Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAYA CALISTA
BUNGA PRABANDINI
Perhitungan semua rasio selain rasio PPN menggunakan elemen data hasil
perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Badan. Data penjualan, HPP,
Laba bersih dari operasi, Laba sebelum pajak diambil dari formulir 1771 Lampiran I,
sedangkan data PPh terutang diambil dari hasil perekaman induk formulir 1771. Data-
data gaji, sewa, bunga, penyusutan, dan biaya-biaya lain diambil dari perekaman
formulir 1771 Lampiran II.Apabila data perekaman formulir 1771 Lampiran II tidak
lengkap, maka data tersebut dilengkapi menggunakan data perekaman transkrip
Laporan Keuangan.Data Pajak Masukan diperoleh dari perekaman SPT PPN baik
formulir 1195 maupun 1107.
5. Pengendalian Atas Bea Keluar (Pajak Ekspor) atas Penjualan Ekspor yang
Terutang Bea Keluar
Bea keluar adalah pungutan Negara berdasarkan Undang-undang Kepabeanan
yang dikenakan terhadap barang ekspor.Harga ekspor adalah harga yang digunakan
untuk perhitungan Bea Keluar. Barang ekspor yang dikenakan bea keluar berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.011/2012, adalah:
a. Kulit dan kayu;
b. Biji kakao;
c. Kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk turunannya; dan
d. Bijih (raw material atau ore) mineral.
Terdapat 2 cara menghitung bea keluar, yaitu dengan cara Advalorum dan
Spesifik. Tarif advalorum adalah pajak yang dikenakan berdasarkan presentase tertentu
misalnya 5%, 10%, dan lain-lain. Sedangkan tariff spesifik merupakan besaran pajak
berdasarkan satuan barang misalnya Rp. 1000,- per batang, Rp. 2000,- per keeping, dan
lain-lain. Perhitungan bea keluar adalah sebagai berikut:
a. Dalam hal tarif bea keluar ditetapkan berdasarkan persentase dari Harga
Ekspor, Bea keluar dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
Tarif Bea Keluar x Jumlah Satuan Barang x Harga Ekspor per Satuan
Barang x Nilai Tukar Mata Uang
b. Dalam hal tarif bea keluar ditetapkan secara spesifik, bea keluar dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut:
Tarif Bea Keluar per Satuan Barang Dalam Satuan Mata Uang Tertentu
x Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang.
Dalam perhitungan bea keluar khusus untuk barang campuran CPO dan
turunannya diatur harga dan tariff yang digunakan adalah harga dan tariff ekspor yang
tertinggi dari barang yang dicampur tersebut dengan jumlah barang adalah volume dan
atau berat total. Sedangkan untuk campuran bijih (raw material atau ore) mineral harga
yang digunakan adalah harga ekspor tertinggi dengan jumlah barang adalah berat total.
Contoh Kasus:
Perhitungan PPh Pasal 25
PT Abadi yang bergerak pada bidang manufaktur, pada bulan April 2013 melaporkan
SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2012 dengan keterangan sebagai berikut:
1. Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan Neto) yang dilaporkan di Induk SPT
Tahunan PPh sebesar Rp. 500.000.000,00 dan untuk PPh yang terutang
diasumsikan tarif PPh Badan yang digunakan adalah 25%.
2. Namun Penghasilan Kena Pajak tersebut terdiri dari penghasilan neto dari
kegiatan usaha setelah ditambah dengan laba penjualan aktiva Rp.
10.000.000,00 dan laba selisih kurs Rp. 5.000.000,00.
3. Kredit PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 yang dilaporkan berjumlah Rp.
100.000.000,00
4. Kredit PPh Pasal 24 yang dilaporkan berjumlah Rp 10.000.000,00
Pembahasan:
Dalam kasus ini, PT Abadi merupakan perusahaan yang tidak bergerak di
bidang jual beli valuta asing (money changer), maka laba-rugi selisih kurs yang terjadi
termasuk penghasilan yang bersifat tidak teratur, dan begitu pula dengan laba dari
penjualan aktiva yang diperoleh. Namun, apabila dalam setiap transaksi yang dilakukan
PT Abadi menggunakan mata uang asing, maka laba rugi kurs yang terjadi merupakan
penghasilan teratur meski PT Abadi bukanmoney changer.
Maka, perhitungan PPh Pasal 25 PT Abadi adalah sebagai berikut:
Penghasilan Kena Pajak Rp 500.000.000,00
Laba Penjualan Aktiva(tidak teratur) (Rp 10.000.000,00)
Laba Selisih Kurs (tidak teratur) (Rp 5.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan Teratur) Rp 485.000.000,00