Вы находитесь на странице: 1из 4

Panduan Praktik Klinis

SMF : Kedokteran Jiwa


RSUD Dr Soetomo, Surabaya
2012 – 2014

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) /


Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) (F90.0)

1. Pengertian (Definisi) GPPH adalah merupakan merupakan gangguan mental yang


paling banyak dijumpai dengan tiga gejala utama yaitu
gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas
dengan awitan usia sebelum tujuh tahun
2. Anamnesis Dari anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis) didapatkan
sekumpulan gejala :
Gangguan pemusatan perhatian :
Tidak memperhatikan, tampak tidak mendengarkan saat diajak
berbicara
Gagal menyelesaikan tugas, mudah bosan, kecuali yang
menyenangkan
Tidak rapi, barang sering hilang
Menghindari usaha yang berkepanjangan
Pelupa
Perhatian mudah beralih, bila ada suara berisik.
Hiperaktivitas :
Gelisah
Tidak bisa diam
Berlari/memanjat berlebihan
Bicara berlebihan dengan teman dalam kelas
Tidak dapat diam dalam bermain/berkerja
Selalu dalam keadaan tergesa-gesa
Impulsivitas :
Tergesa-gesa menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan
Tidak bisa menunggu giliran
Menginterupsi orang lain
Mengganggu orang lain (usil)
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Internistik (sesuai indikasi)
Pemeriksaan Neurologi (sesuai indikasi)
Pemeriksaan Psikiatri (anamnesis dan heteroanamnesis)
4. Kriteria Diagnosis 1. Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan
aktivitas dan berlebihan. Kedua ciri menjadi syarat
mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada
lebih dari satu situasi(misalnya dirumah, di kelas,, di
klinik)
2. Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini

1
dihentikannya tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan
sebelum tuntas selesai. Anak-anak ini seringkali beralih
dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan
minatnya terhadap tugas yang satu, karena
perhatiannya tertarik kepada kegiatan lainnya
(sekalipun kajian laboratorium pada umumnya tidak
menunjukkan adanya derajat gangguan sensorik atau
perseptual yang tidak biasa). Berkurangnya dalam
ketekunan dan perhatian ini seharusnya hanya
didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan
usia atau IQ yang sama.
3. Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang
berlebihan, khususnya dalam situasi yang menuntut
keadaan relatif tenang. Hal ini tergantung dari
situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau
berlompat-lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun
dari duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak
itu tetap duduk, terlalu banyak berbicara dan ribut,
atau kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar
(berbelit-belit). Tolok ukur untuk penilaiannya adalah
bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam
konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan
dibandingkan dengan anak-anak lain yang sama umur
dan nilai IQ-nya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di
dalam suatu situasi yang berstruktur dan diatur yang
menuntut suatu tingkat sikap pengendalian diri yang
tinggi.
4. Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak
diperlukan bagi suatu diagnosis, namun demikian ia
dapat mendukung. Kecerobohan dalam hubungan-
hubungan sosial, kesembronoan dalam situasi yang
berbahaya dan sikap yang secara impulsif melanggar
tata tertib sosial (yang diperlihatkan dengan
mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan orang
lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang belum lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar
menunggu gilirannya), kesemuanya merupakan ciri khas
dari anak-anak dengan gangguan ini.
5. Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat
sering terjadi dan haruslah dicatat secara terpisah
(dibawah F80-F89) bila ada ; namun demikian tidak
boleh dijadikan bagian dari diagnosis aktual mengenai
gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya.
6. Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan
merupakan kriteria eksklusi ataupun kriteria inklusi
untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya gejala-

2
gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama dari
gangguan tersebut.
5. Diagnosis Gangguan Aktivitas dan Perhatian (F90.0)
Didasarkan pada heteronamnesis orang tua yang teliti
mengenai riwayat psikososial dan tingkah laku anak ; laporan
guru saat anak didalam kelas waktu menyelesaikan tugasnya ;
tes Bender Gestalt atau tes Frostig untuk mengetahui
gangguan persepsi visual motor ; pemeriksaan neurologi untuk
mengetahui adanya gangguan koordinasi motorik kasar dan
halus (soft neurological sign) dan pemeriksaan EEG, terutama
diperlukan bila ada riwayat gejala kejang (epilepsi)
6. Diagnosis Banding 1. Retardasi Mental
2. Autisme Masa Kanak
3. Gangguan tingkah laku hiperkinetik
4. Gangguan tingkah laku agresif tak berkelompok
5. Gangguan Bipolar pada anak
6. Gangguan belajar
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Tes audiologi (sesuai indikasi)
2. Tes psikologi (iq /kepribadian)
3. EEG (sesuai indikasi)
4. Frostig test/Bender Gestalt test (sesuai indikasi)
8. Terapi 1. Psikofarmakologik;
methylphenidate atau atomoxetine
2. Psikoterapi suportif
3. Modifikasi perilaku
4. Terapi komorbiditas
5. Remedial teaching
9. Edukasi 1. Psikoedukasi keluarga (bimbingan untuk orang tua)
2. Bimbingan untuk guru
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis dr. Sasanti Juniar, SpKJ (K), dr. Nining Febriyana, SpKJ (K),
dr. Yunias Setiawati, SpKJ (K)
14. Indikator Medis Ketrampilan dalam memusatkan perhatian dan meningkatkan
perilaku positif
Peningkatan nilai GAF Scale
15. Kepustakaan 1. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan
Jiwa III
2. Kaplan,HI, Saddock BJ, 2010, Synopsis of
Psychiatry, Behavior Sciences Clinical
psychiatry,10th ed. William& Wilkins, USA

3
4

Вам также может понравиться