Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN PREMATUR

A. Pengkajian

1. Data Umum

Nama pasien, usia, status perkawanan , pekerjaan dan Pendidikan terakhir

Nama suami, usia, status perkawanan , pekerjaan dan Pendidikan terakhir

2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu

Keadaan
Tipe
Tahu Penolo Jenis BB bayi Masaah
No persalin
n ngan Kelamin Lahir waktu Kehamilan
an
lahir

3. Riwayat Kehamilan Saat Ini :

a. Berapa Kali Periksa Hamil

b. Masalah Kehamilan

4. Riwayat Persalinan:

a. Jenis persalinan

b. Jenis kelamin bayi

c. Perdarahan

d. Masalah dalam persalinan

5. Riwayat Genekologi :

a. Masalah Genekologi :

b. Riwayat KB :

12
6. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum

Pengamatan dilakukan dimulai saat pertama kalai pasien dating, apak ibu

tampak kelemahan atau tidak

b) Vital Sign

Apabila kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHG atau mencapa >

140 mmHg; atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 15 mmHg atau

mencapai > 90 mmHg. Pertimbangkan adanya preeklamsia, eklamsiaatau

hipertensi, karena pada hipertensi pertumbuhan janin terhambat sehingga dapat

menyebabkan preterm

(Arief M,Kuspuji T, Rakhmi S, Wahyu IW S. 1999)

c) Berat Badan

b. Status Obstretrik :

Kehamilan : G P A

c. Kepala Leher :

o Kepala : Simetris, distribusi rambut merata, tidak rontok, tidak ada masa dan

benjolan

o Mata : Simetris, konjungtiva anemis sklera an ikterik

o Hidung : Simetris, tidak ada polip dan sinus

o Mulut : Simetris, dan tidak ada stomatitis

o Telinga : Simetris, hasil tes rine tidak ada lateralisasi, hasil swabah memanjang

o Leher : Tidak ada hipertiroidisme

13
d. Dada :

Jantung : S1 S2 normal dan tidak ada suara jantung tambahan, irama reguler

Paru : Vesikuler, pengembangan dada simetris

Payudara : Simetris, areola tampak hiperpigmentasi

Puting susu : Menonjol, tampak hiperpigmentasi

Pengeluaran ASI : ASI belum keluar

e. Abdomen

a) Inspeksi

Untuk melihat pengeluaran pervaginam apakah lender bercampur darah atau

ketuban sudah pecah, hal ini tanda-tanda persalinan preterm (Saefuddin AB,

2006).

b) Palpasi Leopold

Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan menentukan umur

kehamilan

Leopold II : Untuk menentukan letak punggung janin dan ekstremitas janin

Leopold III : Untuk menentukan bagian terbawah janin

Leopold IV : Untuk menentukan bagian terbawah janij dengan panggul

( Rabe T, 2003)

c) Taksiran berat Badan janin

Ditentukan berdasarkan rumus Johnson Tosshack:

TBJ = ( Tinggi Fundus Uteri (cm) - N ) x 155

N = 13 kepala belum melewati pintu atas panggul

N = 12 kepala masih berada di atas spina ischiadika

N = 11 kepala masih berada di bawah spina ischiadika

( Arif M, dkk. 2001 )

14
d) His

Terjadinya kontraksi yang terasa nyeri, teratur dan interval

e) Auskultasi

Untuk mendengarkan Denyut jantung janin, normal 120-160x/menit (

mochtar, 2002)

f. Perinium dan Genital :

o Vagina : Integritas kulit baik edema tidak ada memar tidak ada hemoroid tidak

ada

o Tanda REEDA :

R : Kemerahan (Tidak)

E : Bengkak (Tidak)

E : Echimosis (Tidak)

D : Dscherge (Tidak ada)

A : Approximate (Tidak)

Kebersihan : Bersih

o Lokia :

- Jenis/warna : Lokia rubra/ Merah segar

- Konsistensi : Encer

- Bau : Khas bau lokia rubra

o Hemoroid

g. Ekstrmitas :

o Atas

o Bawah

o Varises

o Tanda Homan

15
h. Eliminasi :

o Urine : Kebiasaan BAK

o BAK saa ini

o BAB : Kebiasan BAB

o BAB saat ini

i. Istirahat dan Kenyamanan:

o Pola tidur : kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekuensi tidak teratur

o Pola tidur saat ini : tidak tidur semalaman jika bayi menangis

o Keluhan ketidaknyaman

j. Mobilisasi dan latihan :

Tingkat mobilisas : Baik,Ibu mampu mobilisasi

Latihan/Senam : Belum bisa engikuti senam nifas

k. Nutrisi dan cairan :

Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan

l. Intregitas Ego

Adanya ansietas sedang.

m. Nyeri / Katidaknyamanan

Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama

paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.

16
B. Diagnosa Keperawatan

1. Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.

2. Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang berhubungan

dengan dosis / efek samping tokolitik.

3. Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi

preterm.

4. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan

atau aktual pada diri dan janin.

5. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan

prognosis berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.

6. Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-

obatan.

C. Intervensi

1. Diagnosa : Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.

Tujuan : Menurunkan tingkat aktifitas.

Intervensi Rasional :

- Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben kiri/miring

dan penurunan aktifitas. Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin

jauh dari serviks dan meningkatkan perfusi uterus, tirah baring dapat

menurunkan peka rangsang uterus.

- Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi,

atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup) Menurunkan

tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman.

17
- Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin, seperti pemberian obat tanda vital

dan pengkajian. Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama

diantara interupsi untuk tindakan berikutnya.

- Berikan periode tanpa interupsi untuk istirahat/tidur. Meningkatkan istirahat,

mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan relaksasi.

- Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan rasio dan

menonton televisi atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga.

Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktifitas .

2. Diagnosa : Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang

berhubungan dengan dosis / efek samping tokolitik

Tujuan : Mencegah atau meminimalkan cedera materal Mandiri.

Intervensi Rasional :

- Tempatkan klien pada posisi lateral, tinggikan kepala selama pemberian infus

obat IV Menurunkan iribilitas uterin, meningkatkan perfusi plasenta dan

mencegah hipotensi supine.

- Pantau tanda vital, auskultasi paru, perhatikan iregularitas jantung dan laporkan

dispnea / sesak dada. Komplikasi, seperti edema pulmoner, disritmia jantung /

takikardia, agitasi , dispnea, nyeri dada dan peningkatan pada volume plasma

mungkin terjadi pada pemberian agnosis reseptor beta (ritrodin, isoxuprin) dan

terbutalin sulfat, yang merangsang reseptor beta2 (khususnya pada penggunaan

steroid bersama).

- Timbang klien setiap hari Memeriksa potensial perubahan fungsi perkemihan /

retensi cairan.

18
- Pantau adanya mengantuk, kemerahan karena panas, depresi pernafasan dan

depresi refleks tendon dalam dengan tepat. Tanda depresi neuromuskular,

menandakan meningkatkan kadar MgSO4 serum.

- Sediakan antidot (Kalsium glukonat untuk MgSO4 propanol untuk ritrodin atau

terbulatin sulfat). Pemberian antidot mungkin perlu untuk membalik atau

mengatasi efek agen tokoitik.

Kolaborasi

Intervensi Rasional :

- Bantu sesuai kebutuhan dengan pemeriksaan vagina steril Untuk mengkaji

status servikal. Pemerikasaan vaginal dipertahankan minimum, karena hal ini

dapat menambah kepekaan uterus. Keamanan tokolitik bila serviks berdilatasi

lebih dari 4 cm atau menonjol 80% tidak di dokumentasikan dan secara umum

di kontraindikasikan.

- Berikan larutan IV atau lobus cairan sesuai indikasi. Hidrasi dapatmenurunkan

aktifitas uterus. Sebelum mulai terapi obat, hidrasi meningkatkan klirens ginjal

dan meminamalkan hipotensi.

- Berikan nifedipine (procardia) di telan dan dikunyah dengan makan dan minum.

Nifedipine dapat diganti dengan terbutalin sulfat. Nifedipin, penyekat saluran

kalsium, digunakan secara percobaan bila obat lain gagal untuk menekan

aktifitas uterus.

- Pasang kaos kaki antiembolik dan berikan latihan rentang gerka pasif pada kaki

setiap 1-2jam. Mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, yang

dapat terjadi karena relaksasi otot halus.

19
- Pasang kateter indwellng sesuai indikasi. Haluaran urin harus dipantaudan

dipertahankan bila memberikan MgSO4. Haluaran harus pada sedikitknya 30

ml/jam atau 100 ml pada periode 4 jam.

- Atur untuk memindahkan klien ke fasilitas resiko tinggi atau pusat perawatan

tarsier, bila aktifitas uterus menetap bersamaan dengan pemberian tokolitik.

Membantu menjamin ketersediaan perawatan intensif yang tepat, yang mungkin

diperlukan oleh bayi baru lahir bersamaan dengan kelahiran preterm.

3. Diagnosa : Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko

melahirkan bayi preterm.

Tujuan : Mempertahankan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang menunjukkan

maturitas bayi.

Intervensi Rasional :

- Kaji kondisi ibu yang di kontraindikasikan terhadap terapi steroid untuk

memudahkan maturitas paru janin. Pada HKK dan korioamnionitis, terapi steroid

dapat memperberat hipertensi dan menutupi tanda infeksi. Steroid dapat

meningkatkan glukosa darah pada pasien dengan diabetes. Obat tidak akan efektif

bila tidak mampu menunda kelahiran sedikitnya 48 jam.

- Kaji DJJ ; perhatikan adanya aktifitas uterus atau perubahan sevikal. Siapkan

terhadap kemungkinan kelahiran preterm. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ.

Kelahiran dapat sangat cepat pada bayi kecil bila kontraksi uterus menetap tidak

responsif pada tokolitik, atau bila perubahan servikal berlanjut.

- Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut Jika janin tidak dilahirkan dalam 7

hari dari pemberian ateroid, dosis harus diulang setiap minggu.

- Berikan terapi tokolitik sesuai pesanan Membantu menurunkan aktifitas

smiometrial untuk mencegah / menunda kelahiran dini.

20
4. Diagnosa : Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng

dirasakan atau aktual pada diri dan janin.

Tujuan : Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kamungkinan hasil akhir.

Intervensi Rasional :

- Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan. Membantu klien

dan orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka

- Anjurkan penggunaan teknik relaksasi Memungkinkan klien mendapatka

keuntungan maksimum dari periode istirrahat, mencegah kelelahan otot dan

memperbaiki aliran darah uterus.

- Anjurkan pengungkapan rasa rasa takuk dan masalah. Dapat membantu

menurunkan ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping.

- Berikan sedatif bila tindakan lain tidak berhasil Memberikan efek menenangkan

dan traquiliser.

5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan

dan prognosis berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.

Tujuan : Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan kemungkinan hasil

persalinan preterm.

Mandiri :

Intervensi Rasional :

- Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan preterm dan kemungkinan hasil

Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan

- Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang Klien

mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan adan atau tindakan

- Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setipa 2 jam saat terjaga.

Mencegah tekanan kandung kemih penuh pada uterus yang peka.

21
- Tinjau ulang kebutuhan cairan setiap hari, misalnya 2 sampai 3 quart (1,9 –

2,81) cairan dan menghindari kafein. Dehidrasi dap[at menimbulkan

peningkatan kepekaan otot uterus.

Kolaborasi

Intervensi Rasional :

- Tekankan untuk menghindari obat yang dijual bebas sementara agen tokolitik

diberikan kecuali dengan izin dokter. Penggunaan bersamaan dengan obat yang

dijual bebas dapat menyebabkan efek mengganggu, khususnya bila obat yang

dijual bebas mempunyai efek samping serupa dengan agen tokolitik (misalnya,

antihistamin atau inhaler dengan efek bronkodilatasi seperti spinefrin).

- Berikan informasi tentang menggunkan tokolitik oral bersama makanan.

Makanan memperbaiki toleransi terhadap obat dan penurunan efek samping

6. Diagnosa : Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan

efek obat-obatan.

Tujuan : Melaporkan ketidaknyamanan menjadi minimal dan terkontrol.

Intervensi Rasional :

- Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien, dngan

menggunakan posisi miring kekiri. Posisi miring kekiri memperbaiki aliran

darah uterus dan dapt menurunkan kepekaan uterus.

- Tinjau ulang teknik relaksasi Membantu menurunkan persepsi klien tentang

ketidaknyamanan dan meningkatkan rasa kontrol.

- Berikan analgesik sesuai indikasi Analgesik ringan menurunkan tegangan dan

ketidaknyamanan otot.

22
BAB IV

PENUTUP

Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan

minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy

Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur atau

bayi pre-term adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan

berat badan. Sebagian besar bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah

bayi premature (Surasmi, 2003). Menurut Sitohang (2004) bayi prematur adalah bayi

lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai

dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan – sesuai

masa kehamilan (NKBSMK).

Kelahiran premature juga diartikan sebagai kelahiran yang berlangsung pada

umur kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir

American College of Obstetricians and Gynecology dalam Suspimantri (2014). Terdapat

tiga kategori bayi lahir prematur menurut WHO, yaitu:

2. Extremly Preterm (< 28 minggu)

3. Very Preterm(28 minggu hingga < 32 minggu)

4. Moderate to Late Preterm(32 minggu hingga < 37 minggu).

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar Rustam, Prof. Dr. MPH, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

2. Doengoes, E. Marlyn, 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.

3. Arif, Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI,
Jakarta; 2000

4. Edmonds DK, 7th ed. Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynecology. London:

Blackwell; 2007.

5. Lewis V. Reproductive Endocrinology & Infertility. Texas: Landes; 2007.

6. Wiknjosastro H, edisi kedua. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP; 1999.

7. Fortner KB eds, 3rd ed. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics.

Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

24

Вам также может понравиться