.
3. Kemotaksis dan Aktivasi
Setelah terjadi ekstravasasi dari darah, leukosit bermigrasi menuju tempat
jejas mendekati gradien kimiawi pada suatu proses yang disebut kemotaksis.
Kemudian molekul kemotaksis berikatan pada reseptor permukaan sel
spesifik sehingga menyebabkan aktivasi.
4. Fagositosis dan Degranulasi
Fagositosis dan elaborasi enzim degradatif merupakan dua manfaat utama
dari adanya leukosit yang direkrut pada tempat inflamasi. Fagositosis terdiri
atas tiga langkah berbeda tetapi saling terkait.
a. Pengenalan dan perlekatan partikel pada leukosit yang menelan.
b. Penelanan, dengan pembentukan vakuola fagositosik selanjutnya.
c. Pembunuhan dan degradasi material yang ditelan.
Mediator Kimiawi Inflamasi
Mediator kimiawi yang berperan untuk inflamasi :
a. Amina vasoaktif
b. Neuropeptida
c. Protease Plasma
Akibat Inflamasi Akut
Walaupun akibat yang ditimbulkan oleh inflamasi akut diubah oleh sifat dan
intensitas jejas, tempat dan jaringan yang terkena, serta kemampuan pejamu untuk
meningkatkan suatu respon , pada umumnya inflamasi akut memiliki 3 akibat:
a. Resolusi
Jika cedera bersifat terbatas atau berlangsung singkat, tidak terdapat kerusakan
jaringan ataupun terdapat kerusakan kecil, dan jika jaringan mampu mengganti
setiap sel yang cedera secara irreversibel, biasa terjadi perbaikan terhadap
normalitas histologis dan fingsional.
b. Pembentukkan jaringan parut (scarring) atau fibrosis.
Terjadi setelah dekstruksi jaringan yang substansial atau ketika terjadi inflamasi
pada jaringan yang tidak beregenerasi.
c. Kemajuan ke arah inflamasi kronik.
Bisa terjadi setalah inflamasi akut, walaupun tanda inflamasi kronik dapat muncul
pada awal jejas (misalnya pada infeksi virus atau respon sistem imun terhadap
antigennya sendiri). Inflamasi kronik dapat diikuti oleh regenerasi pada struktur
dan fungsi normal (regenerasi) atau bisa menimbulkan jaringan parut, bergantung
pada luasnya jejas jaringan awal dan jejas yang terus berlangsung, serta
kemampuan jaringan yang terinfeksi untuk tumbuh kembali.
C. Inflamasi Kronik
Inflamasi kronik dianggap sebagai inflamasi memanjang, dan terjadi inflamasi aktif,
jejas jaringan, & penyembuhan secara serentak.
Ditandai dgn hal” berikut :
Infiltrasi sel mononuklear (“radang kronik”), mencakup makrofag, limfosit,
& sel plasma.
Destruksi jaringan, sebagian besar diatur oleh sel radang.
Repair (perbaikan), melibatkan proliferasi pembuluh darah baru
(angiogenesis) dan fibrosis.
1. Infeksi virus
2. Infeksi mikroba persisten
ditandai dgn adanya serangkaian mikroorganisme terpilih, termasuk mikrobakterium
(basilus tuberkel), Treponema pallidum, dan fungus tertentu .Organisme ini memiliki
patogenisitas langsung yang lemah, tapi dapat menimbulkan respon imun yang
disebut hipersensitivitas lambat, yang bisa berpuncak pada suatu raksi granulomatosa.
MAKROFAG
merupakan sel jaringan yang berasal dari monosit dalam sirkulasi setelah beremigrasi
dari aliran darah.
1. menyaring terhadap bahan berukuran partikel, mikroba, & sel yang mengalami proses
kematian / senescent (disebut jg sist.fagosit mononuklear)
2. Sebagai sentinel untuk memperingatkan komponen spesifik sist.imun (limfosit T & B)
terhadap rangsang yang berbahaya.
LIMFOSIT T & B
limfosit dimobilisasi pada keadaan setiap ada rangsang imun spesifik (yaitu infeksi),
dan pd inflamasi yg diperantarai nonimun (yaitu krn infark atau trauma jaringan) .
SEL PLASMA
Merupakan produk akhir dari aktivasi sel B yang mengalami diferensiasi akhir
sel plasma dapat menghasilkan antibodi yang diarahkan untuk melawan antigen di
tempat radang atau melawan komponen jaringan yang berubah.
EOSINOFIL
secara khusus ditemukan di tempat radang sekitar terjadinya infeksi parasit atau
sebagai bagian reaksi imun yang diperantarai oleh IgE, yg berkaitan khusus dengan
alergi.
SEL MAST
Merupakan sel sentinel yang tersebar luas dalam jaringan ikat di seluruh tubuh &
dapat berperan serta dalam respons radang akut maupun kronik.
sel mast “dipersenjatai” dengan IgE terhadap antigen tertentu. Bila antigen ditemukan,
sel mast sebelum dipersenjatai dipicu untuk melepaskan histamin & metabolit AA yg
menyebabkan perubahan vaskular dini pada inflamasi akut.
sel mast juga dapat mengelaborasi sitokin, seperti TNF, sehingga berperan pada
respons kronik yang lebih besar.
Merupakan pola inflamasi kronik khusus, yang ditandai degan agregasi makrofag
teraktivasi yang gambarannya menyerupai sel skuamosa.Granuloma ditemukan relatif
sedikit pada keadaan patologis.Granuloma dapat terbentuk pada keadaan respons sel T
yang persisten terhadap mikroba tertentu, yang sitokinnya berasal dari sel T, bertanggung
jawab atas aktivasi makrofag persisten.Tuberkulosis merupakan penyakit berpola dasar
granulomatosa krn infeksi & seharusnya sll disingkirkan sbg penyebab pd saat
granuloma teridentifikasi.
• Saluran dan kelenjar getah bening menyaring dan mengatur cairan ekstravaskular.
Bersama sistem fagosit mononuklear merupakan lini pertahanan sekunder yang
berperan saat reaksi radang lokal gagal menetralkan cedera.Merupakan saluran halus
yang sukar terlihat pada potongan jaringan biasa karena mudah sekali kolaps, kecuali
bila terisi cairan edema dan leukosit yang masuk sirkulasi
Inflamasi Serosa
Ditandai dengan
keluarnya cairan yang
berair dan relatif sedikit
protein (efusi) yang
dibentuk dari serum
atau sekresi sel
mesotelium yang
melapisi rongga
peritoneum, pleura, dan
perikard.Terakumulasi
dalam atau di bawah
epidermis kulit.Contoh: lepuh karena infeksi luka bakar atau virus
Inflamasi Fibrinosa
Terjadi akibat jejas yang lebih berat, memungkinkan molekul yang lebih besar melewati
barrier endotel. Tampak sebagai anyaman filamen eosinofilik.Eksudat fibrinosa dapat
didegradasi dengan fibrinolisis, debris yang terakumulasi dapat disingkirkan oleh
makrofag (resolusi).Kegagalan resolusi menimbulkan jaringan parut (organisasi)
Terlihat dengan sejumlah besar eksudat purulen (pus).Abses merupakan sekumpulan pus
lokal yang dapat disebabkan oleh penyemaian piogenik oleh infeksi sekunder fokus
nekrotik.Abses memiliki daerah nekrotik sentral yang dikelilingi neutrofil disertai zona
yang mengalami proliferasi fibroblastis
Ulserasi
Menunjukkan tempat inflamasi yang permukaan epitelnya telah menjadi nekrotik dan
terkikis karena inflamasi akut dan kronik subepite.Dapat terjadi akibat cedera toksik atau
traumatik pada permukaan epitel atau akibat gangguan vascular.Pada lambung dan
duodenum terdapat ulkus peptik, yang memperlihatkan infiltrat neutrofilik padat serta
dilatasi vascular. Pada lesi kronik mengalami proliferasi fibroblastik, pembentukan
jaringan parut dan akumulasi sel radang kronik
- Demam
- peningkatan somnolen
- malaise
- anoreksia
- degradasi protein otot skelet yang dipercepat
- hipotensi
- sintesis hepatik berbagai protein
A.Definisi
Pemulihan Jaringan merupakan serangkaian proses bertahap yang terjadi setelah adanya
rangsangan atas cedera sel (jejas) yang memicu pengaktifan jalur replikasi pada sel lainnya.
B.Mekanisme
Pemulihan jaringan melibatkan dua proses, yakni regenerasi jaringan parenkim dan
penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis) yang disebut juga pembentukan jaringan parut.
1. REGENERASI SEL
Pengendalian pertumbuhan dan diferensiasi sel. Pemulihan jaringan yang cedera
dilakukan dengan pemusnahan dan pembuangan jaringan yang rusak.
Meningkatnya jumlah sel dalam populasi, dapat terjadi karena :
Peningkatan proliferasi
Penurunan kematian
Diferensiasi sel
Berdasarkan kemampuan regenerasi serta hubungannya terhadap siklus sel, sel tubuh
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Sel labil
Sel yang terus membelah (dan terus-menerus mati). Sel yang membelah secara
konstan terus mengalami siklus dari satu mitosis ke mitosis berikutnya. Sel labil
meliputi sel-sel sumsum tulang dan juga mewakili sebagian besar epitel permukaan.
2. Sel stabil
Dalam keadaan normalnya, sel ini di anggap istirahat (atau hanya mempunyai
kemampuan replikasi rendah), tetapi mampu membelah diri dengan cepat dalam hal
merespons cedera. Sel stabil menyusun parenkim pada jaringan kelenjar yang paling
padat, yaitu hati, ginjal, pankreas, dan sel endotel yang melapisi pembuluh darah,
serta fibroblas dan sel jaringan ikat otot polos (mesenkim).
3. Sel permanen
Sel yang tidak dapat diganti bila rusak, tidak mempunyai kemampuan membelah
setelah kehidupan pascakelahiran. Yang termasuk kategori ini adalah sebagian besar
neuron dan sel otot jantung. Oleh karena itu, cedera pada otak atau jantung bersifat
ireversibel dan hanya menimbulkan jaringan parut karena jaringan tidak dapat
berproliferasi.
Pertumbuhan dan diferensiasi sel bergantung pada sinyal ekstrasel yang berasal dari mediator
terlarut dan matriks ECM.
1. Mediator Terlarut
Mediator yang berperan menyampaikan rangsang ke inti sel terdiri dari sinyal
terlarut dan sinyal tak terlarut yang diperantarai sitoskeleton. Meskipun banyak
mediator kimiawi mepengaruhi pertumbuhan sel, yang terpenting adalah faktor
pertumbuhan polipeptida yang beredar di dalam serum atau diproduksi secara lokal
oleh sel.
Peran reseptor pada proses regenerasi sel adalah sebagai bagian yang
berfungsi menangkap dan mengolah sinyal pertumbuhan yang di kendalikan oleh
Matriks Ekstraseluler (ECM). Matriks ekstraseluler mrupakan kompleks
makromolekul yang mengalami remodeling secara dinamis dan konstan, menyusun
ruang di sekeliling sel. Selain itu matriks ekstraseluler juga sebagai penyokong
mekanis untuk berlabuhnya sel, pemeliharaan diferensiasi sel, dan terpenting sebagai
pengendali pertumbuhan sel. Reseptor yang berperan dalam menangkap sinyal dari
matriks ekstraseluler adalah reseptor pertumbuhan. Reseptor ini akan meneruskan
rangsangan ke inti sel melalui mediator.
Terdapat empat jenis reseptor permukaan sel yang umum :
a. Reseptor kanal ion
Pengikatan ligan mengubah konformasi reseptor sehingga ion spesifik
dapat melewatinya. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan pada potensi
listrik yang melewati sel. Contohnya adalah reseptor asetilkolin pada
penghubung saraf otot.
b. Reseptor dengan aktivitas kinase intrinsik
Reseptor ini biasanya merupakan molekul transmembran dimer dengan
suatu daerah pengikatan ligan ekstrasel; pengikatan ligan menyebabkan
dimerisasi stabil disertai fosforilasi selanjutnya yang saling
menguntungkan pada subunit reseptor. Yang terlibat dalam pemberian
sinyal intrasel pada berbagai faktor pertumbuhan, yaitu faktor
pertumbuhan epidermis (EGF, epidermal growth factor) dan faktor
pertumbuhan fibroblas (fibroblast growth factor).
c. Reseptor protein G-berpasangan
Semua reseptor ini mengandung tujuh segmen transmembran; setelah
berikatan dengan ligan spesifiknya,reseptor tersebut berhubungan dengan
protein yang menghidrolisis GTP intrasel (sehingga dinamakan Reseptor
protein G-berpasangan). Reseptor dalam kategori ini meliputi reseptor
untuk epinefrin dan glukagon, serta kemokin.
d. Reseptor tanpa aktivitas enzimatik intrinsik
Reseptor ini biasanya merupakan molekul transmembran monomer
dengan suatu daerah pengikatan ligan ekstrasel; interaksi ligan akan
menginduksi perubahan konformasional intrasel yang memungkinkannya
berhubungan dengan kinase protein intrasel dan mengaktifkannya.
Reseptor ini meliputi reseptor yang terlibat dalam aktivasi sitokin pada
sistem imun, serta reseptor eritropoietin.
3. Deposisi ECM
4. Remodeling
Angiogenesis
1. Proses yang jaringan pembluh darah primitif nya di bentuk dari angiobast
2. Proses saat pembuluh darah yang telah ada yang telah ada sebelum nya akan
mengeluarkan tunas kapiler untuk membentuk pembuluh darah baru
Protein ECM structural juga mengatur pembentukan tunas pembuluh darah pada
angiogenesis terutama melalui interaksi dengan integrin pada sel endotel yang bermigrasi
protein nonstructural berperan dalam proses tersebut dengan mendestabilkan interaksi sel
ECM untuk memudahkan migrasi sel yang berlanjut atau memecah ECM agar
memungkin kan terjadi nya remodeling
Menambah kerangka jaringan granulasi pada pembuluh dara baru dan ECM longgar yang
berkembang dini pada tempat pemulihan
1. PDGF
2. Bfgf FIBROSIS sumber nya adalah endotel teraktivasi
3. TGF- β
Perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut melibatkan perubahan dalam
komposisi ECM bahkan setelah di sintesis dan deposisinya ECM jaringan parut akan
terus di ubah dan di lakukan remodeling
Hasil akhir dari setiap tahapan adalah keseimbangan antara sintesis dan degradasi ECM
Degradasikolagen dan komponen ECM lain nya di lakukan oleh suatu kelompok
metaloproteinase (di sebut demikian karena keterganungan pada ion seng untuk
melakukan aktivitas nya) metalloproteinase berbeda dengan elastase neutrofil,katepsin
G,plasmin,dan proteinase lain yang dapat pula memecah ECM tetapi nukan metaloenzim.
A. Penyembuhan Primer
Penyembuhan suatu insisi bedah
yang bersih dan tidak terinfeksi
di sekitar jahitan bedah. Proses
ini disebut penyembuhan
primer. Akibatnya, regenerasi
epitel menonjol daripada
fibrosis. Ruang insisi yang
sempit segera terisi oleh darah
bekuan fibrin, dehidrasi pada
permukaan menghasilkan suatu
keropeng yang menutupi dan
melindungi tempat
penyembuhan.
Dalam waktu 24 jam neutrofi akan muncul pada tepi insisi, dan bermigrasi
menuju bekuan fibrin. Dan mulai menunjukan peningkatan aktivitas mitosis.
Dalam waktu 24-48 jam, sel epitel dari kedua tepi irisan telah memulai
bermigrasi dan berploriferasi di sepanjang dermis dan mendepositkan
komponen membran basalis saat dalam perjalanannya.
Pada hari ke 3 neutrofil sebagian telah besar digantikan oleh makrofag dan
jaringan granulasi secara progresif menginvasi ruang insisi.
Pada hari ke 5 neovaskularisasi mencapai puncaknya karena jaringan
granulasi mengisi ruang insisi.
Selama minggu kedua penumpikan kolagen dan proliferasi fibroblas masih
berlanjut.
Pada akhir bulan pertama jaringan parut yang bersangkutan terdiri atas
suatu jaringan ikat sel yang sebagian besar tanpa disertai sel radang dan
ditutupi oleh suatu epidermis yang sangat normal.
B. Penyembuhan Sekunder
Jika kehilangan sel atau jaringan terjadi lebih luas, seperti pada infark, ulserasi radang,
pembentukan abses, atau bahkan luka besar, proses pemulihannya menjadi lebih
kompleks.
Pada keadaan ini regenerasi sel parenkim saja tidak dapat mengembalikan arsitektur
asal.
Akibatnya terjadi pertumbuhan jaringan granulasi yang luas ke arah dalam dari tepi
luka, diikuti dengan penumpukan ECM serta pembentukan jaringan parut.
EGF atau TGF-α bersifat mitogenik untuk sejumlah sel epitel dan fibroblas.
Merangsang pembelahan sel dengan berikatan pada reseptor tirosin kinase pada
membran sel.
FGF suatu kelompok polipeptida yang berikatan erat dengan heparin dan molekul
anionik lain (sehingga mempunyai afinitas yang kuat pada BM). Selain merangsang
pertumbuhan juga menunjukan sejumlah aktivitas lain.
TGF-β mempunyai efek pleiotropik dan sering kali menimbulkan efek yang
bertentangan. Dihasilkan dalam bentuk inaktif oleh beragam jenis sel.
Adalah kemampuan sel untuk menyesuaikan diri (struktur dan fungsinya) ketika
mengalami stres fisiologis atau rangsang patologis agar mencapai kondisi baru dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Jadi, adaptasi selular merupakan keadaan yang berada di antara kondisi normal, sel
yang tidak stress, dan sel cedera yang stres berlebihan.
Terdapat dua jenis :
Adaptasi Fisiologis
Meskipun dalam keadaan normal, sel harus secara konstan beradaptasi
terhadap perubahan di lingkungaannya.
Adaptasi fisiologis ini biasanya mewakili respon sel terhadap rangsangan
normal oleh hormon atau mediator kimiawi endogen.
Contoh :
- Pembesaran payudara
- Induksi laktasi oleh kehamilan
Adaptasi Patologi
Mekanisme dasarnya sama, tetapi memungkinkan sel untuk mengatur
lingkungannya yang idealnya melepaskan diri dari cidera.
Dibagi menjadi :
1. Atrofi
- Pengerutan ukuran sel dengan hilangnya substansi sel. Walaupun sel atrofi
menurun fungsinya, namun sel atrofi tidak mati.
- Penyebabnya :
*berkurangnya beban kerja (missal : imobilisasi anggota gerak yang
memungkinkan proses penyembuhan fraktur)
*hilangnya persarafan
*berkurangnya suplai darah
*nutrisi yang tidak adekuat
*hilangnya rangsangan endokrin
*penuan
- Atrofi menggambarkan pengurangan komponen struktural sel.
2. Hipertrofi
- Merupakan penambahan ukuran sel dan menyebabkan penambahan
ukuran organ.
- Jadi tidak ada sel baru, hanya sel yang menjadi lebih besar, pembesarannya
akibat peningkatan sintesis organela dan protein struktural, karena
peningkatan kebutuhan fungsional atau rangsangan hormonal spesifik.
- Hipertrofi fisiologi :
Pada uterus selama kehamilan membesar terjadi sebagai akibat rangsangan
estrogen dan peningkatan kebutuhan fungsional hipertrofi sel otot skelet
pada binaragawan.
- Hipertrofi patologi :
Pembesaran jantung yang terjadi akibat hipertensi atau penyakit katup aorta.
3. Hiperplasia
- merupakan peningkatan jumlah sel dalam organ atau jaringan.
- Hiperplasia Fisiologi :
1. Hiperplasia hormonal, ditunjukan denggan proliferasi epitel kelenjar
payudara perempuan saat masa pubertas dan selama kehamilan.
2. Hiperplasia kompensatoris yaitu hiperplasia yang terjadi saat sebagian
jaringgan dibuang atau sakit. Misalnya saat hepar direseksi sebagian.
- Hiperplasia Patologi :
Oleh karena stimulasi faktor pertumbuhan atau hormonal yang berlebih.
1. Setelah periode menstruasi normal, terjadi ledakan aktivitas endometrium
yang diatur oleh hormon hipofisis dan estrogen ovarium (hiperplasia
fisiologi). Namun jika terjadi gangguan keseimbangan antara estrogen dan
progesteron, terjadi hiperplasia endometrial, penyebab perdarahan
menstruasi abnormal.
4. Metaplasia
- Adalah perubahan reversibel pada perubahan tersebut satu jenis sel dewasa
yang digantikan oleh jenis sel dewasa lain.
- Jadi, yang selnya sensitif terhadap stres tertentu, digantikan oleh jenis sel
lain yang lebih mampu bertahan pada lingkungan kebalikannya.
- Pada sel epitel : Misalnya perubahan sel epitel silindris bersilia normal pd
trakea dan bronkus, diganti dengan sel epitel gepeng bertingkat, karena
dianggap mampu bertahan dibawah kondisi yang lebih rapuh (pada
perokok kretek).
5. Displasia
- Abnormalitas perkembangan, dalam patologi ; berarti perubahan ukuran,
bentuk, dan organisasi sel-sel matur.
INFLAMASI
INFLAMASI
- Inflamasi akut
- Inflamasi kronik
INFLAMASI AKUT
Merupakan respon segera dan dini terhadap jejas yang dirancang untuk
mengirimkan leukosit ke tempat jejas. Berlangsung relatif singkat dari
beberapa menit sampai beberapa hari dan ditandai dengan eksudasi cairan
dan protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol .
Tanda-tanda klasik pada inflamasi akut :
-- Kalor ( panas)
-- Rubor ( kemerahan/erithema)
-- Dolor (nyeri)
Peningkatan aliran darah. Perluasan pembuluh kapiler dgn cara dilatasi pembuluh darah,
menyebabkan eritema dan hangat. Dirangsang oleh histamine. Ekstravasi cairan plasma
dan protein Menyebabkan edema. Emigrasi dan akumulasi leukosit pd lokasi jejas.
Dinamakan marginasi.
Peningkatan Permeabilitas
Vaskuler
Vasodilatasi
Tekanan hidrostatik meningkat
Permeabilitas vaskuler meningkat
Pori-pori kapiler membesar
Protein plasma dlm pemb. Darah keluar menembus
dinding kapiler
Menuju jar. yg cedera
TUMOR (pembengkakan/edema)
Beberapa mekanisme yang mendasari peningkatan permeabilitas vascular:
Karena meningkatnya permeabilitas vaskular yang terjadi pada inflamasi dini yang
menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah dan aliran darah melambat, terjadi
akumulasi leukosit di tepi pembuluh darah. Proses ini disebut marginasi. Selanjutnya
leukosit berguling guling pada permukaan endotel, untuk sementara melekat di
sepanjang perjalanan itu. Proses ini dinamakan rolling.
Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel (adhesi) sebelum merayap
di antara sel sel endotel dan melewati membran basalis masuk ke ruang
ekstravaskuler (diapedesis). Adhesi kuat difasilitasi oleh perubahan afinitas integrin
terhadap ligan endotel yang diinduksi kemokin (faktor kemotaktik) atau rangsangan
lainnya. Integrin biasanya muncul pada membran leukosit tetapi tidak melekat pada
ligannya yang sesuai sampai leukosit diaktifkan oleh kemotaktik atau rangsangan
lainnya (dihasilkan oleh sel endotel atau sel lain ditempat jejas). Setelah adhesi kuat
terjadi pada permukaan endotel, leukosit bertransmigrasi terutama dengan
merembes diantara sel pada intercellular junction diperantarai bantuan PECAM 1
(platelet endothelial cell adhesion molecule 1),protein yang dominan dalam
memperantarai proses ini. Setelah melintasi endhothelial junction, leukosit
menembus membran basalis.
Setelah terjadi ekstravasasi dari darah, leukosit bermigrasi menuju tempat jejas
mendekati gradien kimiawi pada suatu proses kemotaksis. Kemotaksis merangsang
pergerakan dan juga menginduksi respon leukosit lainnya, yang umumnya disebut
aktivitas leukosit :
1. Degranulasi dan sekresi sel lisosom, dan terjadi pembakaran oksidatif melalui
aktivitas protein kinase C yang di indugsi oleh DAG
Fagositosis dan elaborasi enzim degradatif merupakan dua manfaat utama dari
adanya leukosit yang direkrut pada tempat inflamasi. Fagositosis terdiri dari 3
langkah berbeda namun saling berkait, yaitu:
O2- + H+ H2O2
HOCL merukapan oksidan dan anti mikroba yanga sangat kuat (NaOCL adalah bahan
aktif dalam pemutih klorin) yang membunuh bakteri melalui halogenasi atau dengan
peroksidasi protein dan lipid
H2O2 H2O + O2
• Mediator dapat bersirkulasi dalam plasma (khususnya yang disintesis oleh hati) atau dapat
dihasilkan secara lokal oleh sel ditempat terjadinya inflamasi
• Sebagian besar mediator menginduksi efeknya dengan berkaitan pada resptor spesifik pada
sel target
• Mediator dapat merangsang sel target untuk melepaskan molekul efektor sekunder
• Mediator hanya dapat kerja pada satu atau sangat mempunyai sedikit target, atau dapat
memmpunyai aktivitas luas ; bisa terdapat perbedaan hasil yang sangat besar bergantng
pada jenis yang dipengaruhi
• Alasan utama chek and balance adalah bahwa setiap sebagian besar mediator memiliki
potensi untuk menyebabkan efek yang berbahaya.
• Amina Vasoaktif
Histamin
• yang tersebar luar di jaringan terutama di dalam sel mast yang berdekatan dengan
pembuluh darah,ada juga yang terdapat di basofil dan trombosit sirkulasi
• Pada manusia histamin menyebabkan dilatasi arteriol dan merupakan mediator utama
meningkatkan permeabilitas vaskular fase cepat,yang menginduksi kontraksi endotel vebula
dan interendothelial segera setelah dilepaskan, histamin diinaktifasi oleh histaminase .
Serotonin: ( 5 hidroksitriptamin)
• mediator vasoaktif praformasi, yang berefek sama seperti histimin, ditemukan pada granula
pada trombosit ( bersama dengan histamine, adenosine fosfat dan kalsium) dan dilepaskan
saat terjadi agregasi trombosit)
neuropeptide:
PROTEASE PLASMA
• Fenomena pada inflamasi akut
Efek vaskular. C3a dan c5a ( disebut juga anafilatoksin) meningkatkan permeabilitas vaskuler dan
menyebabkan vasodilatasi dengan menginduksi sel mast untuk melepaskan histaminnya.
Aktifasi leukosit ,adhesi dan kemotaksis. C5a mengaktifasi leukosit dan meningkatkan afinitas
integrinya sehingga meningkatkan adhesi terhadap endotel.
• Fagositosis : pada saat melekat di permukaan mikroba c3b bertindak sebagai opsonin ,
membantu fagositosis oleh sel yang memuat reseptor c3b ( neutrofil dan makrofag.
faktor heagemen teraktifasi ( faktor XIIa) menginisiasi empat sistem yang terlibat dalam respon
radang : 1. sistem kinin menghasilkan kinin vasoaktif (2) sistem pembekuan ,menginduksi aktivasi
trombin ,fibrinopeptida, semuanya dengan bahan peradangan, (3) fibrinolisis menghasilkan plasmin
dan mendagradasi trombin (4) sistem komplemen menghasilkan anafilatoksin c3a dan c5a
• Bradikinin ,c3a dan c5a merupakan mediator utama pada peningkatan permeabilitas
vaskular
• Trombin memiliki efek yang bermakna pada banyak sel dan jalurnya ( adhesi leukosit,
permeabilitas vaskular,kemotaksis)
• Banyak produk yang dihasilkan ( kallikerin dan plasmin) dapat memperkuat sistem melalui
aktifasi umpan balik faktor hegeman.
metabolisme asam arakhidonat: prostalgandin, leukotrin,lipoksin
1. Jalur siklooksigenase
produk yg dihasilkan : prostaglandin (PG)E2 (PGE2), PGD2, PGF2α, PGI2 (prostasiklin), &
tromboksan A2 (TXA2). masing:” dihasilkan oleh krj enzim spesifik. Bbrp enzim memiliki distribusi
jaringan terbatas. Mis. Trombosit mengandung enzim tromboksan sintase, shg TXA 2, bahan
pengagregasi trombosit & vasokonstriktor yg poten, merupakan produk utama prostaglandin dlm
trombosit tsb. Endotel di lain pihak kekurangan tromboksan sintase, tapi memiliki protaksilin
sintase, shg membentuk PGI2, suatu vasodilator & inhibitor agregasi trombosit yg poten.
2. Jalur lipoksigenase
oleh krn itu, trombosit tdk dpt membentuk sendiri lipoksin A4 dan B4 (LXA4 dan LXB4), tp
dpt membentuk metabolit dr LTA4 intermedia yg berasal dr neutrofil yg berdekatan. Lipoksin
memiliki 2 cara krj, baik pro- maupun antiinflamasi. Contoh, LXA4 menyebabkan vasodilatasi &
melawan vasokontriksi yg distimulasi oleh LTC4; aktivitas lainnyua adalah menginhibisi kemotaksis
dan adhesi neutrofil sambil merangsang adhesi monosit.hubungan kebalikan antara pembentukan
lipoksin dan leukotrien mengesankan bahwa lipoksin dpt menjadi regulator negatif endogen alami
dr krj leukotrien.
• Merupakan acetil gliserol eter fosfokolin , yang dibentuk dari fosfolipid = neutrofil, basofil,
endotel, dan trombosit.
• Sitokin: produk polipeptida ,limfosit dan makrofag teraktifasi dihasilkan selama terjadi
respon imun.
• Sitokin yang mengatur fungsi limfosit sepserti aktivasi , pertumbuhan dan diferensiasi
• Sitokin yang terdapat pada imunitas bawaan yaitu respon primer terhadap rangsang yang
membahayakan
• Sitokin yang mengaktifkan sel radang ( terutama makrofag selama terjadi respon imun yang
diperantarai oleh sel
• Sitokin yang merangsang hematopoiesis yaitu faktor perangsang koloni monosit granulosit.
• Berperan sebagai agen mikrosbisidal (dengan atau tanpa radikal superoksida) pada makrofag
teraktifasi)
• Aktivasi protease dan inaktivasi antiprotease disertai peningkatan bersih pemecahan matriks
ekstraselular
• Vasodilatasi terutama diatur oleh prostaglandin PGI2,dan TXA2 serta oleh NO sementara
permeabilitas vaskular yang meningkat kemungkinan diperantarai melalui
histamin,anafilatoskin (C3A dan C5A),kinin,PAF,serta leukotrien C,D dan E.
• Sitokin dan Prostaglandin juga memiliki peran utama dalam aktifasi leukosit dan endotel
serta dalam manisfestasi sistemik inflamasi akut.
• Akhirnya kerusakan jaringan sebagian besar dapat disebabkan oleh NO,Radikal bebas yang
berasal dari oksigen dan enzim lisosom leukosit
Vaso dilatasi
Prostaglandin
Nitrit oksida
Peningkatan permeabilitas vaskular
Bradikinn
Leukotrien c4,D4,E4
C5a
Leukotrien B4
Nyeri
Prostaglandin
Bradikinin
kerusakan jaringan
Metabolit oksigen
Nitrit oksida
Resolusi
Jika cedera bersifat terbatas atau berlangsug singkat,tidak terdapat kerusakan jaringan
ataupun kerusakan kecil, dan jika jaringan mampu mengganti setiap sel yang cedera secara
ireversibel, biasanya terjadi perbaikan terhadap normalitas histologi dan fungsional
o Prosesnya meliputi:
o Akhirnya usaha penggabungan antara drainase limfatik dan penelanan makrofag pada debris
nekrotik menyebabkan pembersihan cairan edema,sel radang, dan sisa el yang rusak dari
medan pertempuran
• Pembentukan jaringan parut (scarring) atau fibrosis
Terjadi setelah destruksi jaringan yang substansial atau ketika terjadi inflamasi pada jaringan
yang tidak bergenerasi.eksudat terbentuk dan manimbulkan fibrosis.
Pembentukan abses dapat terjadi pada keadaan meluasnya infiltrat neutrofil . Oleh karena
meluasnya destruksi jaringan yang mendasari , satu-satunya pembentukan abses adalah
pembentukan jaringan parut
Bisa terjadi setelah inflamasi akut ,walaupun tanda inflamasi kronik dapat muncul pada awal jejas(
misal pd infeksi virus) inflamasi kronik dapat diikuti oleh generasi pada struktur dan fungsi normal
atau bisa menimbulkan jaringan parut.