Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB IV

APENDIKSITIS

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Appendisitis adalah suatu inflamasi akut pada appendisits verniformis dan
merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner &
Suddart, 1997).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum
dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai
aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman,
1989).

Inflamasi Apendik

B. ETIOLOGI
Apendisitis dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang
bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya hiperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat.
Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. namun ada
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya :
1. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid sub-mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan
sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.

2. Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis.


Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen
apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara
Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lactobacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi1 adalah
kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.
3. Kecenderungan familiar
Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam keluarga terutama
dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekolith dan
mengakibatkan obstruksi lumen.
4. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari.
Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko
lebih tinggi dari negara yang pola makannya banyak serat.

C. MANIFESTASI KLINIS

a. Nyeri kuadran bawah


b. Demam ringan
c. Mual-muntah
d. Hilangnya nafsu makan
e. Nyeri tekan lokal pada titik mc Burney
f. Nyeri tekan lepas (hasil atau intesifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan)
g. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang
secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah
h. Distensi abdomen akibat ileus paralitik
i. Kondisi pasien memburuk (Smeltzer, Suzanne, C, 2001)

D. PATOFISIOLOGI
Fekalith, bakteri, cacing ascaris, produksi lendir berlebih, dan tumor merupakan
beberapa etiologi dari apendisitis. Semua faktor tersebut menyebabkan adanya
obstruksi pada lumen apendiks. Faktor predisposisi yaitu, adanya benda asing (biji –
bijian, konstipasi, diare).

Obstruksi tersebut menyebabkan terjadinya inflamasi, distensi dan dilatasi pada


dinding apendiks, tekanan intraluminal meningkat. Tekanan intraluminal yang
meningkat menimbulkan aliran cairan limfe dan darah terhambat dan tekanan
intraluminal meningkat, bisa mengakibatkan munculnya rasa mual dan ingin muntah.
Kemudian berlanjut nafsu makan berkurang dan menyebabkan anorexia, akibatnya
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh. Stimulasi kemudian dihantarkan ke
spinal cord ke cortex cerebri dan di sampaikan ke nosiseptor. Nyeri akan
dipersepsikan.

Bakteri masuk dan jika bakteri berkembang semakin banyak dan merusak
mukosa apendiks (menginfeksi) maka akan mengakibatkan terjadinya apendisitis
supuratif akut (ditandai adanya abses yang banyak berwarna kuning). Apabila
kerusakan vaskular yang cepat mengakibatkan terjadinya ruptur, perforasi (apendisitis
perforasi) maka bakteri akan tersebar secara meluas ke seluruh area abdomen sehingga
dapat menyebabkan peritonitis maka tindakan pembedahannya adalah laparaskopi.
Anastesi yang sering digunakan adalah meperidin, morfin. Juga mengakibatkan cemas,
gangguan pola tidur, dan intoleransi aktivitas (Pre-operasi) dan nyeri, luka insisi, serta
intoleransi Aktivitas (Post-operasi). Pembedahan pasien dengan apendisitis adalah
apendektomi. Anastesi yang sering digunakan adalah anastesi umum yaitu pethidin,
diazepam.
E. KOMPLIKASI

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat


berkembang menjadi peritonitis atau abses apabila apendiks yang membengkak
tersebut pecah. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada
anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awetan nyeri.
Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik,
dan nyeri atau nyeri abdomen secara kontiniu (Mansjoer, 2000).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sel darah putih
Lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%
b. Urinalisis
Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
c. Foto abdomen
Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir
d. Tanda rovsing (+)
Dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah (Doenges, 1993;
Brunner & Suddart, 1997).

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan apendisitis meliputi terapi medis dan terapi
bedah. Namun pada kasus apendisitis perforasi, terapi medis diberikan sebagai
terapi awal berupa antibiotik dan drainase melalui CT-scan pada absesnya. The
Surgical Infection Society menganjurkan pemberian antibiotik profilaks sebelum
pembedahan dengan menggunakan antibiotik spektrum luas kurang dari 24 jam
untuk apendisitis non perforasi dan kurang dari 5 jam untuk apendisitis perforasi.
1. Cairan intravena
Cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus di ganti segera dengan
cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik, atau pasien tua atau
kesehatan yang buruk harus dipasang pengukur tekanan vena central.
2. Antibiotik

Pemberian antibiotik intravena diberikan untuk antisipasi bakteri patogen,


antibiotik initial diberikan termasuk gegerasi ke 3 cephalosporins, ampicillin–
sulbaktam, dan lain-lain dan metronidazol atau klindanisin untuk kuman
anaerob. Pemberian antibiotik postops harus di ubeah berdasarkan kultur dan
sensitivitas.

3. Pembedahan

Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan


sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne, C.,
2001).

Pembedahan Apendik

Apendik setelah pembedahan


TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT

H. PENGKAJIAN

1. Data demografi.
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang
menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien merasa nyeri disekitar perut kanan bawah, nyeri ini dirasakan terus
menerus dan terkadang merasa mual dan muntah, peningkatan suhu tubuh,
peningkatan leukosit
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama atau
penyakit organ pencernaan lainnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami yang sama
atau penyakit organ pencernaan lainnya.
e. Riwayat Psikososial
Mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan
bagaimana besarnya motivasi kesembuhan dan cara klien menerima
keadaannya.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas/ istirahat: Malaise
b. Sirkulasi : Tachikardi
c. Eliminasi
1) Konstipasi pada awitan awal
2) Diare (kadang-kadang)
3) Distensi abdomen
4) Nyeri tekan/lepas abdomen
5) Penurunan bising usus
d. Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah
e. Kenyamanan
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk,
atau nafas dalam
f. Keamanan : demam
g. Pernapasan
1) Tachipne
2) Pernapasan dangkal (Marilynn E. Doengoes, 2000)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal
swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi
perut.
b. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah
merupakan kunci diagnosis dari apendisitis.

c. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator

Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang


meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat
hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan,
kemudian paha kanan ditahan.

d. Pemeriksaan colok dubur


Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak
apendiks, apabila letaknya sulit diketahui.
e. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d luka bekas insisi di tandai dengan pasien mengeluh nyeri di daerah
bekas operasi
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi

J. INTERVENSI
1. Nyeri akut b.d luka bekas insisi di tandai dengan pasien mengeluh nyeri di daerah
bekas operasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien merasa
nyaman setelah nyeri berkurang.
Kriteria hasil:

1. Pasien mampu mengontrol nyeri


2. Melaporkan nyeri berkurang seelah melakukan menajemen nyeri

Intervensi:
1. Mandiri:
a. Kaji nyeri pasien
- Ajarkan pasien teknik relaksasi.
- Bantu klien untuk dapat melakukan istirahat baik fisik maupun
mental
2. Kolaboratif : berikan obat analgesik dan pengobatan penyakit
appendisitis
3. Supportif : kerjasama dengan klien atau orang terdekat cara untuk klien
mengurangi aktivitas berat
4. Edukatif : berikan edukasi tentang makan sedikit pada frekuensi dan
jarak waktu tertentu.
Rasional:
1. Untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri yang dirasakan dan
mengetahui pemberian terapi sesuai indikasi.
2. Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien melalui relaksasi dan
istirahat.
3. Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien
4. Agar klien merasa nyaman
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi

Tujuan
Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

INTERVENSI :

1. Ukur tanda-tanda vital


2. Observasi tanda-tanda infeksi
3. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik
4. Observasi luka insisi

RASIONAL :

1. Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi


2. Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah
3. Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
4. Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.

K. IMPLEMENTASI

a. Nyeri akut b.d luka bekas insisi di tandai dengan pasien mengeluh nyeri di daerah bekas
operasi.
1. Mandiri:
- Mengkaji nyeri pasien
- Mengajarkan pasien teknik relaksasi.
- Membantu klien untuk dapat melakukan istirahat baik fisik maupun
mental
2. Kolaboratif : Memberikan obat analgesik dan pengobatan penyakit
appendisitis
3. Supportif : Bekerjasama dengan klien atau orang terdekat cara untuk klien
mengurangi aktivitas berat
4. Edukatif : Memberikan edukasi tentang makan sedikit pada frekuensi dan
jarak waktu tertentu.

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi

1. Mengukur tanda-tanda vital


2. Mengobservasi tanda-tanda infeksi
3. Melakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik
4. Mengobservasi luka insisi

L. EVALUASI

a. Melaporkan berkurangnya nyeri


1. Melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol
2. Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : tanda-tanda vital klien BP 120/80, T 36C, R 21x/menit, P 68x/menit skala
nyeri 0-2
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

b. Menunjukan tidak ada tanda infeksi


1) Luka sembuh tanpa tanda infeksi
2) Cairan yang keluar dari luka tidak purulen
S : klien mengatakan tidak ada infeksi
O : klien tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan,
bengkak, panas, BP 120/80, R 22x/menit, P 70x/menit, T 36,1 C
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

Вам также может понравиться