Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Pasca Partum (Masa Nifas)


2.1.1 Pengertian
Periode pasca partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
berbagai organ reproduksi kembali ke dalam keadaan normal sebelum hamil
(Bobak dkk, 2004). Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu berikutnya (JHPEIGO, 2002). Periode pascapartum adalah masa
dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum)
hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini
disebut juga puerperium dan wanita yang mengalami puerperium disebut
puerperal. Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6 minggu (Varney
dkk, 2007)

2.1.2 Periode Puerperium


Periode puerperium dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Puerperium Dini
Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan jalan-jalan.
2) Puerperium Intermedial
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh berbagai alat
genetalia yang lama nya 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.1.3 Perubahan Fisiologis dan Anatomis Puerperium


1) Sistem Reproduksi
a. Uterus
a) Proses Involusi

3
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot polos uterus.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak
hamil. Penyebab paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan
infeksi (Bobak dkk, 2004)
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran disidua atau
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai
dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus
juga ditandai dengan warna dan jumlah lokea (Varney dkk, 2007).
Involusi TFU Berat Uterus
(gram)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar norma 30

Menurut Bobak (2004), dalam waktu 24 jam, tinggi fundus mencapai -/+ 1
cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian perubahan involusi
berlangsung cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari
keenam postpartum fundus normal akan berada di pertengahan umbilicus
dan simfisi pubis. Pada hari ke 9 fundus tidak bisa dipalpasi pada
abdomen.
b) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intraurine
yang sangat besar (Bobak, dkk, 2004). Selama 1-2 jam pascapartum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini,
suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau muskular diberikan
segera setelah plasenta lahir.

4
c) Afterpain
Afterpain adalah rasa sakit saat kontraksi yang dialami oleh ibu multipara
selama 3 sampai 4 hari postpartum. Sedangkan pada primipara nyeri tidak
biasa terjadi karena tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang (Bobak, dkk, 2004).
d) Lokea
Lokea adalah istilah untuk secret dari uterus yang keluar melalui vagina
selama puerperium (Varney, dkk, 2007). Jenis-jenis lokea yaitu:
(a) Lokea Rubra
Berwarna merah karena mengandung darah dan jaringan desidua, lokea ini
adalah lokea yang pertama kali mulai keluar segera setelah kelahiran dan terus
berlanjut sampai 2-3 hari pertama pascapartum.
(b) Lokea Serosa
Mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari lokea rubra. Berhenti 7
sampai 8 hari dengan warna merah muda, kuning atau putih hingga transisi
menjadi lokea alba. Lokea serosa mengandung cairan serosa, jaringan desidua,
leukosit dan eritrosit.
(c) Lokea Alba
Mulai terjadi hari kesepuluh pascapartum dan hilang sekitar periode 2
sampai 4 minggu. Warna lokea alaba adalah putih krem, mengandung leukosit
dan sel desidua.
b. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Setelah 18 jam
pascapartum serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentul semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap adematosa,
tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah kelahiran. Ekstoserviks (bagian
serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan ada sedikit laserasi. Muara
serviks yang menutup secara perlahan, 2 jari mungkin masih bisa dimasukkan ke
dalam muara serviks pada hari ke 4 sampai ke 6 pascapartum. Muara serviks
eksterna tidak akan bebenruk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapu terlihat
memanjang seperti suatu celah (Bobak, dkk. 2004)

5
c. Vagina dan Perineum
Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, terdapat edema dan
memar. Setelah 1 sampai 2 hari pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah
vagina tidak melebar dan edema berkurang. Dinding vagina kembali lunak lebih
besar dari biasanya dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan
kembalinya tugae vagina setelah minggu ke 3 pascapartum (Varney, dkk. 2007)
Perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Posnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian
besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari keadaan sebelum melahirkan.
2) Payudara dan Laktasi
a. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama
wanita hamil (esgtrogen, progesteron, human chorionic gonadotropim, prolaktin,
kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian
ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak (Bobak, dkk. 2004)
b. Memulai Laktasi
Setelah kelahiran, kadar estrogen dan progesteron menurun secara drastis
yang memungkinkan prolaktin merangsang sintesis ASI. Kadar prolaktin
meningkat drastis pada 3 jam pertama setelah melahirkan. Kadar prolaktin
meningkat dengan segera pada awal penghisapan dan jumlah prolaktin yang
dilepaskan serta volume ASI yang dihasilkan secara langsung berkaitan dengan
jumlah penghisapan.
Sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama
setelah wanita melahirkan. Ditemukan adanya nyeri pada payudara saat palpasi
yang dilakukan hari kedua dan ketiga seiring dimulainya produksi susu. Hari
ketiga atau keempat pascapartum dapat terjadi pembengkakan (engorgement).
Payidara teregang (bengkak), keras, nyeri bila ditekan, hangat jika diraba
(kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Distensi payudara terutama
disebabkan oleh kongesti sementara vena dan pembuluh limfatik, bukan akibat
penimbunan air susu. Air susu dapat dikeluarkan melalui puting. Jaringan
payudara aksila (fail of spence dan jaringan payudara atau puting tambahan juga

6
bisa terlihat. Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak
nyaman akan berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam pertama. Apabila bayi
belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai
satu minggu (Bobak, dkk. 2004)
3) Sistem Endokrin
a. Hormon Plasenta
Pengluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan berbagai hormon
yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human placental
lactogen (HPL), estrogen dan kortisol serta placental enzyme insulinase membalik
efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun serta bermakna
pada masa plasenta lahir, kadar estrogen dan progesteron menurun secara
mencolok setelah plasenta lahir, kadar terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu
pascapartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan pembengkakan
payudara dan diuresis cairan ekstraseluler berlebihan yang terakumulasi selama
mas hamil.
b. Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
berperan dalam menekan ovulasi. Karen akadar follicle-stimulating hormone
(FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan
ovarium tidak berperan terhadap stimulating FSH ketika kadar prolaktin
meningkat (Bobak, dkk.2004)
4) Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Diuresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4
minggu postpartum. Pada awal postpartum kandung kemih mengalami edema,
kongesti, hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala
dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama prosedur persalinan.
Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung
dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2009).

7
5) Sistem Pencernaan
a. Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan. Permintaan untuk memperoleh makanan 2 kali
dari jumlah biasanya (Bobak, dkk. 2004)
Ibu nifas memerlukan diet dan gizi yang lebih baik untuk membantu
tubuhnya pulih kembali. Diet yang diperlukan banyak mengandung protein, besi,
kalsium, vitamin, serat makanan harus mencakup 3000 ml cairan yang 1000 ml
diantarnya adalah susu. Asupan kalori perhari harus ditingkatkan sampai 2700
kalori (Bobak, dkk. 2004)
b. Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama 2 hari smpai 3 hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan pada masa pasca partum. Ibu merasa nyeri saat BAB,
karena nyeri yang dirasakan di perineum akibat episiotomy, laserasi dan
hemoroid. Kebiasaan BAB yang teratur akan dicapai setelah tonus kembali
normal (Bonbak, dkk. 2004)
6) Sistem Kardiovaskuler
a. Volume darah
Penyesuaina pembuluh darah maternal setelah melahirkan berlangsung
cepat. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita, yaitu:
(Bobak, dkk. 2004)
a) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh
darah maternal 10-15%
b) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi
c) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita
hamil. Oleh karena itu syok hipovolemik tidak terjadi pada perdarahan
normal
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
wanita hamil. Segera setelah melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan

8
lebih tinggi karena darah yang biasanya melalui uteroplasenta tiba-tiba kembali ke
sirkulasi umum.
7) Sistem Neurologi
Rasa baal dan kesemutan pada jari biasanya hilang setelah anak lahir.
Nyeri kepala pascapartum bisa disebabkan karena berbagai keadaan, termasuk
hipertensi akibat kehamilan stress. Lama nyeri kepala bervariasi 1 sampai 3 hari
sampai beberapa minggu.
8) Sistem Integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul
makin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
9) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal mencakup hal yang membantu relaksasi
dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6 sampai ke 8 pascapartum.
10) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah harus dalam keadaan stabil.suhu turun secara perlahan dan
stabil pada 24 jam postpartum. Nadi menjadi normal setelah persalinan
(Bahiyatun, 2009). Sedangkan fungsi pernafasan kembali normal pada rentang
normal wanita selama 2 jam pertama pascapartum. Napas pendek, cepat atau
perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi seperti kelebihan volume
cairan, asma, eksaserbasi atau embolus paru (Varney, dkk. 2004)
11) Perubahan Perilaku dan Respon Psikologis
Ibu mengalami perubahan besar pada fisik dan fisiologis, ibu membuat
penyesuaian yang sangat besar baik pada tubuh maupun psikisnya, mengalami
stimulasi dan kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan
asimilasi realitas bayinya, berada di bawah tekanan untuk cepat menyerap
pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan
untuk bayinya. Ibu merasa tanggung jawab luar biasa yang dipikulnya menjadi
nyata dan tuntutan di tempatkan pada dirinya sebagai ibu.

9
Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran pada saat yang sama ibu baru mungkin frustasi karena merasa tidak
kompeten dan tidak mampu mengontrol situasi (Varney, dkk. 2007)
Menurut beberapa peneliti, menerima peran sebagai orangtua adalah suatu
proses yang terjadi dlam tiga tahap, yaitu:
a. Ketergantungan (taking in)
Bagi beberapa ibu baru, tahap ini terjadi pada hari ke 1 dan ke 2 setelah
melahirkan. Rubin (1961) dalam Hamilton (2008) menjelaskan bahwa hari
tersebut merupakan tahap menerima, waktu dimana ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan.
b. Ketergantungan – ketidaktergantungan (taking hold)
Mulai sekitar hari ke 3 dan berakhir pada minggu ke 4 sampai ke 5
pascapartum. Ibu akan menerima peran barunya dan belajar semua hal tentang
sesuatu yang baru. Namun demikian tubuhnya mengalami perubahan yang sangat
signifikan sebagai akibat pengaruh hormonal yang sangat kuat, keluarlah ASI.
Uterus dan perineum terus adalam proses penyembuhan, pasien menjadi
keletihan. Ketika ia kembali ke rumah, ia mungkin merasakan nya lebih buruk
lagi.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda
yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat
istirahat dengan baik.
c. Saling ketergantungan (letting go)
Dimulai sekitar minggu ke 5 sampai ke 6 setelah kelahiran, sistem
keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang baru. Keluarga sudah
tidak turut campur lagi dan kegiatn sehari-hari telah kembali dilakukan. Secara
fisik ibu mampu untuk menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima
peran sakit.
2.1.4 Penatalaksanaan
1) Melakukan evaluasi kontinue dan penatalaksanaan kesejahteraan ibu
- Mengukur tanda-tanda vital
- Memeriksa payudara
- Auskultasi jantung dan paru-paru

10
- Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, diastasis, evaluasi
kandung kemih
- Evaluasi perineum terhadap memar, edema, hematoma, penyuluha,
terhadap jahitan, inflamasi
- Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokea
2) Memulai pemulihan dari ketidaknyamanan fisik
3) Memberi bantuan dalam menyusui
4) Memfasilitasi peran sebagai orang tua
5) Pemberian obat-obatan umum pada periode pascapartum
- Analgesik untuk menghilangkan nyeri
- Laksatif  membantu mempertahankan fungsi defekasi normal
- Imunoglobulin Rh  mencegah alloimunisasi bayi Rh positif yang
dikandung ibu Rh negatif
- Vaksin rubella 0,5 ml subkutan  diberikan pascapartum untuk
wamita yang mempunyai titer rubella < 1:10/ tidak memiliki imunitas
terhadap rubella.
- Methergin 0,2 mg peroral setiap 4 jam untuk 6 dosis
Diresepkan untuk ibu mengalami atonia uteri yang signifikan setelah
melahirkan untuk menurunkan resiko hemoragi postpartum lambat

2.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Kunjungan Waktu Tujuan
I 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia
setelah uteri
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut
3. Memberi konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai cara mencegah
perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir

11
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah
hipotermi
7. Petugas kesehatan yang menolong persalinan
harus mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil
II 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
persalinan uterus berkontraksi fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya demam
3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda penyulit
5. Memberi konseling pada ibu tentang asuhan
pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari

III 2 minggu Sama seperti di atas ( 6 hari setelah persalinan)


setelah
persalinan
IV 6 minggu 1. Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada
setelah ibu
persalinan 2. Memberi konseling keluarga berencana (KB)
secara dini

2.1.6 Perawatan Masa Nifas


1) Mobilisasi
Karena lelah setelah bersalin, ibu harus diistirahatkan tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke
kiri untuk mencegah terjadinya trombosis, tromboemboli. Pada hari kedua

12
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 dan ke 5 sudah
diperbolehkan pulang.
2) Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3) Miksi
Sebaiknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, tetapi terkadang
mengalami kesulitan untuk kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dalam spasme otot iritasi sfingter ani selama persalinan, juga karena adanya
edema kandung kemih penuh dan wanita hamil sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
4) Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi atau berak keras dapat diberikan obat laksans
peroral atau perektal, jika belum bisa, dilakukan klisma.
5) Perawatan Payudara
Perawatan payudara dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemah
tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya, bila bayi
meninggal, laktasi harus dihentikan dengan:
- Membebat payudara
- Memberi obat estrogen untuk supresi LH, seperti tablet lynoral dan
perlodel.
6) Laktasi
Bertujuan untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan.
7) Cuti Hamil dan Bersalin
Menurut UU bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan, 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulans etelah bersalin.
8) Pemeriksan Pasca Persalinan
Pemeriksaan pascapartum antara lain:
- Pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya
- Keadaan umum: suhu badan, selera makan, kesadaran
- Payudara: ASI, putting susu

13
- Dinding perut: perineum, kandung kemih, TFU, rectum
- Sekret yang keluar: lochea, flour albus
- Keadaan kandungan
- Nasehat serta edukasi untuk ibu
 Sebaiknya bayi disusui/ diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
 Sebaiknya melakukan KB
 Membawa bayi untuk imunisasi

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1) Anamneses
Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agam, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomer registrasi, diagnosis
medis, identitas suami keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat obstetri
sebelumnya, riwayat kontrasepsi, riwayat kehamilan dan persalinan.
2) Riwayat Kesehatan
Meliputi penyakit yang pernah diderita, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat alergi baik makanan, obat-obatan ataupun alergi yang lainnya.
3) Psikososial Spiritual
Pengkajian mekanisme koping digunakan untuk menilai respon klien
terhadap kondisi pascapartum dan pengaruhnya terhadap keluarga. Adanya
perubahan hubungan dan peran karena klien memiliki anggota keluarga yang
baru.
Pengkajian Hari I (2-24 Jam) Hari II (25-48 Hari III (49-72
Jam) Jam)
Suhu 36,2OC-38OC Rentang normal Rentang normal
Nadi Takikardi, bradikardi Rentang normal Rentang normal
TD Sedikit meningkat Rentang normal Rentang normal
RR Sedikit meningkat Rentang normal Rentang normal
Tingkat Euporia, senang, sangat Sering lelah, Sangat ingin
energi senang, letih, gerakan lambat pulang, energi
memperlihatkan kembali normal

14
kebutuhan untuk tidur
Uterus Setinggi umbilicus atau 1 cm atau lebih di 2 cm/ lebih di
sedikit dibawahnya, bawah umbilikus, bawah
padat padat umbilicus, padat
Lokhea Rubra, noderat, sedikit Rubra sampai Rubra sampai
bekuan, seperti cairan serosa, moderat serosa sedikit,
menstruasi normal, sampai sedikit bau bau tetap sama
sedikit bau tetap atau tidak
ada bau
Perineum Edema Edema berkurang, Edema minimal
bersih, bahkan tidak
menyembuh ada, tanda
hormon negative
Payudara Tetap lunak jika Mulai terasa lebih Vaskularisasi
dipalpasi, kolostrum padat, kadang meningkat dan
dapat dikeluarkan terasa besar mulai
membengkak,
terasa padat dan
lebih hangat saat
disentuh,
diharapkan
sudah bisa
keluar 2-4 hari
setelah bayi lahir
Nafsu Sangat baik, dapat minta Biasanya tetap Bervariasi, bisa
makan tambah, makanan ringan baik normal atau
berkurang
(terutama jika
ibu konstipasi)
Eleminasi Mencapai 3000 ml Kadang sudah ada Urin menurun,
urin dan Biasanya belum BAB yang BAB tanpa ibu sudah
BAB pelunak tinja, urin defekasi

15
menurun
Rasa tidak Rasa sakit yang Sakit otot di Kemungkinan
nyaman menyeluruh di daerah daerah perineum, sakit kepala,
perineum, hemoroid, episiotomy, payudara,
nyeri pascapartum hemoroid puting, rasa sakit
di daerah
perineum
berkurang

2.2.2 Diagnosa dan Intervensi


a. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder akibat trauma
selama proses persalinan, kelahiran dan episiotomy
 Karakteristik:
 Terdapat tanda-tanda radang pada luka jahitan (kolor, rubor, dolor, tumor
dan functio laesa)
 Luka kotor dan basah
 Terdapat cairan, darah atau pus
 Suhu di atas 37, 5OC
 Intervensi
o Tujuan: tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan
o Kriteria Hasil:
 TTV dalam batas normal (TD< 140/ 90 mmHg, N:60x/ menit, S: 36,5-
37,4OC, RR: 16-20x/ menit)
 Tidak ada kemerahan pada genetalia
 Tidak ada pembengkakan
 Tidak ada nyeri
o Intervensi
 Jelaskan pada ibu untuk segera melaporkan kepada perawat jika merasa
ada nyeri atau rasa tidak enak
R/ Nyeri merupakan salah satu indikator adanya infeksi
 Lakukan perawatan teratur setiap kali mandi terutama pada perineum
R/ Keadaan perineum yang bersih meminimalkan resiko terjadinya infeksi

16
 Observasi area perineum, episiotomy, keadaan luka dan jahitan
R/ Lesi merupakan port de entry bagi invasi bakteri
 Observasi TTV, tanda infeksi seperti merah, bengkak, nyeri, panas
R/ Deteksi dini adanya infeksi dan menentukan dengan segera langkah
untuk mengatasi infeksi
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/ Antibiotik mencegah dan mengatasi mikroorganisme penyebab infeksi
b. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan nyeri defekasi, penurunan
peristaltik setelah melahirkan, penurunan aktivitas, penurunan cairan, efek
dari analgesik, penurunan tonus otot perut
 Karakteristik:
 Feses keras dan berbentuk
 Defekasi kurang dari tiga kali seminggu
 Penurunan bising usus
 Mengeluh rektal terasa penuh
 Mengeluh terdapat tekanan pada rektum
 Mengejan dan nyeri saat defekasi
 Impaksi yang dapat diraba
 Pengosongan terasa tidak adekuat
 Intervensi
o Tujuan: eleminasi alvi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan
o Kriteria Hasil:
 Pola eleminasi dalam rentang yang diharapakan
 Feses lembut dan berbentuk
 Mengeluarkan feses tanpa bantuan
 Klien mampu mengkonsusmsi cairan dan makanan berserat yang adekuat
 Latihan yang adekuat
o Intervensi:
 Berikan penjelasan kepada ibu tentang penyebab konstipasi
R/ Konstipasi terjadi karena tonus otot menurun selam aproses persalinan
dan masa nifas. Selain itu, memberikan pemahaman mengenai kondisi
kesehatan ibu saat ini dan mengurangi rasa cemas

17
 Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan banyak serat
R/ Diet seimbang tinggi serat merangsang peristaltik dan eleminasi secara
teratur
 Berikan minuman cukup 2000-2500 cc/ hari jika tidak ada kontraindikasi
R/ Masukan cairan yang adekuat membantu mempertahankan konsistensi
feses yang sesuai pada usus
 Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan ibu
R/ Aktivitas fisik membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus otot
abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik usus
 Auskultasi bising usus
R/ Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik
 Observasi pola eliminasi dan karakteristik feses
R/ Pola eleminasi yang teratur dan feses lembut dan berbentuk
menunjukkan eleminasi alvi yang adekuat
c. Nyeri berhubungan dengan involusi rahim trauma pada perineum,
episiotomy, hemoroid, pembengkakan payudara
 Karakteristik:
 Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan (nyeri, mual,
muntah, pruritus)
 Suhu tekanan, darah, nadi, pernafasan meningkat
 Diaforesis
 Posisi berhati-hati
 Raut wajah kesakitan
 Pupil dilatasi
 Menangis, merintih
 Intervensi:
o Tujuan : nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
o Kriteria Hasil:
 Intensitas istirahat cukup
 VAS 0-1
 Ibu tidak gelisah

18
 TTV dalam batas normal (Nadi, Suhu, RR, TD)
o Intervensi:
 Jelaskan dan bantu klien terkait dengan penyebab serta tindakan pereda
nyeri baik nonfarmakologi maupun noninvasive
R/ Penjelasan yang adekuat akan membuat klien lebih mengerti dan atau
terhadap nyeri yang terjadi. Tindakan nonfarmakologi seperti relaksasi
 Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatan relaksasi massage
R/ Melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 dalam jaringan
terpenuhi dan mengurangi nyeri
 Ajarkan metode distraksi selama fase akut
R/ Menghilangkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang
menyenangkana
 Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang
nyaman
R/ Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan
kenyamanan
 Observasi intensitas dan tipe nyeri, istirahat pasien, TTV pasien (N, TD, S,
RR)
R/ Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri. Pasien dapat beristirahat dengan tenang, TTV
dalam batas normal menunjukkan masalah nyeri dapat teratasi
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik
R/ Analgesik mempunyai efek efektif sebagai pereda nyeri
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan hygiene, kontrasepsi, nutrisi,
perawatan bayi, gejala dari komplikasi, kurang dukungan dari pasangan
atau keluarga
 Karakteristik:
 Klien mengungkapkan kurang paham menegnai hyegiene setelah
melahirkan
 Intervensi
o Tujuan: tingkat pengetahuan pasien meningkat setelah diberikan informasi

19
o Kriteria Hasil:
 Mengungkapkan pemahaman secara verbal
 Mampu mengidentifikasi berbagai faktor yang berhubungan dengan
informasi yang diharapkan
o Intervensi:
 Jelaskan perawatan ibu pascapartum atau mengenai berbagai informasi
yang terkait dengan kondisi pascapartum
R/ Memberi pengetahuan dasar sehingga dapat mengurangi dampak
komplikasi dari kondisi postpartum
 Beri dukungan psikologis agar klien menjalankan apa yang sudah
disepakati
R/ Membantu klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan klien,
meningkatkan kemampuan klien dan keluarga tentang pentingnya
perawatan postpartum
 Observasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan
postpartum
R/ Menjadi dasar bagi perawat untuk menjelaskan sesuai pengetahuan
klien dan dapat menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien
dan keluarga sudah mengetahuinya
e. Ketidakefektifan pola menyusui berhubungan dengan nyeri, pengaturan
posisi bayi, respon fisiologis normal, puting yang masuk ke dalam
 Karakteristik:
 Ketidakadekuatan suplai ASI
 Ketidakmampuan bayi menempelkan mulutnya di payudara ibu
 Tidak terlihat tanda-tanda pelepasan oksitosin
 Terlihat tanda-tanda asupan bayi tidak adekuat
 Menghisap tidak terus-menerus
 Insufisiensi pengosongan masing-masing payudara pada setiap kali
menyusui
 Nyeri/ lecet pada puting susu terus menerus selama satu minggu pertama
menyusui

20
 Bayi memperlihatkan rewel dan menangis dalam jam-jam pertama setelah
menyusui, tidak responsif terhadap tindakan menenagkan lainnya
 Bayi menggeliat dan menangis saat disusui, menolak untuk menghisap
 Intervensi
o Tujuan: menyusui lebih efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan
o Kriteria Hasil:
 Mengetahui faktor yang mengganggu menyusui
 Mengetahui faktor yang mampu meningkatkan menyusui
 Menunjukkan posisi yang efektif
 Menyusui bayi dengan rileks
o Intervensi:
 Jelaskan kepada ibu tentang perawatan payudara
R/ Perawatan payudara dapat menstimulasi kelancaran produk ASI dan
mengurangi nyeri akibat bendungan ASI
 Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dalam proses laktasi
R/ Dukungan emosional sangat membantu dalam peningkatan harga diri
dan menyadari peranan sebagai ibu
 Anjurkan berganti posisi untuk merotasi cakupan mulut bayi
R/ Berganti posisi menghindari adanya bendungan ASI pada satu sisi
payudara
 Yakinkan mulut bayi diposisikan dengan tepat pada puting susu
R/ Memaksimalkan isapan air susu dan menghindari distensi abdomen
karena bayi menghisap udara
 Observasi posisi ibu dalam menyusui, faktor-faktor yang menggangu dan
meningkatkan menyusui
R/ Posisi yang tepat dalam menyusui dan faktor-faktor yang mengganggu
menyusui dapat meningkatkan keefektifan dalam proses menyusui
f. Retensi urin berhubungan dengan edema jaringan lokal, efek dari
pengobatan atau anastesi, nyeri, ketidakmampuan mengambil posisi untuk
berkemih
 Karakteristik:
 Distensi kandung kemih

21
 Distensi kandung kemih dengan sering berkemih atau menetes
 Residu uri 100 cc atau lebih
 Individu mengatakan bahwa kandung kemihnya tidak kososng setelah
berkemih
 Intervensi
o Tujuan: pasien dapat berkemih dengan adekuat setelah dilakukantindakan
keperawatan
o Kriteria Hasil:
 Kandung kemih kosong sempurna
 Tidak ada sisa setelah BAK
 Jumlah urine >100-200 cc
 Pola berkemih teratur
o Inytervensi:
 Jelaskan pasien penyebab retensi urine
R/ Retensi urine disebabkan oleh trauma karena kelahiran, peningkatan
kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi
 Anjurkan ibu untuk minum yang banyak
R/ Minum banyak dapat membantu mempertahankan fungsi ginjal
 Pasang dower kateter apabila ada indikasi
R/ Dower kateter dapat membantu evakuasi urine
 Observasi kandung kemih, pola berkemih, produksi urine
R/ Kandung kemih kosong, pola berkemih lancar dan teratur, serta
produksi urine lebih dari 100-200 cc, tidak menunjukkan adanya retensi
urine

22

Вам также может понравиться