Вы находитесь на странице: 1из 11

PANCASILA, STUDI PANCASILA, DAN KEISTIMEWAAN

JOGJAKARTA

DOSEN PEMBIMBING :
MOHAMMAD MITAHUSYAIAN, M.Sos
Oleh :
1. Reza Fahmi Rosyidah
2. Siti Dewi Sartika
3. Sinta Anuriah Wulan Suci
4. Rayyan Haykal Iqbal
5. Rizal Choirun Imam

Kelas :
Pendidikan IPS A
Pancasila
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

FAKULTAS TARBIYAH

2018
PANCASILA

 Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Dasar Negara

Dasar negara sangat penting bagi suatu bangsa. Tanpa dasar negara, negara akan goyah, tidak
mempunyai tujuan yang jelas, dan tidak tahu apa yang ingin dicapai setelah negara tersebut
didirikan. Sebaliknya, dengan adanya dasar negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing
dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dapat datang dari arah mana saja. Perumpamaan
negara yang tidak memiliki dasar negara yaitu bagaikan bangunan tanpa pondasi, tentu saja
bangunan itu akan cepat roboh.

Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang dapat diartikan sebagai lima dasar terbentuknya
negara. Istilah Pancasila ini termuat dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki sejarah yang tak lepas dari proses kemerdekaan
Indonesia. Proses itu berlangsung mulai dari sidang BPUPKI sampai sidang PPKI setelah
Indonesia merdeka.

Pembentukan BPUPKI (29 April 1945) dan Usulan Dasar Negara

Pada 7 September 1944, pemerintah Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia. Untuk
mewujudkan kemerdekaan sehingga Indonesia dapat berdiri sendiri, perlu ditentukan dasar
negara terlebih dahulu. Karena itulah Jepang membentuk suatu badan yang mengatur persiapan
kemerdekaan Indonesia dan bertujuan membahas hal-hal yang berhubungan dengan tata
pemerintahan Indonesia, termasuk menentukan dasar negara. Badan tersebut bernama BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang
Dookoritsu Junbi Coosakai dan diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat.

Terdapat tiga puluh tiga pembicara selama empat hari sidang pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni
1945) dengan pembahasan mengenai dasar negara. Tokoh-tokoh yang menyumbangkan pikiran
tentang dasar negara pada sidang tersebut, antara lain:

 Mr. Mohammad Yamin (29 Mei 1945)

Moh. Yamin mengusulkan dasar negara dalam pidato tidak tertulisnya dalam sidang pertama
BPUPKI, yaitu:

1. Peri Kebangsaan.

2. Peri Kemanusiaan.

3. Peri Ketuhanan.

4. Peri Kerakyatan.

5. Kesejahteraan Rakyat.
Setelah selesai berpidato, Moh. Yamin juga mengusulkan gagasan tertulis naskah rancangan
UUD RI yang tertuang rumusan 5 dasar, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.

3. Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

 Mr. Soepomo (31 Mei 1945)

Dalam usulannya, Mr. Soepomo memaparkan 3 teori mengenai bentuk-bentuk negara, yaitu:

1. Negara individualistik, yaitu negara yang disusun atas dasar kontrak sosial dari warganya
dengan mengutamakan kepentingan individu sebagaimana diajarkan oleh Thomas
Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, Hebert Spencer, dan H. J. Laski.

2. Negara golongan (class theori) yang diajarkan Marx, Engels, dan Lenin.

3. Negara Integralistik, yaitu negara tidak boleh memihak pada salah satu golongan, tetapi
berdiri di atas semua kepentingan sebagaimana diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller,
dan Hegel.

Mr. Soepomo dalam hal ini menyuarakan negara integralistik (negara persatuan), yaitu negara
satu yang berdiri di atas kepentingan semua orang. Sementara itu, dasar negara yang digagaskan
oleh Mr. Soepomo antara lain:

1. Paham Persatuan.

2. Perhubungan Negara dan Agama.

3. Sistem Badan Permusyawaratan.

4. Sosialisasi Negara.

5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.

 Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Ir. Soekarno mengusulkan lima poin-poin dasar negara yang dinamakan Pancasila, yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.

3. Mufakat atau Demokrasi.

4. Kesejahteraan Sosial.

5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Setelah melalui proses pembahasan dalam musyawarah, persidangan BPUPKI mengambil


kesepakatan Pancasila sebagai nama dasar negara Indonesia merdeka. Pada tanggal 1 Juni 1945
inilah kemudian diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Selain sidang BPUPKI, pada hari yang sama juga dibentuk panitia kecil beranggotakan delapan
orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, A. Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Mr. Moh. Yamin, dan Mr. A. A. Maramis. Tugas Panitia
Delapan ini adalah menerima dan mengidentifikasi usulan dasar negara dari anggota BPUPKI.
Berdasarkan identifikasi, diketahui ada perbedaan pendapat mengenai usulan tentang dasar
negara. Golongan Islam menghendaki negara dengan dasar syariat Islam, sementara golongan
nasionalis tidak menghendaki usulan tersebut.

Untuk mengantisipasi perbedaan pendapat mengenai usulan dasar negara, dibentuklah panitia
beranggotakan sembilan orang yang berasal dari golongan Islam dan golongan nasionalis, yaitu:
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo,
Abikusno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, A. Wachid Hasyim, dan H. Agus Salim.
Panitia yang disebut Panitia Sembilan ini diketuai oleh Ir. Soekarno.

Panitia Sembilan melakukan sidang pertama pada 22 Juni 1945. Sidang tersebut pada akhirnya
menghasilkan kesepakatan dasar negara. Panitia Sembilan berhasil menyusun naskah yang
disebut Rancangan Preambule Hukum Dasar. Mr. Moh. Yamin mempopulerkan naskah
rancangan itu dengan nama Piagam Jakarta yang di dalamnya tercantum rumusan dasar negara
sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BPUPKI melakukan sidang kedua (10-16 Juli 1945) dengan pembahasan berupa lanjutan hasil
kerja Panitia Sembilan dan berhasil menghasilkan:
1. Kesepakatan dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam
Jakarta.

2. Negara Indonesia berbentuk negara Republik. Ini merupakan hasil kesepakatan atas 55
suara dari 64 orang yang hadir.

3. Kesepakatan mengengai wilayah Indonesia yang meliputi wilayah Hindia Belanda, Timor
Timur, sampai Malaka (Hasil kesepakatan 39 suara).

4. Pembentukan tiga panitia kecil sebagai: Panitia Perancang UUD, Panitia Ekonomi dan
Keuangan, Panitia Pembela Tanah Air.

Pembentukan PPKI (9 Agustus 1945) dan Pengesahan Dasar Negara

Setelah selesai melaksanakan tugas, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 9 Agustus 1945 yang
kemudian dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang
disebut Dookuritsu Junbi Iinkai sebagai gantinya. PPKI bertugas mempersiapkan Kemerdekaan
Indonesia dengan tujuan utama mengesahkan dasar negara dan UUD 1945. Ketua PPKI yaitu Ir.
Soekarno, wakil ketua Moh. Hatta dan jumlah anggota 21 orang.

Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini digunakan bangsa
Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan. Golongan pemuda (Soekarni, Adam Malik,
Kusnaini, Sutan Sjahrir, Soedarsono, Soepomo, dan kawan-kawan) meminta Ir. Soekarno agar
segera mengumumkan kemerdekaan RI. Sebaliknya, golongan tua menolak dengan alasan
Proklamasi Kemerdekaan harus direncanakan secara matang. Terjadilah kesepakatan di
Rengasdengklok dan Proklamasi dilaksanakan pada Jumat, 17 Agustus oleh Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta di Jakarta.

Sore hari setelah proklamasi, opsir Jepang datang ke rumah Moh. Hatta untuk menyampaikan
keberatan dari wakil Indonesia bagian timur terhadap sila pertama Pancasila dalam Piagam
Jakarta. Setelah kemudian dilakukan sidang bersama wakil-wakil Islam, disepakati pengubahan
sila pertama Pancasila menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada 18 Agustus 1945, PPKI melakukan persidangan pertama. Hasil sidang tersebut adalah:

1. Penetapan Pembukaan Hukum Dasar (sekarang disebut Pembukaan UUD 1945) yang di
dalamnya memuat rumusan sila Pancasila sebagai dasar negara. Dalam hal ini Pancasila
telah disahkan sebagai dasar negara.

2. Pemilihan dan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai
Wakil Presiden RI yang pertama.

3. Presiden dibantu oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dalam melakukan tugas-
tugasnya.
Itulah sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Hingga kini, Pancasila dikenal
dengan lima silanya yang berbunyi:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Arti Terkandung dalam Pancasila

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata “nilai” dalam konteks kemanusiaan sebagai
hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Ketika kita membicarakan nilai Pancasila,
maka di dalamnya terbagi menjadi dua golongan, yaitu nilai fundamental, nilai instrumental, dan
nilai praktis. Arti dari nilai fundamental yaitu bahwa setiap sila dalam Pancasila bersifat mutlak
untuk dilakukan. Tidak boleh ada perubahan pada sila-sila tersebut. Nilai yang kedua, yaitu nilai
instrumental, merupakan pelaksanaan dari setiap nilai fundamental. Nilai instrumental ini
biasanya berwujud norma-norma dalam kehidupan masyarakat. Entah berupa norma sosial,
norma hukum, atau norma lainnya yang nantinya akan diterapkan pada lembaga yang sesuai.
Nilai ini penting karena ia menjadikan Pancasila relevan di setiap perkembangan zaman yang
dihadapi oleh Indonesia.

Nilai yang ketiga adalah nilai praktis. Nilai ini mewajibkan kita untuk mewarnai segala apa yang
kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai praktis mengindikasikan hidup atau tidaknya
nilai fundamental dan nilai instrumental Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
tengah masyarakat. Secara singkat, hubungan dari ketiga nilai tersebut yaitu nilai dasar
direalisasikan dalam bentuk nilai instrumental yang nantinya diterapkan ke dalam nilai praktis

Berikut makna yang terkandung dalam setiap sila dari Pancasila :

5 (lima) asas dalam Pancasila dijabarkan. menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis
bagi pelaksanaan Pancasila, yang ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang
Ekaprasetia Pancakarsa.

I. SILA PERTAMA : KETUHANAN YANG MAHA ESA


1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dgn agama dan kepercayaan
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama & penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

II. SILA KEDUA : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tdk semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

III. SILA KETIGA : PERSATUAN INDONESIA


1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban utk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yg ber-Bhinneka Tunggal Ika.

IV. SILA KEEMPAT : KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT


KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN
1. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.

V. SILA KELIMA : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


1. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan thdp orang lain.
7. Tdk bersifat boros.
8. Tdk bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Keistimewaan Yogyakarta

1. Yogya pernah menjadi ibu kota ibu negara Indonesia. Setelah belanda dan
sekutunyamelancarkan seranganya ke Indonesia,pemerintah republic Indonesia
memindahkan ibukota dari Jakarta dari Jakarta ke kota Yogyakarta pada tanggal 4
januari 1946. Yogyakata dipilih karena semua rakyatnya dikendalikan oleh sri
sultan hamengkubuwono IX selain itu alasan geografis dimana Yogyakarta tepat
berada di jantung pulau jawa. Yogyakarta juga dikelilingi oleh 2 benteng lam
yakni gunung merapi di utara dan samudra hindia di selatan, membuat kota ini
tidak mudah untuk di taklukkan.
2. Yogyakarta memiliki nama lain terbanyak , tak jelas kapan mulai muncul
penamaan Yogyakarta, apakah muncul karena penggalan dari nama
ngayogyakarta atau dari sebab lain. namun, nama Yogyakarta secara resmi telah
dipakai sejak awal kemerdekaan Indonesia. Ketika menjadi ibukota Indonesia
pada tahun 1949. Berbagai kenamaan muncul kemudian seperti jogja, yogya,
Jogjakarta, djogja, ngayogyakarta hadiningrat , yoja atau yojo.
3. Menjadi satu satunya nama kota yang dapat dipotong atau dipenggal
yaitu,ypgyakarta menjadi yogya atau Jogjakarta menjadi jogja
4. Menjadi kota yang banyak memiliki julukan yaitu, kota gudeg, kota pelajar, kota
seni dan budaya, kota istimewa, kota pariwisata, kota republic, kota buku, kota
keratin, kota geplak, kota seniman, kota pasar tradisional, kota seribu sungai
bawah tanah, pantai dan goa, kota tandus, kota menorah, kota west porg, the jewel
of java, kota mbah marijan, kota salak pondo, kota komunitas, kota batik.
5. Banyak tokoh tokoh besar yang lahir dijogjakarta ini yaitu : presiden soeharto,
presiden megawati, mantan ketua MPR amin rais hidayat N wahid, wapres
budiono, pelukis afandi, anies baswedan dan masih banyak lagi
6. Provinsi Yogyakarta menggunakan system kerajaan.
7. Tugu jogja menjadi landmark kota jogja, walaupun sekarang bukan bentuk yang
sebenarnya. Tugu asli itu bernama tugu golong gilik. Yang menjadi rusak karena
adanya gempa lalu mengalami renovasi kemudian menjadi bentuk seperti yang
sekarang ini
8. Di Yogyakarta juga terdapat istana presiden tepatnya dijalan ahmad yani
Yogyakarta.
9. Provinsi DIY memperoleh dana keistimewaan dari anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) dana ini diperuntukkan bagi penyelenggaraan urusan
keistimewaan DIY, soal pendanaan ini tertuang dalam pasal 42 bab XII
PUSAT STUDI PANCASILA - UGM

 PENGURUS PSP-UGM

Kepala PSP-UGM
Dr. Heri Santoso

Sekretaris
Surono , M.A. (pjs)

Tata Usaha/Keskretariatan
Hari Widodo, SIP

Keuangan
Endah Agustiani, M.Phil

Bidang Penelitian, Pemberdayaan Masyarakat dan Publikasi


Surono M.A.

Bidang Pendidikan, Seminar dan Diskusi


Endah Agustiani, M.Phil

Seksi TI
Surono, M.A.

 SELAYANG PANDANG

Pusat Studi Pancasila merupakan satu dari 28 lembaga riset di bawah Wakil Rektor Bidang
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Gadjah Mada. Pusat Studi Pancasila
berdiri sejak 12 Juli 1995 ditetapkan melalui Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada
Nomor: UGM/87/3966/UM/01/37. PSP memiliki core research tentang kebangsaan, ideologi,
citizenship, sejarah bangsa, dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila.

Kegiatan utama PSP mencakup penelitian, kajian, training, dan diskusi rutin. Sebagai lembaga
riset yang berbasis pada ideologi, PSP memiliki peran yang strategis dalam mewacanakan,
mengembangkan, dan membudayakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa
dan bernegara baik secara akademik maupun secara praktis. Dalam kegiatan operasional, Pusat
Studi Pancasila didukung oleh sumber daya manusia yang berasal dari berbagai latar belakang
disiplin ilmu. Kami berharap keberadaan PSP dapat memberikan ruang seluasluasnya bagi
masyarakat, akademisi, praktisi, dan birokrat untuk memperkuat basis ideologi kebangsaan dan
bersinergi dalam membangun peradaban bangsa secara paradigmatik dan aplikatif serta
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Informasi tentang kegiatan baik yang sudah dilaksanakan dan akan dilaksanakan oleh PSP dapat
diakses melalui website ini. Harapannya, website Pusat Studi Pancasila dapat digunakan sebagai
media bertukar informasi dan ruang dialog bagi seluruh lapisan masyarakat. Semoga dengan
hadirnya Pusat Studi Pancasila sebagai lembaga riset di Universitas Gadjah Mada dapat
memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat

Visi
Mengembangkan Pancasila sebagai kebenaran yang hidup (Developing Pancasila as a living
truth).

Misi
1. Penguatan kelembagaan melalui penataan organisasi sesuai dengan standar penjaminan
mutu universitas dan melalui peningkatan sumber daya manusia di bidang penelitian dan
pendampinganmasyarakat.
2. Membangun sinergi dengan berbagai lembaga di UGM dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan UGM di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
3. Melakukan kajian atas berbagai paham, pemikiran, gagasan, ideologi dan teori yang hidup
untuk memperkokoh kehidupan bangsa dan membantu mengembangkan kerjasama
Internasional.
4. Mendukung dan memperkuat demokratisasi, keadilan sosial dan penghormatan terhadap
hak-hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (NKRI) dan dalam
kehidupan internasional.
5. Mengembangkan jaringan (network) kerjasama dengan berbagai lembaga dan organisasi
nasional dan internasional

Dalam kunjungan pada hari senin, tanggal 3 desember 2018, Bapak Dr. Herisantoso
selaku ketua Pusat Studi Pancasila menjelaskan tentang bagaimana Studi Pancasila, beliau
menjelaskan “ dulu ada orang Jakarta menanyakan kepada saya, dimana lantai untk studi
pancasila di UGM itu? Saya tidak tau kenapa dia bertanya seperti itu.. mungkin bapak ibu nanti
kalo pulang bisa melewati arah barat kampus kemudian keselatan dan mentok dan belok kanan
dan dipojok itulah tempat studi pancasila, tempatnya kecil dekat perumahan para dosen, tapi
yang kecil itu kami berusaha untuk membuat sesusatu yang besar salah satunya kami nanti
program kerja kami adalah pendek sekali yaitu program kegiatan namanya pembudayaan dan
kelembagaan pancasila, kata kunci kami itu bapak sekalian. Bagaimana pancasila itu
dibudayakan bukan malah dikebumikan, karena dikebumikan itu punya pengertian ditanam,
begitu pun pancasila yang dari berakar, karena kalau dari akar akan bersumber pada persatuan
dan kesantuan bangsa.

Beliau juga menjelaskan “Kegiatan kami tahun 2012 sampai 2017 lebih ke penguatan
kelembagaan, kerja sama dan sebagainya. Kami sekarang melakukan riset kepacasilaan ada 5
riset, yang pertama tentang indeks ketahan ideologi, Radikalisme kemudian pengembangan
model pembelajaran pancasila yang menyenangkaan dan rekonstruksi ilmu kepancasilaan dan
dan melakukan pembinaan. Desa mitra, kita bekerja sama dengan beberapa desa untuk
membentuk desa pancasila untuk melakukan diskusi rutin seminar, seminar itu kita adakan setiap
tahun yang namanya kongres pancasila, dan kongres pancasila ini sudah sampai tahun kemarin
2017 yaitu kongres pancasila yang ke 11 untuk 2018, dan tangtangan kongres pancasila ini
sangat luar biasa, kami punya niat untuk mendesain kongres pancasila, yaitu kongres itu
dilaksanakan diluar UGM dan pernah 2 kali berhasil yang pertama di Bali tahun 2010 kemudian
di Surabaya dan mengalami kegagalan 2 kali juga yaitu di daerah samarinda dan juga di
Palembang. Di Samarinda karena bayangannya membutuhkan dana yang sangat besar dan kami
kekurangan dana lalu 2 minggu setelahnya kami diharuskan untuk mengadakan kongres kembali
yang dihadiri oleh 500 orang, akhirnya kami punya prinsip kalau niatnya bagus insyaallah
akhirnya juga bagus dan nyatanya berjalan lancar alhamdulillah.

Kemudian dipalembang lebih kearah pilotis karena ada salah satu orang yang kemudian
ingin menggunakan kongres pancasila sebagai media yang menjanggal kemudian kami tolak dan
kami pindahkan kembali ke Jogja. Kami medampingi 78 kecamatan untuk membudayakan
pancasila yang da di Jogja. Dan saya hampir 4 kali seminggu keliling jogja untuk melakukan
kampanye-kampanye tentang pancasila. Pada minggu ini kita telah menerima 4 kali kunjungkan
studi pancasila. Menyendan label pusat studi pancasila sangat berat, godaan silih berganti salah
satunya kami sering ditawari dana ratusan juta, tapi didalam tawanan itu ada sesuatu yang
memanipulasi dan kami harus menolak. Misalnya tahun 2016 kami ditawari dana 3 miliar
disuruh menghabiskan hanya dalam 2 bulan, akhirnya akan kami habiskan dana itu tapi
semampu kami, dalam 2 bula itu kami hanya buisa menyerap dana 800 juta, kemudian ada
seorang relawan bertanya kepada kami “ pak ini kenapa dananya belum habis, padahal kemarin
anda bilang kepada saya bahwa dana ini akan habis kalo bapak tidak bisa menghabiskan akan
kami bantu habiskan?” Karena kelakuan anda yang seperti itulah yang membuat saya enggan
memberikan kepada anda. Dan itulah godaannya.

Studi pancasila ingin menunjukan kepada dunia bahwa ilmu kepancasilaan yang banyak
di pandang orang banyak yang mengawang awang itu ternyata bisa diterapkan menjadi sebuah
kebijakan. Kami sekarang sedang mengembangkan ilmu kepancasilaan untuk merekonstruksikan
artinya ilmu kepancasilaan tidak lagi menjadi bahan kajian di dalam ilmu filsafat melainkan juga
ada didalam ilmu kedokteran, ilmu biologi dan lainnya.

Bagaimana bahasa gaul mengerus budaya di indonesia. Seperti saya indonesia saya
pancasila kata kata ini salah karena ada kata kata yang salah seperti tobenya saya penghianat
pencasila atau saya pendukung pancasila kan sama potensinya. Bahasa seperti itu kan boleh tapi
kalo didalam sini tidak bolehlah. Seperti contoh iklan rinso lebih banyak lebih bersih artinya kalo
baju 1, rinsonya banyak apa lebih bersih. Tidak bolehlah bahasa iklan di buat di dalam bahasa
kenegaraan.

Вам также может понравиться