Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis model

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kasihan Kasbolah PTK adalah penelitian tindakan

dalam bidang pendidikan yang dilakukan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengertian ahli di atas dapat ditegaskan

bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu proses penelitian tindakan yang dilaksanakan

didalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dan

digunakan sebagai cara untuk memecahkan masalah yang ada sehingga menghasilkan hasil yang

lebih baik.

Peneliti akan berkolaborasi dengan guru dalam melakukan tindakan dengan tujuan

menganal huruf-huruf alfabet pada anak tuna rungu kelas 1 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) N

Labui Banda Aceh dengan menggunakan media pembelajaran. Peneliti terlibat langsung dalam

proses tersebut.

Model atau alur dalam penelitian tindakan menunjukkan pada proses pelaksanaan

penelitian meliputi menyusun perencana atau planning, tindakan atau acting, pengematan

atau observasi, refleksi atau reflecting. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan desain tindakan

sebagai berikut:
Penjelasan dari desain penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, maka penulis membuat rencana tindakan

penelitian. Rencana penelitian terdiri dari perencanaan tindakan, perencanaan evaluasi, dan

apa saja yang dilakukan sebelum pengambilan data penelitian. Berikut merupakan tahap

perencanaan dalam penelitian ini:

a. Mendiskusikan penggunaan media video pembelajaran interaktif sebagai media

pembelajaran Bahasa Indonesia bab mengenal huruf-huruf alfabet dengan dosen

pembimbing

b. Membuat media pembelajaran menggunakan aplikasi after effect.

c. Mengkonsultasikan hasil media pembelajaran dengan dosen pembimbing.


d. Menyusun instrumen pengambilan data berupa panduan observasi dan soal tes

keaktifan dan sejauh mana pemahaman anak tunarungu dengar belajar menggunakan

media pembelajaran.

e. Konsultasi instrumen penelitian dengan dosen pembimbing.

f. Merencanakan pembelajaran/membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

g. Mengkonsultasikan RPP dan dosen pembimbing

h. Mengurus surat ijin penelitian

2. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap.Setiap tahap pembelajaran dalam

penelitian ini mempunyai alokasi waktu 2x35 menit. Pelaksanaan tindakan penelitian

sebagai berikut:

Siklus I Siklus II
1. Melakukan apersepsi. 1. Melakukan apersepsi.

2. Guru menyampaikan tujuan 2. Guru menyampaikan tujuan


pembelajaran. pembelajaran.

3. Guru meminta siswa 3. Guru meminta siswa mencermati


mencermati materi berupa materi berupa mengenal huru-
mengenal huruf- huruf alfabet huruf alfabet yang disampaikan
yang disampaikan guru. guru melalui media pembelajaran
interaktif.
4. Guru meminta setiap siswa
mengulang kembali materi yang 4. Guru meminta setiap siswa
baru saja disampaikan. mengulang kembali materi yang
baru saja disampaikan.
5. Guru mengulang kembali materi
yang baru saja disampaikan dan 5. Guru mengulang kembali materi
meminta siswa mencermati yang baru saja disampaikan dan
materi yang diberikan. meminta siswa mencermati
materi yang diberikan.
6. Guru memberikan penguatan.
6. Guru memberikan penguatan .
7. Guru memberikan post-test
kepada siswa berkaitan dengan 7. Guru mengajak siswa bernyanyi
materi yang baru saja dan mengamati video pada media
disampaikan. pembelajaran interaktif yang
bertujuan mengurangi kebosanan
8. Guru membimbing siswa untuk siswa.
menjawab pertanyaan yang
diberikan. 8. Guru memberikan post test
kepada siswa berkaitan dengan
materi yang baru saja
9. Guru membimbing siswa disampaikan.
bersama-sama mengulang
kembali materi yang sudah
dipelajari hari ini. 9. Guru membimbing siswa untuk
menjawab pertanyaan yang
10. Guru menutup kelas dan berdoa diberikan.
bersama-sama dengan siswa.
10. Guru membimbing siswa
bersama-sama mengulang
kembali materi yang sudah
dipelajari hari ini.

11. Guru menutup kelas dan berdoa


bersama-sama dengan siswa.

3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati dan memonitoring proses tindakan. Adapun

komponen yang perlu diamati adalah partisipasi siswa selama mengikuti pembelajaran.

Monitoring dilakukan oleh peneliti, sedangkan guru kolaborator melakukan tindakan.

Kegiatan monitoring menggunakan dua jenis instrumen. Pertama adalah instrumen

panduan observasi berupa check list. Lembar observasi memuat aspek-aspek yang telah

ditentukan dalam pembelajaran yang terkait dengan kinerja, kesesuaian tindakan dan

partisipasi siswa. Instrumen pengamatan yang kedua adalah catatan khusus. Catatan ini

berfungsi membantu penulis dalam mencatat hal-hal yang bertentangan dalam pembelajaran

yang tidak terduga dan dampak yang ditimbulkan.

4. Refleksi

Refleksi ini dilakukan setelah semua tahap dilaksanakan. Guru dan penulis berdiskusi

dengan mengevaluasi hasil pengamatan dan tes kemampuan sejauh mana pemahamamnya.

Hasil refleksi ini digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

peneliti dan guru kolabolator. Data yang diperoleh berupa faktor pendukung keberhasilan

dan apa saja faktor penghambat keberhasilan tindakan. Hasil tes dalam refleksi kali ini

digunakan untuk menentukan keberhasilan keaktifan dan sejauh mana tingkat pemahaman

siswa tuna rungu mengenal huruf-huruf alfabet.

Selain itu hasil refleksi dapat digunakan untuk menentukan apakah tindakan yang

diberikan telah berhasil atau belum berhasil. Tindakan dikatakan berhasil bila siswa tuna

rungu memahami materi yang telah diajarkan minimal sebesar 60%.


B. Variabel
Variabel penelitian ini adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian ini, penggunaan media pembelajaran interaktif mengenal

huruf-huruf alfabet adalah variabel bebasnya “independent variable”, sedangkan variabel

terikatnya “dependent variable” adalah meningkatkan pemahaman pada siswa tuna rungu.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Adapun populasi dari penelitian ini adalah siswa tuna rungu.

Sedangkan sampelnya adalah siswa tuna rungu kelas 1 yang ada di SDLB N Labui Banda Aceh.

Pengambilan sampel harus mengikuti teknik tertentu yang disebut teknik sampling. Teknik

sampling adalah teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi.

Dalam penetapan sampel ini penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto

yang mengemukakan “Jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya

besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih tergantung dengan kemamppuan

peneliti waktu, tenaga, dan dana.

Tujuan penetapan sampel ini adalah untuk mengenalkan huruf-huruf alfabet pada

siswa tuna rungu menggunakan media pembelajaran dengan di bantu aplikasi after effect agar

meningkatkan pemahaman siswanya.


D. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di SDLB N Labui Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan pada kelas 1

dalam proses pembelajran Bahasa Indonesia, dengan berkolaborasi dengan guru yang mengajar

Bahasa Indonesia atau guru kelas.

E. Instrumen Pengumpulan Data (IPD)

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data berdasarkan jenis yang diharapkan. Peneliti sebagai human instrumen,

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya.

Kemudian mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara, observasi, angket

dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisis, dicek keabsahannya dan membuat

kesimpulan atas temuan tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Sasaran dari wawancara ini adalah para pendidik di SDLB N Labui Banda Aceh,

khususnya pendidik Anak Tuna rungu. Dalam wawancara ini, peneliti memakai pedoman

semi struktur. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah di rancang atau

terstruktur berkaitan dengan metode pengajaran yang digunakan dalam proses

pembelajaran, respon anak dalam proses belajar mengajar, kendala-kendala yang dihadapi

yang kemudian diperdalam dengan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut.


2. Observasi

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yang

dilakukan secara prtisipatif, yaitu peneliti melibatkan diri di tengah-tengah kegiatan subjek,

peneliti ikut dalam kegiatan pembelajaran siswa dalam kelas. Peneliti mengawasi kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dilakukan didalam kelas dengan menggunakan bantuan media

pembelajaran, peneliti membantu melakukan penyampaian suatu materi.Observasi partisipan

dilakukan peneliti terhadap partisipasi siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan

peneliti melakukan pengamatan berstruktur.

3. Metode Tes

Metode tes dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur pencapaian pemahaman

siswa sebelum menggunakan media pembelajaran dan setelah digunakan media pembelajaran

dengan soal sebanyak 10 butir soal. Tes dibuat dalam bentuk tulisan, guru memberikan soal

dalam bentuk tulisan dan gambar dalam kertas dan anak menjawabnya. Guru menilai sesuai

pencapaian pemahaman anak.

4. Dokumentasi

Peneliti memanfaatkan metode dokumentasi dalam pengumpulan data yang

diantaranya bersumber dari, kurikulum pendidikan bagi siswa tuna rungu, foto kegiatan

pembelajaran. Tujuan dari dokumentasi adalah untuk mengetahui karakteristik dari siswa

tunagrahita ringan, memberikan gambaran secara konkret aktivitas belajar siswa dan guru,

serta suasana kelas ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung.


5. Angket atau Kuisioner

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Pada pengumpulan data dengan metode angket atau kuisioner, terlebih

dahulu peneliti menyusun kisi-kisi instrumen angket atau kuisioner yang aka n diberikan

kepada responden. Responden dalam peneitian ini adalah guru Bahasa Indonesia untuk anak

tunarungu di SDLB N Labui Banda Aceh.

G. Uji Validitas

Untuk mengetahui ketepatan instrumen dalam mengukur indikator- indikator yang telah

dijabarkan dalam butir instrumen, maka perlu dilakukan pengujian validitas. Menurut Sugiyono

(2010: 122) membagi validitas instrumen menjadi dua macam, yaitu validitas internal (rational)

dan validitas eksternal (empiris). Validitas internal terbagi menjadi validitas kontruksi dan

validitas isi. Pengujian validitas instrumen yang berupa tes harus memenuhi validitas kontruksi

dan validitas isi, sedangkan instrumen yang non tes cukup memenuhi validitas konstruksi.

Menurut Sugiyono (2010: 123) validitas kontruksi adalah jika instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Ketiga Instrumen

tersebut perlu diujikan validitasnya, karena instrument tersebut belum dianggap baku. Uji

validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen Jurusan Pendidikan Teknologi

Informasi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar-raniry, yaitu Bapak

Hendri Achmadian. Instrumen dapat digunakan dalam penelitian jika hasil pertimbangan

dinyatakan valid. Jika telah melalui koreksi dan revisi, akhirnya instrumen dinyatakan layak

untuk digunakan dalam penelitian.


H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik kuantitatif dengan menggunakan presentase dan teknik komparatif

yaitu dengan cara membandingkan skor post-test tidak menggunakan media pembelajaran

dengan skor post-test menggunakan media pembelajaran, apabila skor post-test

menggunakan media pembelajaran > skor pre-test tidak menggunakan media pembelajaran,

berarti ada peningkatan kemampuan anak tuna rungu dalam memahami (Nur Aedi, 2010:

23). Selanjutnya, membandingkan nilai post-test menggunakan media pembelajaran dengan

standar ketuntasan minimal, yaitu sebesar 75%, apabila nilai post-test = atau ≥ dari standar

ketuntasan minimal, maka pelaksanaan tindakan dengan menggunakan media pembelajaran

dalam kemampuan mengenal huruf-huruf alfabet dikatakan berhasil.

Teknik analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengolah dan menyajikan

data yang berupa angka. Data-data kuantitatif didapat dari skor hasil post-test tidak

menggunakan medai,dan hasil post-test menggunakan media, dan observasi selama

pemberian tindakan.
𝑅
NP =𝑆𝑀 × 100
(M. Ngalim Purwanto, 2006: 102).

Keterangan.

NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan.

R : skor mentah yang diperoleh siswa.

SM : skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan.

100 : bilangan tetap.


Selisih peningkatan kemampuan membaca permulaan padaanak tuna rungu dapat dilihat dari

perbandingan persentase antara post-tes tidak menggunakan media pembelajaran dan post-

Test menggunakan media pembelajaran. Rumus yang digunakan untuk menghitung selisih

peningkatan kemampuan mengenal huruf- huruf alfabet pada anak tuna rungu adalah sebagai

berikut.

Peningkatan = Nilai Post test (menggunakan media) – Nilai Post test (tidak menggunanakan media)

I. Jadwal

Вам также может понравиться